Anda di halaman 1dari 25

MENEMUKAN PERMASALAHAN PEMBELAJARAN IPA MELALUI

ANGKET DAN WAWANCARA

MAKALAH
UNTUK MEMENUHI TUGAS MATA KULIAH
Kajian dan Strategi Pemecahan Masalah IPA SD
Yang dibina oleh :
Ibu Dra. Sri Estu Winahyu, M.Pd

Disusun oleh :
Galila Dewi Wulandari (200151602887)

Handika Sevia Pradita Putri (200151603039)

Isna Rizkita Rahmawati (200151602930)

Reghina Rizky Shofiani (200151602979)

UNIVERSITAS NEGERI MALANG


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
JURUSAN KEPENDIDIKAN SEKOLAH DASAR DAN PRASEKOLAH
PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR
SEPTEMBER 2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur Alhamdulilah kita panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
memberikan rahmat dan hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah
yang berjudul Menemukan Permasalahan Pembelajaran IPA melalui Angket dan Wawancara
secara tepat waktu. Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi
tugas pada mata kuliah Kajian dan Strategi Pemecahan Masalah IPA SD. Selain itu, makalah
ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang masalah IPA di SD bagi para pembaca
dan juga bagi penulis.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Dra.Sri Estu Winahyu, S.Pd, M.Pd selaku
dosen mata kuliah Kajian dan Strategi Pemecahan Masalah IPA SD yang telah memberikan
tugas ini sehingga dapat menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi
yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian penegtahuannya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini. Semoga makalah
ini dapat bermanfaat bagi kita semua, Kami menyadari makalah yang kami tulis ini masih
jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran yang sifatnya membangun sangat
kami harapkan dari membaca karya tulis ini demi kesempurnaan makalah ini.

Malang, 14 September 2021

Penulis

ii
DAFTAR ISI
Halaman
KATA PENGANTAR ..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI........................................................................................................................... iii
BAB 1 PENDAHULUAN ........................................................................................................ 1
1.1 Latar belakang ............................................................................................................. 1
1.2 Rumusan Masalah ....................................................................................................... 2
1.3 Tujuan Makalah........................................................................................................... 2
BAB 2 PEMBAHASAN ........................................................................................................... 3
2.1 Hakikat Pembelajaran IPA SD .................................................................................... 3
2.2 Karakteristik Siswa di SD ........................................................................................... 8
2.3 Pengertian, Manfaat, Tujuan, Kekurangan, Kelebihan Angket dan Wawancara ...... 11
2.4 Instrumen Pengumpulan Data Angket dan Pertanyaan Wawancara Guru-Murid .... 15
BAB 3 PENUTUP .................................................................................................................. 21
3.1 Simpulan.................................................................................................................... 21
3.2 Saran .......................................................................................................................... 21
DAFTAR RUJUKAN ............................................................................................................ 22

iii
BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Latar belakang


Pembelajaran IPA di sekolah dasar merupakan pondasi awal untuk
menciptakan siswa yang memiliki pengetahuan, keterampilan dan sikap ilmiah.
Pembelajaran IPA berkaiatan dengan cara mencari tahu tentang alam secara sistematis,
sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta dan
konsep saja melainkan juga proses penyelidikan dan penemuan. Dengan demikian
seharusnya siswa menemukan sendiri suatu konsep agar konsep tersebut bertahan
lama untuk diingat oleh siswa.
Penilaian merupakan komponen yang sangat penting dalam pembelajaran.
Menurut Peraturan Mentri Pendidikan dan Kebudaan Republik Indonesia Nomor 23
Tahun 2016 tentang standar Penilaian Pendidikan Dasar dan Menengah, penilaian
merupakan proses pengumpulan dan pengolahan informasi untuk mengukur
pencapaian hasil belajar peserta didik. Secara umum, penilaian bertujuan untuk: a)
Memperoleh data pembuktian yang akan menjadi petunjuk sejauh mana tingkat
kemampuan dan tingkat keberhasilan peserta didik setelah menempuh proses
pembelajaran dalam jangka waktu yang telah ditentukan. b) Mengukur dan menilai
sampai di manakah efektifitas metode mengajar yang telah diterapkan atau
dilaksanakan oleh pendidik, serta kegiatan belajar yang dilaksanakan oleh peserta
(Riadi, 2017).
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Utami (2016), pada penelitiannya
instrumen yang dihasilkan melalui suatu proses pengembangan memiliki karakteristik
berupa seperangkat penilaian yang terdiri atas instrumen penilaian diri, penilaian
observasi, penilaian ujian tulis, dan penilaian unjuk kerja yang valid secara konstruk
dan isi ditinjau dari aspek bahasa, materi, konstruksi, objektivitas, dan sistematika.
Kualitas instrumen penilaian yang dikembangkan berdasarkan penilaian ahli evaluasi
termasuk kategori Sangat Baik (SB) dengan sehingga secara keseluruhan memenuhi
kriteria layak digunakan. Adapun respon guru terhadap instrumen penilaian hasil
belajar IPA menunjukkan bahwa instrument penilaian hasil belajar IPA dapat
dijadikan sebagai salah satu standard (pedoman) dalam melakukan penilaian hasil
belajar IPA.

