Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

DESAIN PENERAPAN HAKIKAT IPA DALAM SKENARIO PEMBELAJARAN IPA

Makalah ini disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Pendidikan IPA

Dosen Pengampu :

Dr. Sri Sulistyorini, M.Pd.

Disusun oleh :

Fara Zaitun Chusnullita 1401420252

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG

2022

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Desain Penerapan Hakikat
IPA dalam Skenario Pembelajaran IPA” ini tepat pada waktunya.

Tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Dosen pada mata
kuliah Pendidikan IPA. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang
“Desain Penerapan Hakikat IPA dalam Skenario Pembelajaran IPA” bagi para pembaca dan juga
bagi penulis.

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Ibu Dr. Sri Sulistyorini, M.Pd. selaku dosen
mata kuliah Pendidikan IPA yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang penulis tekuni.

Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah ini. Penulis menyadari,
makalah yang penulis tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran
yang membangun akan penulis nantikan demi kesempurnaan makalah ini.

Sukoharjo, 20 Februari 2022

Penulis

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................................................ii
DAFTAR ISI..............................................................................................................................................iii
BAB I..........................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN.......................................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang...................................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah..............................................................................................................................1
1.3 Tujuan................................................................................................................................................1
BAB II.........................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN.........................................................................................................................................3
2.1 Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam (IPA).............................................................................................3
2.2.1 IPA sebagai Proses......................................................................................................................4
2.2.2 IPA sebagai Produk....................................................................................................................4
2.2.3 IPA sebagai Sikap Ilmiah............................................................................................................5
2.2.4 IPA sebagai Teknologi................................................................................................................5
2.3 Hambatan dan Upaya Penerapan Pembelajaran IPA.........................................................................6
2.4 Skenario Pembelajaran......................................................................................................................6
2.5 Langkah-langkah Pembuatan Skenario Pembelajaran.......................................................................6
BAB III........................................................................................................................................................8
PENUTUP...................................................................................................................................................8
3.1 Simpulan............................................................................................................................................8
3.2 Saran..................................................................................................................................................8
DAFTAR PUSTAKA..................................................................................................................................9

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Ilmu Pengetahuan Alam atau IPA merupakan terjemahan kata-kata dalam bahasa
inggris yaitu natural science atau yang dikenal dengan sebutan sains. IPA atau Ilmu
Pengetahuan Alam artinya ilmu tentang pengetahuan alam. Menurut Trianto (2010:137)
IPA pada hakikatnya dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap ilmiah.
Sedangkan menurut Puskur (2006:6) IPA pada hakikatnya terdiri atas empat unsur utama,
yaitu sikap, proses, produk, dan aplikasi yang merupakan ciri-ciri IPA yang utuh dan
tidak dapat dipisahkan satu sama lain.

IPA diajarkan melalui kegiatan pembelajaran yang aktif dan memberi penekanan
pada keterampilan proses. Aktivitas pembelajaran dirancang untuk menciptakan kondisi
yang memungkinkan siswa belajar. Dalam kegiatan pendidikan di Dimiani dan Mujion
(Rahyu, 2014) dapat dikatakan bahwa siswa belajar jika proses perubahan perilaku terjadi
di dalam diri mereka sendiri sebagai hasil dari pengalamannya. Untuk alasan ini, tujuan
utama pelaksanaan praktis kegiatan pendidikan di sekolah adalah untuk mengajarkan
siswa bagaimana untuk memproses dan memperoleh pengetahuan, keterampilan dan
instalasi untuk diri mereka sendiri. Pelajaran tidak bisa berjalan dengan baik jika siswa
tidak memahami sifat studi IPA. Dengan demikian, guru harus menguasai dan memahami
sifat studi IPA, yang mencakup definisi, fungsi dan tujuan studi IPA di Sekolah Dasar
sampai subjek studi IPA itu.

