MATA KULIAH
AGAMA (KRISTEN)
Tahun Pembelajaran 2019/2020
Oleh :
Pdt. Dr.Retno Adi S.PAK, M.MPd.
Pengertian Agama
Arti agama dapat dicari dengan memperhatikan akar katanya. Dalam bahasa Sansekerta kata
agama terdiri dari kata”a” berarti tidak dan “gam” berarti kacau. Jadi, agama berarti tidak
kacau. Ada juga kata Ugama, yang berarti peraturan, tata tertip, hukum illahi. Berdasarkan
kedua kata tersebut
Dapat dikatakan bahwa agama adalah upaya manusia untuk mengaitkan dan
menyesuaikan seluruh hidupnya dengan tata tertip, hukum serta peraturan dari yang illahi.
Dengan demikian maka hubungannya dengan yang illahi dan dengan sesama serta
lingkungannya tidak kacau, melainkan dapat berjalan dengan tertip dan baik.
Dalam bahasa Latin “agama” disebut “Religio, dari akar kata “religere” yang berarti :
- mengembalikan ikatan, mengikatkan kembali.
- memperhatikan dengan seksama.
Berdasarkan kata ini, istilah “agama” dapat diartikan sebagai tindakan manusia untuk
mengembalikan atau memulihkan ikatan hubungan yang rusak antara manusia dengan Allah,
dengan memperhatikan Kehendak Allah secara seksama.
Agama Kristen
Dalam Agama Kristen ada ciri-ciri umum yang ada pada setiap agama: kepercayaan akan Allah,
Wahyu, sistem ajaran, Upacara keagamaan, ajaran tentang dosa, keselamatan, kehidupan
sesudah mati, dsb. Pada umumnya suatu agama muncul sebagai hasil usaha manusia
untukmencari, mengenal suatu kuasa diluar dirinya,dan mendekatkan diri pada kuasa (Allah)
itu.
Dalam agama Kristen, manusia digambarkan juga sebagai yang mencari Allah. Tetapi itu
bukanlah unsur yang terpenting. Hal itu bukan tema utama agama Kristen. Unsur yang paling
menentukan dalam ajaran Kristen adalah tindakan Allah yang dalam KasihNya mencari dan
menyelamatkan manusia (Roma 5:8;Yohanes 3:16; Efesus 2:8-9).
Tuhan Allah mengerti bahwa manusia tidak akan mampu mendekati dan menjangkau Allah,
karena keberdosaannya.
Dengan demikian agama Kristen adalah agama yang muncul sebagai perwujudan
tanggapan manusia atas inisiatif Allah, bukan sebagai usaha manusia mencari Allah.
Dalam agama Kristen diajarkan dengan jelas dalam Kitab Matius 22:37-40, “Kasihilah Tuhan
Allahmu dengan segenap hatimu, jiwamu,dan dengan segenap akal budimu.
Bahkan Alkitab juga mengatakan bahwa, “..Jangan membalas kejahatan dengan kejahatan,…
bahkan kasihilah musuhmu,..jika kamu ditampar pipi kananmu, berikanlah pipi kirimu”.
Setiap kehidupan umat manusia yang telah mengenal Allah atas kehidupannya, selayaknya
mereka tersebut dapat mempertangungjawabkan segala tindakannya kepada Allah atas tugas
dan tanggung jawabnya sebagai mandataris Allah.
KESEHATAN
PERSPEKTIF THEOLOGIA KRISTEN
Dosen :Dr. Retno Adi S.PAK, M.MPd.
Kemajuan bioteknologi tidak hanya membuka dan menciptakan dunia baru (artificial),
tetapi juga melahirkan permasalahan etis yang rumit, mengingat etika tradisional tidak mampu
mengingat isu-isu etis konteporer. Ia tidak hanya menyumbangkan sesuatu yang positif tapi
juga negative, misalnya terjadi komersialisasi bidang kesehatan, praktek-praktek ketidakadilan
dalam pelayanan perawatan, ketergantungan, dsb.
