DISUSUN OLEH:
PRODI D3 KEBIDANAN
T.A 2022/2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami ucapkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas segala
rahmat-Nya sehingga makalah ini dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa
kami mengucapkan terima kasih kepada dosen pengampu mata kuliah kami yang
telah memberikan kami arahan untuk menyelesaikan makalah ini. Kami sangat
berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi
pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktekkan dalam kehidupan sehari-hari. Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa
masih banyak kekurangan dalam penyusunan makalah ini karena keterbatasan
pengetahuan dan pengalaman kami. Untuk itu kami sangat mengharapkan kritik dan
saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
i
DAFTAR ISI
BAB 1. PENDAHULUAN
BAB 2. PEMBAHASAN
BAB 3. PENUTUP
A. Kesimpulan .................................................................................................................13
B. Saran .............................................................................................................................13
ii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Batak adalah salah satu suku bangsa yang ada di Indonesia. Sesuai
dengan hasil sensus penduduk tahun 2010 ditemukan bahwa suku Batak
merupakan suku terbesar ketiga di Indonesia jika dilihat dari jumlahnya yakni
sebanyak 8.466.969 orang (3,58 % dari jumlah penduduk Indonesia), yang
merupakan kelompok kesatuan sosial dari bagian sub-suku masyarakat suku
Batak yang berada di daerah Sumatera Utara, khususnya sebagai asal lahirnya
yang kemudian menyebar ke berbagai daerah. Suku Batak tidak hanya satu
saja tetapi terdiri dari beberapa sub suku. Suku Batak Toba adalah salah satu
dari enam suku Batak yang terdiri dari Batak Toba, Batak Karo, Batak
Simalungun, Batak Pakpak/Dairi, Batak Mandailing dan Batak Angkola
B. Rumusan Masalah
Adapun rumusan masalah dari makalah kami ini adalah sebagai berikut:
1. Apa pengertian budaya
2. Apa saja bagian budaya batak toba
3. Apasaja konsep dan nialai masyarakat batak toba
4. Apa tujuan hidup masyarakat batak toba
5. Apa saja dimensi-dimensi nilai batak
6. Apa saja upaya masyarakat batak toba dalam memperjuangkan kemerdekaan
C. Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan pembahasan dari rumusan masalah ialah sebagai berikut:
1. Untuk mengetahui pengertian budaya
2. Untuk mengetahui bagian budaya batak toba
3. Untuk mengetahui konsep dan nialai masyarakat batak toba
4. Untuk mengetahui tujuan hidup masyarakat batak toba
5. Untuk mengetahui saja dimensi-dimensi nilai batak
6. Untuk mengetahui upaya masyarakat batak toba dalam memperjuangkan
kemerdekaan
1
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Budaya
Budaya merupakan suatu gaya hidup yang berkembang dalam suatu
kelompok atau masyarakat, kemudian diwariskan secara turun temurun dari
generasi ke generasi berikutnya. Budaya menciptakan adat istiadat, kemudian
diterapkan oleh masyarakat, dan dipatuhi meskipun nggak ada hukum yang
tertulis mengenai penerapannya. Jadi budaya adalah segala daya dari budi,
yakni cipta, rasa dan karsa. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia budaya
artinya pikiran, akal budi, hasil, adat istiadat atau sesuatu yang sudah menjadi
kebiasaan yang sukar diubah. Hubungan antara kebudayaan, agama, dan adat
istiadat dalam pelaksanaannya di kehidupan manusia dapat dijelaskan dengan
sederhana yaitu, manusia sebagai makhluk sosial dalam kehidupannyayang
dapat dipengaruhi oleh unsur-unsurkebudayaan, agama, dan adat istiadat di
daerah atau lingkungan tempat dia tinggal.seperti saat dia berbicara atau
melakukan suatu kegiatan, misalnya makan, minum dan juga saat dia
berjalan. Dalam pelaksanaan kegiatan beragama tidak bisa dihindarkan dari
unsur-unsur di atas. Contohnya, proses pemakaman masyarakat di daerah
Sumatra.