1
2

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan hakikat pembelajaran IPA SD ?
2. Bagaimana karakter dari siswa di SD ?
3. Apa yang dimaksud dengan angket dan wawancara dalam teknik observasi ?
4. Bagaimana susunan pembuatan angket dan wawancara pada teknik observasi ?
1.3 Tujuan Makalah
1. Memahami hakikat dari pembelajaran IPA SD.
2. Memahami karakter-karakter dari siswa SD.
3. Memahami pengertian, manfaat, tujuan, kelebihan, dan kekurangan dari angket
dan wawancara dalam teknik observasi.
5. Memahami instrumen angket dan pertanyaan-pertanyaan yang digunakan dalam
proses wawancara.
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1 Hakikat Pembelajaran IPA SD


2.1.1 Hakikat IPA
IPA merupakan terjemahan dari kata – kata dalam bahasa inggris natural
science. Science dapat diartikan secara harfiah adalah ilmu, ilmu adalah
pengetahuan yang ilmiah. Ilmu memiliki sifat rasional, dan objektif (Wisudawati,
2015). Natural adalah alam sehingga jika diartikan IPA adalah suatu ilmu yang
mengkaji segala sesuatu tentang gejala yang ada di alam baik benda hidup
maupun benda mati. IPA dapat dijabarkan pada beberapa ilmu seperti,
astronomi, kimia, mineralogi, meteorologi, fisiologi dan biologi. IPA tidak
didapatkan dari hasil pemikiran manusia, namun IPA merupakan hasil dari
pengamatan maupun eksperimentasi suatu gejala alam yang ada di bumi.
Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) berkaitan dengan cara mencari tahu tentang
alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya penguasaan kumpulan
pengetahuan yang berupa fakta–fakta, konsep–konsep atau prinsip saja, tetapi
juga merupakan suatu proses penemuan (BSNP, 2006). Lebih lanjut Conant
(dalam Samatowa, 2011) mendefinisikan sains sebagai suatu deretan konsep
serta skema konseptual yang berhubungan satu sama lain, dan yang tumbuh
sebagai hasil eksperimentasi dan observasi serta berguna untuk diamati dan
dieksperimentasikan lebih lanjut.
IPA tidak mungkin dapat berdiri sendiri, karena gejala alam berhubungan
satu dengan yang lainnya yang tersusun dalam suatu sistem yang saling
menjelaskan dan merupakan satu kesatuan yang utuh. Powler (dalam Winaputra,
1992) menyatakan IPA merupakan ilmu yang berhubungan dengan gejala alam
dan kebendaaan yang sistematis yang tersusun secara teratur, berlaku umum dan
berupa kumpulan dari hasil observasi dan eksperimenyang sistematis yang
tersusun dalam suatu sistem, yang memiliki satu kesatuan.
Pengetahuan dalam IPA didasarkan dari gejala yang terjadi di alam, dapat
dicontohkan kejadian Newton mengalami kejatuhan buah dari pohon. Gejala
alam ini membuat Newton merasa penasaran mengapa suatu benda (apel ) selalu
jatuh ke bawah tidak keatas, ataupun kesamping. Dari rasa penasaran ini,
Newton melakukan percobaan atau eksperimen untuk mengetahui alasan
mengapa benda selalu jatuh ke bawah. Kegiatan eksperimen yang dilakukan

3
4

Newton pun tidak serta merta berhasil, namun perlu dilakukan berkali-kali
dengan penuh kesabaran dan dengan prosedur yang tepat, yaitu menggunakan
metode ilmiah. Hasil dari kegiatan eksperimen tersebut, didapatkan suatu
pengetahuan yang dapat digunakan oleh umat manusia yaitu konsep tentang
gaya gravitasi yang sampai saat ini masih bermanfaat bagi seluruh umat manusia.
Berdasarkan kajian tersebut, IPA merupakan suatu hal yang didasarkan
dari gejala alam, yang mana gejala alam tersebut akan menjadi suatu
pengetahuan jika diawali dengan sikap ilmiah dan menggunakan metode ilmiah.
Dari kegiatan metode ilmiah tersebut akan mendapatkan suatu ilmu atau
pengetahuan yang dapat diaplikasikan bagi umat manusia. Menurut Samatowa
(2011) Ilmu Pengetahuan Alam membahas tentang gejala – gejala alam yang
disusun secara sistematis yang didasarkan pada hasil percobaan dan pengamatan
yang dilakukan oleh manusia. Lebih lanjut Carin dan Sund (1993)
mendefinisikan IPA sebagai pengetahuan yang sistematis dan tersusun secara
teratuur, berlaku umum (universal ) dan berupa kumpulan data hasil observasi
dan eksperimen.
Merujuk pada pengertian IPA tersebut, hakikat IPA meliputi empat unsur
utama yaitu (Puskur, 2006) :
a. Sikap : sikap yang didasari seorang ilmuwan selama proses mendapatkan
suatu pengetahuan, sikap tersebut terdiri dari rasa ingin tahu tentang benda,
fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan sebab akibat yang
menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang
benar bersifat open minded. Selain rasa ingin tahu, menurut Khamrani
(2002) sikap ilmiah lain yang dikembangkan adalah sikap yang senantiasa
mendahulukan bukti, luwes, kritis, dan peka terhadap lingkungan. Samatowa
(2011) sikap ilmiah terdiri dari terbuka, kreatif, tekun dan teliti.
b. Proses : yaitu prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah, yang
terdiri dari penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau percobaan,
evaluasi, pengukuran dan penarikan kesimpulan. Cara Penyelidikan IPA
menurut (Wisudawati, 2015) adalah observasi, eksperimen dan matematika.
Observasi adalah saat para ahli yang ingin mempelajari objek atau kejadian
alam melalui kegiatan observasi, eksperimen dalam hal ini menggunakan
metode ilmiah. Matematika sangat diperlukan untuk menyatakan hubungan
antar variabel dalam hukum dan teori.
5

