Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH PEMBELAJARAN IPA SD/MI

“Hakekat dan Teori Pembelajaran IPA”

kelompok 1 :
Ani Puspita (21591016)
Ayu Permata Sari (21591025)
Nur Aisak (21591150)
Vinola Daini Putri (21591226)

Dosen Pembibing : Rosety Apriliya, M.Pd.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH


FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI CURUP
2023
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warohmatullahi Wabarakatuh

Alhamdulillah, senantiasa kita ucapkan puji syukur kehadirat Allah SWT yang hingga saat
ini masih memberikan kita nikmat iman dan kesehatan,sehingga penulis diberi untuk
menyelesaikan makalah tentang “Hakekat dan Teori Pembelajaran IPA SD/MI”. Makalah ini
ditulis guna untuk memenuhi syarat nilai mata kuliah Pembelajaran IPA SD/MI.

Tak lupa penulis juga mengucapkan terimakasih yang sebanyak banyaknya kepada setiap
pihak yang telah mendukung serta membantu penulis selama proses penyelesaian tugas ini
hingga selesainya makalah ini. Oleh karena itu kami mengucapkan banyak terimakasih kepada,
Rosety Apriliya, M.Pd. Selaku dosen pengampu mata kuliah Pembelajaran IPA SD/MI.

Selain untuk menambah wawasan dan pengetahuan penyusun,mkalah ini berisikan tentang
berbagai peran guru dalam pembelajaran. Diharapkan makalah ini dapat memberikan
pemahaman dan memperluas pengetahuan

Pemakalah menyadari bahwa penyusunan makalah ini tidak terlepas dari kekurangan.Kami
mengharapkan berbagai kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembaca sebagai proses
pembelajaran sehungga kami dapat menyusun makalah lebih baik dan berkualitas.

Wassalamualaikum Warohmatullahi Wabarokatuh.

Curup, 14 September 2023

Pemakalah

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................................................................1
1.1 Latar Belakang.............................................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah.......................................................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan..........................................................................................................................1
1.4 Manfaat Penulisan.......................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN..................................................................................................................................3
2.1 Hakekat Pembelajaran IPA SD/MI................................................................................................3
2.2 Teori Belajar Menurut (Piaget,Bruner,Vygotski)..........................................................................5
2.2.1 Teori Piaget..........................................................................................................................5
2.2.2 Teori Burner.........................................................................................................................7
2.2.3 Teori Vygotski......................................................................................................................9
BAB III PENUTUP.......................................................................................................................................11
3.1 Simpulan....................................................................................................................................11
3.2 Saran..........................................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................................................................12

ii
1 BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Pembelajaran IPA merupakan hal yang sangat penting untuk dilaksanakan pada setiap
jenjang pendidikan, mulai dari tingkat terendah seperti pendidikan dasar sampai pada pendidikan
tinggi. Pembelajaran IPA membantu peserta didik memahami tentang alam, sehingga dapat
bersikap dan bertindak dengan tepat (Widodo, 2021). IPA merupakan suatu pengetahuan (produk
ilmiah), serangkaian proses penyelidikan (proses ilmiah), dan sikap ilmiah yang tercermin dalam
karakteristik hakekat IPA (Nature of Science).

Undang-Undang No.20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 ayat (1)
menyebutkan bahwa pendidikan merupakan usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan
suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi
dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian,
kecerdasan, akhlak mulia serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan
negara. Pendidikan mempunyai peranan penting dalam mencerdaskan kehidupan bangsa, oleh
karena itu setiap individu yang terlibat dalam pendidikan dituntut berperan serta secara maksimal
guna meningkatkan mutu pendidikan tersebut.

Pembelajaran IPA sekolah dasar merupakan pembelajaran yang didalamnya terdapat bayak
sekali materi yang berhubungan dengan lingkungan sekitar. Proses pembelajaran IPA seharusnya
menjadi proses pembelajaran yang menyenangkan bagi siswa karenaada banyak model maupun
media pembelajaran yang dapat digunakan dalam menyampaikan materi IPA. Akan tetapi, guru
cenderung masih menggunakan metode ceramah dalam menyampaikan materi dengan alasan
agar semua materi dapat tersampaikan. Hal ini menyebabkan siswa merasa jenuh saat proses
pembelajaran berlangsung. Oleh karena itu, diperlukan perubahan dalam proses pembelajaran
IPA.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa Pengertian Hakekat Pembelajaran IPA?