2
Kebudayaan Batak Toba adalah kebudayaan yang sangat kaya,
terdiri dari Bahasa Tradisional yaitu bahasa Batak Toba dengan
dialeknya, huruf Batak Toba, kesenian tradisional yaitu seni teater
(sigale-gale), seni tari (tortor, marembas), seni musik gondang dengan
seperangkat alat musik tradisional (uning-uningan) seperti sulim,
gordang, sarune, odap, taganing, garantung, hasapi dan ogung, kain
tradisional seperti ulos yang bermacam-macam jenis tenunan serta
fungsinya seperti ulos saput untuk orang yang meninggal, makanan
khas seperti lappet, arsik, tombur, saksang, pohul-pohul serta minuman
khas seperti tuak.
Upacara adat ada dua jenis yaitu : acara adat resmi serta acara
keagamaan ataupun syukuran di luar adat namun menyertakan acara
adat Batak Toba. Acara adat Batak Toba resmi yang ada di sepanjang
siklus kehidupan adalah acara syukuran 7 bulanan, perkawinan,
kematian, dan upacara setelah kematian yaitu upacara pengangkatan
tulang belulang (mangokhal holi) dan acara diluar adat Batak Toba
(acara keagamaan) yang melibatkan adat Batak Toba seperti, acara
baptis (tardidi), acara katekisasi/sidi, ataupun acara syukuran seperti
perayaan tahun baru yang menjadi bagian dari kebiasaan adat Batak
Toba untuk mengucap syukur juga tatakrama-tatakrama yang menjadi
ciri masyarakat Batak Toba.
5
Nilai budaya Batak Toba ini cukup kental diwariskan dari generasi ke
generasi sedianya memberikan gambaran betapa orang tua Batak Toba
berupaya keras untuk melihat anak-anaknya berhasil. Idealnya, anak-anak
dari keluarga Batak Toba akan merespon tuntutan orang tuanya dengan
menampilkan usaha maksimal untuk mencapai prestasi akademik yang
baik (Valentina & Martani, 2018). Para ahli filsafat dan ilmuan-ilmuan
sosial telah mengetahui mengenai pentingnya nilai-nilai (values) dalam
ilmusosial, namun para cendekiawan bisnis belum banyak yang mengakui
bagaimana pentingnya nilai-nilai bagi individu, sosial, dan perubahan
sosial (Kahle & Kenedy dalam Hari, 2015). Pengaruh konsep nilai-nilai
personal terhadap perilaku telah diteliti dalam beberapa disiplin ilmu misal
bidang pemasaran dan bidang psikologi (Rokeach dalam Hari 2015).
Menurut Simanjuntak (dalam Valentina & Martani, 2018)
Ada sembilan nilai budaya utama pada orang Batak yang memengaruhi
bagaimana orang Batak berperilaku dan menjalani kehidupan
bermasyarakat.
6
4. Hasangapon (kemuliaan, kewibawaan, dan kharisma) yang merupakan
nilai utama yang mendorong masyarakat sub etnis Batak Toba untuk gigih
mencapai kejayaan. Terlebih lagi pada zaman modern ini, jabatan dan
pangkat yang tinggi menjadi simbol kemuliaan, kewibawaan, kharisma,
dan kekuasaan pada orang Batak Toba.
5. Hamoraon atau kaya raya, merupakan salah satu nilai budaya yang
mendasari dan mendorong orang sub etnis Batak Toba untuk mencari
harta dalam bentuk benda materil yang banyak (Valentina & Martani,
2018).
6. Hamajuon, atau kemajuan, yang dapat dicapai dengan meninggalkan
kampung halaman dan menuntut ilmu setinggi-tingginya. Nilai budaya
hamajuon ini sangat kuat mendorong orang Batak merantau dan pergi ke
berbagai daerah di tanah air, dengan tujuan untuk meningkatkan dan
mempertahankan semangat berkompetisi.
7. Patik dohot uhum atau aturan dan hukum. Nilai patik dohot uhum ini
merupakan nilai yang kuat yang disosialisasikan oleh orang Batak untuk
menegakkan kebenaran, keadilan, dan menjalani kehidupan menurut
hukum yang berlaku.
8. Pengayom. Nilai ini mencerminkan kehadiran pengayom, pelindung,
ataupun pembawa kesejahteraan, yang setidaknya kehadirannya
diperlukan dalam situasi yang sangat mendesak. Meski sesungguhnya
karakter kemandirian cukup tinggi ditekankan pada orang Batak sehingga
nilai pengayom tersebut tidak terlalu menonjol.
9. Marsisarian, atau usaha orang Batak untuk tetap saling mengerti, saling
menghargai, saling membantu. Bila terjadi konflik atau perseteruan dalam
kehidupan bermasyarakat, maka prinsip marsisarian perlu dikedepankan.