c. Produk : yaitu berupa fakta, prinsip, teori dan hukum. Batang tubuh IPA
berisi tiga dimensi pengetahuan, yaitu pengetahuan faktual (fakta),
pengetahuan konseptual (konsep), pengetahuan prosedural (prinsip, hukum,
hipotesis, teori dan model). Dan keempat adalah dimensi pengetahuan
metakognitif.
Menurut Bloom dalam Anderson dan Krathwol (2012), Pengetahuan
faktual meliputi elemen- elemen dasar yang digunakan oleh para pakar dalam
menjelaskan, memahami dan secara sistematis yang lazimnya berupa simbol –
simbol yang diasosiasikan dengan makna konkret atau simbol yang mengandung
informasi penting. Pengetahuan faktual kebanyakan berada pada tingkat
abstraksi yang rendah dan melibatkan panca indra. Contoh pengetahuan fakta
adalah pengetahuan tentang warna tumbuhan, nama ilmiah suatu tumbuhan, sub
atom.
Pengetahuan konseptual, mencakup tentang kategori, klasifikasi dan
hubungan antara dua atau lebih kategori atau klasifikasi dan hubungan antara
dua atau lebih kategori atau klasifikasi. Contohnya adalah konsep memuai,
mendidih, teori evolusi, gerakan lempeng bumi, dll. Pengetahuan Prosedural,
adalah pengetahuan tentang cara melakukan sesuatu. Misalnya keterampilan
untuk melakukan pengukuran.
Aplikasi : penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan
sehari – hari. Konsep IPA yang telah didapatkan dalam proses menggunakan
metode ilmiah, selanjutnya dapat digunakan dalam kehidupan untuk
kemsalahatan umat manusia. Keempat unsur dalam IPA tersebut merupakan
satu kesatuan yang utuh dan tidak dapat dipisahkan satu sama lainnya.
2.1.2 Pembelajaran IPA SD
Belajar adalah suatu proses yang ditandai dengan adanya perubahan pada
diri seseorang. Perubahan sebagai hasil proses belajar dapat ditunjukkan dalam
berbagai bentuk seperti berubah pengetahuannya, pemahamannya sikap dan
tingkah lakunya, keterampilannya kecakapan dan kemampuannya, daya
rekasinya, daya penerimaannya dan lain-lain aspek yang ada pada individu
(Sudjana, 2013). Jadi seseorang dikatakan telah belajar adalah jika seseorang
tersebut mengalami perubahan pada beberapa aspek yang ditentukan, selain itu
dapat kita ketahui bahwa belajar merupakan proses yang aktif yang mereaksi
pada sekitar individu siswa.
6

Belajar merupakan inti sari dari kegiatan pembelajaran. Kegiatan


pembelajaran merupakan proses untuk mendapatkan hasil belajar. Seperti yang
disebutkan sebelumnya bahwa hasil dari proses belajar tidak hanya pada ranah
pengetahuannya saja, namun juga pada ranah yang lainnya seperti hasil belajar
afektif maupun psikomotor.
Setiap pembelajaran dalam suatu mata pelajaran pasti memiliki tujuan
untuk mengembangkan ketiga aspek hasil belajar. Sebagaimana tujuan
pembelajaran IPA menurut BSNP (2013) sebagai berikut :
1. Memperoleh keyakinan terhadap kebesaran Tuhan Yang Maha Esa
berdasarkan keberadaan, keindahan dan keteraturan alam ciptaan-Nya
2. Mengembangkan pengetahuan dan pemahaman konsepkonsep IPA yang
bermanfaat dan dapat diterapkan dalam kehidupan sehari-hari
3. Mengembangkan rasa ingin tahu, sikap positip dan kesadaran tentang
adanya hubungan yang saling mempengaruhi antara IPA, lingkungan,
teknologi dan masyarakat
4. Mengembangkan keterampilan proses untuk menyelidiki alam
sekitar,memecahkan masalah dan membuat keputusan
5. Meningkatkan kesadaran untuk berperanserta dalam memelihara, menjaga
dan melestarikan lingkungan alam
6. Meningkatkan kesadaran untuk menghargai alam dan segala keteraturannya
sebagai salah satu ciptaan Tuhan
7. Memperoleh bekal pengetahuan, konsep dan keterampilan IPA sebagai
dasar untuk melanjutkan pendidikan ke SMP/ MTs.
Berdasarkan tujuan tersebut dapat diketahui bahwa pada pembelajaran IPA,
hasil belajar yang ingin dikembangkan juga terdapat tiga macam, dari
pengetahuannya, sikap yang biasa dikenal sikap ilmiah dan keterampilan yang
dikenal dengan keterampilan proses dalam pembelajaran IPA. Diharapkan
ketiga unsur ini dapat muncul pada diri peserta didik, sehingga peserta didik
dapat mengalami proses pembelajaran secara utuh memahami fenomena alam
melalui kegiatan pemecahan masalah, metode ilmiah dan meniru cara dan sikap
ilmuwan bekerja dalam menemukan fakta baru.
Peran siswa bekerja seperti ilmuan mengandung arti bahwa dalam proses
pembelajaran IPA menggunakan pendekatan keterampilan proses dasar IPA.
Keterampilan proses IPA digolongkan menjadi dua bagian yaitu keterampilan
7

