MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
Kajian dan Strategi Pemecahan Masalah IPA SD
Yang dibina oleh :
Ibu Dra. Sri Estu Winahyu, M.Pd
Disusun oleh :
Galila Dewi Wulandari (200151602887)
Kami mengucapkan terima kasih kepada Dra.Sri Estu Winahyu, S.Pd, M.Pd selaku
dosen mata kuliah Kajian dan Strategi Pemecahan Masalah IPA SD yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang kami tekuni.
Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian penegtahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Kami menyadari makalah yang kami tulis ini masih
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat
kami harapkan dari membaca karya tulis ini demi kesempurnaan makalah ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
1.1 Latar belakang ............................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 2
1.3 Tujuan Makalah........................................................................................................... 2
BAB 2 PEMBAHASAN ........................................................................................................... 3
2.1 Hakikat Pembelajaran IPA SD .................................................................................... 3
2.2 Karakteristik Siswa di SD ........................................................................................... 8
2.3 Pengertian, Manfaat, Tujuan, Kekurangan, Kelebihan Angket dan Wawancara ...... 11
2.4 Instrumen Pengumpulan Data Angket dan Pertanyaan Wawancara Guru-Murid .... 15
BAB 3 PENUTUP .................................................................................................................. 21
3.1 Simpulan.................................................................................................................... 21
3.2 Saran .......................................................................................................................... 21
DAFTAR RUJUKAN ............................................................................................................ 22
iii
BAB 1
PENDAHULUAN
1
2
3
4
Newton pun tidak serta merta berhasil, namun perlu dilakukan berkali-kali
dengan penuh kesabaran dan dengan prosedur yang tepat, yaitu menggunakan
metode ilmiah. Hasil dari kegiatan eksperimen tersebut, didapatkan suatu
pengetahuan yang dapat digunakan oleh umat manusia yaitu konsep tentang
gaya gravitasi yang sampai saat ini masih bermanfaat bagi seluruh umat manusia.
Berdasarkan kajian tersebut, IPA merupakan suatu hal yang didasarkan
dari gejala alam, yang mana gejala alam tersebut akan menjadi suatu
pengetahuan jika diawali dengan sikap ilmiah dan menggunakan metode ilmiah.
Dari kegiatan metode ilmiah tersebut akan mendapatkan suatu ilmu atau
pengetahuan yang dapat diaplikasikan bagi umat manusia. Menurut Samatowa
(2011) Ilmu Pengetahuan Alam membahas tentang gejala – gejala alam yang
disusun secara sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan
yang dilakukan oleh manusia. Lebih lanjut Carin dan Sund (1993)
mendefinisikan IPA sebagai pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara
teratuur, berlaku umum (universal ) dan berupa kumpulan data hasil observasi
dan eksperimen.
Merujuk pada pengertian IPA tersebut, hakikat IPA meliputi empat unsur
utama yaitu (Puskur, 2006) :
a. Sikap : sikap yang didasari seorang ilmuwan selama proses mendapatkan
suatu pengetahuan, sikap tersebut terdiri dari rasa ingin tahu tentang benda,
fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang
menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang
benar bersifat open minded. Selain rasa ingin tahu, menurut Khamrani
(2002) sikap ilmiah lain yang dikembangkan adalah sikap yang senantiasa
mendahulukan bukti, luwes, kritis, dan peka terhadap lingkungan. Samatowa
(2011) sikap ilmiah terdiri dari terbuka, kreatif, tekun dan teliti.
b. Proses : yaitu prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah, yang
terdiri dari penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau percobaan,
evaluasi, pengukuran dan penarikan kesimpulan. Cara Penyelidikan IPA
menurut (Wisudawati, 2015) adalah observasi, eksperimen dan matematika.
Observasi adalah saat para ahli yang ingin mempelajari objek atau kejadian
alam melalui kegiatan observasi, eksperimen dalam hal ini menggunakan
metode ilmiah. Matematika sangat diperlukan untuk menyatakan hubungan
antar variabel dalam hukum dan teori.