Nilai-nilai budaya Batak Toba tersebut diajarkan oleh orang tua kepada
anak-anaknya pada berbagai kesempatan, pada umumnya dalam
pertemuan-pertemuan keluarga (Valentina & Martani, 2018).
7
Perkumpulan marga-marga tampak mempengaruhi aktivitas keseharian
masyarakat Batak Toba. Hal ini menjadikan hubungan antar individu maupun
kelompok yang berbeda agama itu semakin kuat terlihat di wilayah ini.
Penggunaan sapaan status pada Dalihan na Tolu seperti eda, ito, bere, tulang,
inang, amang, anggi, akkang, boru, dan bapa juga tampak jelas terlihat
digunakan oleh masyarakat Batak Toba yang berbeda agama dalam
kesehariaannya baik itu ketika di adat, di perkumpulan, ketika berpapasan di
jalan, berbelanja di pasar tradisional, dan bersilaturahmi pada hari-hari besar
(Sinaga, 2015).
8
membujuk kepada pihak penerima isteri atau boru, apabila engkau ingin
mendapatkan keturunan atau anak bersembah sujudlah kepada kerabat
pemberi isteri, dan jika engkau ingin dihormati berhati-hatilah kepada kerabat
semarga.
9
anak mendapat tempat dan nilai yang lebih tinggi dari nilai yang lain
(Napitupulu, 2011). Pendidikan ternyata memegang peranan penting sebagai
pendorong bagi keluarga mereka dalam rangka mencapai tujuan hidup atau
misi budaya: hagabeon (diberkati karena keturunan), hamaraon (kekayaan),
dan hasangapan(kehormatan). Budaya adalah kumpulan dari pola-pola
perilaku, gaya berkomunikasi, nilai-nilai, lembaga-lembaga, standar-standar
tertentu, dan kekhasan dari suatu komunitas yang ditransmisikan kepada
individu-individu yang diharapkan untuk diikuti.Menurut Rokeach dan
Schwartz (dalam Valentina & Martani, 2018) nilai dapat memotivasi individu
untuk melakukan suatu tindakan tertentu memberi arah dan intensitas
emosional tertentu terhadap tingkah laku. Hal ini didasari oleh teori lainnya
yang menyatakan bahwa nilai juga merepresentasikan kebutuhan (termasuk
secara biologis) dan keinginan, selain tuntutan sosial. Perkembangan
pengertian nilai adalah sebuah nilai merupakan kepercayaan dimana seorang
individu bertindak dikarenakan preferensinya. Schwartz dan Bardi (2001)
mengatakan bahwa nilai-nilai merupakan tujuan transituasional yang
diinginkan, yang sangat beragam dan menyediakan prinsip-prinsip yang
menjadi pedoman dalam kehidupan manusia.
10
3. Hagabeon, yang berarti memiliki banyak anak dan berumur panjang.
Bagi orang Batak, sumber daya manusia sangat penting karena
kekuatan suku bangsa dapat dibangun dengan adanya jumlah populasi
yang besar pada suku tersebut. Tampaknya hal ini terkait dengan
sejarah suku bangsa Batak yang memiliki budaya kompetitif yang
tinggi, yang tercermin dari perang huta atau kampung.
4. Hasangapon, yaitu (kemuliaan, kewibawaan, dan kharisma) yang
merupakan nilai utama yang mendorong masyarakat sub etnis Batak
Toba untuk gigih mencapai kejayaan. Terlebih lagi pada zaman
modern ini, jabatan dan pangkat yang tinggi menjadi simbol
kemuliaan, kewibawaan, kharisma, dan kekuasaan pada orang Batak
Toba.
5. Hamoraon atau kaya raya, merupakan salah satu nilai budaya yang
mendasari dan mendorong orang sub etnis Batak Toba untuk mencari
harta dalam bentuk benda materil yang banyak.
6. Hamajuon atau kemajuan, yang dapat dicapai dengan meninggalkan
kampung halaman dan menuntut ilmu setinggi-tingginya. Nilai budaya
hamajuon ini sangat kuat mendorong orang Batak merantau dan pergi
ke berbagai daerah di tanah air, dengan tujuan untuk meningkatkan dan
mempertahankan semangat berkompetisi.