dasar dan keterampilan terintegrasi. Pada siswa sekolah dasar diharapkan


minimal keterampilan proses dasar IPA siswa wajib dikembangkan dalam
proses pembelajaran IPA.Hal ini disebabkan kemampuan kognitif siswa sekolah
dasar yang tidak dapat dibandingkan dengan struktur kognitif ilmuwan,
sehingga siswa perlu diberikan kesempatan untuk berlatih keterampilan –
keterampilan proses IPA yang disesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif
siswa SD.
Keterampilan-keterampilan dasar terdiri dari (Amin dkk, 2006): 1).
Mengamati. Mengamati diartikan sebagai proses menggunakan indera untuk
mengamati objek dan kejadian, serta karakteristiknya ( dalam bentuk catatan) ;
2). Mengklasifikasi. Mengklasifikasi merupakan proses mengklompokkan objek
– obejek dan kejadian berdasarkan persamaan dan perbedaaanya (dalam bentuk
daftar, tabel dan grafik); 3). Mengukur. Mengukur adalah membandingkan
kuantitas yang belum diketahui dengan standar (satuan panjang, wkatu, suhu);
4). Menyimpulkan. Menyimpulkan merupakan kegiatan membuat kesimpulan
berdasarkan data – data hasil pengamatan. ;5). Meramalkan. Meramalkan
merupakan sesuatu yang belum dibuktikan (bukan menebak) dengan keyakinan
bahwa yang akan terjadi didasarkan pada pengetahuan dan pemahaman,
pengamatan serta kesimpulan yang telah diperoleh. 6). Mengkomunikasikan.
Mengkomunikasikan dapat dituangkan secara lisan maupun tertulis dalam
bentuk laporan, grafik, tabel dan gambar.
Hasil belajar yang juga harus dikembangkan dalam pembelajaran IPA
adalah sikap ilmiah siswa. Seperti yang disebutkan sebelumnya sikap ilmiah
yang dikembangkan diantaranya adalah sikap yang senantiasa mendahulukan
bukti, luwes, kritis, tekun, terbuka, kreatif, teliti dan peka terhadap lingkungan.
Sikap ini tidak hanya dikembangkan selama proses pembelajaran IPA saja,
namun lebih terpenting lagi, sikap ini dikembangkan tidak hanya sampai pada
tahap mengetahui namun sampai pada tahap menerapkan. Dapat kita contohkan,
saat ini hampir semua warga negara mendapatkan pembelajaran IPA, namun
pada kenyataannya hasil belajar yang ditunjukkan belum menunjukkan
keseluruhan hasil belajar yang ingin dicapai. misalnya setelah peserta didik
mengetahui bahwa tanaman itu sangat berfungsi bagi kehidupan manusia karena
dapat menghasilkan oksigen, maka jika peserta didik tersebut memahami
pentingnya tumbuhan bagi manusia maka secara otomatis peserta didik tersebut
8

tidak akan merusak tumbuhan yang ada di sekitar tempat tinggalnya dan
mungkin akan secara sadar berusaha menanam tanaman bukan melakukan
kegiatan seperti menginjak, atau dengan membuang sampah didekat tumbuhan
tersebut yang mampu merusak kehidupan tumbuhan tersebut.
Dalam melatihkan keterampilan – keterampilan proses dasar IPA dan sikap
ilmiah, diperlukan suatu pembelajaran yang tidak hanya siswa berperan sebagai
penerima namun siswa harus mengalami sendiri pengalamannya dalam
memahami ilmu tersebut, sehingga pada akhirnya dapat diterapkan dalam
kehidupan sehari- hari siswa, selain itu pembelajaran IPA juga diarahkan untuk
mengembangkan kemampuan berpikir siswa melalui permasalahan –
permasalahan yang ada. Sehingga siswa terbiasa untuk berpikir dan bersikap
ilmiah. Menurut BSNP (2013) Pembelajaran IPA sebaiknya dilaksanakan secara
inkuiri ilmiah (scientific inquiry) untuk menumbuhkan kemampuan berpikir,
bekerja dan bersikap ilmiah serta mengkomunikasikannya sebagai aspek penting
kecakapan hidup. Oleh karena itu pembelajaran IPA di SD/MI menekankan
pada pemberian pengalaman belajar secara langsung melalui penggunaan dan
pengembangan keterampilan proses dan sikap ilmiah.
Piaget dalam Desmita (2011) menyatakan bahwa perkembangan siswa
berada pada tahap operasional kongkrit yang membutuhkan pengalaman dan
benda atau objek secara langsung. Pengalaman langsung memegang peranan
penting sebagai pendorong laju perkembangan kognitif siswa pada tahapan
operasional tersebut. Melalui pengalaman langsung siswa akan mengalami
pembelajaran yang bermakna dan akan lebih dipahami oleh siswa, karena siswa
mengalami sendiri apa yang akan dipelajari. Lebih lanjut menurut Samatowa
(2011) model belajar berdasarkan pengalaman langsung memperkuat daya ingat
anak dan biayanya sangat murah sebab menggunakan alat dan media belajara
yang ada di lingkungan anak sendiri.
2.2 Karakteristik Siswa di SD
Pengenalan dan pemahaman terhadap sifat-sifat siswa tidak kalah pentingnya
bagi guru, karena dengan memahami sifat-sifat siswa tersebut guru dapat menyusun,
merencanakan, dan melaksanakan pembelajaran IPA dengan baik. Di Indonesia pada
saat ini, anak usia SD dimulai dari 6 tahun sampai dengan 12 tahun. Secara psikologis,
periode ini diktegorikan Masa Kanak-kanak Akhir. Para pendidik masa tersebut
9

sebagai “Masa Sekolah Dasar” sedangkan para psikolog menyebutnya sebagai “Masa
Berkelompok” atau “Masa Penyesuaian Diri”.
Sebutan Masa Sekolah Dasar, merupakan periode keserasian bersekolah,
artinya anak sudah matang untuk besekolah. Adapun kriteria keserasian bersekolah
adalah sebagai berikut
1. Anak harus dapat bekerjasama dalam kelompok dengan teman-teman sebaya,
tidak boleh tergantung pada ibu, ayah atau anggota keluarga lain yang dikenalnya.
2. Anak memiliki kemampuan sineik-analitik, artinya dapat mengenal bagian-bagian
dari keseluruhannya, dan dapat menyatukan kembali bagian-bagian tersebut.
3. Secara jasmaniah anak sudah mencapai bentuk anak sekolah.
Sementara itu sebutan Masa berkelompok dan Masa Penyesuaian Diri
dikaitkan dengan keinginan anak-anak untuk diterima teman-teman sebayanya
sebagai anggota kelompok, serta pentingnya penyesuaian diri di dalam kelompoknya.
Setiap anak adalah pelajar yang unik, memiliki kepribadian singular, latar belakang
pengalaman, dan cara belajar tertentu.
Menurut Preston (dalam Oemar Hamalik. 1992 : 42-44), anak mempunyai ciri-
ciri sebagai berikut :
1. Anak merespon (menaruh perhatian) terhadap bermacam-macam aspek dari dunia
sekitarnya.Anak secara spontan menaruh perhatian terhadap kejadiankejadian-
peristiwa, benda-benda yang ada disekitarnya. Mereka memiliki minat yang laus
dan tersebar di sekitar lingkungnnya.
2. Anak adalah seorang penyelidik, anak memiliki dorongan untuk menyelidiki dan
menemukan sendiri hal-hal yang ingin mereka ketahui.
3. Anak ingin berbuat, ciri khas anak adalah selalu ingin berbuat sesuatu, mereka
ingin aktif, belajar, dan berbuat
4. Anak mempunyai minat yang kuat terhadap hal-hal yang kecil atau terperinci
yang seringkali kurang penting/bermakna
5. Anak kaya akan imaginasi, dorongan ini dapat dikembangkan dalam pengalaman-
pengalaman seni yang dilaksanakan dalam pembelajaran IPS sehingga dapat
memahami orang-orang di sekitarnya. Misalnya pula dapat dikembangkan dengan
merumuskan hipotesis dan memecahkan masalah.
Sebagai guru harus memahami ciri-ciri anak tersebut dalam rangka kesiapan
suatu pembelajaran. Untuk dapat menghadapi bahan belajar dengan baik, siswa
10

