BAB I
LATAR BELAKANG
Manusia adalah mahkluk ciptaan Tuhan yang paling mulia, dan mempunyai derajat
yang luhur sebagai manusia, mempunyai budi dan karsa yang merdeka sendiri. Semua
manusia sebagai manusia memiliki martabat dan derajat yang sama, dan memiliki hak-hak
yang sama pula. Derajat manusia yang luhur berasal dari Tuhan yang menciptakannya.
Dengan demikian semua manusia bebas mengembangkan dirinya sesuai dengan budinya
yang sehat
Pendidikan adalah proses penyesuian diri secara timbal balik antara manusia dengan
alam, dengansesama manusia atau juga pengembangan dan penyempurnaan secara teratur
dari semua potensi moral,intelektual, dan jasmaniah manusia oleh dan untuk kepentingan
pribadi dirinya dan masyarakat yangditujukan untuk kepentingan tersebut dalam
hubungannya dengan Allah Yang Maha Pencipta sebagai tujuanakhir. Ahmad D. Marimba
mengatakan bahwa, “Pendidikan adalah bimbingan secara sadar oleh si pendidikterhadap si
terdidik dalam hal perkembangan jasmani dan rohani menuju terbentuknya kepribadian
yangutama.
Dalam tujuan Pendidikan Nasional disebutkan bahwa pendidikan ditujukan untuk
menghasilkan manusia yang berkualitas yang dideskripsikan dengan jelas dalam UU No. 2
tentang Sistem PendidikanNasional (Sisdiknas) dan Garis-garis Besar Haluan Negara
(GBHN) 1993, yaitu manusia yang beriman danbertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa,
berbudi pekerti luhur, berkepribadian, mandiri, maju, tangguh,cerdas, kreatif, terampil,
berdisiplin, beretos kerja, profesional, bertanggung jawab, dan produktif serta sehatjasmani
dan rohani, berjiwa patriotik, cinta tanah air, mempunyai semangat kebangsaan,
kesetiakawanansosial, kesadaran pada sejarah bangsa, menghargai jasa pahlawan, dan
berorientasi pada masa depan.Pendidikan tidak hanya untuk kepentingan individu atau
pribadi, tetapi juga untuk kepentingan masyarakat.
Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan yang tercantum dalam Undang-Undang
Sistem Pendidikan Nasional(UUSPN) dan Peraturan Pemerintah (PP) No. 29 Tahun 1990.
Selain pendidikan dipusatkan untuk membina kepribadian manusia, pendidikan juga
diperuntukkan guna pembinaan masyarakat. Masyarakat adalah suatu perwujudan kehidupan
bersama manusia. Dalam masyarakat berlangsung proses kehidupan sosial, proses antar
hubungan dan interaksi. Di dalam masyarakat sebagai suatu lembaga kehidupan manusia
berlangsung pula keseluruhan proses perkembangan kehidupan. Dengan demikian
masyarakat dapat diartikan sebagai wadah atau medan tempat berlansungnya interaksi warga
masyarakat itu. Tetapi masyarakat dapat pula diartikan sebagai subyek, yakni sebagai
perwujudan warga masyarakat dengan semua sifat (watak) dalam suatu gejala dan
manifestasi tertentu atau keseluruhan, sosio-psikologisnya.
Dalam masyarakat ini, manusia tidaklah dapat hidup sendiri. Mereka hidup
berinteraksi dengan orang lain. Dalam interaksi itulah manusia harusnya memiliki suatu etika
hidup bermasyarakat. Etika bisa dipakai dalam arti nilai-nilai dan norma-norma yang menjadi
pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya.Nilai erat
hubungannya dengan masyarakat, baik dalam bidang etika yang mengatur kehidupan
masyarakat dalam kehidupan sehari-hari. Manusia sebagai makhluk yang bernilai akan
memaknai nilai sebagai suatu yang objektif, apabila ia memandang nilai itu ada tanpa ada
yang menilainya, tetapi ada sebagian sesuatu yang ada dan menuntun manusia dan
kehidupannya.
Berdasarkan penjelasan di atas, maka perlu diketahui hakikat manusia dan hakikat
masyarakat serta kaitannya dengan pendidikan.
