Anda di halaman 1dari 11

BAB I

PENDAHULUAN

1.1  Latar Belakang


Yogyakarta merupakan pusat kerajaan mataram, dan sampai saat ini
masih ada keraton yang masih berfungsi dalam arti sesungguhnya. Jogja
juga memiliki banyak candi yang berusia ribuan tahun yang merupakan
peninggalan kerajaan besar zaman dahulu, salah satunya adalah candi
borobudur yang dibangun pada abad ke 9 oleh dinasti syailendra, sedangkan
arsitek dari candi tersebut adalah gunadharma.Selain itu
Pegunungan,pantai-pantai, hamparan sawah yang hijau dan udara yang
sejuk menghiasi keindahan kota Jogja. Masyarakat jogja hidup dengan
damai dan mempunyai keramahan yang khas.
Tak heran apabila kota Jogja sangat terkenal dan merupakan salah satu
tujuan utama para wisatawan mancanegara, untuk berlibur dan mengabiskan
sisa waktu istirahatnya di Jogja.
Adapun dalam makalah ini telah menghasilkan data penelitian yang
meliputi unsur budaya, sosial, sejarah, dan unsur-unsur estetika yang ada
dalam ornamen-ornamen bangunan yang ada di saerah istimewa
Yogyakarta.

1.2  Rumusan Masalah


Ada beberapa bidang permasalahan yang akan kami bahas diantaranya :
A.    Candi Borobudur
 Bagaimana sejarah candi borobudur ?
 Apa arti nama candi borobudur ?
 Dimanakah letak geografis candi borobudur ?
 Bagaimana tahap-tahap pembangunan candi borobudur ?
B.     Taman pintar
 Bagaimana latar belakang taman pintar terbentuk ?
 Apa makna dari Logo taman pintar ?
 Zona apa saja yang terdapat didalam taman pintar ?
C.     Malioboro
 Bagaimana sejarah malioboro ?
 Bagaimana asal-usul jalan malioboro ?

1.3  Tujuan Penelitian


 Untuk menembah wawasan dan pengetahuan yang lebih.
 Mengetahui peninggalan budaya dimasa lalu.
 Mengetahui tempat-tempat wisata yang ada di jogja.
 Mengenal lebih dekat lagi Budaya Daerah.

1.4  Manfaat Penelitian


 Mempererat keakraban dengan teman satu sekolah.
 Bisa melihat budaya yang ada di KotaYogyakarta secara langsung.
 Bisa merasakan sebagai masyarakat yang multikultural.
 Bertambahnya wawasan dan Mendapat  pengalaman dengan mengunjungi
tempat-tempat wisata di Jogja.

1
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Candi Borobudur

A. Sejarah Candi Borobudur

Didirikan oleh para penganut agama Buddha Mahayana sekitar tahun    


800-an Masehi pada masa pemerintahan wangsa Syailendra. Dindingnya
dihiasi dengan 2.672 panel relief dan aslinya 504 arca Buddha. Candi
Borobudur ini adalah sebagai model alam semesta yang dibangun sebagai
tempat suci untuk memuliakan Buddha. Berdasarkan bukti-bukti sejarah,
Borobudur ditinggalkan pada abad ke-14. Ditemukan pada tahun 1814 oleh
Sir Thomas Stamford Raffles, yang menjabat sebagai Gubernur Jenderal
Inggris atas Jawa. .
Penamaan Borobudur pertama kali ditulis dalam buku "Sejarah Pulau
Jawa" karya Sir Thomas Raffles.Nama Bore-Budur, yang kemudian ditulis
BoroBudur,kemungkinan ditulis Raffles dalam tata bahasa Inggris untuk
menyebut desa terdekat dengan candi itu yaitu desa Bore (Boro) Raffles juga
menduga bahwa istilah 'Budur' mungkin berkaitan dengan istilah Buda dalam
bahasa Jawa yang berarti "purba" maka bermakna,"Boro purba".
Ahli Sejarah J.G. de Casparis dalam disertasi doktor pada tahun 1950
berpendapat bahwa Borobudur adalah tempat pemujaan yang didirikan oleh
Raja Mataram dari wangsa Syailendra bernama Samaratungga, yang
melakukan pembangunan sekitar tahun 824 M. Bangunan raksasa itu baru
dapat diselesaikan pada masa putrinya, Ratu Pramudawardhani.
Pembangunan Borobudur diperkirakan memakan waktu setengah abad.
Casparis memperkirakan bahwa Bhūmi Sambhāra Bhudhāra dalam bahasa
Sanskerta yang berarti "Bukit himpunan kebajikan sepuluh tingkatan
boddhisattwa", adalah nama asli Borobudur.
Menurut legenda masyarakat setempat perancang Borobudur bernama
Gunadharma,sedikit yang diketahui tentang arsitek misterius ini. Namanya
lebih berdasarkan dongeng dan legenda Jawa dan bukan berdasarkan
prasasti bersejarah. Legenda Gunadharma terkait dengan cerita rakyat
mengenai perbukitan Menoreh yang bentuknya menyerupai tubuh orang
berbaring. Dongeng lokal ini menceritakan bahwa tubuh Gunadharma yang
berbaring berubah menjadi jajaran perbukitan Menoreh, tentu saja legenda
ini hanya fiksi dan dongeng belaka.              

