Disusun Oleh :
Dosen Pengampu:
Dr. Pahlawan M.A
disusun untuk memenuhi tugas pembuatan makalah mata kuliah Analisis Kebijakan
Pendidikan. Makalah ini dimulai dengan memberikan gambaran umum tentang pentingnya
dipaparkan lebih mendalam tentang pengertian legitimasi dan komunikasi, proses legitimasi
Makalah ini diharapkan dapat menjadi salah satu referensi, bahan kajian dan
balik yang bersifat konstruktif akan membantu kami untuk melakukan perbaikan yang
berkelanjutan.
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah ............................................................................... 2
C. Tujuan Penulisan ................................................................................. 2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Legitimasi Kebijakan Pendidikan ....................................... 3
B. Urgensi dan Manfaat Legitimasi Kebijakan Pendidikan........................ 4
C. Proses Legitimasi Kebijakan Pendidikan ............................................. 4
D. Pengertian Komunikasi Kebijakan Pendidikan ..................................... 5
E. Proses Komunikasi Kebijakan Pendidikan ........................................... 6
F. Permasalahan Komunikasi Kebijakan Pendidikan ............................... 7
G. Contoh Kasus Komunikasi Kebijakan Pendidikan ................................ 8
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Salah satu cita-cita bangsa terhadap pendidikan di Indonesia adalah
tercapainya pemerataan mutu dan kualitas pendidikan. Oleh sebab itu, kebijakan
pendidikan menjadi hal penting dalam suatu sistem pendidikan yang tentunya terlebih
dahulu melewati tahap-tahap mulai dari perumusan masalah pendidikan, formulasi
perencanaan, tujuan, langkah-langkah, dan prosedur dalam mencapai tujuan,
perumusan kebijakan, pengambilan keputusan kebijakan (regulasi), sosialisasi
kebijakan, pelaksanaan, dan evaluasi kebijakan guna mencapai tujuan dan cita-cita
pendidikan. Dari tahapan tersebut terlihat bahwa setelah kebijakan pendidikan berhasil
diformulasikan dan sebelum kebijakan dimplementasikan diperlukan adanya
pengakuan atau pengesahan agar kebijakan yang dilaksanakan memiliki legalitas
resmi. Istilah tersebut dikenal sebagai legitimasi. Legitimasi adalah berarti suatu
proses spesifik di mana suatu kebijakan diotorisasikan atau diabsahkan (Hasbullah,
2015).
Setelah dilegitimasi, kebijakan pendidikan perlu dikomunikasikan kepada
masyarakat. Komunikasi kebijakan pendidikan sendiri merupakan sebuah proses
sosialisasi atau penyampaian ide, gagasan, atau informasi mengenai rumusan
kebijakan pendidikan yang telah selesai dilegitimasi agar para penerima informasi
dapat memahami lebih dalam terkait rumusan kebijakan pendidikan dan menghindari
kesalahpahaman yang terjadi di masyarakat terkait kebijakan pendidikan. Berdasarkan
penjelasan di atas dapat ditekankan bahwa legitimasi dan komunikasi kebijakan
pendidikan mempunyai peranan penting agar tujuan dirumuskannya kebijakan
pendidikan dapat tercapai secara maksimal. Oleh sebab itu, makalah ini membahas
tentang legitimasi dan komunikasi kebijakan pendidikan, urgensi dan manfaat
legitimasi, proses legitimasi dan komunikasi, permasalahan komunikasi kebijakan
pendidikan, dan contoh kasus komunikasi kebijakan pendidikan.
1
B. Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian dari legitimasi kebijakan pendidikan?
2. Apa urgensi dan manfaat dari legitimasi kebijakan pendidikan?
3. Bagaimana proses legitimasi kebijakan pendidikan?
4. Apakah pengertian dari komunikasi kebijakan pendidikan?
5. Bagaimana proses komunikasi kebijakan pendidikan?
6. Apa saja permasalahan pada komunikasi kebijakan pendidikan?
7. Apa saja contoh kasus komunikasi kebijakan pendidikan?
C. Tujuan Penulisan
Untuk memberikan informasi dan pemahaman tentang:
1. Pengertian legitimasi kebijakan pendidikan.
2. Urgensi dan manfaat dari legitimasi kebijakan pendidikan.
3. Proses legitimasi kebijakan pendidikan.
4. Pengertian komunikasi kebijakan pendidikan.
5. Proses komunikasi kebijakan pendidikan.
6. Permasalahan pada komunikasi kebijakan pendidikan.
7. Contoh kasus komunikasi kebijakan pendidikan.
2
BAB II
PEMBAHASAN
3
B. Urgensi dan Manfaat Legitimasi Kebijakan Pendidikan
1. Legitimasi menghantarkan pada otorisasi (Sudrajat, n.d.). Jika ditinjau dari ranah
pendidikan, maka manfaat dari legitimasi yang pertama adalah memberi kuasa atau
kewenangan bagi para pemimpin dan praktisi pendidikan untuk melaksanakan
kegiatan-kegiatan pendidikan yang berpegang pada suatu kebijakan berlaku.