2. Pengertian Teori Belajar menurut (Piaget,Bruner,Vygotski)?

1.3 Tujuan Penulisan


1. Dapat Menjelaskan Apa Pengertian Hakekat Pembelajaran IPA

1
2. Mampu Memahami Teori Belajar menurut (Piaget,Bruner,Vygotski)

1.4 Manfaat Penulisan


Makalah ini diharapkan mampu menambah wawasan dalam perkuliahan,serta menjadi
bahan pertimbanagn dosen pada matakuliah yang diampu.

2
2 BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Hakekat Pembelajaran IPA SD/MI


Hakekat pembelajaran IPA adalah pembelajaran yang mampu merangsang kompetensi
dalam diri siswa meliputi empat unsur utama yaitu:

 Sikap, berupa rasa ingin tahu tentang benda, fenomena alam, makhluk hidup, serta hubungan
sebab akibat yang menimbulkan masalah baru yang dapat dipecahkan melalui prosedur yang
benar.

 Proses, berupa prosedur pemecahan masalah melalui metode ilmiah, metode ilmiah meliputi
penyusunan hipotesis, perancangan eksperimen atau percobaan, evaluasi, pengukuran, dan
penarikan kesimpulan.

 Produk, berupa berupa fakta, prinsip, teori, dan hukum.

 Aplikasi, berupa penerapan metode ilmiah dan konsep IPA dalam kehidupan sehari-hari.1

Menurut Wahyana dalam Trianto, IPA adalah suatu kumpulan pengetahuan yang tersusun
secara sistematik, dan dalam penggunaannya secara umum terbatas pada gejala-gejala alam. 2
Berdasarkan Depdiknas (2008:484-485), Ilmu Pengetahuan Alam (IPA) merupakan merupakan
cara mencari tahu tentang alam secara sistematis, bukan hanya penguasaan kumpulan
pengetahuan berupa fakta, konsep, atau prinsip saja. Pendidikan IPA diharapkan dapat menjadi
wahana bagi peserta didik untuk mempelajari diri sendiri, alam sekitar, prospek pengembangan
lebih lanjut dalam menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Dalam kehidupan sehari-hari
dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan hidup manusia melalui pemecahan masalah yang
dapat diidentifikasikan. Jadi, pembelajaran di SD/MI menekankan pemberian pengalaman
belajar secara langsung dengan mengembangkan keterampilan proses dan sikap ilmiah.

Menurut Depdiknas dalam Trianto, hakikat dan tujuan pembelajaran IPA adalah:

1) Kesadaran akan keindahan dan keteraturan alam untuk meningkatkan keyakinan terhadap
Tuhan Yang Maha Esa.

1
“View of Pemahaman Nature of Science (Hakekat IPA) Bagi Guru IPA: Solusi Membelajarkan IPA Multidimensi,”
accessed September 14, 2023, http://jurnal.peneliti.net/index.php/JIWP/article/view/2776/2143.
2
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu (Jakarta: BumiAksara, 2010), hlm. 136.

3
2) Pcngetahuan, yaitu pengetahuan tentang dasar dari prinsip dan konsep, fakta yang ada di
alam, hubungan saling ketergantungan, dan hubungan antara sains dan teknologi.

3) Keterampilan dan kemampuan untuk menangani peralatan, memecahkan masalah, dan


melakukan observasi.

4) Sikap ilmiah, antara lain kritis, obyektif, jujur, dan dapat bekerja sama.

5) Kebiasaaan mengembangkan kemampuan berpikir analitis induktif dan dedukatif dengan


menggunakan konsep dan prinsip sains untuk menjelaskan berbagai peristiwa alam.