2
B. Arti Nama Borobudur
Nama Borobudur berasal dari gabungan kata-kata Boro dan Budur,Boro
berasal dari kata sansekerta ''vihara'' yang berarti komplek candi dan bihara
atau juga asrama (menurut poerbatjaraka dan stutterhim).Sedangkan budur
dalam bahasa bali ''beduhur'' yang artinya atas. Jadi nama borobudur berarti
asrama/bihara (kelompok candi yang terletak di atas bukit).
Memang di halaman barat laut dari candi Borobudur sewaktu di adakan
penggalian di temukan sisa-sisa bekas sebuah bangunan yang
dimungkinkan bangunan bihara. Pendapat lain dikemukakan oleh casparis
berdasarkan prasasti Sri kahuluan (842 M). Di dalam prasasti tersebut
terdapat nama sebuah kuil ''Bhumisambhara'' yang menurutnya nama itu
tidak lengkap. Agaknya masih ada lagi sepatah kata untuk''gunung'' di
belakangnya, sehingga nama seharusnya''Bhumisambhara Budhara'' Dari
kata inilah akhirnya terjadi nama Borobudur.
Dari beberapa pendapat yang ada, dapat disebutkan berbagai pendapat
dari para ahli yaitu :

1) Kitab Negara kartagama 


Naskah dari tahun 1365 M yaitu kitab Negara kartagama karangan Mpu
prapanca meyebutkan kata “Budur” untuk sebuah Budha dari aliran
Wajradha. Kemungkinan yang ada nama “Budur” tersebut tidak lain adalah
candi Borobudur. 
2) SirThomas Stamford Raffles 
Raffles manafsirkan Borobuduir berati bahwa Budur merupakaan bentuk
lain dari “Budo”.yang dalam bahasa jawa berarti Kuno. tetapi bila dikaitkan
dengan Borobudur berati “Boro Jaman Kuno” Namaun karena “Bhara” dalam
bahas jawa kuno berati banyak, maka Borobudur juga berarti “Budha yang
Banyak” jika dikaji secara teliti maka keterangan yang ditemukan oleh raffles
memang tidak ada yang memuaskan. Boro jaman kuno” kurang mengena
maupun “Budha yang banyak” Kurang mencapai sasaran. 

3) Poebatjaraka 
Menurut beliau “Boro” berarti “Biara” dengan demikian Borobudur berarti
“Biara Budur”. Penafsiran ini sangat menarik karena mendekati kebenaran
berdasarkan bukti-bukti yang ada.Selanjutnya jika di hubungkan dengan
kitab Negara Kartagama mengenai “Budur” maka besar kemungkinan
penafsiran Poerbatjaraka adalah benar dan tepat. 

4) DE Casparis 
De Casparis menemukan kata majemuk dalam sebuah prasati yang
kemungkinan merupakan asal kata dari Borobudur. Dalam sebuah prasasti
SrI Kahulunan yang berangka 842 M dijumpai kata “Bhumi Sambhara
Budhara” yaitu satu sebutan untuk bangunan suci pemujaan nenek moyang
atau disebut kuil. 
5) Drs. Soediman 
Bahwa Borobudur berasal dari dua kata yaitu Bara dan Budur. Bara
berasal dar bahasa sanksekerta Vihara yang berarti komplek candi dan
Bihara yang berarti asrama. Budur dalam bahasa bali bedudur yang artinya
di atas. Jadi nama Borobudur berarti asrama atau vihara dan komplek candi
yang terletak di atas tanah yang tinggi atau bukit. 