5
c. Produk : yaitu berupa fakta, prinsip, teori dan hukum. Batang tubuh IPA
berisi tiga dimensi pengetahuan, yaitu pengetahuan faktual (fakta),
pengetahuan konseptual (konsep), pengetahuan prosedural (prinsip, hukum,
hipotesis, teori dan model). Dan keempat adalah dimensi pengetahuan
metakognitif.
Menurut Bloom dalam Anderson dan Krathwol (2012), Pengetahuan
faktual meliputi elemen- elemen dasar yang digunakan oleh para pakar dalam
menjelaskan, memahami dan secara sistematis yang lazimnya berupa simbol –
simbol yang diasosiasikan dengan makna konkret atau simbol yang mengandung
informasi penting. Pengetahuan faktual kebanyakan berada pada tingkat
abstraksi yang rendah dan melibatkan panca indra. Contoh pengetahuan fakta
adalah pengetahuan tentang warna tumbuhan, nama ilmiah suatu tumbuhan, sub
atom.
Pengetahuan konseptual, mencakup tentang kategori, klasifikasi dan
hubungan antara dua atau lebih kategori atau klasifikasi dan hubungan antara
dua atau lebih kategori atau klasifikasi. Contohnya adalah konsep memuai,
mendidih, teori evolusi, gerakan lempeng bumi, dll. Pengetahuan Prosedural,
adalah pengetahuan tentang cara melakukan sesuatu. Misalnya keterampilan
untuk melakukan pengukuran.
Aplikasi : penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan
sehari – hari. Konsep IPA yang telah didapatkan dalam proses menggunakan
metode ilmiah, selanjutnya dapat digunakan dalam kehidupan untuk
kemsalahatan umat manusia. Keempat unsur dalam IPA tersebut merupakan
satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya.
2.1.2 Pembelajaran IPA SD
Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada
diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam
berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya, pemahamannya sikap dan
tingkah lakunya, keterampilannya kecakapan dan kemampuannya, daya
rekasinya, daya penerimaannya dan lain-lain aspek yang ada pada individu
(Sudjana, 2013). Jadi seseorang dikatakan telah belajar adalah jika seseorang
tersebut mengalami perubahan pada beberapa aspek yang ditentukan, selain itu
dapat kita ketahui bahwa belajar merupakan proses yang aktif yang mereaksi
pada sekitar individu siswa.
6
tidak akan merusak tumbuhan yang ada di sekitar tempat tinggalnya dan
mungkin akan secara sadar berusaha menanam tanaman bukan melakukan
kegiatan seperti menginjak, atau dengan membuang sampah didekat tumbuhan
tersebut yang mampu merusak kehidupan tumbuhan tersebut.
Dalam melatihkan keterampilan – keterampilan proses dasar IPA dan sikap
ilmiah, diperlukan suatu pembelajaran yang tidak hanya siswa berperan sebagai
penerima namun siswa harus mengalami sendiri pengalamannya dalam
memahami ilmu tersebut, sehingga pada akhirnya dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari- hari siswa, selain itu pembelajaran IPA juga diarahkan untuk
mengembangkan kemampuan berpikir siswa melalui permasalahan –
permasalahan yang ada. Sehingga siswa terbiasa untuk berpikir dan bersikap
ilmiah. Menurut BSNP (2013) Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara
inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir,
bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting
kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SD/MI menekankan
pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan
pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah.
Piaget dalam Desmita (2011) menyatakan bahwa perkembangan siswa
berada pada tahap operasional kongkrit yang membutuhkan pengalaman dan
benda atau objek secara langsung. Pengalaman langsung memegang peranan
penting sebagai pendorong laju perkembangan kognitif siswa pada tahapan
operasional tersebut. Melalui pengalaman langsung siswa akan mengalami
pembelajaran yang bermakna dan akan lebih dipahami oleh siswa, karena siswa
mengalami sendiri apa yang akan dipelajari. Lebih lanjut menurut Samatowa
(2011) model belajar berdasarkan pengalaman langsung memperkuat daya ingat
anak dan biayanya sangat murah sebab menggunakan alat dan media belajara
yang ada di lingkungan anak sendiri.