6) Apresiatif terhadap sains dengan menikmati dan menyadari keindahan keteraturan perilaku
alam serta penerapannya dalam teknologi.3

Ruang lingkup bahan kajian IPA untuk SD/MI meliputi aspek-aspek berikut:

1) Makhluk hidup dan proses kehidupan yaitu manusia, hewan, tumbuhan, lingkungan, serta
kesehatan.

2) Benda/materi, sifat-sifat dan kegunaannya meliputi: cair,padat dan gas.

3) Energi dan perubahannya meliputi: gaya, bunyi, panas, magnet, listrik, cahaya dan pesawat
sederhana.

4) Bumi dan alam semesta meliputi: tanah, bumi, tata surya, dan benda-benda langit lainnya.

Pembelajaran IPA di SD membuat siswa untuk menemukan sendiri pengetahuannya


mengenai alam sekitar sehingga pembelajaran akan lebih bermakna untuk siswa itu sendiri. Juga
tujuan diajarkannya IPA di SD yaitu agar siswa mengetahui dan meyakini bahwa alam dan
seisinya merupakan ciptaan Tuhan Yang Maha Esa sehingga siswa akan lebih menghargai alam
dengan selalu menjaga dan melestarikannya.4

IPA adalah pengetahuan yang sistematis dan berhubungan dengan gejala-gejala kebendaan
dan didasarkan terutama atas pengamatan dan dedukasi. 5 IPA (sains) menurut Depdiknas dalam

3
Siti Fatimah and Ika Kartika, “Pembelajaran IPA Sekolah Dasar Berbasis Pendidikan Karakter,” Al-Bidayah : Jurnal
Pendidikan Dasar Islam 5, no. 2 (2013), https://doi.org/10.14421/al-bidayah.v5i2.125.
4
Yudi Wijanarko, “MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK PEMBELAJARAN IPA YANG MENYENANGKAN,”
Taman Cendekia: Jurnal Pendidikan Ke-SD-an 1, no. 1 (October 11, 2017): 52–59,
https://doi.org/10.30738/tc.v1i1.1579.
5
Fatimah and Kartika, “Pembelajaran IPA Sekolah Dasar Berbasis Pendidikan Karakter.”

4
Ika Kartika merupakan cara mencari tahu tentang alam semesta secara sistematis, sehingga sains
bukan hanya penguasaan kumpulan pengetahuan yang berupa fakta-fakta, konsep-konsep, atau
prinsip-prinsip saja tetapi melalui penemuan6.

Secara urnum, IPA dipahami sebagai ilmu yang lahir dan berkernbang melalui langkah-
langkah observasi, perumusan masalah, penyusunan hipotesis, pengujian hipotesis melalui
eksperimen, penarikan kesirnpulan, dan penernuan konsep atau teori.

sehingga nilai-nilai IPA yang dapat ditanarnkan dalam pembelajaran IPA adalah:

1) Kecakapan bekerja dan berpikir secara teratur dan sistematis menurut langkah-langkah
metode ilmiah.

2) Keterampilan dan kecakapan dalam mengadakan pengamatan, mempergunakan alat-alat


eksperimen untuk memecahkan masalah.

3) Memiliki sikap ilmiah yang diperlukan dalam memecahkan masalah baik dalam kaitannya
dengan pelajaran sains maupun dalam kehidupan.7

Berdasarkan penjelasan di atas, dapat disimpulkan bahwa hakikat pembelajaran IPA adalah
proses membelajarkan ilmu IPA yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikornotorik.

2.2 Teori Belajar Menurut (Piaget,Bruner,Vygotski)


2.2.1 Teori Piaget
Jean Piaget (1896-1980), seorang psikolog Swiss yang lahir pada 9 Agustus 1896 di
Neuchâtel terkenal karena karya perintisnya pada pengembangan kecerdasan anak. Studinya
memiliki dampak yang besar pada bidang psikologi dan pendidikan (Zhou & Brown, 2017).
Definisi perkembangan kognitif Jean Piaget adalah tergantung pada cara seorang anak
berinteraksi dengan lingkungan. Menurut Mcleod (2018) teori Piaget berbeda dari teorinya
dalam beberapa hal yaitu teorinya berkaitan dengan anak-anak bukan peserta didik secara umum,
Piaget berfokus pada pengembangan daripada pembelajaran. Tujuan teori Piaget adalah untuk
menjelaskan mekanisme dan proses dimana bayi dan anak-anak selanjutnya berkembang menjadi
individu yang dapat menalar dan berpikir menggunakan hipotesis. Terdapat tiga komponen dasar

