Anda di halaman 1dari 20

PERBEDAAN ATAU PERBANDINGAN KURIKULUM INDONESIA DAN DI LUAR

NEGERI
Diajukan untuk memenuhi salah satu tugas mata kuliah DMP Aquatik dan Atletik
dengan dosen pengampuh Dr. Eka Nugraha M.Kes.,AIFO.

Disusun Oleh:
NIM 1504211 M Bagus Eko Arianto

Departemen Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi


Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
Universitas Pendidikan Indonesia
Bandung
2018
Perbandingan kurikulum Indonesia, Malaysia, Jepang dan Korea

Pendidikan di negara kita ini sangatlah memprihatinkan jika dibandingkan dengan negara-
negara lain seperti Korea Selatan, Singapora, Jepang, Taiwan, India, China dan Malaysia
ataupun negara-negara lain yang sudah mengalami kemajuan yang sangat pesat pada bidang
pendidikan. Pada satu sisi, betapa dunia pendidikan di Indonesia saat ini dirundung masalah
yang besar, sedangkan pada sisi lain tantangan memasuki milenium ketiga tidak bisa dianggap
main-main. Sedangkan tantangan yang dihadapai agar tetap “hidup” memasuki milenium
ketiga adalah perlunya diupayakan :
1. Pendidikan yang tanggap terhadap situasi persaingan dan kerjasama global.
2. Pendidikan yang membentuk pribadi yang mampu belajar seumur hidup.
3. Pendidikan yang menyadari sekaligus mengupayakan pentingnya pendidikan nilai.

Dengan kondisi pemerintah sekarang yang masih harus menanggung beban krisis yang begitu
berat, rasanya tidaklah tepat apabila kita menunggu kebijakan dari pemerintah pusat untuk
membenahi kondisi pendidikan kita. Sehingga semua pihak yang bertanggung jawab atas
kondisi dan sistem pendidikan yang ada di negara kita hendaknya ikut memikirkan bagaimana
caranya agar pendidikan di Indonesia dapat mengalami kemajuan seperti negara-negara lain.

Setiap bangsa tentu memiliki sistem pendidikan. Dengan sistem pendidikan itu, suatu bangsa
mewariskan segala pengalaman, pengetahuan, keterampilan dan sikap, agama dan ciri-ciri
watak khusus yang dimilikinya dengan cara tertentu kepada generasi penerusnya, agar mereka
dapat mewariskannya dengan sebaik-baiknya. Melalui siStem pendidikan itu, suatu bangsa
dapat memelihara dan mempertahankan nilai-nilai luhur, serta keunggulan-keunggulan mereka
dari generasi ke generasi.

Posisi Korea
Korea mempunyai letak yang sangat strategis lagi unik. Letak Korea diapit oleh empat Negara
besar dunia yaitu Jepang, Republik Rakyat China, Amerika Serikat dan Rusia. Sehingga secara
sosio kultural, keempat Negara itu menjadi bahan perbandingan dengan Korea. Terutama yang
paling menarik adalah perbandingan antara Jepang, Republik Rakyat China dan Korea.

Secara kultural, antara Korea, China dan Jepang memang memiliki kesamaan. Baik dari bentuk
fisik, budaya dan ketiganya dipimpin oleh seorang kaisar. Sistem pemerintahan yang terjadi
secara turun termurun dengan legitimasi bahwa kaisar adalah keturunan dan titisan Dewa yang
dikirim ke bumi. Sehingga system religi yang berkembang, selain memuja kekuatan gaib di
luar mereka seperti Matahari dan benda lain, mereka juga memuja Kaisar. Singkatnya system
Pemerintahan diselenggarakan secara Teokrasi juga secara Absolitisme.

China
Republik Rakyat China sangat bangga dengan budayanya. Sejak jaman Kuna, China telah
memiliki konsepsi bahwa kebudayaan mereka adalah kebudayaan tertinggi di dunia. Hal ini
terkait dengan angan-angan mereka yang menganggap mereka berada di tengah-temgah dunia
(Chung Kuo) yang dalam perkembangannya disebut Tiongkok Sehingga peradaban diluar
mereka dianggap Bar-Bar dan harus dihancurkan atau dikuasai.

Perasaan lebih tinggi yang dinamakan “Superior Feeling” yang mana dalam angan-angan
mereka, China adalah sebagai sebuah pusat budaya paling beradab di dunia. Sehingga secara
cultural mereka enggan untuk bergaul dengan dunia luar kecuali untuk urusan perdagangan.

Satu hal yang menarik adalah dalam pemikiran politik China saat itu (jaman Kuna) mempunyai
pemikiran yang aneh berkaitan dengan negeri-negeri yang terdapat di Asia Tenggara. Di
daratan China terdapat tujuh belas propinsi yang dipandang sebagai propinsi resmi China.
Namun dalam “Pseudo Politik” mereka, Asia Tenggara dibayangkan sebagai provinsi ke
delapan belas. Sekalipun secara de facto, samasekali bukan merupakan wilayah China. Dalam
bayangan Kekaisaran China, Asia Tenggara merupakan propinsi yang tidak dikuasai secara
langsung. Ini sebabnya mengapa ada kewajiban untuk mengirimkan upeti secara sporadis.

Perasaan Superior ini mulai luntur ketika China terseret dalam kancah perang Candu dengan
Inggris dimana Pendekar-pendekar Kungfu China tidak kuasa melawan kekuatan dahsyat
tentara Inggris dengan mesiu dan meriamnya. Akibat Perang ini China terpaksa
menandatangani Perjanjian Nanking sekaligus melunturkan kesombongan perasaan Super
China.