Persoalan ethis muncul, mana yang harus kita pilih; Teknologisasi pada taraf canggih
(sophisticated) sehingga sakit dan pelayanan kesehatah menjadi mahal; atau manusia secara
pribadi mengolah masalah-masalah kesehatannya sendiri?
Ivan Illich, tokoh pendidikan luar sekolah, menyatakan ada 2 akibat negative dari penanganan
kesehatan modern, yaitu :
Disamping itu kita dapat melihat praktek-praktek kesehatan yang tidak adil, Pelayanan
kita untuk melayani siapa? Apakah orang miskin yang memerlukan kesehatannya minimal
terlayani? Berapa orang yang memiliki hak-hak istimewa/ privilasi untuk menerima pelayanan
kesehatan, sehingga harus mengorbankan pelayanan kesehatan minimal kepada masyarakat
miskin. Bagaimanakah pandangan kekristenan dalam menanggapi kemajuan tersebut di semua
aspek kehidupan manusia.
Banyak penyakit yang ditemukan di rumah sakit, bukan karena sakit secara biologis,
melainkan psikis. Kejiwaan yang tidak sehat, mengalami keterasingan tidak mampu berinteraksi
menyebabkan gangguan pada organ tubuhnya, seperti sakit lambung, jantung, ginjal, dsb. Ini
biasa disebut Psikosomatis, yaitu seseorang yang menderita sakit, sebetulnya bersumber pada
jiwanya yang terganggu (psike), tetapi tidak Nampak dan yang Nampak pada tubuhnya (soma,
Yunani:daging). Ilmu kedokteran modern seringkali hanya mengobati satu sisi saja, yaitu secara
biologis. Ini jelas sangat merugikan pasien, sebab ia akan tergantung pada obat padahal
mungkin ia tidak memiliki penyakit pada tubuhnya.
Maka pendekatan Holistik (menyeluruh) sangat dibutuhkan, disinilah peranan para pelayan
dalam perawatan si pasien sangat dibutuhkan. Kita dapat memberikan penguatan-penguatan
secara rohani menurut keyakinan jiwanya. Manusia bukan obyek untuk diteliti dan
disembuhkan, tetapi ia harus menjadi subyek atas hidupnya sendiri.
Untuk mengerti dan membentuk sikap kita terhadap Penanganan kesehatan modern,
baiklah kita meninjau beberapa pokok teologis Kristen, sehingga kita dapat memiliki perspektif
yang benar. Perspektif yang benar akan dapat menolong kita memahami segala sesuatu
termasuk pengetahuan kesehatan dengan benar juga.
Namun harus diakui bahwa dosa telah merasuk kedalam hidup manusia, sehingga semua unsur
budaya manusia itu telah diwarnai dosa. Tehnologi dan ilmu pengetahuan termasuk ilmu
kesehatan adalah alat atau sarana bagi manusia untuk mengabdi kepada Allah. Akibat dosa
semua itu seringkali dipakai untuk menghancurkan dunia dan kehidupan didalamnya, termasuk
sesamanya. Dapat dipakai sebagai tangan iblis untuk menghancurkan kasih kepada Allah dan
sesama manusia.
Karena manusia diciptakan segambar dengan Allah, maka hanya kepada manusia Allah
member mandat. Mandat itu adalah mandate cultural, yang membedakan manusia dengan
makluk lainnya. Manusia menjadi mandataris Allah untuk mengolah, menjaga, merawat,
memimpin, memelihara, mempertanggungjawabkan dunia ini (Kejadian 21;15), membangun
bumi adalah manifestasi atau perwujudan dari mandat cultural yang Allah berikan kepada
manusia.
Pelayanan Kesehatan modern adalah juga merupakan jawaban manusia sebagai mandataris
Allah untuk menciptakan kehidupan yang lebih bermakna dan ingin memecahkan persoalan-
persoalanyang dihadapi manusia, termasuk bidang kesehatan tersebut. Manusia tidak hanya
pasrah atau mengakui adanya kenyataan penyakit, tetapi ia ingin mengatasinya dengan cara-
cara yang ia temui.