Berdasarkan pemaparan di atas maka, dalam makalah ini akan dibahas mengenai
hakikat IPA, hakikat pembelajaran IPA dari segi produk, proses, sikap ilmiah, dan
teknologi, serta mengenai skenario pembelajaran.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa pengertian dari hakikat IPA?
2. Bagaimana hakikat pembelajaran IPA dari segi produk, proses, sikap ilmiah, dan
teknologi?
3. Bagaimana hambatan dan upaya penerapan hakikat pembelajaran IPA?
4. Apa pengertian dari skenario pembelajaran?
5. Bagaimana langkah-langkah pembuatan skenario pembelajaran?

1.3 Tujuan
1. Untuk mengetahui pengertian hakikat IPA.
2. Untuk mengetahui bagaimana hakikat IPA dari segi produk, proses, sikap ilmiah, dan
teknologi.

1
3. Untuk mengetahui hambatan dan upaya penerapan hakikat pembelajaran IPA
4. Untuk mengetahui pengertian skenario pembelajaran.
5. Untuk mengetahui langkah-langkah dalam membuat skenario pembelajaran.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Hakikat Ilmu Pengetahuan Alam (IPA)


Ilmu Pengetahuan Alam atau IPA merupakan terjemahan kata-kata dalam bahasa
inggris yaitu natural science atau yang dikenal dengan sebutan sains. IPA atau Ilmu
Pengetahuan Alam artinya ilmu tentang pengetahuan alam. Menurut Trianto (2010:137)
IPA pada hakikatnya dibangun atas dasar produk ilmiah, proses ilmiah, dan sikap ilmiah.
Sedangkan menurut Puskur (2006:6) IPA pada hakikatnya terdiri atas empat unsur utama,
yaitu sikap, proses, produk, dan aplikasi yang merupakan ciri-ciri IPA yang utuh dan
tidak dapat dipisahkan satu sama lain. Hal senada dikemukakan oleh Patta Bundu
(2006:11) IPA secara garis besarnya memiliki tiga komponen, yaitu:

a. IPA sebagai produk berisi prinsip-prinsip, hukum-hukum, dan teori-teori yang dapat
menjelaskan dan memahami alam dan berbagai fenomena di dalamnya.
b. IPA sebagai proses digunakan untuk mengkaji fenomena sehingga diperoleh ilmu dan
pengembangan ilmu dengan cara-cara tertentu, yaitu melalui pengamatan, kalsifikasi,
inferesi, merumuskan hipotesis, dan melakukan eksperimen.
c. IPA sebagai sikap ilmiah seperti rasa ingin tahu, pengakuan pentingnya pemahaman
keilmuan, dan lain sebagainya.

IPA pada hakikatnya dipandang dari segi produk, proses dan pengembangan sikap
Sulistyorini & Supartono (2007: 9-10) . Ketiga dimensi tersebut memiliki keterkaitan. Ini
artinya proses belajar-mengajar IPA seharusnya mengandung ketiga dimensi IPA
tersebut. IPA merupakan body of knowledge yang telah diuji, dan dapat diekspresikan
dalam bentuk perangkat prinsip-prinsip umum.

James Conant dalam Usman Samatowa (2011:1) mendeskripsikan sains sebagai


sebuah deretan konsep dan skema konseptual yang berhubungan satu sama lain,
kemudian tumbuh sebagai hasil eksperimentasi serta observasi, dan berguna untuk
diamati dan dieksperimentasikan lebih lanjut. Hal serupa juga dikemukakan oleh Trianto
(2010:136) yang mengartikan IPA adalah kumpulan teori yang sistematis, penerapannya
secara umum terbatas pada gejala-gejala alam, lahir dan berkembang melalui metode
ilmiah seperti observasi dan eksperimen serta menuntut sikap ilmiah seperti rasa ingin
tahu, jujur dan sebagainya. Hendro Darmodjo (1992:3) menyebutkan IPA merupakan
pengetahuan yang rasional dan objektif tentang alam semesta dengan segala isinya.