6
lka Kartika, Implementasi Pendekatan Sains Teknologi Masyarakat untuk Meningkatkan Proses dan Hasi!
Pembelajaran Sains di SMP Muhammadiyah 2 Yogyakarta, (Yogyakmta: TESIS UNY, 2006), him. 13.
7
Fatimah and Kartika, “Pembelajaran IPA Sekolah Dasar Berbasis Pendidikan Karakter.”

5
pada teori kognitif Piaget yaitu skema, proses adaptasi, dan tahap perkembangan kognitif. Skema
adalah blok bangunan pengetahuan. Sederhananya, Piaget menyebut skema sebagai blok
bangunan dasar dari perilaku intelektual dan cara mengatur pengetahuan.

Teori perkembangan kognitif Piaget banyak dijadikan rujukan dalam membangun teori
kontruktivisme yang berperan besar dalam pengembangan ilmu pendidikan di dunia. Jean Piaget
telah meneliti mengenai tahap-tahap pribadi serta perubahan usia yang mempengaruhi
kemampuan belajar individu (Juwantara, 2019). Piaget juga menekankan pentingnya
keseimbangan bagi seseorang untuk mengembangkan dan memperluas pengetahuan dengan tetap
menjaga stabilitas mental. Piaget mengidentifikasi empat tahap utama dalam memeriksa tahap
perkembangan kognitif pada anak-anak dan remaja yaitu:

1) Tahap Sensorimotor (0-2 tahun) Selama dua tahun pertama kehidupan, bayi mengembangkan
pemahaman mereka tentang dunia dengan mengkoordinasikan pengalaman sensorik (melihat,
mendengar) dan gerakan motorik (menggapai, menyentuh). Perkembangan utama dalam tahap
sensorimotor adalah pemahaman bahwa ada objek dan peristiwa yang terjadi secara alami di
dunia melalui tindakan seseorang. Tahap ini ditandai dengan gerakan, yang merupakan respon
langsung terhadap rangsangan. Anak-anak tahu bahwa tindakan tertentu memiliki
konsekuensi tertentu bagi mereka, tetapi mereka belum menyadari adanya konsepsi yang
tepat.

2) Tahap Pra-Operasional (2-7 tahun) Pada tahap ini, anak-anak berpikir pada tingkat simbolis
tetapi belum menggunakan manipulasi kognitif. Artinya anak tidak bisa menggunakan logika
seperti mengubah, menggabungkan atau memisahkan ide dan pikiran. Tingkatan ini
diidentifikasi melalui penggunaan bahasa simbolik berupa gambar dan kata-kata lisan.
Penggunaan bahasa secara terus menerus mengembangkan kecerdasan anak dan mendorong
perkembangan pemikiran anak karena mereka dapat menggambarkan sesuatu dengan cara
yang berbeda (Indriana, 2011). Pada akhir tahap ini, anak-anak secara mental dapat
merepresentasikan peristiwa dan objek serta terlibat dalam permainan simbolik.

3) Tahap Perilaku Konkret (7-11 tahun) Perkembangan kognitif anak pada tahap ini ditandai
dengan perkembangan pemikiran yang terorganisir dan rasional. Piaget percaya bahwa tahap-
tahap konkret menjadi titik balik terpenting yang menandai awal berpikir logis dalam

6
perkembangan kognitif anak. Anak-anak pada tahap ini dapat memecahkan masalah secara
logis, tetapi mereka tidak dapat berpikir secara abstrak atau hipotetis.