Dimensi tanggungjawab itu dipulihkan kembalidengan hadirnya Allah dalam Yesus Kristus, yang
sebagai Jalan, Kebenaran dan Kehidupan (Yohanes 14:6), Yang memulihkan Imago Dei secara
khusus yaitu kekudusan/kesucian, kebenaran dan kemuliaan yang telah rusak akibat dosa
manusia. Dan memberi perspektif baru bagi mnusia dalam merealisasi mandat kulturnya.
MANUSIA PERSPEKTIF KREATIF
Apakah manusia sanggup menjadi partner Allah dalam memelihara dunia dan isinya?
Jawabnya, bisa, karena Allah telah memberikan sifat-sifatNya kepada manusia (Imago Dei).
Memang sapi betina dan seorang perempuan sama-sama beranak, namun manusia mampu
menciptakan rumah bersalin. Inilah yang dimaksud manusia makluk yanhg perspektif kreatif.
Tanpa manusia alam dan dunia akan berhentiberjalan.
Begitu pula dalam menghadapi atau membangun system nilai atau norma-norma
kesehatan masyarakat, manusia tidak berhenti. Perspektif kreatif menyebabkan manusia tidak
hanya berpegang pada tradisi kristiani tradisional, tetapi menciptakan nilai-nilai baru yang
mengarah pada Kemuliaan Allah.
Perspektif kreatif ini membuat manusia mempunyai visi ke depan yaitu membangun
bumisecara terus menerus (termasuk diantaranya bidang kesehatan) menuju kepada
kesudahan atau penggenapan.
Ayat-ayat refrensi:
- Kesabaran:
I Kor.13:7c“ Ia Sabar menanggung segala sesuatu”
Yakobus 1:12 “Berbahagialah orang yang bertahan dalam pencobaan, sebab
apabila ia sudah tahan uji, ia akan menerima mahkota kehidupan yang dijanjikan
Allah kepada barangsiapa yang mengasihi Dia”
- Menghadapi sakit:
Mazmur 147:3 “Ia menyembuhkan orang-orang yang patah hati dan membalut
luka-luka mereka”
Amsal 3:7,8 “Hai anakku, perhatikanlah perkataanku, arahkanlah telingamu
kepada ucapanku; janganlah semuanya itu menjauh dari padamu,
simpanlah itu dilubuk hatimu. Karena itulah yang menjadi
kehidupan bagi mereka dan kesembuhan bagi seluruh tubuh
mereka”.
Amsal 16:22 “Perkataan yang menyenangkan adalah seperti sarang madu, manis
bagi hati, dan obat bagi Tulang-tulang”
Amsal 17:22 “Hati yang gembira adalah obat yang manjur, tetapi semangat yang
patah mengeringkan tulang”
PRAKTEK-PRAKTEK KESEHATAN:
1. Pembatasan Kelahiran/ kontrasepsi
Manusia adalah makluk yang berkewajiban untuk memelihara dirinya. Salah satunya
adalah terlampau besarnya jumlah anak tanpa usaha serius untuk membatasinya, ia bisa
menjadi beban bagi masyarakat. Misalnya hidup konsumtif terlalu besar dan tak
terkontrol sehingga tidak dapat dipertanggungjawabkan kebutuhan jasmani-rohaninya.
e. Suntikan
Obat suntik yang berisi hormone progesterone yang disuntikkan setiap 2 atau 3
bulan, atau hormone estrogen dan progesterone yang disuntikkan setiap 1 bulan
(suntikan kombinasi) pada otot panggul atau lengan atas.
Alkitab, mengijinkan metode ini, karena cara kerja metode ini dengan:
- menekan ovulasi (pelepasan sel telur dari indung telur)
-Lendir mulut rahim mengental sehingga penetrasi sperma terganggu.
- menipiskan endometrium/ selaput lendir sehingga tidak siap untuk kehamilan
- menghambat tranportasi sel telur yang telah dibuahi (gamet) oleh tuba.
g. Kondom
Yaitu merupakan selubung/ sarung karet yang terbuat dari lateks (karet) atau plastic
(vinil), yang dipasang pada alat kelamin pria saat hubungan seksual.