Jepang
Berbeda dengan China yang bangga dengan budayanya, Jepang lebih bersifat terbuka dengan
dunia luar. Mereka senantiasa menerima hal-hal yang baru yang dirasakan dapat memberikan
manfaat kepada mereka. Terutama dalam bidang Ilmu Pengetahuan dan Tekhnologi (IPTEK).
Inilah yang melatarbelakangi mengapa Jepang tumbuh menjadi Macan kekuatan Asia.
Menilik tentang masa lalu Jepang, satu hal yang sering dilupakan atau bahkan tidak diketahui
oleh masyarakat pada umumnya adalah pada dasarnya kunci sukses Jepang adalah
diterapkannya strategi Perang Tzun Tzu sekitar abad XVIII M. Ternyata dalam dunia modern,
strategi Perang Tzun Tzu ini mempunyai falsafah yang dapat diterapkan tidak hanya dalam
dunia perang. Satu hal yang menakjubkan, belakangan dalam dunia perdagangan dan kegiatan
ekonomi pemasaran, falsafah Perang Tzun Tzu ampuh digunakan.

Apa yang dicapai Jepang sekarang tidak lepas dari sejarah pemerintahan Jepang. Dimana
Jepang pernah mengasingkan diri dari dunia luar sekitar tahun 1600-1868 masa Tokugawa
yang pada akhirnya waktu itu muncul pasukan samurai. Kemudian terjadi Revolusi besar di
tubuh lembaga pemrintahan Jepang sekitar tahun 1868-1912 dimana Meiji berhasil mendobrak
kekuasaan Shogun dan menjadikan Shinto menjadi agama nasional. Masa ini juga
memunculkan sebuah doktrin terkenal, “Restorasi Meiji”.

Masyarakat Jepang mempunyai sebuah kebudayaan yang bebas berkembang pada masa Taisho
tahun 1912-1926 dimana saat itu bertolak belakang dari sistem kepartaian, ekonomi dan sosial
yang kacau. Titik Balik Jepang terjadi masa Showa dimana dunia menyeret Jepang dalam
pertarungan perang Pasifik dengan hancurnya Jepang ditangan Amerika Serikat. Kekalahan
Jepang ini disebabkan Jepang tidak membuat angkatan bersenjata yang sebetulnya mereka
sama sekali tidak menginginkan terlibat perang.

Puncaknya adalah bangkitnya Jepang di tahun 1945-1970-an dimana Jepang membangun


Infrastruktur dan pembanguna ekonomi. Ini berarti modernisasi Jepang telah dimulai. Yang
menarik, Jepang masih mempertahankan unsur-unsur budaya mereka. Artinya, budaya yang
sesuai dan memajukan Negara tetap dipertahankan. Dan dalam perkembangannya, sesuatu
yang mengubah Jepang adalah kesadaran Jepang bahwa satu-satunya cara agar tidak dijajah
oleh Negara lain adalah dengan mengadopsi budaya Barat.

Korea
Pembahasan tentang sosio cultural Korea menjadi momentum penting untuk mengetahui
sejauh mana kita memahami perbedaan secara signifikan yang terjadi antara China, Jepang dan
Korea. Sebab, tidak mungkin hanya membandingkan antara China dan Jepang dengan
mengesampingkan Korea. Karena pada hakikatnya ketiga Negara tersebut memiliki latar
belakang yang sama. Hanya saja, faktor kebiasaan menjadi sebab utama mengapa diantara
ketiganya memang harus dibedakan.

Berbeda dengan China yang bangga dengan budaya nenek moyangnya, atau sifat terbuka
Jepang menerima perubahan dari dunia luar, Korea, negeri berpenduduk ramah dan terbuka,
hanya megembangkan apa yang telah mereka miliki. Dalam hal ini korea mengembangkan
budaya “Kong Hu Chu”. Sebuah budaya dengan komposisi unik yang dicetuskan oleh Kong
Fu Tze (China). Dimana diajarkan bahwa manusia harus kembali kepada kehidupan lama,
sebagamana tradisi atau kebiasaan para leluhur dengan akhlak yang baik. Para pengikutnya
disebut Kongfucius.

Antara China, Jepang dan Korea, masing-masing memiliki tipikal watak sebagai pekerja keras,
rajin dan ulet. Hanya saja, dipandang dari sudut etos kerja, Korea memiliki keunggulan
tersendiri diantara ketiganya. Sebagai bahan perbandingan dengan Indonesia, etos kerja yang
terbentuk oleh lima orang pekerja Indonesia adalah sama dengan satu orang pekerja di Jepang.
Sementara, etos kerja yang terbentuk oleh tiga orang pekerja Jepang adalah sama dengan satu
orang pekerja Korea. Dapat ditarik sebuah benang merah bahwa etos kerja yang terbentuk oleh
lima belas orang pekerja Indonesia adalah sama dengan satu orang pekerja Korea.

Menilik dari sejarah, Korea bisa menjadi contoh bagi Indonesia. Betapa tidak,
menurut “research” di tahun 1960-an, Korea menjadi salah satu Negara termiskin di dunia.
Sementara di era global, Korea tumbuh menjadi salah satu Macan Kekuatan Asia. Sebagaimana
Korea menjadikan negeri mereka menjadi negeri perdagangan, negeri dengan investasi di
Negara lain dengan dilatar belakangi kesadaran kurangnya Sumber Daya Alam di negeri
mereka. Hebatnya, saat ini Korea menjadi investor ke-dua belas terbesar di Indonesia-negeri
yang kaya Sumber Daya Alam. Sebagai gambaran, di Jawa-Indonesia, saat ini telah banyak
berdiri perusahaan-perusahaan asing Korea.

Namun dibalik kebesaran Korea, menjadi sebuah ironi tatkala melihat kenyataan bahwa saat
ini masih terdapat konflik di Korea. Konflik antara dua Korea, Korea Utara-negeri
berpenduduk 25 juta Jiwa, dengan paham komunis, sementara Korea Selatan-negeri
berpenduduk 40 juta jiwa, dengan paham Liberalis. Dapat dianalogikan bahwa saat ini antara
Korea Utara dan Korea Selatan masih terdapat persaingan sebagai cermin perang dingin. Walau
demikian perkembangan demokrasi di Korea dapat dikatakan telah berkembang dengan baik.
Inilah sebabnya mengapa Korea menjadi sebuah Negara yang besar yang patut diperhitungkan,
tidak hanya Negara-negara di Asia tetapi juga Negara-negara besar di dunia sekalipun
Sejalan dengan tumbuhnya perkembangan yang pesat dari ilmu-ilmu sosial pada akhir abad 19,
tertuju perhatian pada pengakuan adanya hubungan yang dinamis antara pendidikan dengan
masyarakat atau negara tertentu. Pendidikan dipandang sebagai cerminan dari suatu
masyarakat atau bangsa, dan sebaliknya suatu masyarakat atau bangsa dibentuk oleh sistem
pendidikannya.