dituntut menunjukkan adanya perhatian. Perhatian seseorang terhadap sesuatu dapat


ditunjukkan dari gerak-geriknya.
Sebagai contoh seorang guru memberi tugas kepada siswanya untuk
mengamati lalu lintas di dekat sekolahnya, ternyata semua siswa tampak serius
mencatat, berdiskusi dengan temannya dengan wajah ceria. Hal ini menunjukkan
bahwa siswa-siswa menjalankan tugas guru dengan baik dan penuh perhatian. Tetapi
jika terjadi hal yang sebaliknya, misalnya anak-anak hanya main sendiri, tidak mau
mancatat dan berdiskusi, berarti siswa kurang atau tidak ada perhatian.
Perhatian menjadi titik awal yang mengarah kepada belajar, perhatian
merupakan prasarat dalam belajar. Dengan perhatian akan timbul ketertarikan
terhadap sesuatu yang dihadapi, selanjutnya diharapkan akan terjadi peristiwa belajar.
Dengan uraian di atas berarti betapa pentingnya kedudukan perhatian dalam belajar.
Maka tidak kalah pentingnya pula Anda sebagai guru atau calon guru mengenal sifat-
sifat atau karakteristik anak usia SD.
Berkaitan dengan atmosfir di sekolah, ada sejumlah karakteristik yang dapat
diidentifikasi pada siswa SD berdasarkan kelas-kelas yang terdapat di SD.
1. Karakteristik pada Masa Kelas Rendah SD (Kelas 1,2, dan 3)
a. Ada hubungan kuat antara keadaan jasmani dan prestasi sekolah
b. Suka memuji diri sendiri
c. Apabila tidak dapat menyelesaikan sesuatu, hal itu dianggapnya tidak penting
d. Suka membandingkan dirinya dengan anak lain dalam hal yang
menguntungkan dirinya
e. Suka meremehkan orang lain
2. Karakteristik pada Masa Kelas Tinggi SD (Kelas 4,5, dan 6).
a. Perhatianya tertuju pada kehidupan praktis sehari-hari
b. Ingin tahu, ingin belajar, dan realistis
c. Timbul minat pada pelajaran-pelajaran khusus
d. Anak memandang nilai sebagai ukuran yang tepat mengenai prestasi
belajarnya di sekolah.
Menurut Jean Piagiet, usia siswa SD (7-12 tahun) ada pada stadium
operasional konkrit. Oleh karena itu guru harus mampu merancang pembelajaran
yang dapat membangkitkan siswa, misalnya penggalan waktu belajar tidak terlalu
panjang, peristiwa belajar harus bervariasi, dan yang tidak kalah pentingnya sajian
harus dibuat menarik bagi siswa. Hal ini dilakukan karena perhatian anak pada tingkat
11

usia tersebut masih mudah beralih, artinya dalam jangka waktu tertentu perhatian
anak dapat tertarik kepada banyak hal, tetapi waktu tertentu pula perhatian anak
berpindah-pindah.
Sifat lain bahwa perhatian anak sering berfokus pada lingkungan terdekat.
Kedekatan ini dapat bersifat langsung maupun tidak langsung. Bersifat langsung,
misalnya dalam melihat pesawat terbang akan lebih tertarik pada bentuk dan
warnanya dari pada fungsinya, artinya dalam memahami suatu konsep anak-anak
lebih tertarik pada ujud benda konkritnya. Begitu juga pengalaman yang
termediasipun akan membawa anak kepada perhatian, misalnya bahan bacaan atau
ceritera, sajian TV dapat mendekatkan anak pada dunia yang lebih luas.
Pada umumnya anak lebih tertarik kepada benda yang bergerak, akibatnya
anak ingin mengetahui sebab-sebab terjadinya sesuatu. Rasa ingin tahu tersebut
sebenarnya merupakan gerak awal untuk belajar dan dorongan untuk mengeksplorasi
dunia sekitarnya.Tindakan eksplorasi akan memacu anak untuk terus mencari sampai
keingintahuannya terpuaskan. Dengan sifat ini, anak biasanya mempunyai
kemampuan tinggi dan mempunyai wawasan yang luas. Anak usia SD mempunyai
kecenderungan banyak bergerak. Agar gerak yang merupakan kebutuhan anak
mencapai hasil sesuai dengan yang diharapkan, maka perlu perencanaan yang baik.
Perlu diketahui bahwa gerak tidak hanya bersifat fisik saja tetapi gerak atau keaktifan
pikiran merupakan hal yang penting pula. Keaktifan berfikir dapat disertai gerak fisik
dan juga disertai gerak berpikir, misalnya siswa yang sedang mencari data di lapangan
memerlukan banyak gerak fisik. Sedangkan siswa yang sedang mengerjakan soal
tidak perlu membaca dengan suara nyaring, tetapi ia aktif berfikir dengan tenang. Ini
sebenarnya anak mengalami keaktifan mentalnya. Dengan demikian keaktifan atau
pengalaman sangat bermanfaat dalam belajar. Pengalaman merupakan persiapan
dalam kehidupan yang sebenarnya di masyarakat.
2.3 Pengertian, Manfaat, Tujuan, Kekurangan, dan Kelebihan Angket dan
Wawancara
2.3.1 Wawancara
Wawancara adalah tanya jawab antara dua pihak yaitu pewawancara dan
narasumber untuk memperoleh data, keterangan atau pendapat tentang suatu hal.
 Pewawancara adalah orang yang mengajukan pertanyaan.
12

