Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

ILMU BUDAYA DASAR


MANUSIA DAN PANDANGAN HIDUP

DISUSUN OLEH:
INDAH WIDYA NINGSIH

DOSEN PEMBIMBING:
Warnadi, SE.M.Si

SEKOLAH TINGGI ILMU EKONOMI-INDRAGIRI (STIE-I)


RENGAT
2020
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, yang telah melimpahkan
rahmat, taufik serta hidayahnya. Sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Manusia dan Pandangan Hidup”. Pembuatan makalah ini disusun untuk menambah
pengetahuan mahasiswa dan mahasiswi dalam menerima mata kuliah “Ilmu Budaya Dasar” dan
bagaimana cara mempelajari materi lebih dalam.
Kami yakin dalam pembuatan makalah ini masih banyak kekurangan oleh karena itu
kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua pihak sangat kami butuhkan. Semoga
makalah ini sebagai sarana penunjang proses belajar mengajar.
BAB 1

PENDAHULUAN

A.  Latar Belakang


Manusia adalah makhluk hidup ciptaan Tuhan yang paling tinggi derajatnya.
Dikarenakan manusia memiliki akal, pikiran dan rasa. Ketika kekayaan manusia inilah yang
membuat manusia disebut sebagai khalifah di bumi ini. Tuntukan hidup manusia lebih dari pada
tuntutan hidup makhluk lainnya yang membuat manusia berfikir lebih maju untuk memenuhi
kebutuhan atau hajat hidupnya di dunia, baik yang bersifat jasmani maupun rohani. Dari proses
ini maka lahirlah apa yang disebut kebudayaan dan pandangan terhadap hidup.
Setiap manusia memiliki pandangan hidup yang berbeda-beda mengelompokkan
pandangan hidup yang berdeda-beda akan menciptakan paham atau aliran. Pandangan hidup
tidak terlepas dari masalah nilai dalam kehidupan manusia. Jadi pandangan terhadap hidup ini
adalah segala sesuatu yang dihasilkan oleh akal budi manusia. Pandangan hidup dapat menjadi
pegangan, bimbingan dan tuntutan seseorang ataupun masyarakat dalam menempuh kehidupan.
Oleh karena itu, dalam kehidupan dunia dan akhirat pandangan hidup seseoranglah yang
menentukan akhir hidup mereka sendiri. Selain itu pandangan hidup juga tidak langsung muncul
dalam masyarakat, melainkan melalui berbagai proses dalam menemukan jati diri atau
pandangan hidupnya. Mulai dari masa kanak-kanak hingga dewasa.
Dalam penemuan pandangan hidup tersebut, tidak lepas juga dengan pendidikan.
Manusia mengetahui tentang hakikat hidup dan sebagainya adalah berasal dari pendidikan.Oleh
karena itu jika kita membahas tentang pendangan hidup, tidak boleh lepas dari pendidikan
manusia dapat berfikir ledih kedepan mulai dari kehidupan baik lahir dan batin.

B.  Rumusan masalah


1. Bagaimana pengertian pandangan hidup?
2. Bagaimana hubungan pandangan hidup dengan kehidupan manusia?
C.  Tujuan masalah
1. Mendeskripsikan pengertian pandangan hidup.
2. Mendeskripsikan hubungan pandangan hidup dengan kehidupan manusia.
BAB II

PEMBAHASAN

A.  Cita-cita
Cita-cita adalah keinginan, harapan, tujuan yang selalu ada dalam pikiran. Pandangan
hidup terdiri atas cita-cita, kebajikan, dan sikap hidup. Dalam kehidupannya manusia tidak dapat
melepaskan diri dari cita-cita, kebajikan, dan sikap hidup itu. Tidak ada orang hidup tanpa cita-
cita, tanpa berbuat kebajikan, dan tanpa sikap hidup. Sudah tentu kadar atau tingkat cita-cita,
kebijakan dan sikap hidup itu berbeda-beda bergantung kepada pendidikan, pergaulan, dan
lingkungan masing-masing.Itulah sebabnya, cita-cita, kebajikan, dan sikap hidup banyak
menimbulkan daya kreativitas manusia. Banyak hasil seni yang melukiskan cita-cita, kebajikan,
dan hidup seseorang. Cita-cita ini perasaan hati yang merupakan suatu keinginan, kemauan, niat,
atau harapan. Cita-cita itu penting bagi manusia, karena adanya cita-cita menandakan
kedinamikan manusia.Ada tiga katagori keadaan hati seseorang, keras, lunak, dan lemah. Orang
yang berhati keras, tak berhenti berusaha sebelum cita-citanya tercapai. Ia tak menghiraukan
rintangan, tantangan, dan segala kesulitan yang dihadapinya. Orang yang berhati lunak dalam
usaha mencapai cita-citanya menyesuaikan diri dengan situasi dan kondisi. Orang yang berhati
lemah, mudah terpengaruhi oleh situasi dan kondisi. Cita-cita, keinginan, harapan, banyak
menimbulkan daya kreatifitas para seniman. Banyak hasil seni seperti: drama, novel, film,
musik, tari, filsafat yang lahir dari kandungan cita-cita, keinginan, harapan dan tujuan.

