“Suku Batak”
Disusun Oleh :
Kelompok 7
1. Indri Ayu F.
2. Rohani
3. Siti Nur`ain
4. Siti Nurhasanah
5. Virli Sri Rahayu
6. Wahyuni Wulandari
Kelas : XII Akuntansi 1
Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan YME atas limpahan rahmat dan
karunia-Nya kepada penulis, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Suku Batak” ini dengan lancar. Penulisan makalah ini bertujuan untuk memenuhi salah satu
tugas mata pelajaran Ilmu Pengetahuna Sosial.
Penulis harap, dengan membaca makalah ini dapat memberi manfaat bagi kita
semua, dalam hal ini dapat menambah wawasan kita mengenai Budaya Batak. Memang
makalah ini masih jauh dari sempurna, maka penulis mengharapkan kritik dan saran dari
pembaca demi perbaikan menuju arah yang lebih baik.
Penulis
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR i
DAFTAR ISI ii
BAB I PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang 1
1.2. Rumusan Masalah 2
1.3. Tujuan Makalah 2
BAB II PEMBAHASAAN
2.1. Sistem Kepercayaan Religi 3
2.2. Sistem Kekerabatan 6
2.3. Sistem Ekonomi 9
2.4. Sistem Politik 10
2.5. Kesenian 11
2.6. Kerajinan 17
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
1
1.2. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dipaparkan diatas, kami akan
membahas unsur-unsur kebudayaan suku Batak diantaranya :
1. Apa sistem kepercayaan religi suku batak?
2. Apa sistem kekerabatan suku batak?
3. Apa sistem ekonomi suku batak?
4. Apa sistem politik suku batak?
5. Bagaimana kesenian suku batak?
6. Bagaimana kerajinan suku batak?
1.3. Tujuan
Dari rumusan masalah diatas kami mempunyai tujuan:
1. Untuk mengetahui kepercayaan religi suku batak.
2. Untuk mengetahui sistem kekerabatan suku batak.
3. Untuk mengetahui sistem ekonomi suku batak.
4. Untuk mengetahui sistem politik suku batak.
5. Untuk mengetahui kesenian suku batak.
6. Untuk mengetahui kerajinan suku batak.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
2.1.2. Parmalim
Istilah Parmalim merujuk kepada penganut agama Malim. Agama Malim
yang dalam bahasa Batak disebut Ugamo Malim adalah bentuk moderen agama
asli suku Batak. Agama asli Batak tidak memiliki nama sendiri, tetapi pada
penghujung abad kesembilan belas muncul sebuah gerakan anti kolonial.
Pemimpin utama mereka adalah Guru Somalaing Pardede. Agama Malim pada
hakikatnya merupakan agama asli Batak, namun terdapat pengaruh agama Kristen,
terutama Katolik, dan juga pengaruh agama Islam.
Agama ini tidak mengenal Surga atau sejenisnya, sepeti agama umumnya,
selain Debata Mula jadi Na Bolon (Tuhan YME) dan Arwah-arwah leluhur, belum
ada ajaran yang pasti reward atau punisnhment atas perbuatan baik atau jahat,
selain mendapat berkat atau dikutuk menjadi miskin dan tidak punya turunan.
Tujuan upacara agama ini memohon berkat Sumangot dari Debata Mula jadi Na
bolon (Tuhan YME), dari Arwah-arwah leluhur, juga dari Tokoh-tokoh adat atau
kerabat-kerabat adat yang dihormati, seperti Kaum Hula-hula (dari sesamanya).
Agama ini lebih condong ke paham Animisme. Agama ini bersifat tertutup, masih
hanya untuk suku Batak, karena upacara ritualnya memakai bahasa Batak, dan
setiap orang harus punya marga, tidak beda dengan agama-agama suku-suku
animisme dibelahan bumi lainnya, sifatnya tidak universal.