 Narasumber adalah orang yang memberikan jawaban atau pendapat atas


pertanyaan pewawancara. Narasumber juga biasa disebut dengan informan.
 Orang yang bisa dijadikan sebagai narasumber adalah orang yang ahli di
bidang yang berkaitan dengan imformasi yang kita cari.
Pengertian Wawancara Menurut Para Ahli
 Charles Stewart dan W.B. Cash
Wawancara adalah proses komunikasi dipasangkan dengan tujuan serius dan
telah ditentukan dirancang untuk bertukar perilaku dan melibatkan tanya
jawab.
 Robert Kahn dan Channel
Wawancara adalah pola khusus dari interaksi dimulai secara lisan untuk
tujuan tertentu, dan difokuskan pada daerah konten yang spesifik, dengan
proses eliminasi dari bahan-bahan yang tidak ada hubungannya secara
berkelanjutan.
 Koentjaraningrat
Wawancara adalah cara yang digunakan untuk tugas tertentu, mencoba
untuk mendapatkan informasi dan secara lisan pembentukan responden,
untuk berkomunikasi tatap muka.
 Lexy J. Moleong
Wawancara adalah percakapan dengan tujuan tertentu. Percakapan itu
dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (yang mengajukan
pertanyaan) dan diwawancarai (yang memberikan jawaban atas pertanyaan
itu).
 Denzig
Wawancara dipandu dan rekaman pembicaraan atau tatap muka percakapan
di mana seseorang mendapat informasi dari orang lain.
 Lexy J Moleong (1991:135)
Menjelaskan bahwa wawancara dengan tujuan percakapan tertentu. Dalam
metode ini peneliti dan responden berhadapanlangsung (tatap muka) untuk
mendapatkan informasi secara lisan dengan mendapatkandata tujuan yang
dapat menjelaskan masalah penelitian.
13

 Sutrisno Hadi ( 1989:192 )


Wawancara adalah proses pembekalan verbal, di mana dua orang atau lebih
untuk menangani secara fisik, orang dapat melihat mukayang orang lain dan
mendengarkan suara telinganya sendiri, ternyata informasi langsung
alatpemgumpulan pada beberapa jenis data sosial, baik yang tersembunyi
(laten) atau manifest.
 Ankur Garg
Seorang psikolog menyatakan bahwa wawancara dapat menjadi alat bila
dilakukan oleh orang-orang yang mempekerjakan calon / kandidat untuk
posisi, jurnalis, atau orang-orang biasa yang mencari tahu tentang
kepribadian seseorang atau mencari informasi.
Tujuan Wawancara
Menurut Zainal (2010) tujuan wawancara adalah sebagai berikut:
1. Untuk memperoleh informasi secara langsung guna menjelaskan suatu hal
atau situasi dan kondisi tertentu.
2. Untuk melengkapi suatu penyelidikan ilmiah.
3. Untuk memperoleh data agar dapat memengaruhi situasi atau orang tertentu.
Fungsi Wawancara
Berikut ini beberapa fungsi wawancara:
1. Menghindari kesalahan informasi atau data yang simpang siur.
2. Informasi atau data dari hasil wawancara merupakan pelengkap informasi
awal.
3. Memperoleh informasi secara komprehensif, akurat, jujur, dan mendalam.
4. Mendapatkan informasi dan data yang objektif serta berimbang.
5. Menggali kemungkinan adanya perspektif baru atas suatu masalah.
Kelebihan Wawancara
1. Dapat menggali informasi dengan lebih mendalam dan berkualitas.
2. Peneliti dapat mengembangkan pertanyaan sesuai dengan situasi terbaru.
3. Tidak terbatas pada tingkat pendidikan tertentu, asalkan responden dapat
berbicara dengan baik.
4. Instrumen terbaik untuk mendapatkan data pribadi.
5. Peneliti bisa mendapatkan hal-hal khusus yang sering luput dari perhatian.
14

Kelemahan Wawancara
1. Membutuhkan banyak waktu dan tenaga baik dari peneliti maupun
responden.
2. Keberhasilan proses wawancara tergantung dari kepandaian peneliti dalam
menggali informasi yang diperlukan.
3. Interpretasi peneliti bisa terpengaruh oleh responden sehingga tidak objektif.
4. Ketika wawancara, responden harus mampu bicara dengan jelas dan benar.
5. Kecukupan data yang diperoleh sangat tergantung pada kesediaan responden
untuk menjawab pertanyaan yang diajukan.
6. Untuk objek yang luas, diperlukan pewawancara yang banyak jumlahnya.
2.3.2 Angket(Kuisioner)
Kuesioner ataupun angket merupakan suatu metode pengumpulan data yang
mengizinkan analis mempelajari sikap-sikap, kepercayaan, perilaku. Serta ciri
beberapa orang utama di dalam organisasi yang dapat terbawa-bawa oleh sistem
yang diajukan ataupun oleh sistem yang telah ada.
Dengan memakai kuesioner, analis berupaya mengukur apa yang ditemui
dalam wawancara, tidak hanya itu pula buat memastikan seberapa luas ataupun
terbatasnya sentimen yang diekspresikan dalam suatu wawancara.
Pengertian Kuesioner Menurut Para Ahli
1. Pengertian kuesioner menurut Dewa Ktut Sukardi adalah suatu bentuk
teknik alam pengumpulan data yang dilakukan pada metode penelitian
dengan tidak perlu/wajib memerlukan kedatangan langsung dari sumber data.
2. Menurut Bimo Walgito definisi kuesioner adalah daftar pertanyaan dalam
penelitian yang diharuskan untuk dijawab oleh responden atau informan.
3. Menurut sugiyono (2013: 199) kuesioner merupakan Teknik pengumpulan
data yang dilakukan dengan cara memberi seperangkat pertanyaan atau
pernyataan tertulis kepada responden untuk dijawab.
Tujuan Kuesioner
1. Mendapatkan data yang relevan dengan tujuan penelitian.
2. Mendapatkan data dengan reliabilitas dan validitas yang setinggi mungkin.
Fungsi Kuesioner
1. Guna mengumpulkan informasi sebagai bahan dasar dalam rangka
penyusunan catatan permanen.
2. Guna menjamin validitas informasi yang diperoleh dengan metode lain.
15