Collete & Chiapetta (1994:30) mendefinisikan bahwa “Science should viewed as


a way of thinking in pursuit of understanding nature, as the way of investigation claim
about phenomena, and as a body of knowledge that has resulted from inquiry”. Sains
disebutkan sebagai sebuah cara berpikir sebagai upaya memahami alam, cara

3
penyelidikan tentang gejala, dan sebagai kumpulan pengetahuan yang didapatkan dari
proses penyelidikan.

2.2 Hakikat Pembelajaran IPA dari segi Proses, Produk, Sikap Ilmiah dan Teknologi

Hakikat IPA terdiri dari empat dimensi yaitu dimensi proses, produk, sikap ilmiah
dan teknologi. IPA sebagai suatu proses menyangkut proses maupun cara kerja
digunakan untuk memperoleh hasil (produk), selanjutnya dikenal sebagai proses ilmiah
yang sering disebut sebagai sebuah keterampilan proses IPA.

2.2.1 IPA sebagai Proses


DEPDIKBUD, dalam Moedjiono (1992/ 1993 : 14) mendefinisikan
pendekatan keterampilan proses merupakan wawasan atau anutan pengembangan
keterampilan-keterampilan sosial, fisik, dan intelektual yang bersumber dari
kemampuan-kemampuan mendasar yang prinsipnya sudah ada di dalam diri
siswa. Keterampilan proses yaitu keterampilan fisik dan mental terkait
kemampuan-kemampuan mendasar yang dimiliki, dikuasai serta diaplikasikan
dalam sebuah kegiatan ilmiah, sehingga para ilmuan berhasil menemukan sesuatu
yang baru (Semiawan, dkk Nasution, 2007 : 1.9-1.10) . Dimyati dan Mudjiono
(Sumantri, 1998/1999: 113) mendeskripsikan pendekatan keterampilan proses
bukanlah suatu tindakan instruksional yang berada di luar jangkauan kemampuan
peserta didik. Pendekatan ini dimaksudkan untuk mengembangkan kemampuan-
kamapuan yang dimiliki oleh peserta didik.

Keterampilan proses IPA dibedakan menjadi 2 kelompok yaitu


keterampilan proses dasar (basic skills) serta keterampilan proses terintegrasi
(integrated skills). Keterampilan proses dasar terdiri dari mengamati,
menggolongkan/mengklasifikasi, mengukur, mengkomunikasikan,
menginterpretasi data, memprediksi, menggunakan alat, melakukan percobaan,
serta menyimpulkan. Sedangkan keterampilan proses IPA terintegrasi sendiri
terdiri dari merumuskan masalah, mengidentifikasi variabel, mendeskripsikan
hubungan antar variabel, mengendalikan variabel, mendefinisikan variabel secara
operasional, memperoleh dan menyajikan data, menganalisis data, merumuskan
hipotesis, merancang penelitian, serta melakukan penyelidikan/percobaan.

2.2.2 IPA sebagai Produk


Dalam IPA dipelajari fakta, konsep, hukum, serta teori yang merupakan
hasil temuan para ahli. Hasil temuan para ahli ini disebut produk. Hasil temuan
para ahli yaitu materi-materi yang saat ini diajarkan di sekolah-sekolah. Materi
yang ditemukan serta dipelajari tersebut pada dasarnya berisi tentang fakta,
konsep, hukum, dan teori (Widodo, dkk. 2010). Sarkim (dalam Sujana, 2013, hlm.
26) mengemukakan bahwa produk IPA berisi fakta-fakta, prinsip-prinsip, hukum-

4
hukum, konsep-konsep, serta teori-teori yang bisa digunakan untuk menjelaskan
atau memahami alam dan fenomena-fenomena yang terjadi di dalamnya‟. Fakta
adalah kenyataan yang menunjukan sebuah kebenaran. Sedangkan Wibowo
(2013) mengemukakan “Fakta merupakan suatu kenyataan, sesuatu yang benar-
benar terjadi, serta dapat dibuktikan kebenarannya”. Selain itu, Sujana (2013,
hlm. 26) mengungkapkan “Konsep merupakan abstraksi dari kejadian-kejadian,
benda-benda, atau gejala yang memiliki sifat tertentu atau lambang tertentu”.
Karakteristik dari suatu benda merupakan contoh konsep.