Tuhan dalam kepercayaan Malim adalah "Debata Mula Jadi Na Bolon"
(Tuhan YME) sebagai pencipta manusia, langit, bumi dan segala isi alam semesta
yang disembah oleh "Umat Ugamo Malim" ("Parmalim"). Agama Malim terutama
dianut oleh suku Batak Toba di provinsi Sumatera Utara. Sejak dahulu kala
terdapat beberapa kelompok Parmalim namun kelompok terbesar adalah kelompok
Malim yang berpusat di Huta Tinggi, Kecamatan Lagu Boti, Kab. Toba Samosir.
Hari Raya utama Parmalim disebut Si Pahasada (yaitu '[bulan] Pertama') serta Si
Pahalima (yaitu '[bulan] Kelima) yang secara meriah dirayakan di kompleks
Parmalim di Huta Tinggi.
6
keturunan atau generasi yang di tengah), Sinina terbungsu (perekur-ekur, keturunan
terbungsu), Berru yakni kerabat penerima gadis, dan Puang yakni kerabat pemberi gadis.
Kelima unsur ini sangat berperan dalam proses pengambilan keputusan dalam
berbagai aspek kehidupan terutama dalam sistem kekerabatan, upacara adat maupun
dalam konteks komunitas lebbuh atau kuta. Artinya ke lima unsur ini harus terlibat agar
keputusan yang diambil menjadi sah secara adat.
Lalu pada Batak Simalungun terdapat empat marga asli suku Simalungun yang
populer dengan akronim SISADAPUR, yaitu Sinaga, Saragih, Damanik, dan
Purba.Keempat marga ini merupakan hasil dari Harungguan Bolon (permusyawaratan
besar) antara empat raja besar dari masing-masing raja tersebut, untuk tidak saling
menyerang dan tidak saling bermusuhan.
Sementara pada Batak Mandailing hanya dikenal beberapa marga saja, antara lain
Lubis, Nasution, Harahap, Pulungan, Batubara, Parinduri, Lintang, Hasibuan, Rambe,
Dalimunthe, Rangkuti, Tanjung, Mardia, Daulay, Matondang, dan Hutasuhut.
Kelompok kekerabatan Batak diambil dari garis keturunan laki-laki atau
patrilineal. Seorang Batak merasa hidupnya lengkap jika ia telah memiliki anak laki-laki
yang meneruskan marganya. Menurut buku “Leluhur Marga Marga Batak”, jumlah
seluruh Marga Batak sebanyak 416, termasuk marga suku Nias.
Untuk menentukan seorang bangsa Batak berasal garis keturunan mana, mereka
menggunakan Torombo.Dengan tarombo seorang Batak mengetahui posisinya dalam
sebuah marga.Orang Batak meyakini, bahwa kekerabatan menggunakan Torombo ini
dapat diketahui asal-usulnya yang berujung pada Si Raja Batak.
Bagi Batak Toba, Si Raja Batak adalah anak perempuan dari keturunan Debata
Muljadi Nabolon, Tuhan pencipta bumi dan isinya. Tuhan ini memerintah ibu Si Raja
Batak untuk menciptakan bumi, dan ibunya tinggal di daerah bernama
Siandjurmulamula. Daerah tersebut menjadi tempat tinggal Si Raja Batak dan
keturunannya.Daerah ini adalah tanah Batak, dimana tempat seluruh orang Batak berasal.
2.2.1. Perkawinan
Bagi bangasa Batak, khusunya Batak Toba, sesama satu marga dilarang
saling mengawini. Jika melanggar ketetapan ini, maka si pelanggar akan
mendapatkan sanksi adat. Hal ini ditujukan untuk menghormati marga
seseorang.Juga supaya keturunan marga tersebut dapat berkembang.Ini
7
menunjukan bahwa mereka sangat menjunjung tinggi nilai-nilai adat dan marga
memiliki kedudukan yang tinggi.
Bagi bangsa Batak, perkawinan mengandung nilai sakral.Oleh karenya
kesakralan tersebut harus disertai dengan sebuah adat perkawinan.Dikatakan sakral
karena bermakna pengorbanan bagi pihak pengantin perempuan.Ia “berkorban”
memberikan satu nyawa manusia yang hidup yaitu anak perempuan kepada orang
lain pihak paranak, pihak penganten pria. Pihak pria juga harus menghargainya
dengan mengorbankan atau mempersembahkan satu nyawa juga berupa
penyembelihan seekor sapi atau kerbau. Hewan tersebut akan menjadi santapan
atau makanan adat dalam ulaon unjuk (adat perkawinan Batak).