7. Patik dohot uhum atau aturan dan hokum. Nilai patik dohot uhum ini
merupakan nilai yang kuat yang disosialisasikan oleh orang Batak
untuk menegakkan kebenaran, keadilan, dan menjalani kehidupan
menurut hukum yang berlaku.
8. Pengayoman, Nilai ini mencerminkan kehadiran pengayom, pelindung,
ataupun pembawa kesejahteraan, yang setidaknya kehadirannya
diperlukan dalam situasi yang sangat mendesak. Meski sesungguhnya
karakter kemandirian cukup tinggi ditekankan pada orang Batak
sehingga nilai pengayom tersebut tidak terlalu menonjol.
9. Marsisarian atau usaha orang Batak untuk tetap saling mengerti, saling
menghargai, saling membantu. Bila terjadi konflik atau perseteruan
dalam kehidupan bermasyarakat, maka prinsip marsisarian perlu
dikedepankan
11
F. Upaya Masyarakat Batak Toba Dalam Memperjuangkan Kemerdekaan
Sisingamangaradja XII sebagai raja Batak menolak adanya upaya
penyebaran agama Kristem yang dilakukan oleh para misionaris Belanda di
wilayah Batak. Hal ini disebabkan karena Sisingamangaradja khawatir
kepercyaan dan tradisi animisme rakyat Batak akan terkikis oleh adanya
perkembangan agama Kristen. Upaya penolakan ini dilakukan dengan cara
mengusir zending (organisasi penyebar agama Kristen) yang memaksakan
agama Kristen kepada rakyat Batak pada 1877. Menanggapi tindakan
pengusiran ini, para misionaris pun meminta perlindungan dari pemerintah
Kolonial Belanda.Sejak saat itu, perang antara rakyat Batak dan Belanda pun
terjadi yang disebut Perang Batak. Pada 17 Juni 1907, Sisingamangaradja XII
tewas dalam peperangan di Dairi bersama putrinya Lopian, dan kedua
putranya, Patuan Nagari dan Patuan Anggi. Ia disergap oleh sekelompok
anggota dari pasukan khusus Belanda, Korps Marsose. Ia menghadapi
pasukan Korps Marsose sembari memegang senjata Piso Gaja Dompak.
Kopral Souhoka, pasukan Belanda, yang merupakan penembak jitu,
mendaratkan tembakannya ke kepala Sisingamangaradja XII tepat di bawah
telinganya. Ia kemudian dikebumikan Belanda secara militer pada 22 Juni
1907 di Silindung. Makamnya kemudian dipindahkan ke Makam Pahlawan
Nasional di Soposurung, Balige pada 14 Juni 1953 yang dibangun oleh
pemerintah.
12
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Upaya mempersatukan bangsa budaya Indonesia dapat menjadi
pemersatu apabila kita memiliki rasa bangga terhadap budaya yang kita miliki.
Hal ini dibuktikan dari berbagai permasalahan yang timbul yang dianggap
menyimpang dari nilai-nilai Pancasila itu sendiri. Sehingga dikhawatirkan
akan terjadi kemerosotan sikap moral bangsa Indonesia," paparnya. Pancasila
merupakan suatu asas yang menjadi dasar dan landasan Bangsa Indonesia
untuk menjadi sebuah negara yang adil dan makmur. Dengan kata lain unsur-
unsur yang merupakan materi/bahan Pancasila tidak lain diangkat dari
pandangan hidup masyarakat Indonesia sendiri. Sebagaimana kita ketahui
bahwa sesuai dengan amanat Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia Tahun 1945 Pasal 32 Ayat (1) tentang negara memajukan
kebudayaan nasional Indonesia di engah peradaban dunia dengan Menjamin
kebebasan masyarakat dalam memelihara dan mengembangkan nilai-nilai
budayanya. Upaya pengembangan dan pelestarian budaya daerah dapat
dilakukan dengan bekerja sama dengan organisasi kemasyarakatan khususnya
bidang kebudayaan di lembaga adat yang berada di daerahnya.
B. Saran
Semoga hasil makalah ini dapat memberikan manfaat bagi para
pembaca baik di masa yang sekarang maupun masa yang akan datang. Penulis
memohon maaf apabila terdapat kesalahan dan kekurangan dalam makalah ini,
karena penulis pun masih dalam tahap pembelajaran. Penulis memohon kritik
dan saran kepada pembaca demi kesempurnaan makalah ini.
13
DAFTAR PUSTAKA
14