BAB II
PEMBAHASAN
Manusia adalah subyek pendidikan, sekaligus juga sebagai obyek pendidikan. Manusia
dewasa yang berkebudayaan adalah subyek pendidikan dalam arti bertanggung jawab
menyelenggarakan pendidikan. Hakekat manusia adalah sebagai berikut :
a. Makhluk yang memiliki tenaga dalam yang dapat menggerakkan hidupnya untuk memenuhi
kebutuhan-kebutuhannya.
b. Individu yang memiliki sifat rasional yang bertanggung jawab atas tingkah laku intelektual
dan sosial.
c. Mampu mengarahkan dirinya ke tujuan yang positif mampu mengatur dan mengontrol
dirinya dan mampu menentukan nasibnya.
d. Makhluk yang dalam proses menjadi berkembang dan terus berkembang tidak pernah selesai
(tuntas) selama hidupnya.
e. Individu yang dalam hidupnya selalu melibatkan dirinya dalam usaha untuk mewujudkan
dirinya sendiri, membantu orang lain dan membuat dunia lebih baik untuk ditempati
f. Suatu keberadaan yang berpotensi yang perwujudanya merupakan ketakterdugaan dengan
potensi yang tak terbatas
g. Makhluk Tuhan yang berarti ia adalah makhluk yang mengandung kemungkinan baik dan
jahat.
h. Individu yang sangat dipengaruhi oleh lingkungan turutama lingkungan sosial, bahkan ia
tidak bisa berkembang sesuai dengan martabat kemanusiannya tanpa hidup di dalam
lingkungan sosial.
Hakikat manusia, baik menurut ilmu pengetahuan, filsafat maupun menurut
antropologia metafisika sebagai berikut:
a. Menurut filsafat pada umumnya
1) Monoisme
a) Manusia makluk alamiah yang sama dengan makhluk-makhluk dan benda alami, dikenai
hukum obyektif kausalitas. Manusia terbentuk atas proses evolusi, substansianya hanyalah
materi semata-mata. Manusia tidak lebih dari pada satu mekanis dalam rangka mekanisme
alam semesta (materialisme).
Kesadaran manusia dengan intelek atau rasionya tentang lingkungan dan kebutuhanya
tersimpul dalam proses stimulus dan respon. Proses antar hubungan dan antaraksi tersebut
bertujuan demi adaptasi dan re-adaptasi demi survivnya manusia.
b) Manusia adalah makhluk alamiah, bagian dari pada makroskosmos yang hakikatnya adalah
spirit, rokhaniah itulah yang menyadari realita semesta, dirinya sendiri dan tuhan. Sebagai
makhluk rohani itu pula yang membedakannya dengan realita yang lain, terutama dengan
benda-benda, binatang dan tumbuh-tumbuhan. Manifestasi dari pada rohani manusia adalah
rasio.
2) Dualisme
Adalah kenyataan bahwa manusia menyadari segala sesuatu yang ada diluar dirinya sebagian
dengan melalui kontak lansung dengan pancaindra. Pancaindra adalah alat pintu gerbang atau
kunci kesadaran, kemudian realita luar itu melalui pancaindra sampai kepusat saraf dan
disana ditafsirkan sebagai suatu kesadaran rasional dan keasadaran rohaniah. Manusia
sebagai makhluk hidup adalah integritas antara unsur jasmaniah dan rohaniah, dimana
perwujudan manusia adalah kesatuan harmonis dan wajar antara fungsi rohani dan jasmani
Pelanggaran Hak Asasi Manusia adalah setiap perbuatan seseoarang atau kelompok
orang termasuk aparat negara baik disengaja maupun tidak disengaja atau kelalaian yang
secara melawan hukum mengurangi, menghalangi, membatasi dan atau mencabut Hak Asasi
Manusia seseorang atau kelompok orang yang dijamin oleh Undang-undang, dan tidak
mendapatkan atau dikhawatirkan tidak akan memperoleh penyelesaian hukum yang adil dan
benar berdasarkan mekanisme hukum yang berlaku (Pasal 1 angka 6 UU No. 39 Tahun 1999
tentang HAM).
Dalam Undang-undang ini pengaturan mengenai Hak Asasi Manusia ditentukan
dengan berpedoman pada Deklarasi Hak Asasi Manusia PBB, konvensi PBB tentang
penghapusan segala bentuk diskriminasi terhadap wanita, konvensi PBB tentang hak-hak
anak dan berbagai instrumen internasional lain yang mengatur tentang Hak Asasi Manusia.
Materi Undang-undang ini disesuaikan juga dengan kebutuhan masyarakat dan pembangunan
hukum nasional yang berdasarkan Pancasila, UUD 45 dan TAP MPR RI Nomor
XVII/MPR/1998.