Pendidikan komparatif membahas perbandingan secara ilmiah, dan mempunyai tujuan untuk
melihat persamaan dan perbedaan, kerja sama, pertukaran pelajar antar bangsa dalam
menciptakan pedamaian dunia. Pendapat tersebut sebagai usaha menanamkan dan menumbuh-
kembangkan rasa saling pengertian dan kerja sama antar bangsa, demi terpeliharanya
perdamaian dunia, melalui peroses pendidikan. Pendidikan komparatif juga diperlukan, untuk
melihat kemajuan, kualiatas pendidikan di negara maju dibandingkan dengan dengan negara
berkembang.

Studi perbandingan pendidikan merupakan salah satu cara untuk mengetahui berbagai aspek
yang berhubungan dengan system pendidikan Negara tertentu, terutama yang berhubungan
dengan kelebihan yang terjadi pada system pendidikan negara tersebut. Untuk itulah pada
kesempatan kali ini penulis mencoba menguraikan perbandingan pendidikan terhadap Negara
Korea Selatan, dan Indonesia. Penulis tertarik untuk mengkaji Negara Korea Selatan ini,
dikarenakan Negara ini memiliki kemajuan yang begitu pesat dalam sektor industri, khususnya
industri otomotif dan elektronik. Kemajuan ini tidak terlepas dari kemajuan pendidikan di
Negara ini, terutama dalam penguasaan teknologi industri.

Sistem Pendidikan di Indonesia

Nama negara : Negara Ksesatuan Republik Indonesia (NKRI)

Letak Negara : Asia Tenggara

Bahasa Resmi : Bahasa Indonesia

Bertetangga : di barat Malaysia


di timur Papua Nugini

di utara Philipina

di selatan Australia

Indonesia merupakan negara kepulauan yang berbentuk Republik, terletak di kawasan Asia
Tenggara. Indonesia memiliki lebih kurang 17.000 buah pulau dengan luas daratan 1.922.570
km2 dan luas perairan 3.257.483 km2, pada 800 BB dan 1400 BT. Berdasarkan posisi
geografisnya, negara Indonesia memiliki batas-batas: Utara – Negara Malaysia, Singapura,
Filipina, Laut Cina Selatan. Selatan – Negara Australia, Samudera Hindia. Barat – Samudera
Hindia. Timur – Negara Papua Nugini, Timor Leste, Samudera Pasifik.

Indonesia adalah negara demokratis berasaskan keyakinan, bahwa satu lembaga politik harus
menjamin adanya kebebasan dan persamaan, di samping menjujung tinggi kekuasaan hukum
dan sistem perwakilan rakyat dalam parlemen. Maka tugas pokok negara dan pemerintahan di
dalam demokrasi ialah: a) melindungi bangsa dan negara terhadap agresi dari luar dan
pengrorongan dari dalam yang merusak kesatuan dan persatuan: b) Menegakkan kekuatan
hukum dan menjamin keadilan, serta c) Melaksanakan segenap konvensi dan peraturan, agar
tercapai ketenangan, ketenteraman, kedamaian dan kesejateraan di dalam negeri, sebab hukum
merupakan kekuatan pokok guna menegakkan ketertiban. Maka membimbing rakyat itu harus
diartikan sebagai mendidik semua warga mayarakat, anak, orang dewasa dan orang lanjut usia,
supaya: bisa berkembang dengan bebas dan maksimal, dan mampu melakukan realisai-diri,
bekerja dan hidup sejahtera.

1. Tujuan Pendidikan di Indonesia

Salah satu tugas Pemerintah bekerja sama dengan Dewan Perwakilan Rakyat Indonesia adalah
menyusun undang-undang pendidikan, dan sebagai hasilnya adalah Undang-undang Sisdiknas
no 20 tahun 2003. Berdasarkan Undang-undang no 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas,
Pendidikan nasional berlandaskan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik
Indonesia tahun 1945. Pendidikan Nasional berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan
kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertaqwa kepada tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab.

2. Jenjang Pendidikan Formal di Indonesia

Menurut Undang-undang no 20 tahun 2003 tentang Sisdiknas, pada bab VI pasa 16 disebutkan
bahwa jenjang pendidikan formal di Indonesia meliputi tiga jenjang, yaitu: pendidikan Dasar,
pendidikan Menengah, dan pendidikan Tinggi.

a. Pendidikan Dasar.

Pendidikan dasar merupakan jenjang pendidikan yang melandasi jenjang pendidikan


menengah. Pemerintah menetapkan wajib belajar pendidikan dasar 9 tahun, dan setiap warga
negara yang berusia 7 (tujuh) tahun wajib mengikuti belajar pada jenjang pendidikan dasar
tanpa dipungut biaya. Pendidikan dasar berbentuk: Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah
Ibtidaiyah (MI) atau bentuk lain yang Sederajat selama 6 tahun; dan sekolah Menengah
Pertama (SMP), Madrasah Tsanawiyah (MTs), atau bentuk lain yang sederajat selama 3 tahun.

b. Pendidikan Menengah.

Pendidikan menengah merupakan lanjutan pendidikan dasar. Pendidikan menengah terdiri


atas: Pendidikan menengah umum, berbentuk Sekolah Menengah Atas (SMA), Madrasah
Aliyah (MA), atau bentuk lain yang sederajat; dan Pendidikan menengah kejuruan, berbentuk
Sekolah Menengah Kejuruan (SMK) atau Madrasah Aliyah Kejuruan (MAK), atau bentuk lain
yang sederajat, selama 3 tahun.

c. Pendidikan Tinggi.

Pendidikan tinggi merupakan jenjang pendidikan setelah pendidikan menengah yang


mencakup program pendidikan diploma (2-4 tahun); sarjana (4 tahun atau lebih); magister,
spesialis, dan doktor (2 tahun atau lebih); yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi.