Cara ini juga diijinkan oleh keyakinan Kristiani, sebab cara kerjanya menghalangi
terjadinya pertemuan sperma dan sel telur. Mencegah penularan mikroorganisme
(IMS termasuk HBV, dan HIV/Aids) dari pasangan satu kepada pasangan lainnya.
Alasan Aborsi:
• Mau terus sekolah
• Takut orangtua
• Ekonomi belum siap
• Malu pada sosial
• Tidak mencintai yang menghamili
• (perkosaan) bingung dengan status anaknya
nanti
Dampak aborsi tidak aman
• Pendarahan
• Infeksi alat reproduksi
• ruptur uterus (robek rahim)
• Fistula genital
Jelas menurut pandangan Alkitab sangat
ditentang, karena dianggap melihat dampak dan akibatnya sangat tidak sesuai dengan
kebenaran, aborsi adalah merupakan pembunuhan, apapun alasannya.
Keluaran 20:13, Ulangan 5:17, Matius 19:18, Markur 10:19, Lukas 18:20, Yakobus 2:11.
6. Tranfusi Darah
Seperti halnya dengan pencangkokan tubuh lainnya, tranfusi darah juga dapat
dilakukan. Tranfusi darah pada tubuh manusia dapat menolong setiap penderita. Bagi penderita
demam berdarah misalnya yang hidupnya membutuhkan darah, maka tranfusi darah dapat
menyelamatkan hidupnya. Tranfusi darah adalah pengobatan untuk pengganti darah yang
rusak, atau mungkin hilang.
b. Pertanyaan kedua adalah bagaimana dengan telur-telur yang telah dibuahi dibiarkan
mati atau mubazir? Apakah embrio itu belum dianggap makluk hidup? Siapa yang dapat
menentukan embrio mana yang harus mati dan yang harus hidup, Tuhan atau manusia?
Kalau embrio yang satu diijinkan untuk hidup dan yang lain dibuang, apa kriterianya, dan
apakah orang tua embrio tersebut berhak untuk memilihnya?
c. Sejauhmana penyewaan rahim (Womb leasing) dibenarkan untuk berbagai motif untuk
mendapatkan anak, entah mungkin karena rahim istri cacat atau tujuan-tujuan
ekonomis? Dengan penyewaan rahim, ibu yang mengandung embrio itu sudah
memandang anak yang dikandung sebagai sarana untuk mencapai tujuan lain. Ibu
tersebut memutuskan hubungan batin dengan anak yang yaitu dengan kontrak, bahwa
bayi itu bukan anaknya, dan setelah melahirkan ibu harus pisah.
d. Masalah etis muncul yang lain yaitu, anak seakan-akan sebuah obyek dan bukan sebagai
individu yang mempunyai hak hidup dan keamanan atas dirinya. Mati hidupnya embrio
tidak ditentukan dari seleksi alam melainkan dari manusia yang menangani embrio tsb.
Jelaslah, disisi satu fertilisasi in vitro sangat menolong bagi wanita yang cacat pada
tuba fallopiannya atau rahimnya tidak mapu membesarkan embrio. Pasangan yang secara
alami tidak dapat menghasilkan keturunan, dengan fertilisasi in vitro menjadi mungkin
untuk memiliki anak. Disisi lain memang menimbulkan masalah etis yang rumit, misalnya
saja wanita dapat menyangkali kodratnya untuk melahirkan atau takut terganggu
kariernya. Sekalipun ia sendiri tidak melahirkan, namun ia dapat punya anak dari bibit dia
dan suaminya melalui rahim kontrak.