Hak-hak yang tercantum dalam Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak
Asasi Manusia terdiri dari:
a. Hak untuk hidup. Setiap orang berhak untuk hidup, mempertahankan hidup, meningkatkan
taraf kehidupannya, hidup tenteram, aman, damai, bahagia, sejahtera lahir dan batin serta
memperoleh lingkungan hidup yang baik dan sehat.
b. Hak berkeluarga dan melanjutkan keturunan. Setiap orang berhak untuk membentuk kelaurga
dan melanjutkan keturunan melalui perkawinan yang syah atas kehendak yang bebas.
c. Hak mengembangkan diri. Setiap orang berhak untuk memperjuangkan hak pengembangan
dirinya, baik secara pribadi maupun kolektif, untuk membangun masyarakat, bangsa dan
negaranya.
d. Hak memperoleh keadilan. Setiap orang, tanpa diskriminasi, berhak untuk memperoleh
keadilan dengan mengajukan permohonan, pengaduan, dan gugatan, baik dalam perkara
pidana, perdata, maupun administrasi serta diadili melalui proses peradilan yang bebas dan
tidak memihak, sesuai dengan hukum acara yang menjamin pemeriksaan secara obyektif
oleh Hakim yang jujur dan adil untuk memperoleh putusan adil dan benar.
e. Hak atas kebebasan pribadi. Setiap orang bebas untuk memilih dan mempunyai keyakinan
politik, mengeluarkan pendapat di muka umum, memeluk agama masing-masing, tidak boleh
diperbudak, memilih kewarganegaraan tanpa diskriminasi, bebas bergerak, berpindah dan
bertempat tinggal di wilayah Republik Indonesia.
f. Hak atas rasa aman. Setiap orang berhak atas perlindungan diri pribadi, keluarga,
kehormatan, martabat, hak milik, rasa aman dan tenteram serta perlindungan terhadap
ancaman ketakutan untuk berbuat atau tidak berbuat sesuatu.
g. Hak atas kesejahteraan. Setiap orang berhak mempunyai milik, baik sendiri maupun
bersama-sama dengan orang lain demi pengembangan dirinya, bangsa dan masyarakat
dengan cara tidak melanggar hukum serta mendapatkan jaminan sosial yang dibutuhkan,
berhak atas pekerjaan, kehidupan yang layak dan berhak mendirikan serikat pekerja demi
melindungi dan memperjuangkan kehidupannya.
h. Hak turut serta dalam pemerintahan. Setiap warga negara berhak turut serta dalam
pemerintahan dengan langsung atau perantaraan wakil yang dipilih secara bebas dan dapat
diangkat kembali dalam setiap jabatan pemerintahan.
i. Hak wanita. Seorang wanita berhak untuk memilih, dipilih, diangkat dalam jabatan, profesi
dan pendidikan sesuai dengan persyaratan dan peraturan perundang-undangan. Di samping
itu berhak mendapatkan perlindungan khusus dalam pelaksanaan pekerjaan atau profesinya
terhadap hal-hal yang dapat mengancam keselamatan dan atau kesehatannya.
j. Hak anak. Setiap anak berhak atas perlindungan oleh orang tua, keluarga, masyarakat dan
negara serta memperoleh pendidikan, pengajaran dalam rangka pengembangan diri dan tidak
dirampas kebebasannya secara melawan hukum.
A. KESIMPULAN
B. SARAN
Saran yang dapat berikan dalam makalah ini adalah agar perancangan dan pelaksanaan sistem
pendidikan di Indonesia dapat mempertimbangan hakikat manusia sebagai individu yang
mempunyai hak asasi untuk memperoleh pendidikan serta hakikat masyarakat sebagai wadah
budaya yang disalurkan melalui pendidikan.
DAFTAR PUSTAKA
Syam, M.Noor. 1986. Filsafat Kependidikan Dan Dasar Filasafat Kependidikan Pancasila. Usaha
Nasional: Surabaya.
http://pandidikan.blogspot.com/2010/03/hak-asasi-manusia-dan-hubungan.html
http://organisasi.org/
http://drmiftahulhudauin.multiply.com/journal/item/4/HAK_ASASI_MANUSIA_DAN_PENDIDIKA
N
http://yudhi-site.webs.com/apps/blog/show/5140756-hubungan-manusia-dengan-pendidikan
http://erieltala.blogspot.com/
http://mlatiffauzi.wordpress.com/
http://wonkdermayu.wordpress.com/artikel/penjabaran-hak-azasi-manusia-dalam-uud-1945/
http://unhicommunity.blogspot.com/
http://cham-chemistry.blogspot.com/2010/07/hakikat-masyarakat-dan-makna-manusia.html
http://www.masbied.com/2011/02/27/masyarakat-dan-pola-hidup-masyarakat/