Terdapat beberapa rangkaian upacara adat perkawinan bangsa Batak.
Rangkaian pertama sebagai pembuka adalah Mangariksa dan Pabangkit Hata.
Mangariksa adalah kunjungan dari pihak mempelai laki-laki kepada pihak wanita,
lalu dilanjutkan dengan proses Pabangkit Hata atau lamara. Rangkaian kedua
adalah Marhori-Hori Dinding, yaitu membicarakan lebih lanjut mengenai rencana
perkawinan serta pestanya.Ketiga adalah Patua Hata, yakni para orang tua
memberikan petuah atau nasihat sebagai bekal kepada kedua mempelainya nanti.
Proses ini merupakan proses yang amat serius.
Keempat adalah rangkaian yang dinamakan Marhata Sinamot, yakni pihak
pria mendatangi pihak wanita untuk membicarakan uang jujur atau dalam bahasa
Batak adalah tuhor.Selanjutnya adalah Pudun Sauta atau makan bersama kedua
belah pihak.Makanan yang dibawa berasal dari pihak pria. Lalu dilanjutkan dengan
rangkaian keenam yakni Martumpol, yaitu penandatanganan surat perstejuan
kedua belah pihak. Kemudian rangkaian ketujuah adalah Martonggo Raja, yaitu
seremoni atau pernikahan yang akan digelar. Prosesi ini memberitahukan kepada
masyarakat mengenai pernikahan yang akan digelar.
Rangkaian kedelapan adalah Manjalo Pasu-pasu Parbagosan, yaitu
pemberkatan kedua pengantin yang dilakukan oleh pihak gereja bila agama mereka
adalah Kristen Protestan.Prosesi ini merupakan hal yang terpenting dan tak boleh
dilewatkan karena orang Batak adalah penganut Kristen yang taat.Rangkaian
terakhir adalah Pesta Unjuk.Prosesi ini merupakan rangkaian terakhir dari
keseluruhan rangkaian pernikahan.Semua keluarga berpesata dan membagikan
jambar atau daging kepada pihak keluarga.
8
Rangkaian tersebut memang nampak ribet, rumit dan merepotkan.Tetapi itu
merupakan suatu kebudayaan yang dimiliki salah satu suku bangsa Indonesia.
9
Golongan para pendiri kuta disebut merga taneh. Mereka memiliki tanah yang
paling luas, sedangkan golongan lainnya hanya memiliki tanah sekedar cukup untuk
hidup. Cara pengerjaannya masih tradisional, begitu pula alat-alatnya (bajak, cangkul,
garu dan tongkat tugal).
Di sepanjang tepi danau Toba banyak penduduk yang mencari ikan menopang
hidupnya, dengan peralatan yang sederhana pula.
Orang Batak juga mengenal sistem gotong-royong kuno dalam hal bercocok
tanam yang disebut raron (Karo) atau marsiurupan (Toba). Peternakan juga dilakukan,
tetapi hanya bersifat sambilan saja. Jenis ternaknya : kerbau, sapi, kuda, kambing dan
ternak unggas. Orang Batak banyak yang merantau ke luar daerah, terutama Jawa.
10
2.5. Kesenian
Seni Tari khas Suku Batak yaitu: Tari Tor-Tor (bersifat magis), Tari Serampang
dua belas (bersifat hiburan). Alat musik khas Suku Batak yaitu: Musik gondang.
Orang Batak dikenal dengan sebagai masyarakat pecinta seni dan musik. Hampir
semua sub suku memiliki jenis kesenian yang unik dan berbeda dari sub suku lainnya.