2.2 Karakteristik Siswa di SD
Pengenalan dan pemahaman terhadap sifat-sifat siswa tidak kalah pentingnya
bagi guru, karena dengan memahami sifat-sifat siswa tersebut guru dapat menyusun,
merencanakan, dan melaksanakan pembelajaran IPA dengan baik. Di Indonesia pada
saat ini, anak usia SD dimulai dari 6 tahun sampai dengan 12 tahun. Secara psikologis,
periode ini diktegorikan Masa Kanak-kanak Akhir. Para pendidik masa tersebut
9
sebagai “Masa Sekolah Dasar” sedangkan para psikolog menyebutnya sebagai “Masa
Berkelompok” atau “Masa Penyesuaian Diri”.
Sebutan Masa Sekolah Dasar, merupakan periode keserasian bersekolah,
artinya anak sudah matang untuk besekolah. Adapun kriteria keserasian bersekolah
adalah sebagai berikut
1. Anak harus dapat bekerjasama dalam kelompok dengan teman-teman sebaya,
tidak boleh tergantung pada ibu, ayah atau anggota keluarga lain yang dikenalnya.
2. Anak memiliki kemampuan sineik-analitik, artinya dapat mengenal bagian-bagian
dari keseluruhannya, dan dapat menyatukan kembali bagian-bagian tersebut.
3. Secara jasmaniah anak sudah mencapai bentuk anak sekolah.
Sementara itu sebutan Masa berkelompok dan Masa Penyesuaian Diri
dikaitkan dengan keinginan anak-anak untuk diterima teman-teman sebayanya
sebagai anggota kelompok, serta pentingnya penyesuaian diri di dalam kelompoknya.
Setiap anak adalah pelajar yang unik, memiliki kepribadian singular, latar belakang
pengalaman, dan cara belajar tertentu.
Menurut Preston (dalam Oemar Hamalik. 1992 : 42-44), anak mempunyai ciri-
ciri sebagai berikut :
1. Anak merespon (menaruh perhatian) terhadap bermacam-macam aspek dari dunia
sekitarnya.Anak secara spontan menaruh perhatian terhadap kejadiankejadian-
peristiwa, benda-benda yang ada disekitarnya. Mereka memiliki minat yang laus
dan tersebar di sekitar lingkungnnya.
2. Anak adalah seorang penyelidik, anak memiliki dorongan untuk menyelidiki dan
menemukan sendiri hal-hal yang ingin mereka ketahui.
3. Anak ingin berbuat, ciri khas anak adalah selalu ingin berbuat sesuatu, mereka
ingin aktif, belajar, dan berbuat
4. Anak mempunyai minat yang kuat terhadap hal-hal yang kecil atau terperinci
yang seringkali kurang penting/bermakna
5. Anak kaya akan imaginasi, dorongan ini dapat dikembangkan dalam pengalaman-
pengalaman seni yang dilaksanakan dalam pembelajaran IPS sehingga dapat
memahami orang-orang di sekitarnya. Misalnya pula dapat dikembangkan dengan
merumuskan hipotesis dan memecahkan masalah.
Sebagai guru harus memahami ciri-ciri anak tersebut dalam rangka kesiapan
suatu pembelajaran. Untuk dapat menghadapi bahan belajar dengan baik, siswa
10
usia tersebut masih mudah beralih, artinya dalam jangka waktu tertentu perhatian
anak dapat tertarik kepada banyak hal, tetapi waktu tertentu pula perhatian anak
berpindah-pindah.
Sifat lain bahwa perhatian anak sering berfokus pada lingkungan terdekat.
Kedekatan ini dapat bersifat langsung maupun tidak langsung. Bersifat langsung,
misalnya dalam melihat pesawat terbang akan lebih tertarik pada bentuk dan
warnanya dari pada fungsinya, artinya dalam memahami suatu konsep anak-anak
lebih tertarik pada ujud benda konkritnya. Begitu juga pengalaman yang
termediasipun akan membawa anak kepada perhatian, misalnya bahan bacaan atau
ceritera, sajian TV dapat mendekatkan anak pada dunia yang lebih luas.