Perguruan tinggi dapat berbentuk: Akademi, Politeknik, Sekolah Tinggi, Institut, atau
Universitas. Perguruan tinggi berkewajiban menyelenggarakan pendidikan, penelitian dan
pengabdian kepada masyarakat. Perguruan tinggi dapat menyelenggarakan program akademik,
profesi, dan atau vokasi.

3. Manajemen Pendidikan di Indonesia

Pengelolaan pendidikan di Indonesia merupakan tanggung jawab pemerintah pusat

melalui Menteri Pendidikan Nasional, pemerintah Daerah Provinsi, dan pemerintah Daerah
Kabupaten/Kota. Ketentuan yang menyangkut pendidikan diatur dalam UU RI No.20 TH 2003
(Sisdiknas ). Ditinjau dari Undang-undang RI Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sisdiknas, pasal
1 ayat (1) yaitu; Pendidikan adalah usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana
belajar agar peserta didik aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan
spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta
keterampilan yang diperlukan darinya, masyarakat, bangsa dan negara. Sedangkan peserta
didik adalah anggota masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses
pembelajaran yang tersedia pada jalur, jenjang, dan jenis pendidikan. Oleh karena itu
pendidikan dapat diterima dan dihayati sebagai kekayaan yang sangat berharga dan benar-
benar produktif. Pelaksanaan desentralisasi pendidikan nasional di Indonesia memberikan
keluasan kepada pemerintah daerah dan partisipasi masyarakat utuk turut bertanggung jawab
atas kualitas pendidikan di Indonesia.
a. AnggaranPendidikan

Dalam UU Nomor 20/2003 tentang sistem pendidikan nasional disebutkan bahwa setiap warga
negara mempunyai hak yang sama untuk memperoleh pendidikan yang bermutu. Untuk
memenuhi hak warga negara, pemerintah pusat dan pemerintah daerah wajib memberikan
layanan dan kemudahan, serta menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu bagi
setiap warga negara tanpa diskriminasi. Pemerintah pusat dan pemerintah daerah wajib
menjamin tersedianya dana guna terselenggaranya pendidikan bagi setiap warga negara yang
berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun. Untuk mengejar ketertinggalan dunia
pendidikan baik dari segi mutu dan alokasi anggaran pendidikan dibandingkan dengan negara
lain, UUD 1945 mengamanatkan bahwa dana pendidikan selain gaji pendidik dan biaya
pendidikan kedinasan dialokasikan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan Belanja
Negara (APBN) pada sektor pendidikan dan minimal 20% dari Anggaran Pendapatan dan
Belanja Daerah. Sesuai dengan putusan Mahkamah Konstitusi Nomor 13/PUU-VI I 2008,
pemerintah harus menyediakan anggaran pendidikan sekurang-kurangnya 20 persen dari
APBN dan APBD untuk memenuhi kebutuhan penyelenggaraan pendidikan nasional.
Anggaran pendidikan adalah alokasi anggaran pada fungsi pendidikan yang dianggarkan
melalui kementerian negara/lembaga dan alokasi anggaran pendidikan melalui transfer ke
daerah, termasuk gaji pendidik, namun tidak termasuk anggaran pendidikan kedinasan, untuk
membiayai penyelenggaraan pendidikan yang menjadi tanggung jawab pemerintah.
Sedangkan pengalokasian anggaran pendidikan meliputi alokasi yang melalui beIanja
pemerintah pusat dan melalui transfer ke daerah. Sementara untuk yang melalui anggaran
pendidikan melalui transfer ke daerah adalah DBH Pendidikan, DAK Pendidikan, DAU
Pendidikan, Dana Tambahan DAU, dan Dana Otonomi Khusus Pendidikan.

b. Guru/personalia

Berdasarkan Peraturan Pemerintah no 19 tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan,


pada pasal 28, bahwa Pendidik harus memiliki kualifikasi akademik dan kompetensi sebagai
agen pembelajaran, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan
tujuan pendidikan nasional, yang dibuktikan dengan ijazah/sertifikat keahlian yang relevan,
yang dikeluarkan oleh Lembaga Pendidikan Tenaga Kependidikan (LPTK) yang terakreditasi
dan ditetapkan oleh Pemerintah.

Jenis pendidikan guru yaitu Pendidikan Profesi Guru (PPG) yang diselenggarakan oleh LPTK
yang terakreditasi dan ditetapkan oleh Pemerintah, dengan kualifikasi akademik:
1) Pendidik pada jenjang Pendidikan Dasar minimum D-IV atau S1 pendidikan dasar.
2) Pendidik pada jenjang Pendidikan Menengah minimum D-IV atau S1 pendidikan menengah.

3) Pendidik pada jenjang Pendidikan Tinggi minimum: S1 untuk program Diploma, S2 untuk
program sarjana, dan S3 untuk program magister dan program doktor.

c. Kurikulum

Untuk meningkatkan kualitas pendidikan, di Indonesia telah menerapkan enam kali perubahan
kurikulum, yaitu kurikulum 1968, kurikulum 1975, kurikulum 1984, kurikulum 2004, dan yang
sekarang berlaku yaitu KurikulumTingkat Satuan Pendidikan (KTSP), yang dikeluarkan
pemerintah melalui Permen Dinas Nomor 22 tentang standar isi, Permen Nomor 23 tentang
standar lulusan, dan Permen Nomor 24 tentang pelaksanaan permen tersebut, tahun 2006.
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan revisi dan pengembangan dari
kurikulum Berbasis Kompetensi, atau kurikulum 2004. KTSP lahir karena dianggap KBK
masih sarat dengan beban belajar dari pemerintah pusat, dalam hal ini Depdiknas masih
dipandang terlalu intervensi dalam pengembangan kurikulum. Oleh karena itu, dalam KTSP
bahan belajar siswa sedikit berkurang dan tingkat satuan pendidikan (sekolah, guru dan komite
sekolah) diberikan kewenangan untuk mengembangkan kurikulum sesuai dengan potensi yang
ada di lingkungannya. Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) merupakan bentuk
implimentasi dari UU No 20 Tahun 2003 tentang sistem pendidikan nasional yang dijabarkan
ke dalam Peraturan Pemerintah Nomor 19 tahun 2005 Tentang Standar Nasional Pendidikan.
Peraturan Pemerintah ini memberikan arahan tentang perlunya disusun dan dilaksanakan
delapan standar nasional pendidikan, yaitu: (1) Standar Isi, (2) Standar Proses, (3) Standar
Kompetensi Lulusan, (4) Standar Pendidik dan Tenaga Kependidikan, (5) Standar Sarana dan
Prasarna, (6) Standar Pengelolaan, (7) Standar Pembiayaan, dan (8) Standar Penilaian
Pendidikan.