Kesenian orang Batak Toba sendiri cukup beragam mulai dari tarian, alat musik dan
jenis-jenis nyanian. Tarian yang menjadi ciri khas orang Batak Toba adalah tari Tor-tor
dengan berbagai jenis nama tari untuk berbagai jenis kegiatan yang berbeda-beda. Tor-
tor atau tari-menari merupakan salah satu kebudayaan Batak yang tertua.Dahulu kala
seni tari-menari duhubungkan dengan kepercayaan animisme yang dapat mendatangkan
kuasa-kuasa magis.Acara tari-menari diadakan untuk memohon kemenangan, kesehatan,
dan kehidupan sejahtera kepada dewa-dewa.Acara tari-menari juga diadakan bilamana
ada orang yang lahir, akil balig dan diterima sebagai anggota suku, pada saat menikah,
dan pada waktu sudah mati.Namun sekarang tarian tersebut tidak lagi bersifat animisme,
tetapi lebih dimaksudkan untuk mempererat hubungan kekerabatan dalam Dalihan Na
Tolu.
2.5.1. Tari Tor-Tor Khas Suku Batak
Tor-tor adalah tarian seremonial yang disajikan dengan musik gondang.
Walaupun secara fisik tortor merupakan tarian, namun makna yang lebih dari
gerakan-gerakannya menunjukkan tor-tor adalah sebuah media komunikasi,
dimana melalui gerakan yang disajikan terjadi interaksi antara partisipan
upacara.Tor-tor dan musik gondang ibarat koin yang tidak bisa dipisahkan.
11
Seni tari Batak pada zaman dahulu merupakan sarana utama pelaksanaan
upacara ritual keagamaan. Juga menari dilakukan juga dalam acara gembira seperti
sehabis panen, perkawinan, yang waktu itu masih bernapaskan mistik
(kesurupan).Acara pesta adat yang membunyikan gondang sabangunan (dengan
perangkat musik yang lengkap), erat hubungannya dengan pemujaan para Dewa
dan roh-roh nenek moyang (leluhur) pada zaman dahulu.Tetapi itu dapat
dilaksanakan dengan mengikuti tata cara dan persyaratan tertentu.umpamanya
sebelum acara dilakukan terbuka terlebih dahulu tuan rumah (hasuhutan)
melakukan acara khusus yang dinamakna Tua ni Gondang, sehingga berkat dari
gondang sabangunan. Dalam pelaksanaan tarian tersebut salah seorang dari
hasuhutan (yang mempunyai hajat )akan meminta permintaan kepada penabuh
gondang dengan kata-kata yang sopan dan santun sebagai berikut:
13
1) Margondang adat, yaitu suatu upacara yang menyertakan gondang,
merupakan akualisasi dari aturan-aturan yang dibiasakan dalam hubungan
manusia dan manusia (hubungan horizontal), misalnya : gondang anak tubu
(upacara anak yang baru lahir), gondang manape goar (upacara pemberian
nama/ gelar boru kepada seseorang), gondang pagolihan anak (mengawinkan
anak), gondang mangompoi huta (peresmian perkampungan baru), gondang
saur matua (upacara kematian orang yang sudah beranak cucu) dan
sebagainya.
14
dari unsur dalihan na tolu yang selalu disertakan dalam pada setiap upacara.
Menurut Manik, bahwa pada mulanya agama dan adat etnik Batak Toba
mempunyai hubungan yang erat, sehingga tiap upacara adat sedikit banyaknya
bersifat keagamaan dan tiap upacara agama sedikit banyaknya diatur oleh adat
(1977: 69).
Walaupun hubungan dari kedua adat dan religi selalu kelihatan jelas dalam
pelaksanaan suatu upacara, perbedaaan dari kedua upacara tersebut dapat dilihat
dari tujuan utama suatu upacara dilaksanakan. Apabila suatu upacara
dilaksanakan untuk hubungan manusia yang disembahnya, maka upacara
tersebut di klasifikasikan kedalam upacara religi. Apabila suatu upacara
dilakukan untuk hubungan manusia dengan manusia, maka upacara tersebut
dapat di klasifikasikan ke dalam upacara adat.
2. Margondang pada Zaman Sekarang
15
unsur-unsur kebudayaannya. Ketakutan ini timbul karena adanya predikat yang
kurang baik sepeti kafir, kolot da tuduhan lain yang diberikan penganut
kebudayaan tersebut. Pada bagian yang lain ada juga kelompok agama
tradisional pada masyarakat Batak Toba yang menentang ajaran Kristen.