3. Pembuatan evaluasi progam bimbingan.


4. Guna mengambil sampling sikap atau pendapat dari responden.
Kelebihan Metode Kuesioner
1. Tidak membutuhkan kehadiran peneliti.
2. Mampu dibagikan secara bersama-sama kepada seluruh responden.
3. Waktunya fleksibel, tergantung waktu senggang responden.
4. Dapat dibuat anonim atau tanpa nama sehingga responden tidak malu dalam
menjawab pertanyaan yang diajukan.
5. Pertanyaan dapat distandarkan
Kekurangan Metode Kuesioner
1. Responden sering tidak teliti, terkadang ada pertanyaan yang terlewatkan.
2. Responden sering tidak jujur meskipun anonim.
3. Kuesioner sering tidak kembali apabila dikirim lewat pos atau jasa
pengiriman Iainnya.
4. Responden dengan tingkat pendidikan tertentu kemungkinan kesulitan
mengisi kuesioner.
2.4 Instrumen Pengumpulan Data melalui Angket dan Pertanyaan Wawancara
Guru-Murid
a. Wawancara
1. Wawancara guru
1) Apakah Bapak/Ibu selalu mempersiapkan Rencana Pelaksanaan
Pembelajaran (RPP) sebelum melaksanakan pembelajaran IPA?
2) Apakah proses mengajar yang dilakukan sudah sesuai dengan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang Bapak/Ibu siapkan?
3) Bagaimana Bapak/Ibu menyusun materi pembelajaran IPA yang akan
digunakan dalam pembelajaran di kelas?
4) Bagaimana cara Bapak/Ibu membuat kelas tetap kondusif saat kegiatan
pembelajaran IPA berlangsung?
5) Apakah Bapak/Ibu selalu menggunakan media pembelajaran IPA saat
mengajar?
6) Apakah Bapak/Ibu selalu menggunakan alat peraga dalam proses
pembelajaran IPA?
7) Apakah hambatan yang Bapak/Ibu alami dalam memanfaatkan media saat
pembelajaran IPA di kelas?
16

8) Apakah metode pembelajaran yang Bapak/Ibu gunakan saat proses


pembelajaran IPA sudah efektif dan sesuai?
9) Apakah yang Bapak/Ibu lakukan ketika ada siswa yang tidak tertib saat
proses pembelajaran berlangsung?
10) Bagaimana usaha Bapak/Ibu untuk membuat siswa aktif dalam kegiatan
pembelajaran IPA?
11) Apakah Bapak/Ibu selalu mempersiapkan soal evaluasi untuk siswa tiap
akhir kegiatan pembelajaran IPA?
12) Apakah hasil belajar siswa sudah sesuai dengan kriteria ketuntasan dalam
pembelajaran IPA? Bagaimana jika hasilnya belum sesuai?
2. Wawancara murid
1) Apakah dalam pembelajaran IPA guru selalu menggunakan media?
2) Apakah media yang digunakan sudah menarik dan mudah digunakan?
3) Apa saja media pembelajaran IPA yang membuatmu senang dan tertarik
untuk belajar IPA?
4) Apakah kesulitan yang kamu alami ketika menggunakan media
pembelajaran IPA?
5) Apakah penjelasan materi IPA dari guru mudah untuk dipahami?
6) Bagaimanakah respon kamu saat guru memberikan pertanyaan?
7) Apakah kamu selalu berperan aktif saat pembelajaran IPA berlangsung?
8) Apakah guru selalu memberikan soal evaluasi setelah pembelajaran IPA
berakhir?
9) Apakah soal evaluasi yang diberikan guru terlalu sulit untuk kamu
kerjakan?
b. Angket
1. Angket untuk guru
Angket Respon Guru pada Pembelajaran IPA di Kelas
Identitas Responden:
Nama Lengkap :
Jenis Kelamin :
Tempat/Tgl Lahir :
Alamat :
Dimohon memilih jawaban yang paling sesuai dengan keadaan yang
sesungguhnya dengan memberi tanda silang (v) pada salah satu kotak.
17

1. Apakah anda mempersiapkan Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP)


sebelum melaksanakan pembelajaran IPA?
 Selalu
 Sering
 Jarang
 Tidak Pernah
2. Apakah proses mengajar yang dilakukan seudah sesuai dengan Rencana
Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) yang anda siapkan?
 Selalu
 Sering
 Jarang
 Tidak pernah
3. Apakah kelas berjalan secara kondusif saat pembelajaran IPA
berlangsung?
 Selalu
 Sering
 Jarang
 Tidak Pernah
4. Apakah anda menggunakan media pembelajaran IPA saat mengajar?
 Selalu
 Sering
 Jarang
 Tidak Pernah
5. Apakah anda menggunakan alat peraga dalam proses pembelajaran IPA di
kelas?
 Selalu
 Sering
 Jarang
 Tidak Pernah
6. Apakah anda mengalami hambatan saat memanfaatkan media
pembelajaran IPA di kelas?
 Selalu
 Sering
18