4) Tahap Perilaku Formal (11 tahun ke atas) Pada tahap ini, anak sudah mampu menalar dan
menarik kesimpulan dari informasi yang tersedia tanpa harus berhadapan langsung dengan
objek dan peristiwa (Haryani & Andriani, 2013). Keterampilan yang dapat dilatih antara lain
berhitung matematis, berpikir kreatif, bernalar abstrak, dan membayangkan akibat dari
tindakan tertentu.

Piaget menemukan bahwa belajar akan berhasil jika menyesuaikan dengan tahap
perkembangan kognitif siswa.8

2.2.2 Teori Burner


Bruner memiliki nama lengkap Jerome Seymour Bruner seorang ahli psikologi yang
mempunyai kontribusi besar dalam teori belajar kognitif yang merupakan peralihan dari teori
behaviorisme. Pada tanggal 1 Oktober 1915 Bruner lahir di New York Amerika. Pada tahun
1939 mendapat gelar MA dan 1941 mendapat gelar Ph.D di Harvard University (Arias Gallegos,
2016). A Study in Thinking adalah karya Bruner dalam mengawali kognitivisme (Nugroho,
2015). Bruner sebagai salah satu tokoh utama dalam revolusi kognitivisme dan eksistensinya
bidang pendidikan berpengaruh besar pada proses pembelajaran (Anidar, 2017).

Pandangan Bruner tentang belajar sebagai proses perkembangan kognitif didasarkan pada
dua asumsi yaitu: perolehan pengetahuan adalah proses interaktif seseorang dengan
lingkungannya secara aktif akan terjadi perubahan terjadi pada diri seseorang dan
lingkungannya, dan seseorang mengkonstruksikan pengetahuan yang dimiliki dengan
menghubungkan informasi baru dan informasi yang diperoleh sebelumnya menjadi suatu struktur
pengetahuan yang makna (Picauly, 2016). Menurut Bruner, pada dasarnya belajar merupakan
proses perkembangan kognitif yang terjadi dalam diri seseorang.

Ada tiga proses kognitif yang berlangsung dalam belajar, yaitu:

1) Proses pemerolehan informasi baru, Pemerolehan informasi baru dilakukan melalui kegiatan
membaca buku atau sumber lainnya yang sesuai, mendengarkan penjelasan guru, melihat
8
“Teori Perkembangan Piaget Dan Vygotsky : Bagaimana Implikasinya Dalam Pembelajaran Matematika Sekolah
Dasar? | Jurnal Absis: Jurnal Pendidikan Matematika Dan Matematika,” accessed September 14, 2023,
https://journal.upp.ac.id/index.php/absis/article/view/1440.

7
audiovisual, dan sebagainya. Sedangkan proses transformasi informasi, yaitu tahap
memahami, mencerna, dan menganalisis pengetahuan baru serta mentransformasikan dalam
bentuk baru yang mungkin bermanfaat untuk hal-hal yang lain.

2) Proses mengevaluasi atau menguji relevansi, Mengevaluasi atau menguji relevansi dan
ketepatan dilakukan untuk mengetahui benar tidaknya hasil tranformasi, evaluasi kemudian
dinilai sehingga nantinya dapat diketahui apakah pengetahuan yang diperoleh dapat
dimanfaatkan dan ditransformasikan untuk memahami gejala-gejala lain.

3) Ketepatan pengetahuan.

Menurut Bruner, proses belajar dapat terlaksana dengan baik jika pengetahuan dipelajari
melalui tiga tahapan perkembangan kognitif siswa yaitu: enaktif (berbasis tindakan dan benda
konkrit), ikonik (berbasis gambaran atau visualisasi), dan simbolik (berbasis simbol abstrak,
bahasa, matematika, dan logika).

Menurut Bruner, teori belajar penemuan (discovery learning) adalah proses dimana siswa
dapat memahami makna, konsep, dan hubungan melalui proses intuisi, sampai pada akhirnya
dapat menemukan suatu kesimpulan yang disesuikan dengan perkembangan kognitif siswa.
Bruner menjelaskan peran guru dalam belajar penemuan diantaranya:

1) Guru sebagai fasilitator dan tidak begitu mengendalikan proses pembelajaran.