2.5.3. Konsep Margondang pada masa sekarang
Konsep Margondang pada masa sekarang dapat dibagi dalam tiga bagian besar,
yaitu :
a) Margondang pesta, suatu kegiatan yang menyertakan gondang dan merupakan
suatu ungkapan kegembiraan dalam konteks hibuan atau seni pertunjukkan,
misalnya : gondang pembangunan gereja, gondang naposo, gondang
mangompoi jabu (memasuki rumah) dsb.
b) Margondang adat, suatu kegiatan yang menyertakan gondang, merupakan
aktualisasi dari system kekerabatan dalihan na tolu, misalnya : gondang
mamampe marga (pemberian marga), gondang pangolin anak (perkawinan),
gondang saur matua (kematian), kepada orang diluar suku Batak Toba, dsb.
16
hukuman dalam kehidupan sehari-hari adalah berdasarkan tata aturan yang
dititahkan oleh Raja Sisingamangaraja XII yang diaggap sebagai wakil mulajadi
na bolon.
2.6. Kerajinan
Kerajinan suku bangsa Batak yang terkenal adalah kain ulos. Peranan ulos
bagi masyarakat Batak sejak lahir hingga meninggal sangat tinggi. Macam-macam ulos
dan fungsinya dalam suatu acara, meliputi:
1. ulos lobu-lobu adalah ulos yang diberikan ayah kepada putra dan menantu saat
pernikahan;
2. ulos hela adalah ulos yang diberikan orang tua pengantin perempuan;
3. ulos tondi adalah ulos yang diberikan orang tua kepada putrinya saat hamil tua;
4. ulos tujung adalah ulos yang diberikan kepada janda atau duda.
5. ulos saput adalah ulos penutup jenazah yang diberikan paman almarhum jika yang
meninggal laki-laki;
Kain ulos adalah hasil kerajinan suku bangsa Batak yang terkenal.
17
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Daerah Sumatra Utara memiliki kekayaan budaya yang beraneka ragam dalam
bentuk adat istiadat, seni tradisional, dan bahasa daerah. Masyarakatnya terdiri atas
beberapa suku, seperti Melayu, Nias, Batak Toba, Pakpak, Karo, Simalungun, Tapanuli
Tengah, Tapanuli Selatan (meliputi Sipirok, Angkola, Padang Bolak, dan Mandailing);
serta penduduk pendatang seperti Minang, Jawa dan Aceh yang membawa budaya serta
adat-istiadatnya sendiri-sendiri. Daerah ini memiliki potensi yang cukup baik dalam
sektor pariwisata, baik wisata alam, budaya, maupun sejarah
Semua etnis memiliki nilai budaya masing-masing, mulai dari adat istiadat, tari
daerah, jenis makanan, budaya dan pakaian adat juga memiliki bahasa daerah masing-
masing. Keragaman budaya ini sangat mendukung dalam pasar pariwisata di Sumater
Utara. Walaupun begitu banyak etnis budaya di Sumatera Utara tidak membuat
perbedaan antar etnis dalam bermasyarakat karena tiap etnis dapat berbaur satu sama lain
dengan memupuk kebersamaan yang baik. kalau di lihat dari berbagai daerah bahwa
hanya Sumatera Utara yang memiliki penduduk dengan berbagai etnis yang berbeda dan
ini tentunya sangat memiliki nilai positif terhadap daerah sumatera utara.
3.2. Saran
Kebudayaan yang dimiliki suku Batak ini menjadi salah satu kekayaan yang
dimiliki oleh bangsa Indonesia yang perlu tetap dijaga kelestariannya.Dengan membuat
makalah suku Batak ini diharapkan dapat lebih mengetahui lebih jauh mengenai
kebudayaan suku Batak tersebut dan dapat menambah wawasan serta pengetahuan yang
pada kelanjutannya dapat bermanfaat dalam dunia kependidikan.
18
DAFTAR PUSTAKA
19