B. Sistem Pendidikan di Korea Selatan

Nama Negara : Republik Korea (Republic of Korea).

Bertetangga : Di barat Laut Kuning

Di timur Laut Timur (Laut Jepang)

Di utara Korea Utara

Di selatan Selat Korea

Korea Selatan yang didirikan pada tahun 1948 terletak disemenanjung di daratan Asia Timur,
dengan batas-batas wilayah sebelah timur berbatasan dengan lautan pasifik, sebelah selatan
berbatasan dengan selat Jepang, disebelah barat berbatasan dengan demarkasi militer (garis
lintang 380) yang memisahkan Korea Selatan dan Korea Utara. Penduduk Korea Selatan
kurang lebih 47 juta jiwa dengan angka pertumbuhan penduduk rata-rata 1,7%/ tahun dengan
kondisi penduduk yang homogen (etnik Korea), dengan angka literasi 98% (world almanae
2000). Adapun system pemerintahan Korea Selatan bersifat sentralistik, dengan system
sentralistik ini maka kebijakan-kebijakan pemerintah termasuk di bidang pendidikan dapat
dijalankan tanpa harus mendapat persetujuan badan legislative daerah, seperti yang terdapat
pada pemerintahan system desentralisasi.

1. Tujuan Pendidikan di Korea Selatan

Salah satu keputusan Dewan Nasional Republik Korea tahun 1948 adalah menyusun undang-
undang pendidikan. Sehubungan dengan hal ini, maka tujuan pendidikan Korea Selatan adalah
untuk menanamkan pada setiap orang rasa Identitas Nasional dan penghargaan terhadap
kedaulatan Nasional, menyempurnakan kepribadian setiap warga Negara, mengemban cita-cita
persaudaraan yang universal, mengembangkan kemampuan untuk hidup mandiri dan berbuat
untuk Negara yang demokratis dan kemakmuran seluruh umat manusia, dan menanamkan sifat
patriotisme.

2. Jenjang Pendidikan di Korea Selatan

Secara umum system pendidikan di korea Selatan terdiri dari empat jenjang pendidikan formal
yaitu : Sekolah dasar, Sekolah Menengah Tingkat Pertama, SLTA dan pendidikan tinggi.
Keempat jenjang pendidikan ini adalah: grade 1-6 (SD), grade 7-9 (SLTP), 10-12 (SLTA), dan
grade 13-16 (pendidikan tinggi/program S1), serta program pasca sarjana (S2/S3).

Visualisasi grade pendidikan yang dimaksud adalah:


a. Sekolah dasar merupakan pendidikan wajib selama 6 tahun bagi anak usia 6 dan 11 tahun,
dengan jumlah lulusan SD mencapai 99,8%, dan putus sekolah SD 0,2%.
b. SMP merupakan kelanjutan SD bagi anak usia 12-14 tahun, selama 3 tahun pendidikan.
c. Kemudian melanjutkan ke SLTA pada grade 10-11 dan 12, dengan dua pilihan yaitu: umum
dan sekolah kejuruan. Sekolah kejuruan meliputi pertanian, perdagangan, perikanan dan
teknik. Selain itu ada sekolah komperhensif yang merupakan gabungan antara sekolah umum
dan sekolah kejuruan, yang merupakan bekal untuk melanjutkan ke akademik (yunior college)
atau universitas (senior college).
d. Pendidikan tinggi/akademik (yunior college) atau universitas program S1 (senior college),
pada grade 13-16, dan selanjutnya ke program pasca sarjana (graduate school) gelar
master/doktor.

3. Manajemen Pendidikan di Korea Selatan

Sistem manajemen pendidikan di Negara ini bersifat gabungan antara sentralistik dan
desentralisasi, sifat kesentralistiknya hanya terbatas kepada penyusunan panduan dan pedoman
semata, sedangkan operasionalnya secara penuh di serahkan kepada komite/Dewan sekolah
secara mandiri untuk mengkaji proses pendidikan secara keseluruhan.
Kekuasaan dan kewenangan dilimpahkan kepada menteri pendidikan. Di daerah terdapat
dewan pendidikan (board of education). Pada setiap propinsi dan daerah khusus (Seoul dan
Busam), masing-masing dewan pendidikan terdiri dari tujuh orang anggota yang dipilih oleh
daerah otonom, lima orang dipilih dan dua orang lainnya merupakan jabatan yang dipegang
oleh walikota daerah khusus atau gubernur propinsi. Dewan pendidikan diketuai oleh walikota
atau gubernur.

a) Anggaran pendidikan.

Anggaran pendidikan Korea Selatan berasal dari anggaran Negara, dengan total anggaran
18,9% dari Anggaran Negara. Pada tahun 1995 ada kebijakan wajib belajar 9 tahun, sehingga
porsi anggaran terbesar diperuntukan untuk ini, adapun sumber biaya pendidikan, bersumber
dari: GNP untuk pendidikan, pajak pendidikan, keuangan pendidikan daerah, dunia industri
khusus bagi pendidikan kejuruan.

b) Guru/Personalia.