Beberapa pertanyaan etis disekitar inseminasi buatan sebagai permasalahan etis yang
muncul, yaitu:
a. inseminasi buatan berarti memisahkan tindakan prokreasi (reproduksi) dari kesatuan
cinta, seolah-olah hadirnya anak tidak tergantung dari tindakan prokreasi dan kesatuan
cinta pasangan nikah itu. Apkah persetubuhan hanya satu-satunya norma untuk
mendapatkan anak? Sejauh mana inseminasi buatan berarti juga kebebasan pasangan
lesbian yang terkontrol?
b. Apakah dibenarkan tindakan masturbasi untuk memperoleh sperma, jika boleh,
batasan-batasannya sehingga seseorang dapat melakukannya tanpa perasaan takut
dosa?
c. inseminasi buatan member kesempatan pada kaum homoseksual dan lesbian untuk
mempunyai anak tanpa pernikahan secara heteroseksual.
d. Dengan inseminasi buatan, si istri bisa mendapat sperma dari donor, atau sebaliknya
suami dapat sel telur donor, sejauh manakah tindakan itu dapat disebut perzinahan
atau bukan perzinahan?
Melihat pertanyaan-pertanyaan ini secara sepintas, jelaslah etika konvensional dan etika
trdisional belum mampu menjawab permasalahan tersebut. Oleh sebab itu bioetika
mempelajari masalah ini, bukan semata-mata mendasarkan dirinya pada dogma atau
ajaran yang sempit, tetapi terbuka atas hasil studi ilmu lainnya, seperti hokum, psikologi
maupun sosiologi. Tentu jawaban bukan sekedar HITAM atau PUTIH, tetapi melihat
kasus-kasus etisnya, untuk memberi legitimasi, sejauh mana inseminasi buatan
diperbolehkan dan tidak diperbolehkan.
Sunat adalah merupakan Perjanjian Allah dengan Abraham. Demikian juga dalam Perjanjian
Baru, Kitab Roma 2:25, sunat dilakukan untuk memenuhi Hukum Taurat.Bahkan Yesus
sendiri untuk memenuhi dan menggenapi Hukum Taurat Dia juga disunat pada usia 8 hari,
demikian juga rasul Paulus dalam Fillipi 3:5, “..saya disunat ketika umur 8 hari,…dalam hal
ketaatan hukum-hukum agama…”. Pada saat yang sama lebih diarahkan pada kehidupan
rohani dan bukan yang lebih bersifat jasmani, Roma 2:29, 3:1 mengatakan, bukan sunat
jasmani yang penting, tetapi sunat hati.I Korintus 7:18-19, “..Kalau sesorang sudah disunat
pada waktu menerima panggilan Allah, maka janganlah orang itu berusaha untuk
menghapuskantanda-tanda sunat itu, dan sebaliknya. ……..yang penting ialah menuruti
perintah-perintah Allah”. Namun demikian dipandang dari sisi kesehatan sirkumsisi
sangatlah penting.
Untuk itulah kita harus
Menjaga Kesehatan
9. Autopsi Mayat
Selama hal tersebut untuk kebaikan umat manusia, maka sesungguhnya hal tersebut masih
memungkinkan untuk dilakukan, namun demikian harus ada persetujuan dari semua fihak.
Dalam Alkitab tidak ada batasan-batasan yang jelas untuk hal tersebut. Tergantung apa
yang menjadi tujuan dan motivasi autopsy mayat tersebut.
Ada beberapa pertanyaan etis yang muncul disekitar deteksi pra kelahiran?
a. Informasi prakelahiran bukan hanya menyenangkan tetapi juga dapat
menggelisahkan. Bila melalui Deteksi atau Diagnosa prakelahiran diperoleh kejelasan
bahwa embrio dalam keadaan baik, sehat dan tidak ada kelainan, tentulah
menyenangkan/ tidak ada masalah. Namun bagaimana bila diperoleh kejelasan,
bahwa ada kelainan embrional atau inveksi yang menyebabkan anak cacat bila
diteruskan sampai kelahiran? Tindakan pengguguran sanagt dimungkinkan dengan
adanya Deteksi atau Diagnosa prakelahiran.
b. Apakah dibenarkan menggugurkan calon bayi secara terencana setelah mendengar
informasi melalui Deteksi atau Diagnosa prakelahiran? Lebih berdosa mana,
membiarkan anak cacat kronis lahir di dunia, padahal kita tahu sebelumnya atau
membiarkan ia lahir dengan segala konsekuensi logisnya?
d. Permasalahan etis keempat yang muncul, ialah bagaimana dengan fakta, bahwa ada
orang-orang penderita cacat kronis dari kecil yang hidup bahagia bersama
keluarganya? Apakah Tuhan hanya mencintai orang-orang yang sempurna saja dan
membenci mereka yang cacat?
e. Satu lag masalah etis yang muncul adalah, apakah Deteksi atau Diagnosa
prakelahiran justru dapat memperkokoh prinsip cintakasih perkawinan yang tanpa
syarat atau justru sebaliknya? Apakah cintakasih pasangan itu dengan anaknya
hanya terjadi, bila si anak memenuhi syarat tertentu, misalnya sempurnan dan tidak
cacat?