C. Letak Geografis Candi Borobudur       


Candi Borobudur terletak di Desa Borobudur, Kecamatan
Borobudur,Kabupaten Magelang, Propinsi Jawa Tengah.Secara astronomis
terletak di 70.361.2811 LS dan 1100.121.1311 BT. Lingkungan geografis

3
Candi Borobudur dikelilingi oleh Gunung Merapi dan Merbabu di sebelah
Timur,Gunung Sindoro dan Sumbing di sebelah Utara, dan pegunungan
Menoreh di sebelah Selatan, serta terletak di antara Sungai Progo dan
Elo.Candi Borobudur didirikan di atas bukit yang telah dimodifikasi, dengan
ketinggian 265 dp

D.Tahap-Tahap Pembangunan Candi Borobudur  


Ada beberapa tahap dalam pembangunan candi borobudur diantaranya :
Tahap pertama
Masa pembangunan Borobudur tidak diketahui pasti (diperkirakan antara
750 dan 850 M). Pada awalnya dibangun tata susun bertingkat. Sepertinya
dirancang sebagai piramida berundak. tetapi kemudian diubah. Sebagai bukti
ada tata susun yang dibongkar.
Tahap Kedua
Pondasi Borobudur diperlebar, ditambah dengan dua undak persegi dan
satu undak lingkaran yang langsung diberikan stupa induk besar.
Tahap ketiga
Undak atas lingkaran dengan stupa induk besar dibongkar dan
dihilangkan dan diganti tiga undak lingkaran. Stupa-stupa dibangun pada
puncak undak-undak ini dengan satu stupa besar di tengahnya.
Tahap keempat dan kelima
Ada sedikit perubahan pada monumen, termasuk penambahan relief-
relief baru dan perubahan pada tangga dan patung di sepanjang jalan.
Simbol pada monumen tetap sama, dan perubahan sebagian besar hanya
pada dekorasinya.
Lalu, dimanakah letak kesalahan desain Candi Borobudur?  Menurut
Dirjen Kebudayaan, I Gusti Ngurah Anom dalam “Simposium Rahasia di
Balik Keagungan Borobudur” yang diselenggarakan Dhammasena
Universitas Trisakti di Jakarta,pertengahan Maret lalu, kesalahan desain itu
diperbaiki dengan membuat “kaki tambahan” dan menutupi kaki aslinya. Hal
ini dilakukan pada tahap kedua pembangunan Borobudur. 
Adanya dua kaki itu pertama kali diketahui oleh Yzerman (1885) ketika
mengadakan penelitian untuk penyelamatan Candi Borobudur dari bahaya
kerusakan. Kaki tambahan seperti yang terlihat sekarang, bentuknya sangat
sederhana dan sering disebut teras lebar. Teras lebar ini menutupi relief di
kaki asli, yang terdiri dari 160 pigura. Di beberapa pigura terdapat tulisan
singkat sebagai petunjuk ringkas bagi pemahatnya dalam huruf Jawa Kuna.
Ternyata kata-kata yang dipergunakan itu juga terdapat dalam kitab
Mahakarmavibhangga yang memuat cerita tentang cara kerja hukum karma
dalam kehidupan.
Mengapa relief di kaki asli Candi Borobudur ditutup memang masih
menjadi polemik di kalangan para arkeolog. Sebagian berpendapat bahwa
penutupan ini sekedar masalah teknis agar candi itu tidak longsor, mengingat
kaki aslinya sangat curam. Sebagian lagi mengatakan bahwa penutupan ini
karena alasan keagamaan. Argumentasinya,karena relief di kaki asli
menggambarkan kehidupan sehari-hari yang terkadang berkesan
sadis,seronok,dan sebagainya. Hal ini dianggap tidak patut diketahui oleh
umat Buddha yang berkunjung ke Borobudur.