2) Guru harus pandai menstimulasi atau memunculkan masalah, siswa memecahkan sendiri
solusinya.

3) Membimbing dan memotivasi siswa untuk menemukan konsep, menemukan hubungan antar
bagian struktur materi dan membuat kesimpulan.9

2.2.3 Teori Vygotski


Vygotsky yang lahir pada tanggal 17 November 1896 di kota Tsarist, Rusia menyatakan
bahwa faktor interaksi sosial seorang anak juga berkaitan dengan pembentukan dan
pengembangan pengetahuan yang dimiliki. Interaksi yang dilakukan dengan teman dan
lingkungan seorang anak dapat membantu perkembangan kognitifnya. Vygotsky mengusulkan

9
Sundari Sundari and Endang Fauziati, “Implikasi Teori Belajar Bruner Dalam Model Pembelajaran Kurikulum
2013,” Jurnal Papeda: Jurnal Publikasi Pendidikan Dasar 3, no. 2 (July 21, 2021): 128–36,
https://doi.org/10.36232/jurnalpendidikandasar.v3i2.1206.

8
teori perkembangan sosiokultural yang menggambarkan pembelajaran sebagai proses sosial,
yang memfasilitasi potensi anak untuk belajar melalui interaksi sosial dan budayanya (Mcleod,
2020).

Amir dan Risnawati (2015) menyatakan bahwa teori yang diperkenalkan oleh Vygotsky
fokus pada tiga faktor sebagai berikut:

1) Budaya (Culture) Vygotsky menyatakan bahwa hal terpenting yang berpengaruh terhadap
pembentukan pengetahuan seorang anak adalah budaya dan lingkungan sosialnya. Lagu,
bahasa, kesenian, dan permainan dapat menjadi sarana belajar bagi anak-anak. Vygotsky juga
berpendapat bahwa anak-anak belajar melalui interaksi dan kerjasama dengan orang lain dan
lingkungannya sehingga budaya berpengaruh terhadap proses belajarnya. Cara berpikir
seseorang diyakini Vygotsky harus dipahami berdasarkan latar sosial budaya dan sejarahnya.

2) Bahasa (Language) Vygotsky berpendapat bahwa bahasa memiliki peran penting dalam
proses perkembangan kognitif seorang anak. Menurutnya, perkembangan bahasa memiliki
kaitan yang erat dengan perkembangan kognitif. Ia juga menyatakan bahwa terdapat tiga
tahap perkembangan.Tahapan perkembangan bahasa menurut Vygotsky:

a) Social speech (external speech) 0-3 tahun Anak berbicara dengan tujuan mengendalikan
perilaku dan mengekspresikan pemikiran sederhana seperti emosi.

b) Egocentric speech 3-7 tahun Anak-anak lebih sering berbicara kepada diri mereka sendiri
serta berbicara tentang apa yang mereka lakukan dan mengapa mereka melakukannya.

c) Inner speech Di atas 7 tahun hingga dewasa Inner speech atau pembicaraan batin dilakukan
sebagai proses hubungan antara pikiran dan bahasa. Pada tahap ini, setiap individu telah
sampai pada jenis fungsi mental yang lebih tinggi.

3) Zona perkembangan proksimal (zone of proximal development atau ZPD) Vygotsky


mengembangkan konsep kognitif zona belajar. Vygotsky berpendapat bahwa terdapat dua
tingkat perkembangan seseorang, yaitu tingkat perkembangan aktual dan tingkat
perkembangan potensial. Zone of actual development (ZAD) terjadi ketika siswa dapat
menyelesaikan tugas mereka sendiri. Di zona ini, siswa mandiri. Sementara itu, orang dewasa
atau teman sebaya dibutuhkan dalam zone of proximal development (ZPD) untuk membantu

9
siswa yang tidak dapat menyelesaikan tugas yang diberikan tanpa bantuan. ZPD adalah
kesenjangan antara apa yang peserta didik itu mampu melakukannya secara mandiri, dan apa
yang mungkin mereka butuhkan untuk membantu dalam mencapai (Daniels, 2001). Petunjuk
dan pembelajaran terjadi di ZPD. Ketika siswa di zona ini, mereka bisa sukses dengan
bantuan instruksional.10

10
“Teori Perkembangan Piaget Dan Vygotsky : Bagaimana Implikasinya Dalam Pembelajaran Matematika Sekolah
Dasar? | Jurnal Absis: Jurnal Pendidikan Matematika Dan Matematika.”