Terdapat dua jenis pendidikan guru, yaitu tingkat akademik (grade 13-14) untuk guru SD, dan
pendidikan guru empat tahun untuk guru sekolah menengah. Dengan biaya ditanggung oleh
Pemerintah untuk pendidikan guru negeri. Kemudian guru mendapat sertifikat yaitu: sertifikat
guru pra sekolah, guru SD, dan guru sekolah menengah. Sertifikat ini diberikan oleh kepala
sekolah dengan kategori guru magang, guru biasa dua (yang telah diselesaikan onjob training)
dan lesensi bagi guru magang dikeluarkan bagi mereka yang telah lulus ujian kualifikasi
lulusan program empat tahun dalam bidang engineering, perikanan, perdagangan, dan
pertanian. Sedangkan untuk menjadi dosen yunior college, harus berkualifikasi master (S2)
dengan pengalaman dua tahun dan untuk menjadi dosen di senior college harus berkualifikasi
dokter (S3).

c) Kurikulum.

Reformasi kurikulum pendidikan di korea, dilaksanakan sejak tahun 1970-an dengan


mengkoordinasikan pembelajaran teknik dalam kelas dan pemanfaatan teknologi, adapun yang
dikerjakan oleh guru, meliputi lima langkah yaitu (1) perencanaan pengajaran, (2) Diagnosis
murid (3) membimbing siswa belajar dengan berbagai program, (4) test dan menilai hasil
belajar. Di sekolah tingkat menengah tidak diadakan saringan masuk, hal ini dikarenakan
adanya kebijakan walikota daerah khusus atau gubernur propinsi, ke sekolah menengah di
daerahnya.

B. Sistem Pendidikan Di Malaysia

Nama Negara : Malaysia

Letak Negara : Asia Tenggara

Bahasa Resmi : Bahasa Malaysia (Bahasa Melayu)

Sistem pendidikan di Malaysia dipegang oleh Kementerian Pelajaran Malaysia. Pendidikan


Malaysia boleh didapatkan dari sekolah tanggungan kerajaan, sekolah swasta atau secara
sendiri. Sistem pendidikan dipusatkan terutamanya bagi sekolah rendah dan sekolah
menengah. Kerajaan negeri tidak berkuasa dalam kurikulum dan aspek lain pendidikan sekolah
rendah dan sekolah menengah, sebaliknya ditentukan oleh kementerian. Pada era tahun 70an
sampai 80an keadaan pendidikan di Indonesia masih di atas Malaysia. Orang Malaysia datang
belajar ke Indonesia. Bahkan beberapa guru dari Indonesia diperbantukan mengajar di
Malaysia. Sekarang pendidikan di Malaysia termasuk yang paling baik di dunia, tetapi
Indonesia malah terkesan berjalan di tempat. Tambahan lagi sekarang biaya pendidikan sudah
mulai menjadi di luar jangkauan kebanyakan masyarakat di Indonesia.

Sistem pendidikan di Malaysia disusun berdasarkan pada Sistem Pendidikan Inggris


1. Jenjang Pendidikan yang ada Di Malaysia terdiri dari :

1. Pendidikan prasekolah

Sekolah tadika (prasekolah) menerima kemasukan kanak-kanak daripada 4-6 tahun. Pengajian
tadika bukan merupakan pengajian wajib dalam Pendidikan Malaysia. Namun begitu
penubuhan tadika oleh pihak swasta amat menggalakkan. Setakat ini, sebahagian besar Sekolah
Kebangsaan mempunyai kelas prasekolah. Namun kemasukan ke kelas ini dibuka kepada anak-
anak dari keluarga berpendapatan rendah.

2. Pendidikan rendah

Pendidikan rendah bermula dari tahun 1 hingga tahun 6, dan menerima kemasukan kanak-
kanak berumur 7 tahun sehingga 12 tahun. Bahasa Melayu dan bahasa Inggeris merupakan
mata pelajaran wajib dalam Sistem Pendidikan Malaysia. Sekolah rendah awam di Malaysia
terbahagi kepada dua jenis, iaitu Sekolah Kebangsaan dan Sekolah Jenis Kebangsaan.
Kurikulum di kedua-dua jenis sekolah rendah adalah sama. Perbezaan antara dua jenis sekolah
ini ialah bahasa pengantar yang digunakan. Bahasa Melayu digunakan sebagai bahasa
pengantar di Sekolah Kebangsaan. Bahasa Tamil atau bahasa Mandarin digunakan sebagai
bahasa pengantar di Sekolah Jenis Kebangsaan.

Pada akhir tahun persekolahan sekolah rendah, ujian awam diadakan bagi menilai prestasi
murid-murid. Ujian awam pada peringkat sekolah rendah dinamakan Ujian Penilaian Sekolah
Rendah (UPSR). Pelajar yang telah menduduki UPSR, dibenarkan melanjutkan pelajaran ke
peringkat menengah.

3. Pendidikan menengah

Sekolah menengah awam boleh dilihat sebagai pelanjutan sekolah rendah. Bahasa Malaysia
digunakan sebagai bahasa pengantar bagi semua mata pelajaran selain Sains (Biologi, Fizik
dan Kimia) dan Matematik (termasuk Matematik Tambahan) Para pelajar perlu belajar dari
Tingkatan 1 hingga Tingkatan 5. Seperti di sekolah rendah, setiap tingkatan (darjah)
mengambil masa selama satu tahun. Pada akhir Tingkatan Tiga (digelar peringkat menengah
rendah), para pelajar akan menduduki Penilaian Menengah Rendah (PMR). Berdasarkan
pencapaian PMR, mereka akan dikategorikan kepada Aliran Sains atau Aliran Sastera. Aliran
Sains menjadi pilihan ramai. Pelajar dari Aliran Sains dibenarkan untuk keluar dari Aliran
Sains lalu menyertai Aliran Sastera tetapi sebaliknya tidak dibenarkan. Pelajar-pelajar yang
tidak mendapat keputusan yang memuaskan pula boleh memilih untuk menjalani
pengkhususan vokasional di sekolah teknik.