 Jarang
 Tidak Pernah
7. Apakah metode pembelajaran yang anda gunakan sudah sesuai dan efektif
untuk pembelajaran IPA di kelas?
 Selalu
 Sering
 Jarang
 Tidak Pernah
8. Apakah saat pembelajaran IPA berlangsung siswa tidak tertib dan
membuat keributan?
 Selalu
 Sering
 Jarang
 Tidak Pernah
9. Apakah anda mempersiapkan soal evaluasi untuk siswa tiap akhir kegiatan
pembelajran IPA?
 Selalu
 Sering
 Jarang
 Tidak Pernah
10. Apakah hasil belajar siswa sudah sesuai dengan kriteria ketuntasan dalam
pembelajaran IPA?
 Selalu
 Sering
 Jarang
 Tidak Pernah
2. Angket untuk siswa
Angket Respon Siswa pada Pembelajaran IPA di Kelas
Identitas Responden :
Nama Lengkap :
No. Induk/Kelas :
Jenis Kelamin :
Tempat/Tgl Lahir :
19

Alamat :
Dimohon memilih jawaban yang paling sesuai dengan keadaan yang
sesungguhnya dengan memberi tanda silang (v) pada salah satu kotak.
1. Apakah dalam pembelajaran IPA guru menggunakan media?
 Selalu
 Sering
 Jarang
 Tidak Pernah
2. Apakah media yang digunakan menarik dan mudah digunakan?
 Selalu
 Sering
 Jarang
 Tidak Pernah
3. Apakah media pembelajaran IPA yang digunakan membuatmu senang dan
tertarik untuk belajar IPA?
 Selalu
 Sering
 Jarang
 Tidak Pernah
4. Apakah kamu mengalami kesulitan ketika menggunakan media
pembelajaran IPA?
 Selalu
 Sering
 Jarang
 Tidak Pernah
5. Apakah penjelasan materi IPA dari guru mudah untuk dipahami?
 Selalu
 Sering
 Jarang
 Tidak Pernah
6. Apakah kamu memberikan respon positif saat guru memberikan
pertanyaan?
 Selalu
20

 Sering
 Jarang
 Tidak Pernah
7. Apakah kamu berperan aktif saat pembelajaran IPA berlangsung?
 Selalu
 Sering
 Jarang
 Tidak Pernah
8. Apakah guru memberikan soal evaluasi setelah pembelajaran IPA
berakhir?
 Selalu
 Sering
 Jarang
 Tidak Pernah
9. Apakah soal evaluasi yang diberikan guru terlalu sulit untuk kamu
kerjakan?
 Selalu
 Sering
 Jarang
 Tidak Pernah
BAB 3
PENUTUP

3.1 Simpulan
Ilmu Pengetahuan Alam adalah suatu ilmu pengetahuan yang berhubungan
secara langsung dengan kehidupan manusia dan alam semesta. Pembelajaran IPA di
sekolah dasar merupakan pondasi awal untuk menciptakan siswa yang memiliki
pengetahuan, keterampilan dan sikap ilmiah. Pembelajaran IPA berkaiatan dengan
cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, sehingga IPA bukan hanya
penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta dan konsep saja melainkan juga
proses penyelidikan dan penemuan. Untuk mencapai kesuksesan tujuan dan
kompetensi dari pembelajaran IPA, pendidik perlu juga mengetahui dan memahami
tentang karakteristik siswa SD. Karateristik siswa SD kelas rendah tampak bahwa
anak akan cenderung focus dengan dirinya sendiri, sedangkan pada karakteristik
siswa SD kelas tinggi anak akan mulai melakukan interaksi dengan sekitarnya.
Dalam pembelajaran pendidik juga harus mengetahui permasalahan dan
hambatan yang sedang terjadi di dalam ruang kelasnya. Permasalahan ini dapat
diketahui dengan adanya penelitian atau pengadaan survey terhadap pelaku dari
kegiatan pembelajaran. Hal ini dapat dilakukan dengan metode angket dan wawancara.
Dengan kedua metode tersebut pendidik dapat mengetahui jawaban langsung maupun
tidak langsung mengenai kondisi atau keadaan dalam suatu pembelajaran, sehingga
pendidik memahami kekurangan dari suatu proses pembelajaran IPA di SD.
3.2 Saran
Dengan selesainya makalah ini, penyusun menyadari bahwa makalah ini
masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu dengan segala kerendahan hati dan
jiwa besar, penyusun mengharapkan kritikan, saran ataupun masukan yang bersifat
membangun demi penyempurnaan makalah ini dan makalah kedepannya.
Penyusun juga mengharapkan semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kita
semua, terutama teman teman mahasiswa pada umumnya dan Bapak/Ibu dosen pada
khususnya.

21
DAFTAR RUJUKAN

Hamalik, O. (1992). Studi Ilmu Pengetahuan Sosial. Bandung: Mandar Maju.


Hidayati. (n.d.). Hakikat dan Tujuan Pendidikan IPS. In Pengembangan Pendidikan IPS SD
(pp. 27-30).
Kumala, F. N. (2016). PEMBELAJARAN IPA SEKOLAH DASAR (M. J. Mhirda (ed.); 1st ed.,
pp. 4–8). Penerbit Ediide Infografika
Kurniawan, A. 2021. Pengertian Wawancara. https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-
wawancara/. Diakses pada tanggal 14 September 2021
Lentera Kecil. (2018, 03 Agustus). Mengenal Karakteristik Siswa Sekolah Dasar. Diakses
pada (tulis tanggal akses), dari https://lenterakecil.com/mengenal-karakteristik-siswa-
sekolah-dasar/
Setiawan, S. 2021. Pengertian Angket – Penggunaan, Pengambilan, Jenis, Skala, Empat,
Merancang, Jenis, Prinsip,Kelebihan dan Kelemahan, Contohnya.
https://www.gurupendidikan.co.id/pengertian-angket/ . Diakses pada tanggal 14
September 2021.

22

Anda mungkin juga menyukai