Pada umumnya anak lebih tertarik kepada benda yang bergerak, akibatnya
anak ingin mengetahui sebab-sebab terjadinya sesuatu. Rasa ingin tahu tersebut
sebenarnya merupakan gerak awal untuk belajar dan dorongan untuk mengeksplorasi
dunia sekitarnya.Tindakan eksplorasi akan memacu anak untuk terus mencari sampai
keingintahuannya terpuaskan. Dengan sifat ini, anak biasanya mempunyai
kemampuan tinggi dan mempunyai wawasan yang luas. Anak usia SD mempunyai
kecenderungan banyak bergerak. Agar gerak yang merupakan kebutuhan anak
mencapai hasil sesuai dengan yang diharapkan, maka perlu perencanaan yang baik.
Perlu diketahui bahwa gerak tidak hanya bersifat fisik saja tetapi gerak atau keaktifan
pikiran merupakan hal yang penting pula. Keaktifan berfikir dapat disertai gerak fisik
dan juga disertai gerak berpikir, misalnya siswa yang sedang mencari data di lapangan
memerlukan banyak gerak fisik. Sedangkan siswa yang sedang mengerjakan soal
tidak perlu membaca dengan suara nyaring, tetapi ia aktif berfikir dengan tenang. Ini
sebenarnya anak mengalami keaktifan mentalnya. Dengan demikian keaktifan atau
pengalaman sangat bermanfaat dalam belajar. Pengalaman merupakan persiapan
dalam kehidupan yang sebenarnya di masyarakat.
2.3 Pengertian, Manfaat, Tujuan, Kekurangan, dan Kelebihan Angket dan
Wawancara
2.3.1 Wawancara
Wawancara adalah tanya jawab antara dua pihak yaitu pewawancara dan
narasumber untuk memperoleh data, keterangan atau pendapat tentang suatu hal.
Pewawancara adalah orang yang mengajukan pertanyaan.
12
Kelemahan Wawancara
1. Membutuhkan banyak waktu dan tenaga baik dari peneliti maupun
responden.
2. Keberhasilan proses wawancara tergantung dari kepandaian peneliti dalam
menggali informasi yang diperlukan.
3. Interpretasi peneliti bisa terpengaruh oleh responden sehingga tidak objektif.
4. Ketika wawancara, responden harus mampu bicara dengan jelas dan benar.
5. Kecukupan data yang diperoleh sangat tergantung pada kesediaan responden
untuk menjawab pertanyaan yang diajukan.
6. Untuk objek yang luas, diperlukan pewawancara yang banyak jumlahnya.
2.3.2 Angket(Kuisioner)
Kuesioner ataupun angket merupakan suatu metode pengumpulan data yang
mengizinkan analis mempelajari sikap-sikap, kepercayaan, perilaku. Serta ciri
beberapa orang utama di dalam organisasi yang dapat terbawa-bawa oleh sistem
yang diajukan ataupun oleh sistem yang telah ada.
Dengan memakai kuesioner, analis berupaya mengukur apa yang ditemui
dalam wawancara, tidak hanya itu pula buat memastikan seberapa luas ataupun
terbatasnya sentimen yang diekspresikan dalam suatu wawancara.
Pengertian Kuesioner Menurut Para Ahli
1. Pengertian kuesioner menurut Dewa Ktut Sukardi adalah suatu bentuk
teknik alam pengumpulan data yang dilakukan pada metode penelitian
dengan tidak perlu/wajib memerlukan kedatangan langsung dari sumber data.
2. Menurut Bimo Walgito definisi kuesioner adalah daftar pertanyaan dalam
penelitian yang diharuskan untuk dijawab oleh responden atau informan.
3. Menurut sugiyono (2013: 199) kuesioner merupakan Teknik pengumpulan
data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau
pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab.
Tujuan Kuesioner
1. Mendapatkan data yang relevan dengan tujuan penelitian.
2. Mendapatkan data dengan reliabilitas dan validitas yang setinggi mungkin.
Fungsi Kuesioner
1. Guna mengumpulkan informasi sebagai bahan dasar dalam rangka
penyusunan catatan permanen.
2. Guna menjamin validitas informasi yang diperoleh dengan metode lain.
15
Jarang
Tidak Pernah
7. Apakah metode pembelajaran yang anda gunakan sudah sesuai dan efektif
untuk pembelajaran IPA di kelas?
Selalu
Sering
Jarang
Tidak Pernah
8. Apakah saat pembelajaran IPA berlangsung siswa tidak tertib dan
membuat keributan?