15. Tindakan Keperawatan/ medis oleh perawat yang berbeda jenis kelamin (bukan
Makhrom)
Laki-laki disebut laki-laki karena ada perempuan dan demikian sebaliknya.Tidak ada laki-laki
tanpa perempuan tidak ada perempuan tanpa laki-laki, keduanya adalah ciptaan Allah yang
sempurna, untuk saling mendukung dan menolong.
Dalam Alkitab dikatakan bahwa laki-laki sebagai pelindung, sedangkan perempuan disebut
sebagai penolong (Kejadian 2:18). Kata penolong berasal dari kata ibrani Ezer arti kata ini
lebih bermakna sebagai ‘penyelamat’. Jadi secara Alkitabiah untuk penanganan medis yang
berbeda jenis tidak dipermasalahkan karena keduanya saling melengkapi, demi
kesejahteraan manusia.
Ya Tuhan, Allah yang menyelamatkan aku, siang hari aku berseru-seru, pada
waktu malam aku menghadap Engkau. Biarlah doaku datang kehadapan-Mu,
sendengkanlah telingaMu kepada teriakku; sebab jiwaku kenyang dengan
malapetaka dan hidupku sudah dekat dengan dunia orang mati. Aku sudah
dianggap orang-orang yang masuk keliang kubur; aku seperti orang yang tidak
berkekuatan. (Mazmur 88:2-5)
Doa Musa, abdi Allah. Tuhan, Engkaulah tempat perteduhan kami turun
temurun. Sebelum gunung-gunung dilahirkan, dan bumi-bumi diperanakkan,
bahkan dari selama-lamanya sampai selama-lamanya Engkaulah Allah. Engkau
mengembalikan manusia kepada debu, dan berkata; “kembalilah, hai anak-anak
manusi!” Sebab dimataMu seribu tahun sama seperti hari kemarin, apabila
berlalu atau tiba suatu giliran jaga diwaktu malam. Engkau menghanyutkan
manusia, mereka seperti mimpi, seperti rumput yang bertumbuh, diwaktu pagi
berkembang, diwaktu petang lisut dan layu. Engkau menaruh kesalahan kami
dihadapanMu, dan dosa kami yang tersembunyi dalam cahaya wajahMu.
Sungguh hari kami berlalu karena gemasMu, kami menghabiskan tahun-tahun
kami seperti keluh. Masa hidup kami tujuh puluh tahun dan jika kami kuat
delapan puluh tahun,dan kebanggaannya adalah kesukaran dan penderitaan;
sebab berlalunya buru-buru, dan kami melayang lenyap. (Mazmur 90:1-10)
- Ajal/ kematian
“Janganlah gelisah hatimu, percayalah kepada Allah, percayalah juga kepadaKu,
dirumah BapaKu banyak tempat tinggal. Jika tidak demikian tentu Aku
mengatakannya kepadamu.
Sebab Aku pergi kesitu untuk menyediakan tempat bagimu. Dan apbila Aku telah
pergi kesitu dan telah menyediakan tampat bagimu, Aku akan datang kembali
dan membawa kamu ketempatKu,
Supaya ditempat dimana Aku berada, kamupun ada (Yohanes 14:1-3)
Jawab Yesus:” Akulah Kebangkitan dan Hidup; barang siapa percaya kepadaKu,
ia akan hidup walaupun ia sudah mati,…..” (Yohanes 11:25-26).
b. Peran keluarga menghadapi pasien menjelang ajal atau sakit kronis sesuai
agama Kristen