4
2.2 Taman Pintar
A. Latar Belakang Taman Pintar

Sejak terdirinya ledakan perkembangan sais, sekitar tahun 90-an,


terutama teknologi informasi pada giliranya telah menghantarkan peradaban
manusia menuju area tanpa batas Perkembangan Sains ini adalah sesuatu
yang patut disyukuri dan tentunya menjanjikan kemudahan-kemudahan bagi
bagi perbaikan kualitas hidup manusia.
Menghadapi realitas perkembangan dunia semacam itu dan wujud
kepedulian terhadap pendidikan, maka pemerintah kota Yogyakarta
menggas sebuah ide untuk pembangunan “Taman Pintar” Dengan target
pembangunan taman pintar adalah memperkenalkan Science kepada siswa
dari dini, harapan lebih luas, kreatifitas anak didik terus diasah, sehingga
bangsa Indonesia tidak hanya menjadi sasaran ekspoliasi pasar teknologi
sendiri. Bangunan taman pintar ini dibangun adanya keterkaitan yang erat
anatara taman pintar dengan fungsi dan kegiatan bangunan disekitarnya,
seperti taman budaya dan Benteng Vrebuderg Sudibyo.
Pembangunan tahap II adalah gedung oval lantai I dan II. Serta gedung
kotak lantai I diresmikan dalam Soft Opening II tanggal 9 Juni 2007 oleh
Mendiknas Bambang Sudibyodan Menristek Kusmanto Kadiman serta
dihadiri oleh Gubernur DIY, Sri Sultan Hamengkubono X.
Pembangunan tahap III adalah : gedung kotak lantai II dan III tampak
Presiden dan gedang memorabilia. Dengan selesainya tahapan
pembangunan, grand opening taman pintar dilaksanakan pada tanggal, 16
Desember 2008 yang diresmikan oleh Presiden RI, Susilo Bambang
Yudoyono.
       
B. Logo Taman Pintar
Kembang api adalah simbolisasi dari intelegensi,dalam imajinasi bahasa
Jawa, kembang api menggambarkan “MLETIK = Pintar = PADHANG MAK
BYAR = Pintar”.Kembang api merupakan sesuatu yang menyenangkan,
menghibur, sesuai dengan visi taman pintar sebagai wahana ekspresi,
apresiasi, dan kreasi sains dalam suasana yang menyenangkan.
Gambar logo yang keluar mengandung makna “OUT WARD LOOKING”,
selalu melihat keluar untuk terus belajar mengikuti dinamika perubahan diluar
dirinya. Gambar logo tampak seperti matahari mengandung makna
menyinari sepanjang masa.Efek Perspektif adalah simbolisasi sesuatu yang
tinggi “cita – cita”, pengharapan bak taman pintar akan generasi muda
Indonesia, khususnya Yogyakarta dalam meraih cita-citanya.
Wahana gabungan HIJAU – BIRU melambangkan pertumbuhan tak
terbatas. Maskof taman pintar adalah burung hantu bernama tepi. Burung
hantu adalah spesies burung yang banyak melakukan aktifitas di malam hari.
Dengan kepekaan yang dimilikinya. Ia mempelajari dalam sekitarnya dengan
merasakan semua kejadian alam yang ada di sekelilingnya.

5
D.    Zona Yang Ada Di Dalam Taman Pintar
1. Playground Sebagai ruang publik dan penyambutan bagi pengunjung Taman
Pintar. Menyediakan berbagai peralatan peraga yang menyenangkan bagi
anak dan keluarga. Dapat diakses secara cuma-cuma/gratis
2. Gedung PAUD Barat dan Gedung PAUD TimurMenampilkan peralatan
peraga dan permainan edukasi bagi anak-anak, khususnya anak usia Pra-TK
sampai dengan TK.
3. Gedung Oval – Kotak Menampilkan berbagai peralatan peraga berbasis
edukasi sains yang dikemas menyenangkan dan dapat diperagakan. Dapat
diakses oleh semua lapisan pengunjung.
4. Gedung Memorabilia Menampilkan peralatan peraga tentang pengetahuan
sejarah Indonesia, seperti sejarah Kasultanan dan Paku Alaman Yogyakarta,
Tokoh-tokoh Pendidikan, dan Tokoh-tokoh Presiden RI hingga saat ini.
5. Planetarium Menampilkan peralatan peraga berbentuk pertunjukan film
pengetahuan tentang antariksa dan tata surya.