Selalu
Sering
Jarang
Tidak Pernah
9. Apakah anda mempersiapkan soal evaluasi untuk siswa tiap akhir kegiatan
pembelajran IPA?
Selalu
Sering
Jarang
Tidak Pernah
10. Apakah hasil belajar siswa sudah sesuai dengan kriteria ketuntasan dalam
pembelajaran IPA?
Selalu
Sering
Jarang
Tidak Pernah
2. Angket untuk siswa
Angket Respon Siswa pada Pembelajaran IPA di Kelas
Identitas Responden :
Nama Lengkap :
No. Induk/Kelas :
Jenis Kelamin :
Tempat/Tgl Lahir :
19
Alamat :
Dimohon memilih jawaban yang paling sesuai dengan keadaan yang
sesungguhnya dengan memberi tanda silang (v) pada salah satu kotak.
1. Apakah dalam pembelajaran IPA guru menggunakan media?
Selalu
Sering
Jarang
Tidak Pernah
2. Apakah media yang digunakan menarik dan mudah digunakan?
Selalu
Sering
Jarang
Tidak Pernah
3. Apakah media pembelajaran IPA yang digunakan membuatmu senang dan
tertarik untuk belajar IPA?
Selalu
Sering
Jarang
Tidak Pernah
4. Apakah kamu mengalami kesulitan ketika menggunakan media
pembelajaran IPA?
Selalu
Sering
Jarang
Tidak Pernah
5. Apakah penjelasan materi IPA dari guru mudah untuk dipahami?
Selalu
Sering
Jarang
Tidak Pernah
6. Apakah kamu memberikan respon positif saat guru memberikan
pertanyaan?
Selalu
20
Sering
Jarang
Tidak Pernah
7. Apakah kamu berperan aktif saat pembelajaran IPA berlangsung?
Selalu
Sering
Jarang
Tidak Pernah
8. Apakah guru memberikan soal evaluasi setelah pembelajaran IPA
berakhir?
Selalu
Sering
Jarang
Tidak Pernah
9. Apakah soal evaluasi yang diberikan guru terlalu sulit untuk kamu
kerjakan?
Selalu
Sering
Jarang
Tidak Pernah
BAB 3
PENUTUP
3.1 Simpulan
Ilmu Pengetahuan Alam adalah suatu ilmu pengetahuan yang berhubungan
secara langsung dengan kehidupan manusia dan alam semesta. Pembelajaran IPA di
sekolah dasar merupakan pondasi awal untuk menciptakan siswa yang memiliki
pengetahuan, keterampilan dan sikap ilmiah. Pembelajaran IPA berkaiatan dengan
cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya
penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta dan konsep saja melainkan juga
proses penyelidikan dan penemuan. Untuk mencapai kesuksesan tujuan dan
kompetensi dari pembelajaran IPA, pendidik perlu juga mengetahui dan memahami
tentang karakteristik siswa SD. Karateristik siswa SD kelas rendah tampak bahwa
anak akan cenderung focus dengan dirinya sendiri, sedangkan pada karakteristik
siswa SD kelas tinggi anak akan mulai melakukan interaksi dengan sekitarnya.
Dalam pembelajaran pendidik juga harus mengetahui permasalahan dan
hambatan yang sedang terjadi di dalam ruang kelasnya. Permasalahan ini dapat
diketahui dengan adanya penelitian atau pengadaan survey terhadap pelaku dari
kegiatan pembelajaran. Hal ini dapat dilakukan dengan metode angket dan wawancara.
Dengan kedua metode tersebut pendidik dapat mengetahui jawaban langsung maupun
tidak langsung mengenai kondisi atau keadaan dalam suatu pembelajaran, sehingga
pendidik memahami kekurangan dari suatu proses pembelajaran IPA di SD.
3.2 Saran
Dengan selesainya makalah ini, penyusun menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati dan
jiwa besar, penyusun mengharapkan kritikan, saran ataupun masukan yang bersifat
membangun demi penyempurnaan makalah ini dan makalah kedepannya.
Penyusun juga mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua, terutama teman teman mahasiswa pada umumnya dan Bapak/Ibu dosen pada
khususnya.
21
DAFTAR RUJUKAN
22