2.2.3 IPA sebagai Sikap Ilmiah


Selain IPA sebagai proses dan IPA sebagai produk ada juga IPA sebagai
sikap ilmiah. Sikap ilmiah terbentuk karena sifat sains itu sendiri (Widodo, dkk.
(2010). Sikap ilmiah adalah sikap para ilmuan dalam mencari serta
mengembangkan ilmu pengetahuan (Sujana 2013, hlm. 28). Dari pendapat di atas
dapat disimpulkan bahwa IPA sebagai sikap ilmiah adalah sikap yang dilakukan
guna memperoleh, mengembangkan, serta mengaplikasikan ilmu pengetahuan.

Menurut Dawson (dalam Sujana, 2013, hlm. 28) terdiri dari dua bagian
yaitu sikap yang jika diikuti akan membantu dalam memecahkan masalah, dan
sikap yang menekankan pada cara memandang alam serta dapat berguna bagi
pengembangan karier berikutnya. Menurut Wynne Harlen (Darmodjo, 1992) ada
sembilan aspek sikap yaitu sikap ingin tahu, sikap ingin mendapatkan sesuatu
yang baru, sikap kerja sama, sikap tidak putus asa, sikap terbuka untuk menerima,
sikap mawas diri, sikap bertanggung jawab, sikap berpikir bebas, sikap kesiplinan
diri.

2.2.4 IPA sebagai Teknologi


Ilmu Pengetahuan Alam atau IPA di zaman sekarang erat kaitannya
dengan masyarakat dan teknologi. Ilmu Pengetahuan Alam dengan masyarakat
dan teknologi saling mempengaruhi satu sama lain. Ketika ilmuwan bekerja,
maka dia terlibat dengan aktivitas yang ada dalam masyarakat seperti bekerja
sama. Selain itu juga, dampak yang ditimbulkan dari penggunaan teknologi yang
dihasilkan sebagai perkembangan Ilmu Pengetahuan Alam dapat mempengaruhi
kondisi sosial. Proses pembelajaran Ilmu Pengetahuan Alam harus
memperhatikan karakteristik IPA sebagai proses serta IPA sebagai produk.
Karaketristik ini disebut juga dengan objek IPA. Objek proses belajar IPA yaitu
kerja ilmiah (prosedur), sedangkan objek produk IPA adalah pengetahuan faktual,
pengetahuan konseptual, pengetahuan prosedural serta pengetahuan metakognitif
IPA (Wisudawati & Sulistyowati, 2014: 27).