2.3 Malioboro
A.  Sejarah Malioboro

Jalan Malioboro adalah saksi sejarah perkembangan Kota Yogyakarta


dengan melewati jutaan detik waktu yang terus berputar hingga sekarang ini.
Membentang panjang di atas garis imajiner Kraton Yogyakarta, Tugu dan
puncak Gunung Merapi. Malioboro adalah detak jatung keramaian kota
Yogyakarta yang terus berdegup kencang mengikuti perkembangan jaman.
Sejarah penamaan Malioboro terdapat dua versi yang cukup melegenda,
pertama diambil dari nama seorang bangsawan Inggris yaitu Marlborough,
seorang residen Kerajaan Inggris di kota Yogjakarta dari tahun 1811 M
hingga 1816 M. Versi kedua dalam bahasa sansekerta Malioboro berarti
“karangan bunga” dikarenakan tempat ini dulunya dipenuhi dengan karangan
bunga setiap kali Kraton melaksanakan perayaan. Lebih dari 250 tahun yang
lalu Malioboro telah menjelma menjadi sarana kegiatan ekonomi melalui
sebuah pasar tradisional pada masa pemerintahan Sri Sultan
Hamengkubuwono I. Dari tahun 1758 – sekarang Malioboro masih terus
bertahan dengan detak jantung sebagai kawasan perdagangan.
Sejak awal degup jantung Malioboro berdetak telah menjadi pusat
pemerintahan dan perekonomian perkotaan. Setiap bagian dari jalan
Malioboro ini menjadi saksi dari sebuah jalanan biasa hingga menjadi salah
satu titik terpenting dalan sejarah kota Yogyakarta dan Indonesia. Bangunan
Istana Kepresidenan Yogyakarta yang dibangun tahun 1823 menjadi titik
penting sejarah perkembangan kota Yogyakarta  yang merupakan soko guru
Negara Kesatuan Republik Indonesia. Dari bangunan ini berbagai perisitiwa
penting sejarah Indonesia dimulai dari sini. Pada tanggal 6 Januari 1946,
Yogyakarta resmi menjadi ibukota baru Republik Indonesia yang masih
muda. Istana Kepresidenan Yogyakarta sebagai kediaman Presiden
Soekarno beserta keluarganya. Pelantikan Jenderal Soedirman sebagai
Panglima Besar TNI (pada tanggal 3 Juni 1947), diikuti pelantikan sebagai

6
Pucuk Pimpinan Angkatan Perang Republik Indonesia (pada tanggal 3 Juli
1947), serta lima Kabinet Republik yang masih muda itu pun dibentuk dan
dilantik di Istana ini pula. Benteng Vredeburg yang berhadapan dengan
Gedung Agung. Bangunan yang dulu dikenal dengan nama Rusternburg
(peristirahatan) dibangun pada tahun 1760. Kemegahan yang dirasakan saat
ini dari Benteng Vredeburg pertama kalinya diusulkan pihak Belanda melalui
Gubernur W.H. Van Ossenberch dengan alasan menjaga stabilitas
keamanan pemerintahan Sultan HB I. Pihak Belanda menunggu waktu 5
tahun untuk mendapatkan restu dari Sultan HB I untuk menyempurnakan
Benteng Rusternburg tersebut. Pembuatan benteng ini diarsiteki oleh Frans
Haak. Kemudian bangunan benteng yang baru tersebut dinamakan Benteng
Vredeburg yang berarti perdamaian.
Malioboro terus bercerita dengan kisahnya, dari pagi sampai menjelang
tengah malam terus berdegup mengiringi aktifitas yang silih berganti. Tengah
malam sepanjang jalan Malioboro mengalun lebih pelan dan tenang. Warung
lesehan merubah suasana dengan deru musisi jalanan dengan lagu-lagu
nostalgia. Berbagai jenis menu makanan ditawarkan para pedagang kepada
pengunjung yang menikmati suasana malam kawasan Malioboro. 
Perjalanan terus berlanjut sampai  dikawasan nol kilometer kota Yogyakarta,
yang telah mengukir sejarah di setiap ingatan orang-orang yang pernah
berkunjung ke kota Gudeg ini. Bangunan-bangunan bersejarah menjadi
penghuni tetap kawasan nol kilometer yang menjamu ramah bagi
pengunjung yang memiliki minat di bidang arsitektur dan fotografi.