Pada akhir Tingkatan Lima (digelar peringkat menengah atas), para pelajar perlu menduduk
peperiksaan Sijil Pelajaran Malaysia (SPM) sebelum menamatkan pelajaran di peringkat
menengah. SPM adalah berdasarkan peperiksaan School Certificate United Kingdom lama
sebelum menjadi peperiksaan Tahap ‘O’ General Certificate of Education (Kelulusan Umum
Pelajaran) yang menjadi GCSE (General Certificate of Secondary School / Kelulusan Umum
Sekolah Menengah). Sejak tahun 2006, para pelajar turut menduduki kertas GCE Tahap ‘O’
bagi bahasa Inggeris selain kertas SPM Bahasa Inggeris biasa. Keputusan lain ini adalah
berdasarkan markah penulisan karangan dalam kertas Bahasa Inggeris SPM. Penilaian
karangan kertas Bahasa Inggeris SPM diadakan di bawah pengawasan pegawai dari
peperiksaan Tahap ‘O’ British. Walaupun keputusan ini bukan sebahagian daripada SPM,
keputusan ini akan dinyatakan pada kertas keputusan.

Selepas keputusan SPM 2005 dikeluarkan pada Mac 2006, Kementerian Pelajaran
mengumumkan bahawa mereka sedang menimbang untuk memperbaharui sistem SPM kerana
orang ramai terlalu mementingkan bilangan A yang didapati. Pendidik-pendidik tempatan
bersetuju dengan cadangan ini. Salah seorang profesor di Universiti Malaya mengesali keadaan
sesetengah pelajar universiti yang tidak mampu menulis surat dan berbahas. Beliau berkata,
“Mereka tidak memahami apa yang saya katakan … Saya tidak dapat berkomunikasi dengan
mereka.” Tambah beliau, “Sebelum 1957, wira sekolah bukan mereka yang mendapat 8A atau
9A tetapi merupakan pembahas yang baik, pelakon yang baik, ahli sukan yang baik dan mereka
yang memimpin Persatuan Pengakap.”

Selepas menamatkan pelajaran di Sekolah Jenis Kebangsaan Cina, sesetengah pelajar dapat
belajar di Sekolah Tinggi Persendirian Cina. Di sekolah jenis ini, para pelajar menduduki
peperiksaan piawai yang dikenali sebagai Sijil Peperiksaan Bersama (Unified Examination
Certificate/UEC). Sesetengah pelajar di sekolah-sekolah ini turut menduduki peperiksaan SPM
sebagai calon persendirian. UEC diadakan oleh Dong Jiao Zong (Persatuan Guru dan Pengarah
Sekolah Cina) sejak tahun 1975.
Terdapat tiga tahap dalam UEC, iaitu Vokasional (UEC-V), Junior (UEC-JML/JUEC) dan
Senior (UEC-SML/SUEC). Bahasa Cina merupakan bahasa pengantar bagi kurikulum dan
peperiksaan bagi UEC-V dan UEC-JML. Bahasa Cina atau Bahasa Inggeris merupakan bahasa
pengantar bagi mata pelajaran Matematik, Sains (Biologi, Kimia dan Fizik), Simpan Kira,
Akaun dan Perdagangan. Kesusahan UEC-SML adalah hampir sama dengan A-level kecuali
Bahasa Inggeris.

Pelajar di Sekolah Tinggi Persendirian Cina belajar dari tiga tahap rendah (Junior) sehingga ke
tiga tahap tinggi (Senior). Setiap tahap mengambil masa selama satu tahun. Mereka tidak
dibenarkan untuk belajar dalam tahap yang lebih tinggi jika gagal dalam peperiksaan sekolah,
sebaliknya perlu mengulang. Mereka yang gagal mara ke tahap yang lebih tinggi selepas
belajar dalam tahap yang sama selama tiga tahun akan disingkirkan dari sekolah. Oleh itu,
sesetengah pelajar mengambil masa yang lebih daripada enam tahun untuk menamatkan
pelajaran di Sekolah Tinggi Persendirian Cina. Pada akhir Junior 3, para pelajar perlu
menduduki peperiksaan UEC-JML. Sesetengah pelajar juga akan menduduki peperiksaan
PMR. UEC-JML lebih susah daripada PMR. Seperti pelajar di sekolah menengah awam,
pelajar di sekolah tinggi persendirian Cina juga akan dikategorikan kepada aliran Sains dan
aliran Perdagangan/Sastera bermula Senior 1. Pada akhir Senior 2, sesetengah pelajar
menduduki peperiksaan SPM. Mereka mungkin meninggalkan sekolah selepas SPM.
Sesetengah pelajar pula menyambung pelajaran ke Senior 3. Pada akhir Senior 3, mereka akan
menduduki peperiksaan UEC-SML.

UEC-SML telah diakui sebagai kelayakan kemasukan banyak universiti luar negara seperti
Singapura, Australia, Taiwan, China dan sesetengah negara Eropah tetapi tidak diakui oleh
kerajaan Malaysia sebagai kelayakan kemasukan ke universiti-universiti awam Malaysia. Akan
tetapi, kebanyakan kolej persendirian mengakui UEC. Pada Mei 2004, kerajaan Malaysia
mewajibkan pelajar-pelajar yang menggunakan kelayakan kemasukan yang selain daripada
SPM perlu lulus dalam kertas Bahasa Malaysia SPM. Ini menyebabkan banyak bantahan, dan
Menteri Pengajian Tinggi ketika itu, Dr Shafie Salleh, mengecualikan pelajar UEC daripada
keperluan tersebut.

4. Pendidikan pra-universiti
Selepas SPM, para pelajar dapat membuat pilihan sama ada belajar dalam Tingkatan 6
matrikulasi, pengajian diploma di pelbagai institut pendidikan seperti Politeknik. Jika mereka
melanjutkan pelajaran dalam Tingkatan Enam, mereka akan menduduki peperiksaan Sijil
Tinggi Persekolahan Malaysia (STPM). Tingkatan 6 yang terdiri daripada Tingkatan 6 Rendah
dan Tingkatan 6 Atas mengambil masa selama dua tahun. STPM dianggap lebih susah daripada
A-level kerana merangkumi skop yang lebih mendalam dan luas. Walaupun STPM biasanya
diduduki bagi mereka yang ingin belajar di universiti awam di Malaysia, STPM turut diakui di
peringkat antarabangsa.

