Anda di halaman 1dari 14

MANUSIA

KOMPETENSI:
Mahasiswa mampu menyadari
hakekatnya sebagai mahluk
religius/spiritual, moral, sosial serta
rasional agar dapat menjalani
kehidupannya sebagai mahasiswa
dengan mengembangkan diri
seutuhnya dalam semua dimensi
kehidupan.
MANUSIA ADALAH PUSAT KEHIDUPAN
BERAGAMA DAN PUSAT PENGAMBILAN
KEPUTUSAN ETIS.

BERBAGAI CABANG ILMU TELAH


MEMBAHAS TENTANG “SIAPAKAH
MANUSIA” BERDASARKAN PERSPEKTIF
MASING-MASING.
• MANUSIA ADALAH MAHLUK CIPTAAN ALLAH,
BUKAN AKIBAT PROSES EVOLUSI.
• SEBAGAI MAHLUK, IA TETAPLAH SEBAGAI
MAHLUK CIPTAAN ALLAH, YANG TIDAK AKAN
PERNAH BERUBAH MENJADI PENCIPTA.
• SEBAGAI MAHLUK CIPTAAN ALLAH, MANUSIA
BERGANTUNG SEPENUHNYA KEPADA
PENCIPTANYA.
• SEBAGAI PENCIPTA, ALLAH BERDAULAT PENUH
ATAS HIDUP DAN TUJUAN HIDUP MANUSIA
CIPTAANNYA.
MANUSIA SEBAGAI GAMBAR ALLAH (IMAGO
DEI, Kej 1:26)
• Ada sifat-sifat Allah dalam diri manusia.
• Allah adalah Pencipta dan manusia adalah
ciptaan.
• Manusia sebagai mandataris Allah (dalam
relasi manusia dengan ciptaan yang lain).
• Manusia diberi kemampuan untuk
mengembangkan kehidupannya.
• Manusia sebagai mahluk religius
(potensi/kemampuan manusia
berkomunikasi dengan Allah)
MANUSIA SEBAGAI MAHLUK SOSIAL
• Manusia sebagai mahluk sosial yang
berorientasi kepada sesama (Kej 2:18).
• Hanya dalam konteks hubungan dengan
orang lainlah, kita memahami dan
menemukan hakekat kita sebagai
manusia.
• Orientasi kepada sesama juga berperan
dalam berbagai tindakan religius dan
pertimbangan serta pengambilan
keputusan etis ( yg baik atau jahat )
MANUSIA SEBAGAI MAHLUK RASIONAL
DAN BERBUDAYA
• Adanya hubungan yang tidak terpisahkan antara
manusia dengan alam (memerintah,
menaklukkan dan memelihara).
• Manusia sebagai mahluk berbudaya karena
dilengkapi dengan kemampuan rasional.
• Manusia mampu mengembangkan
kehidupannya.
• Potensi rasional harus dilandasi oleh “Hukum
Kasih”. Artinya, potensi rasional manusia
dengan segala produknya dan hasilnya haruslah
dalam rangka mengasihi Allah.
MANUSIA SEBAGAI MAHLUK ETIS
• Allah memberikan Hukum kepada manusia
(bnd Kej 3:1-3).
• Ajaran Kristen mengedepankan adanya
pilihan yang bebas.
• Pemberian Hukum dan adanya kebebasan
memilih menunjukkan adanya bentuk
pertanggungjawaban dari manusia.
• Disamping itu, manusia sebagai mahluk etis
berarti manusia mempunyai kesadaran etis:
kesadaran membedakan mana yang baik dan
tidak baik.
Manusia sebagai mahluk etis berarti:
• Manusia mempunyai kesadaran etis, yakni
kesadaran untuk membedakan mana yang
baik dan buruk, benar dan salah,
bertanggungjawab dan tidak.
• Manusia mempunyai kebebasan etis yakni
memilih secara bebas dari alternatif di atas.
• Manusia mempunyai pertanggungjawaban
etis, yakni bertanggungjawab terhadap
pilihannya.
• Allah menempatkan manusia dalam
hubungan multidimensional (hubungan
dengan Allah, sesama dan alam ciptaan
lainnya).
• Oleh sebab itu, pertanggungjawaban
etis juga menyangkut kepada hubungan
multidimensional dimaksud
MANUSIA SEBAGAI PENDOSA
• Pada satu sisi, manusia adalah mahluk etis
dan mulia, namun di sisi lain, manusia
juga berhadapan dengan berbagai
persoalan akibat ulahnya sendiri
(paradoks).
• Paradoks ini disebabkan oleh karena
manusia telah jatuh ke dalam dosa (Kej 3).
• Dosa bukan sekedar pelanggaran moral,
tetapi sikap memberontak kepada Allah.
• Dosa bukan hanya menyangkut
pribadi/individu, tetapi juga menyangkut
dosa sosial.
• Dosa sosial artinya bahwa dosa dihasilkan
tanpa sengaja, sesuatu yang menghasilkan
konsekwensi jahat, namun pelakunya tidak
merasa bersalah. Dosa sosial memiliki 2
level:
• Level 1: kecenderungan2 sosial yang tak adil
dan tak manusiawi yang terbangun dalam
berbagai institusi sosial, politis, ekonomi,
agama yang merupakan perwujudan dari
kehidupan kolektivitas manusia.
• Level 2: dosa sosial yang mengambil
bentuk dalam simbol-simbol kultural dan
agamawi yang hidup dalam imajinasi dan
didukung oleh masyarakat, yang
membenarkan serta memperkuat
(reinforce), lembaga-lembaga (institution)
yang tak adil, dan karena itu
memperburuk kerusakan yang
ditimbulkan terhadap semakin banyak
orang, yang juga tanpa disadari oleh
masyarakat.
MANUSIA DIMAMPUKAN UNTUK
MERESTORASI (MEMPERBAIKI)
HUBUNGANNYA DENGAN ALLAH, SESAMA
DAN ALAM CIPTAAN LAIN
• Iman Kristen memiliki pengharapan akan
adanya kemungkinan restorasi hubungan yang
telah rusak oleh dosa.
• Kepercayaan kepada Allah merupakan jalan
penyelamatan dan pembaharuan Allah melalui
Yesus Kristus dan RohNya.
• Keselamatan dan pembaharuan dimaksud juga
bukan semata bersifat individu, tetapi juga
dipahami secara sosial dan berlaku kini dan
disini.
• Orang Kristen terpanggil untuk
menolak berbagai ketidakadilan
dalam tatanan sosial (sosial,
ekonomi, politik) dan
memperjuangkan adanya keadilan
di dalamnya, sehingga ada
perdamaian.

Anda mungkin juga menyukai