B.  Asal Usul Jalan Malioboro


Asal usul malioboro Asal usul malioboro – Malioboro adalah sebuah
Jalan sepanjang tidak lebih dari 2 Kilo Meter yang membentang mulai dari
persimpangan Rel Kereta Api Stasiun Tugu Yogyakarta diujung utara hingga
pertigaan pojokan Gedung Agung diujung Selatan. Malioboro adalah sebuah
Jalan legendaris yang menjadi ikon Kota Yogyakarta dengan kehidupan
kontras antara siang dan malamnya. Saat siang hari, ruas Jalan Malioboro
dipadati kendaraan para pelancong maupun warga Yogyakarta yang
beraktifitas disekitar Jalan Malioboro, sementara dikanan-kiri jalan adalah
toko-toko berbagai macam kebutuhan pokok, serta  sepanjang trotoar kaki
limanya dijejali  lapak-lapak penjaja souvenir khas Yogyakarta, kemudian
diujung selatannya ada pasar Beringharjo, tak ketinggalan sejumlah pusat
perbelanjaan dan hotel yang mengguratkan kehidupan perekonomian warga
Yogyakarta. Sebaliknya pada malam hari, Malioboro dipenuhi aroma
berbagai sajian kuliner yang menggugah selera, yang terhampar di ratusan
tikar Warung lesehan dengan menu khas Gudeg Yogya, Bakmi Jawa, dan
berbagai pilihan Ayam/ Burung dara/ Bebek bakar dan goreng. Keriuhan
suasana lesehan akan ditimpali oleh alunan sejumlah seniman yang
melantunkan musik dan lagu secara nomaden….dalam istilah kuno disebut
sebagai “mbarang” atau pengamen. Sejarah Asal usul malioboro Jogja
Ditinjau dari segi bahasa, kata malioboro berasal dari bahasa sansakerta yg
berarti karangan bunga. Dahulu kawasan Malioboro dikembangkan oleh Sri
Sultan HB I pada th 1758, kawasan itu sebelumnya dipakai untuk sarana
perdagangan melalui pasar tradisional, dahulu di kawasan itu banyak
terdapat karangan bunga sebagai daya tarik, maka sangat wajar jika
kemudian kawasan itu dinamakan Malioboro.Ditinjau dari segi letaknya,
Malioboro berada berada segaris dengan gunung merapi, kraton dan pantai
parang tritis jogja. Asal usul malioboro Malioboro terletak 800 meter dari
Kraton Ngayogyokarto Hadiningrat. Jalan maliboro yogyakarta dulunya
pernah menjadi basis perjuangan tentara Indonesia saat terjadi agresi militer
belanda. Jalan malioboro diapit oleh bangunan gedung perkantoran dan

7
gedung pertokoan sehingga malioboro bisa berkembang menjadi pusat
bisnis seperti sekarang ini di Yogyakarta. Malioboro juga menjadi tempat
berkumpulnya para seniman dan sastrawan dari berbagai daerah yang
bermukim di Yogyakarta, ujar suwarto 54 warga jogja yang berprofesi
sebagai tukang becak di kawasan malioboro.
Kawasan Malioboro sebagai salah satu kawasan wisata belanja andalan
kota Jogja, ini didukung oleh adanya pertokoan, rumah makan, pusat
perbelanjaan, dan tak ketinggalan para pedagang kaki limanya. Untuk
pertokoan, pusat perbelanjaan dan rumah makan yang ada sebenarnya
sama seperti pusat bisnis dan belanja di kota-kota besar lainnya, yang
disemarakan dengan nama-merk besar dan ada juga nama-nama lokal.
Barang yang diperdagangkan dari barang import maupun lokal, dari
kebutuhan sehari-hari sampai dengan barang elektronika, mebel dan lain
sebagainya. Juga menyediakan aneka kerajinan, misal batik, wayang,
ayaman, tas dan lain sebagainya. Terdapat pula tempat penukaran mata
uang asing, bank, hotel bintang lima hingga tipe melati. Keramaian dan
semaraknya Malioboro juga tidak terlepas dari banyaknya pedagang kaki
lima yang berjajar sepanjang jalan Malioboro menjajakan dagangannya,
hampir semuanya yang ditawarkan adalah barang/benda khas Jogja sebagai
souvenir/oleh-oleh bagi para wisatawan. Mereka berdagang kerajinan rakyat
khas Jogjakarta, antara lain kerajinan ayaman rotan, kulit, batik, perak,
bambu dan lainnya, dalam bentuk pakaian batik, tas kulit, sepatu kulit, hiasan
rotan, wayang kulit, gantungan kunci bambu, sendok/garpu perak, blangkon
batik [semacan topi khas Jogja/Jawa], kaos dengan berbagai model/tulisan
dan masih banyak yang lainnya. Para pedagang kaki lima ini ada yang
menggelar dagangannya diatas meja, gerobak adapula yang hanya
menggelar plastik di lantai. Sehingga saat pengunjung Malioboro cukup
ramai saja antar pengunjung akan saling berdesakan karena sempitnya jalan
bagi para pejalan kaki karena cukup padat dan banyaknya pedagang di sisi
kanan dan kiri. Dan ini juga perlu di waspadai atau mendapat perhatian
khusus karena kawasan Malioboro menjadi rawan akan tindak kejahatan, ini
terbukti dengan tidak sedikitnya laporan ke pihak kepolisian terdekat soal
pencopetan atau penodongan, dan tidak jarang pula wisatan asing juga
menjadi korban kejahatan dan ini sangat memalukan sebenarnya.