4
tidak mungkin mencapai kesepakatan, maka voting dengan menggunakan
suara terbanyak dianggap sebagai jalan terakhir.
5
B. Proses komunikasi
Pada tahun 1980 Edward III menyebutkan bahwa dalam proses komunikasi
kebijakan diperlukan tiga hal yaitu transmisi atau penyampaian (transmission) berjalan
dengan baik, kejelasan (clarity) yaitu kejelasan kebijakan dan rencana atau tahap-
tahapan kebijakan, oleh siapa, bagaimana, di mana, mengapa kebijakan itu perlu
diimplementasikan, dan konsistensi (consistency) yaitu komunikasi implementasi
kebijakan yang terus menerus dilakukan sampai tujuan implementasi dapat dicapai.
Sama halnya dengan kebijakan pendidikan, ketiga hasil komunikasi kebijakan tersebut
dalam kerangka implementasi kebijakan pendidikan memberikan pengaruh besar
terhadap efektivitas implementasi kebijakan pendidikan.
1. Transmisi (Transmission)
Dalam penyampaian atau transmisi dipengaruhi oleh beberasa unsur utama
yaitu: (1) komunikator (communicator) yang harus memiliki kemampuan komunikasi,
keterampilan mempengaruhi orang lain, memahami rumusan substansi kebijakan
sebagai materi yang akan dikomunikasikan, serta kepercayaan diri yang tinggi. (2)
penerima (receiver), media (transmitter-channel) yang digunakan dalam komunikasi
kebijakan, serta hambatan komunikasi (noise).
2. Kejelasan (clarity)
Dalam proses komunikasi, informasi kebijakan yang disampaikan harus jelas
agar dapat diterima oleh komunikan dengan baik dan jelas. Informasi yang tidak jelas
biasanya karena informasi tersebut masih bersifat umum, global dan belum
menguraikan rincian langkah dari implementasi kebijakan. Akibatnya pengambilan
keputusan oleh implementator juga akan bersifat umum dan global, sehingga
implementasinya menjadi tidak benar.
3. Konsistensi (consistency)
6
C. Permasalahan Komunikasi Kebijakan Pendidikan
Menurut Madjid (2018) permasalahan komunikasi kebijakan pendidikan disebabkan oleh
tiga sumber permasalahan, yaitu:
7
D. Contoh Kasus Komunikasi Kebijakan Pendidikan
1. Pada tahun 2001, bupati Jembrana, Bali memerintahkan agar setiap sekolah
negeri di Jembrana tidak boleh memungut biaya pendidikan dari siswa. Namun,
kebijakan tersebut dilaksanakan tanpa adanya bentuk peraturan legal-formal
untuk dijadikan sebagai dasar hukum yang bersifat formal. Kebijakan tersebut
hanya berupa instruksi-instruksi dari bupati kepada kepala dinas, dan terus
kejenjang administrasi ke bawahnya hingga ke tingkat sekolah, dan
disampaikan secara langsung kepada masyarakat. Kebijakan langsung
dijalankan, dan diawasi secara ketat melalui kunjungan Bupati ke sekolah-
sekolah. Selama tahun 2001-2002, kebijakan tersebut berjalan dan tidak ada
pertentangan, bahkan ketiadaan kebijakan formal sebagai payung hukum, tidak
menjadi isu politik bagi DPRD saat itu. Setelah dua tahun berturut-turut, barulah
Bupati mengeluarkan Keputusan Bupati Nomor 24 tahun 2003 Tentang
Pembebasan Iuran Wajib pada SD, SLTP, SMU, dan SMK Negeri di Kabupaten
Jembrana, yang ditanda-tangani pada 22 Januari 2003. Selanjutnya tahun 2006
diterbitkan Perda No. 10/2006 tentang Subsidi Biaya Pendidikan pada TK, SD,
SMP, SMA, dan SMK Negeri di Kabupaten Jembrana (Tilaar & Nugroho, 2016).