5
2.3 Hambatan dan Upaya Penerapan Hakikat Pembelajaran IPA
Berdasarkan hasil analisis bahwa hambatan dan upaya penerapan hakikat sains
dalam pembelalajaran adalah: (1) terkait hambatan-hambatan dalam pem-belajaran yaitu
sumber seluruhnya menyatakan bahwa terdapat beberapa permasalahan dalam
pembelajaran antara lain alat dan bahan kurang memadai, kesiapan mental dan
pengetahuan awal belajar siswa relatif rendah, konsentrasi belajar siswa relatif rendah,
pemahaman guru terkait hakikat sains minim, ketidaksesuaian aspek yang dinilai pada
penilaian akhir (orientasi aspek kognitif), dan kemampuan matematis siswa relatif rendah;
(2) terkait upaya meminimalisir hambatanhambatan yang terjadi yaitu sebanyak 13 guru
(81,25%) melaksanakan pembelajaran dengan metode ceramah dan diskusi, dan sebanyak
tiga guru (18,75%) mengupayakan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan
penyelidikan melalui penerapan model pembelajaran inovatif.
Berdasarkan pandangan tersebut, jika guru mengalami masalah-masalah dalam
pembelajaran IPA maka kewajiban seorang guru sebagai pembimbing dan evaluator untuk
mencarikan solusi-solusi pemecahan masalah yang terjadi. Empat kompetensi guru
merupakan modal menjadikan sekolah, kelas dan siswa menjadi lebih baik, jadi guru harus
memiliki keperibadian yang kuat dan memiliki optimisme dan kepercayaan terhadap
muridnya, jika karakter tersebut muncul maka seorang guru mencari dan mencoba solusi-
solusi yang inovatif demi tercapainya tujuan pembelajaran IPA. Dengan demikian
berdasarkan pemaparan di atas bahwa guru yang memahami hakikat sains melakukan
proses pembelajaran dengan baik dan menggunakan pembelajaran inovatif, sedangkan
guru yang tidak atau kurang memahami hakikat sains tidak melaksana-kan pembelajaran
dengan baik dan tidak menggunakan pembelajaran inovatif pada kegiatan belajar
mengajar.
2.4 Skenario Pembelajaran
Skenario pembelajaran adalah urutan cerita yang disusun oleh guru agar kegiatan
pembelajaran terselenggara sesuai dengan yang diinginkan. Skenario pembelajaran
setidaknya memuat: 1) isu utama yang akan menjadi fokus; 2) mengidentifikasi faktor-
faktor kunci yang diperkirakan akan mempengaruhi fokus; 3) mengidentifikasi faktor-
faktor sosial, faktor-faktor politik, dan faktor-faktor ekonomi yang menjadi kekuatan
dalam upaya pencapaian perubahan; 4) mengidentifikasi ketidakpastian dari berbgai hal
yang erat kaitannya dengan sosial – politik – ekonomi; 5) menyusun logika skenario
secara kualitatif untuk mendapatkan skenario dengan alternatif-alternatif yang logis; dan
6) saat merumuskan skenario bisa memanfaatkan data skunder serta kecenderungan yang
sedang terjadi guna memperkuat pendapat para ahli/narasumber sebelumnya.

2.5 Langkah-langkah Pembuatan Skenario Pembelajaran


1. Identify focal Issue (focal Concern) or decision.
Maksudnya yaitu mengidentifikasikan isu utama atau masalah utama yang akan
menjadi fokus untuk dijawab atau untuk diambil keputusannya.
2. Identify Key Forces.
Maksudnya yaitu mengidentifikasi faktor-faktor kunci yang diperkirakan akan

6
mempengaruhi focal issue di masa yang akan datang.
3. Identify Driving Forces change drivers.
Dalam langkah ini harus mampu mengidentifikasi kekuatan-kekuatan yang dapat
mendorong perubahan-perubahan yang berkaitan dengan key forces di atas. Secara
umum dalam konteks ilmu sosial dan ilmu politik, driving forces yang sering sekali
teridentifikasi adalah faktor sosial, faktor politik dan faktor ekonomi.
4. Identidikasi Ketidakpastian (Identify Uncertainty).
Dalam langkah ini harus mencoba mengidentifikasi ketidakpastian dari berbagai
hal yang erat kaitannya dengan sosial, politk, dan ekonomi.
5. Selecting the scenario logic.
Di dalam tahap ini, kita harus menyusun logika skenario melalui suatu kualitatif
terutama melalui wawancara mendalam atau dengan malakukan Fokus Group
Discussion untuk mendapatkan suatu skenario dengan alternative-alternatif lainnya
secara logis.
6. Fleshing out the scenario
Tahap ini adalah tahap penguatan skenario. Pada tahap ni, perumus skenario dapat
menambahkan berbagai data sekunder dan trennya untuk memperkuat berbagai
pendapat dari narasumber dan para ahli yang sudah didapat dan ditulis pada tahap
sebelumnya.