8
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Maka dapat disimpulkan bahwa tempat-tempat pariwisata yang ada di
Yogyakarta itu sangat banyak, dan kita harus senantiasa menjaga serta
merawatnya agar tetap asri seperti aslinya. agar menarik para wisatawan
untuk berlibur ke jogja.
Selain itu, kota jogja yang menawan itu tidak harus kita tambahkan
dengan budaya-budaya barat yang kita rasa sangat bagus atau trendy. tapi
justru itu salah,kita harus tetap menjaga budaya asli  itu sendiri,agar
mempunyai keaslian yang khas dimata dunia.
Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan salah satu kota favorit para
wisatawan untuk berlibur dan menghabiskan sisa waktu istirahatnya di
tempat-tempat wisata yang ada di Yogyakarta. walaupun banyak cerita-cerita
mistis  yang beredar di masyarakat luas, para wisatawan tetap antusias
menikmati tempat-tempat pariwisata yang ada di jogja.

3.2 Saran
Kami menyadari bahwa dalam pembuatan makalah ini banyak ditemui
kesulitan, oleh karena itu kami mengharapkan saran dan kritik agar kami
dapat menyempurnakan makalah ini.
Demikianlah Kesimpulan dan saran dalam pembuatan makalah ini.
Dalam pembuatan makalah ini banyak sekali kekurangan-kekurangan, untuk
itu  penulis sebagai manusia biasa mohon maaf atas segala keurangan dan
kekhilafan. Semoga makalah ini bermanfaat bagi kita semua.

9
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat ilahi robbi atas limpahan rahmat
dan karunia‐Nya, serta anugerah hidup dan kesehatan yang telah kami
terima, serta petunjuk‐Nya sehingga memberikan kemampuan dan
kemudahan bagi kami dalam menyusunan makalah ini.
Didalam makalah ini kami selaku penyusun hanya sebatas pengetahuan
yang bisa kami sajikan. Dimana didalam tema tersebut ada beberapa hal
yang bisa kita pelajari khususnya tempat – tempat wisata yang ada di
Yogyakarta yang indah dan menawan.
Kami menyadari bahwa keterbatasan pengetahuan dan pemahaman
kami tentang Kota Yogyakarta, menjadikan keterbatasan kami pula untuk
memberikan penjabaran yang lebih dalam tentang masalah ini, oleh karena
itu kritik dan saran dari semua pihak yang bersifat membangun selalu kami
harapkan demi kesempurnaan makalah ini.
Harapan kami, semoga makalah ini membawa manfaat bagi kita,
setidaknya untuk sekedar membuka pola berpikir kita tentang budaya dan
sosial yang ada di kota Yogyakarta.
.

Cirebon, Maret 2022

10
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................1
1.1 Latar Belakang...........................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.....................................................................1
1.3 Tujuan Penelitian.......................................................................1
1.4 Manfaat Penelitian.....................................................................1

BAB II PEMBAHASAN................................................................................2
2.1 Candi Borobudur........................................................................2
2.2 Taman Pintar..............................................................................5
2.3 Malioboro....................................................................................6

BAB III PENUTUP........................................................................................ 9


3.1 Simpulan....................................................................................9
3.2 Saran..........................................................................................9

11

Anda mungkin juga menyukai