B.  Kebajikan
Kebajikan atau kebaikan atau perbuatan yang mendatangkan kebaikan pada hakikatnya sama
dengan perbuatan moral, perbuatan yang sesuai dengan norma-norma agama atau etika. Manusia
adalah seorang pribadi yang utuh yang terdiri atas jiwa dan badan. Manusia merupakan makhluk
sosial: manusia hidup bermasyarakat, manusia saling membutuhkan, saling menolong, saling
menghargai sesama anggota masyarakat. Sebaliknya pula saling mencurigai, saling membenci,
saling merugikan, dan sebagainya.Untuk melihat apa itu kebajikan, kita harus melihat dari tiga
segi, yaitu: manusia sebagai pribadi, manusia sebagai anggota masyarakat, dan manusia sebagai
makhluk Tuhan.Manusia sebagai pribadi dapat menentukan baik dan buruk. Yang menentukan
baik dan buruk itu suara hati. Suara hati itu semacam bisikan dalam hati untuk menimbang
perbuatan baik atau tidak. Jadi suara hati itu merupakan hakim terhadap diri sendiri.
Suara hati masyarakat, yang menentukan baik dan buruk adalah suara hati masyarakat.
Suara hati manusia adalah baik, tetapi belum tentu suara hati masyarakat menganggap baik.
Demikian pula manusia sebagai makhluk Tuhan, manusia pun harus mendengar suara hati
Tuhan. Tuhan selalu membisikkan agar manusia berbuat baik dan mengelak perbuatan yang
tidak baik. Jadi kebajikan itu adalah perbuatan yang selaras dengan suara hati kita, suara hati
masyarakat dan hukum Tuhan. Kebajikan berarti berkata sopan, santun, barbahasa baik,
bertingkah laku baik, ramah tamah terhadap siapapun, berpakaian sopan agar tidak merangsang
bagi yang melihatnya. Namun ada pula kebajikan semu, yaitu kejahatan yang berselubung
kebajikan.

C.  Sikap Hidup


Sikap hidup adalah keadaan hati dalam menghadapi hidup. Dalm menghadapi
kehidupan, yang berarti manusia menghadapi manusia lain atau menghadapi kelompok manusia,
ada beberapa sikap etis dan sikap nonetis. Sikap etis disebut juga sikap positif sedangkan sikap
nonetis disebut juga sikap negatif. Ada tujuh sikap etis, yaitu : sikap lincah, sikap tenang, sikap
halus, sikap berani, sikap arif, sikap rendah hati, dan sikap bangga. Sedangkan sikap nonetisada
6 yaitu : sikap kaku, sikap gugup, sikap kasar, sikap takut, sikap angkuh, sikap rendah diri.
Sikap-sikap positif bagi bangsa Indonesia. Sikap-sikap itu antara lain : sikap suka bekerja keras,
sikap gotong royong, menjaga hak dan kewajiban, sikap tolong menolong, dan sikap mengargai
pendapat orang lain. kebajikan secara nyata dan dapat dirasakan melalui tingkah lakunya. Dan,
dalam hal ini, tingkah laku manusia sebagai perwujudan kebajikan inilah yang akan
dikemukakan karena wujudnya dapat dilihat dan dirasakan. Karena tingkah laku bersumber pada
pandangan hidup, maka setiap orang memiliki tingkah laku sendiri-sendiri yang berbeda dari
orang lain dan tergantung dari pembawaan, lingkungan, dan pengalaman. Dalam setiap
perbuatan, manusia harus memahami etika yang berlaku dalam masyarakat. Sehingga kehidupan
dalam memasyarakat menjadi tenang dan tentram.
Namun demikian dibalik keragaman pendapat tersebut tampaknya ada satu benang
merah yang dipersamakan, yaitu adanya kesepakatan bahwa manifestasi sikap tidak dapat dilihat
secara langsung akan tetapi harus ditafsirkan terlebih dahulu sebagai tingkah laku yang masih
tertutup. Sikap manusia bukanlah suatu konstruk yang berdiri sendiri, akan tetapi paling tidak ia
mempunyai hubungan yang sangat erat dengan konstruk-konstruk lain, seperti dorongan,
motivasi, atau bahkan dengan nilai-nilai tertentu.
Motivasi adalah kesiapan yang ditujukan pada sasaran dan dipelajari untuk tingkah laku
bermotivasi. Sikap adalah kesiapan secara umum untuk suatu tingkah laku bermotivasi, sedang
nilai-nilai sasarn adalah sasaran atau tujuan yang bernilai terhadap mana berbagai pola sikap
dapat diorganisir.
Dalam buku Strategi Kebudayaan, Van Peursen melihat adanya tiga periode peralihan
mencolok yang dialami manusia pada umumnya. Ketiga periode itu adalah tahap mistis, tahap
ontologi, dan tahap fungsional. Tahap mistis merupakansikap manusia yang merasa dirinya
terkepung oleh kekuatan-kekuatan gaib disekitarnya. Tahap ontologi adalah sikap manusia yang
tidak hidup lagi dalam kepungan. Sedangkan tahap fungsional merupakansikap dan alam pikiran
yang semakin nampak dalam diri manusia modern.
Sedangkan menurut Frans Magnis Suseno melihat adanya dua bahaya yang menjadi
kendala dalam kehidupan manusia dalam mempertahankan sikap hidup yang tepat itu, bahaya
tersebut adalah nafsu dan pamrih. Nafsu merupakan perasaan-perasaan kasar yang bisa
menggagalkan kontrol diri manusia dan sekaligus membelenggunya secara buta pada dunia lahir.
Sedangkan pamrih adalah tindakan yang semata-mata mengusahakan kepentingannya sendiri
tanpa memperdulikan kepentingan orang lain.
Dalam bukunya Falsafah Hidup Pancasila sebagaimana tercermin dalam Falsafah Hidup
Orang Jawa, Soetrisno melihat adanya tiga nafsu yang begitu menonjolkan aspek pamrih, antara
lain: selalu ingin menang sendiri, selalu ingin benar sendiri, dan hanya mementingkan kebutuhan
sendiri.
Selain itu, menurut J.C.Tukiman Taruna dalm harian Kompas 8 Januari 1984, ia
menawarkan 6 sikap mental yaitu:
1.    Manusia Jawa itu semakin manja. Dasar yang dipakai adalah kenyataan dalam kehidupan orang
Jawa yang lebih suka dilayani daripada melayani.
2.    Manusia Jawa cenderung boros, hal ini terbukti adanya dorongan yang kuat dalam diri orang
jawaberupa sikap suka menikmati. Manusia Jawa adalah kelompok penikmat dan itu berarti
ingin menikmati yang serba baru dan baik.
3.    Adanya sikap semakin religius. Semangat religius menurun dan cenderung menjadikan rumah
ibadah sebagaipusat kehidupan sosial.
4.    Manusia Jawa itu pendendam. Apabila menyangkut harga diri manusia Jawa tidak mengenal
pengampunan dan tidak bisa memaafkan.
5.    Manusia Jawa mudah terpengaruh.
6.    Manusia Jawa bukan pionir. Hal ini terbukti orang Jawa lebih suka menunggu lowongan
pekerjaan daripada menciptakan lapangan pekerjaan.