Selain itu, para pelajar boleh memohon kebenaran untuk mengikuti program matrikulasi yang
mengambil masa selama satu atau dua tahun. Pada suatu ketika dahulu, matrikulasi hanya
mengambil masa selama satu tahun. Sejak tahun 2006, 30% daripada semua pelajar matrikulasi
diberikan program yang mengambil masa selama dua tahun. 90% daripada tempat matrikulasi
adalah disimpan untuk bumiputera. Program matrikulasi tidak seketat dengan STPM. Program
ini dikritik oleh ramai kerana jauh lebih mudah daripada STPM, dan dikatakan untuk
membantu bumiputera belajar di universiti dengan mudah. Matrikulasi dikenalkan selepas
kuota kemasukan universiti awam yang berdasarkan kaum dimansuhkan. 70% daripada pelajar
kursus krtikal seperti perubatan, farmasi, pergigian dan perundangan ialah pelajar matrikulasi.
Sebaliknya, kebanyakan kursus-kursus seperti Sarjana Muda Sains yang kurang diminati
diambil oleh pelajar STPM. Pembela program matrikulasi mendakwa bahawa Tingkatan 6
adalah berbeza dengan program matrikulasi. Akan tetapi, program matrikulasi dan Tingkatan
Enam memainkan peranan yang sama (kelayakan kemasukan universiti).

Sesetengah pelajar menerima pendidikan pra-universiti di kolej persendirian. Mereka mungkin


memilih diploma, A-level, Program Matrikulasi Kanada atau kursus yang sama dari negara
lain.

Kerajaan mendakwa bahawa kemasukan universiti adalah berdasarkan meritokrasi tetapi


terdapat terlalu banyak program pra-universiti yang berlainan tanpa piawai yang boleh
dibandingkan.

3. Manajemen Pendidikan di Malaysia

a) Anggaran Pendidikan
Orang tua murid dikenakan membayar iuran sekolah yang dibayarkan pada awal tahun ajaran
baru. Besarnya iuran yang dipungut oleh pihak sekolah berkisar antara RM 50 hingga RM 75
pertahun (Rp. 125.000 – 187.500/tahun) tiap siswa. Iuran tersebut dirinci untuk pembayaran
asuransi, biaya ujian tengah semester & semesteran, iuran khas, biaya LKS, praktek komputer,
kartu ujian, file data siswa & rapor.

Khusus untuk sumbangan PIBG (Persatuan Ibu Bapak dan Guru) hanya dipungut satu bayaran
untuk satu keluarga. Jadi untuk keluarga yang menyekolahkan 1 anak atau lebih, dikenakan
bayaran yang sama yaitu RM 25/keluarga. Dan untuk siswa kelas enam ditambah biaya UPSR
sebesar RM 70. Selain itu tak ada pungutan lain, termasuk pula tak ada pungutan sumbangan
dana pembangunan. Pembangunan dan renovasi gedung sepenuhnya menjadi tanggungjawab
kerajaan/pemerintah.

Buku teks atau buku pegangan yang digunakan siswa relatif tak berganti atau sama setiap
tahun. Bila orang tua murid membeli semua buku teks dan aktifiti, harganya berkisar antara
RM 80 – RM 125/siswa pertahun. Itupun hanya sekali beli untuk anak sulung saja. Karena
untuk keluarga yang mempunyai anak lebih dari satu, buku teks tersebut dapat dipakai
bergantian “turun temurun”. Khusus untuk keluarga dengan pendapatan kurang dari RM
2000/bulan, dapat mengajukan permohonan kepada pemerintah untuk peminjaman buku teks
yang disediakan dari sekolah.

Suatu biaya pendidikan yang terbilang relatif murah untuk negara dengan pendapatan rerata
per keluarga sebesar RM 2500/bulan atau setara dengan Rp. 6.250.000/bulan (Data 2003,
Kementrian Kewangan Malaysia). Lebih-lebih lagi, mulai tahun persekolahan 2008 mendatang
pemerintah merencanakan untuk meminjamkan semua buku teks kepada para siswa sekolah
rendah tanpa kecuali. Praktis, orangtua murid tidak lagi terbebani untuk membeli buku teks.

4. kurikulum

Dalam penyusunan kurikulum Malaysia, banyak mengandung materi pembelajaran mengenai


kesehatan lingkungan seperti polusi air, udara, makanan dll. Selain itu terdapat juga materi
mengenai kesehatan tubuh atau materi mengenai penyakit-penyakit menular yang mungkin
menjangkiti manusia, dengan segala cara penyebarannya. Penyajian atau pemaparan materi
lebih banyak di analogikan dengan contoh nyata atau kejadian sejarah masa lalu (perang dunia
I, perang perancis dan india, sejarah kerajaan mesir atau kejadian penting di new mexico), juga
di analogikan dengan contoh-contoh yang mudah dipahami oleh siswa sehingga materi
pelajaran bersifat aplikatif.

Sehingga dapat disimpulkan bahwa terdapat persamaan implementasi kurikulum tersebut


dengan kurikulum Indonesia pada tahun 1947, 1964 dan 1968. Hal ini dikarenakan Malaysia
pernah belajar pada Indonesia dengan menggunakan kurikulum tersebut dan masih diterapkan
secara konsisten sampai saat ini.

Media yang digunakan dalam menunjang pembelajaran banyak yang menggunakan fasilitas
internet seperti game online, situs-situs dan blog yang memuat modul/materi pembelajaran,
siswa di informasikan alamat-alamat situs tersebut dan tinggal membukanya saat belajar.
Selain itu digunakan juga fasilitas persentasi power point yang dapat mengoptimalkan
penyampaian materi terutama yang menuntut penayangan gambar.

Dalam kurikulum ini juga lebih menekankan proses pembelajaran yang lebih mengutamakan
praktek dari pada hanya penjelasan-penjelasan teori saja. Fasilitas-fasilitas diatas
memungkinkan siswa untuk mendapatkan hasil belajar yang lebih maksimal. Maka pantaslah
jika Malaysia pada saat ini perkembangan pendidikannya semakin maju dengan pesat.

Anda mungkin juga menyukai