10
3 BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Hakikat IPA adalah sebuah ilmu pengetahuan yang sistematis yang terdiri dari produk,
proses, dan sikap ilmiah. Hakikat pembelajaran IPA adalah proses membelajarkan ilmu IPA
yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan psikomotorik. Piaget menemukan bahwa belajar akan
berhasil jika menyesuaikan dengan tahap perkembangan kognitif siswa. Pemahaman ini sangat
penting bagi siswa untuk melakukan percobaan dengan temannya dan didukung dengan
pertanyaanpertanyaan dari pendidik. Pendidik memainkan peran kunci dalam proses ini dengan
mendorong siswa untuk secara aktif berinteraksi dengan lingkungan dan menemukan hal-hal
yang beragam di lingkungan Teori belajar kognitif Bruner dapat disimpulkan bahwa model
belajar penemuan atau discovery learning yang dikembangkan Bruner dengan tiga tahapan
perkembangan kognitif siswa (enaktif, ikonik, dan simbolik). Vygotsky menekankan tentang
bagaimana anak-anak belajar melalui interaksi sosial dan kemampuan mereka untuk
berkomunikasi dengan rekan-rekan mereka untuk memperoleh nilai-nilai budaya yang tumbuh
dan berkembang di masyarakat. Vygotsky percaya bahwa tingkat kognitif anak-anak akan
meningkat melalui instruksi dari individu yang lebih berpengetahuan (scaffolding).

3.2 Saran
Dengan pertolongan Allah SWT dan juga rahmat-Nya, tulisan ini bisa diselesaikan.
Meskipun semua ini tak terlepas dari kekurangan dan juga makalah ini tentu jauh dari kata
sempurna. Diharapkan sekali kritik dan juga saran dari pembaca demi membangun kualitas
penulis.

11
DAFTAR PUSTAKA

Fatimah, Siti, and Ika Kartika. “Pembelajaran IPA Sekolah Dasar Berbasis Pendidikan Karakter.” Al-
Bidayah : Jurnal Pendidikan Dasar Islam 5, no. 2 (2013). https://doi.org/10.14421/al-
bidayah.v5i2.125.
Sundari, Sundari, and Endang Fauziati. “Implikasi Teori Belajar Bruner Dalam Model Pembelajaran
Kurikulum 2013.” Jurnal Papeda: Jurnal Publikasi Pendidikan Dasar 3, no. 2 (July 21, 2021): 128–
36. https://doi.org/10.36232/jurnalpendidikandasar.v3i2.1206.
“Teori Perkembangan Piaget Dan Vygotsky : Bagaimana Implikasinya Dalam Pembelajaran Matematika
Sekolah Dasar? | Jurnal Absis: Jurnal Pendidikan Matematika Dan Matematika.” Accessed
September 14, 2023. https://journal.upp.ac.id/index.php/absis/article/view/1440.
“View of Pemahaman Nature of Science (Hakekat IPA) Bagi Guru IPA: Solusi Membelajarkan IPA
Multidimensi.” Accessed September 14, 2023.
http://jurnal.peneliti.net/index.php/JIWP/article/view/2776/2143.
Wijanarko, Yudi. “MODEL PEMBELAJARAN MAKE A MATCH UNTUK PEMBELAJARAN IPA YANG
MENYENANGKAN.” Taman Cendekia: Jurnal Pendidikan Ke-SD-an 1, no. 1 (October 11, 2017):
52–59. https://doi.org/10.30738/tc.v1i1.1579.
Trianto, Model Pembelajaran Terpadu (Jakarta: BumiAksara, 2010), hlm. 136.

12

Anda mungkin juga menyukai