Analisis Kasus: Kebijakan tidak boleh memungut biaya pendidikan dari siswa
diimplementasikan selama dua tahun tanpa adanya proses formulasi kebijakan
yang matang dan tidak dilegitimasi. Komunikasi kebijakan tersebut hanya
berupa instruksi-instruksi, sehingga standar operasional prosedur kebijakan
tidak jelas diterima oleh semua lapisan atau jenjang di bawahnya. Selain
standar implementasi, standar pengawasan dan evaluasi kebijakan juga tidak
dijelaskan sehingga menghambat tujuan diberlakukannya kebijakan dan
kebijakan bersifat tidak kuat karena tidak adanya payung hukum.
8
yang menerapkan jam masuk sekolah pukul 05.00 WITA. Menurut Viktor, dua
sekolah tersebut adalah SMA 1 dan SMA 6. Sekolah tersebut memiliki kemampuan
dan dinilai sanggup menerapkan aturan baru dalam mencetak siswa unggulan.
Pihak orang tua baru mendapat surat pemberitahuan dari pihak sekolah setelah
dua hari kebijakan masuk sekolah jam 5 pagi itu berjalan. Kebijakan sekolah jam
05.00 pagi yang ditetapkan oleh mantan Gubernur Nusa Tenggara Timur Viktor
Bungtilu Laiskodat akhirnya dicabut pada Jumat (22/9/2023) oleh Penjabat (Pj)
Gubernur NTT Ayodhia Gehak Lakunamang Kalake. Setelah itu, maka semua jam
sekolah di SMA Kota Kupang kembali masuk sekolah seperti biasa.
Analisis Kasus: Kebijakan siswa SMA masuk jam 05.00 pagi tidak melalui
formulasi atau perumusan yang matang dan tanpa adanya proses legitimasi
yang mengikutsertakan para pakar, tokoh pendidikan, masyarakat, dan orang tua
murid. Kebijakan tersebut diimplementasikan tanpa dikomunikasikan kepada
masyarakat. Selain itu, pada kasus tersebut juga menekankan bahwa media
massa salah satu unsur penting dalam penyampaian (transmisi) kebijakan
memiliki kekuatan yang besar, sehingga kebijakan tersebut mendapatkan
banyak penolakan tidak hanya di NTT namun juga di seluruh Indonesia.
Permasalahan komunikasi kebijakan tersebut disebabkan oleh kebijakan itu
sendiri yang tidak dirumuskan dengan jelas, sehingga komunikan tidak dapat
menerima pesan kebijakan tersebut dengan baik.
9
BAB III
KESIMPULAN & SARAN
KESIMPULAN
Kebijakan pendidikan yang telah dibentuk sangat penting untuk disahkan atau di
legitimasi. Legitimasi kebijakan pendidikan adalah salah satu tahapan yang dilakukan
setelah perumusan kebijakan dan sebelum implementasi kebijakan pendidikan yang
menyangkut pemberian kewenangan untuk memberikan usulan kebijakan dan
kewenangan untuk melaksanakan kebijakan yang disahkan secara hukum. Legitimasi
merupakan gerbang awal pelaksanaan kebijakan baru. Dengan selesainya tahap legitimasi
maka suatu kebijakan pendidikan dinilai mampu dan pantas dilaksanakan dalam spektrum
yang luas.
SARAN
Bagi stakeholder dan pemangku kepentingan organisasi pendidikan disarankan untuk
memiliki pengetahuan dan pemahaman terkait legitimasi dan komunikasi kebijakan
pendidikan, sehingga dalam membuat kebijakan dilakukan berdasarkan tahapan-tahapan
implementasi kebijakan pendidikan guna mencapai tujuan yang diharapkan.
10
DAFTAR PUSTAKA
Hapsari, A. P., Setiawan, F., Urbaningkrum, S. M., Rahmawati, U., Afifah, M., & Rohmah, F.
N. (2022). Analisis Urgensi Proses Legitimasi dan Komunikasi Kebijakan. Sultra
Educational Journal, 67-77.
Roihanah, Setiawan, F., Setianto, E., & Istinganah. (2022). Legitimasi dan Komunikasi
Kebijakan Pendidikan. Jurnal Education and Development, 94-99.
Tilaar, H., & Nugroho, R. (2016). Kebijakan Pendidikan Pengantar Untuk Memenuhi
Kebijakan Pendidikan dan Kebijakan Pendidikan Sebagai Kebijakan Publik.
Yogyakarta: Pustaka Pelajar.
11