7
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
IPA pada hakikatnya dipandang dari segi produk, proses dan pengembangan sikap
Sulistyorini & Supartono (2007: 9-10) . Ketiga dimensi tersebut memiliki keterkaitan. Ini
artinya proses belajar-mengajar IPA seharusnya mengandung ketiga dimensi IPA
tersebut. IPA merupakan body of knowledge yang telah diuji, dan dapat diekspresikan
dalam bentuk perangkat prinsip-prinsip umum.

IPA sebagai produk berisi prinsip-prinsip, hukum-hukum, dan teori-teori yang


dapat menjelaskan dan memahami alam dan berbagai fenomena di dalamnya. IPA
sebagai proses digunakan untuk mengkaji fenomena sehingga diperoleh ilmu dan
pengembangan ilmu dengan cara-cara tertentu, yaitu melalui pengamatan, kalsifikasi,
inferesi, merumuskan hipotesis, dan melakukan eksperimen. IPA sebagai sikap ilmiah
seperti rasa ingin tahu, pengakuan pentingnya pemahaman keilmuan, dan lain
sebagainya.

Skenario pembelajaran adalah urutan cerita yang disusun oleh guru agar kegiatan
pembelajaran terselenggara sesuai dengan yang diinginkan.

Langkah-langkah dalam membuat skenario yaitu 1) Identify focal Issue (focal


Concern) or decision; 2) Identify Key Forces; 3) Identify Driving Forces change drivers;
4) Ientifikasi ketidakpastian (Identify Uncertainty); 5) Selecting the scenario logic; 6)
Fleshing out the scenario.

3.2 Saran
Sebagai mahasiswa PGSD dan calon guru, kita harus memahami betul tentang
materi “Hakikat IPA” dan juga harus memahami apa itu skenario pembelajaran karena
hal ini akan menjadi bekal untuk kita jika sudah menjadi seorang pendidik. Dengan
demikian, akan memudahkan dalam memberikan pembelajaran materi Hakikat IPA
kepada peserta didik sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai.

8
DAFTAR PUSTAKA

Sulistyorini, Sri & Suparton. 2007. Model Pembelajaran IPA Sekolah Dasar dan Penerapannya
dalam KTSP. Yogyakarta: Tiara Wacana. (diakses pada Minggu, 20 Febuari 2022).

Usman Samatowa. 2006. Bagaimana Pembelajaran IPA di Sekolah Dasar. Jakarta: Departemen
Pendidikan Nasional Dirjen Pendidikan Tinggi. (diakses Selasa, 20 Febuari 2022).

Patta Bundu. 2006. Penilaian Keterampilan Proses dan Sikap Ilmiah dalam Pembelajaran
Sains-SD. Jakarta: DEPDIKNAS. (diakses pada Minggu, 20 Febuari 2022).

Ali, Lalu Usman. 2018. “Pengelolaan Pembelajaran IPA Ditinjau Dari Hakikat Sains Pada
SMP Di Kabupaten Lombok Timur” dalam Prisma Sains : Jurnal Pengkajian Ilmu dan
Pembelajaran Matematika dan IPA IKIP Mataram. (6), 2, 103-112. (diakses pada Senin,
21 Februari 2022)

Suningsih, A. & Hendrowati1, T.Y. (2018) “Mengapa Skenario Pembelajaran Perlu Penguatan
Karakter?” dalam International Journal of Community Service Learning, (2), 1, 36-37.
(diakses pada Selasa, 22 febuari 2022).

Darmodjo, Hendro. 1993. Pendidikan IPA. Jakarta: Depdikbud.(diakses pada Selasa, 22 Februari
2022)

9
1
0

Anda mungkin juga menyukai