D.  Manusia Dan Pandangan Hidup


Akal dan budi sebagai milik manusia ternyata membawa ciri tersendiri akan diri manusia
tersebut. Sebab akal dan budi mengakibatkan manusia memiliki keunggulan dibandingkan
makhluk lain. Satu diantara keunggulan manusia tersebut ialah pandangan hidup. Disatu pihak
manusia menyadari bahwa dirinya lemah, dipihak lain manusia menyadari kehidupannya lebih
kompleks.
Pandangan hidup merupakan masalah yang asasi bagi manusia. Sayangnya tidak semua
manusia menyadari, sehingga banyak orang yang memeluk sesuatu agama semata-mata atau
dasar keturunan. Pandangan hidup penting bagi kehidupan manusia dimasa sekarang maupun
kehidupan di akhirat, dan sudah sepantasnya setiap manusia memilikinya.
Perlu kita sadari bahwa baik Tuhan maupun agama bagi kita adalah suatu kebutuhan.
Buka kebutuhan sesaat melainkan kebutuhan yang terus menerus dan abadi. Sebab setiap saat
kita memerlukan perlindungan Tuhan dan petunjuk agama sampai di akhir nanti.
BAB III

PENUTUP
A.  Kesimpulan

Pandangan hidup merupakan bagaimana manusia memandang kehidupannya. Setiap


orang memiliki pandangan hidup yang berdeda-beda dan melahirkan suatu paham. Wujud
pandangan hidup manusia berkaitan dengan cita-cita, kebajikan, dan sikap hidup. Cita-cita
merupakan pandangan hidup di masa yang akan datang. kebajikan secara nyata dan dapat
dirasakan melalui tingkah lakunya. Dan, dalam hal ini, tingkah laku manusia sebagai perwujudan
kebajikan inilah yang akan dikemukakan karena wujudnya dapat dilihat dan dirasakan. Karena
tingkah laku bersumber pada pandangan hidup, maka setiap orang memiliki tingkah laku sendiri-
sendiri yang berbeda dari orang lain dan tergantung dari pembawaan, lingkungan, dan
pengalaman. Dalam setiap perbuatan, manusia harus memahami etika yang berlaku dalam
masyarakat. Sehingga kehidupan dalam memasyarakat menjadi tenang dan tentram.
DAFTAR PUSTAKA

https://rendiez31.blogspot.com/2013/12/makalah-ibd-manusia-dan-pandangan-hidup.html

Anda mungkin juga menyukai