Anda di halaman 1dari 11

FORMULASI

KEBIJAKAN
PENDIDIKAN
Vini Alpian Nita NIM : 20226013068
Ferti Novaliza NIM : 20226013140
Latar
Belakang
Pendidikan merupakan salah satu aspek terpenting dalam pembangunan sebuah
negara. Hal ini tidak hanya memberikan dasar pengetahuan dan keterampilan kepada
warganya, tetapi juga berperan penting dalam menciptakan masyarakat yang
beradab, berdaya saing, dan berkontribusi positif dalam perkembangan sosial,
ekonomi, dan politik. Oleh karena itu, formulasi kebijakan pendidikan menjadi suatu hal
yang sangat vital dalam konteks pengembangan sebuah bangsa.
Di Indonesia, sebagaimana banyak negara berkembang
lainnya, pendidikan masih menjadi tantangan besar.
Meskipun telah mencapai kemajuan signifikan dalam
peningkatan akses ke pendidikan dasar dan menengah,
masih ada ketidaksetaraan dalam akses pendidikan, kualita
pendidikan yang bervariasi, serta ketidakmampuan sistem
pendidikan untuk mengikuti perubahan-perubahan dalam
tuntutan dunia kerja yang semakin berkembang.
Berbagai isu sosial dan budaya juga mempengaruhi pendidikan di Indonesia, seperti
ketidaksetaraan gender, disparitas antara perkotaan dan pedesaan, serta tantangan dalam
menjaga keberagaman budaya dan bahasa dalam kurikulum pendidikan. Semua faktor ini
menambah kompleksitas dalam formulasi kebijakan pendidikan.
Dalam upaya mengatasi tantangan-tantangan ini, pemerintah Indonesia telah secara
berkesinambungan mencoba untuk merumuskan kebijakan pendidikan yang relevan,
inklusif, dan berkelanjutan. Namun, formulasi kebijakan pendidikan bukanlah tugas yang
mudah, mengingat kompleksitas dan beragamnya isu-isu yang perlu diperhatikan.
Rumusan 4
Apa saja masalah dan
tantangan yang sering

Masalah
dihadapi dalam proses
formulasi kebijakan
pendidikan?

1 Apa Definisi Formulasi 5 Siapa saja Aktor-aktor yang


Kebijakan Pendidikan? telibat dalam Kebijakan
Pendidikan?
Apa saja Tahapan-tahapan Bagimana Pendekatan
2
proses pembuatan 6 Formulasi dalam
kebijakan Kebijakan Pendidikan?
Bagaimana Aktivitas Formulasi
3 dalam Kebijakan Pendidikan
Formulasi kebijakan pendidikan merupakan
hal yang esensial dalam ranah dan rumpun
education science (ilmu pendidikan).
Berkenaan dengan hal tersebut formulasi
kebijakan pendidikan pada sekolah dan
perguruan tinggi menjadi sangat berkaitan
dengan proses PPEPP, yakni Penetapan
Formulasi Kebijakan Pendidikan, Pelaksanaan
Formulasi Kebijakan Pendidikan, Evaluasi
Formulasi Kebijakan Pendidikan,
Pengendalian Formulasi Kebijakan
Pendidikan, dan Peningkatan Formulasi
Kebijakan Pendidikan.
Tahapan-tahapan Proses Pembuatan
Kebijakan
Abidin mengungkapkan bahwa proses
perumusan kebijakan publik dapat didekati
melalui model yang dinamakan dengan
Kerangka Proses dan Lingkungan Kebijaksanaan
(KPLK). Kerangka proses tersebut
menggambarkan proses kebijakan dalam tiga
dimensi, antara lain dimensi luar, dimensi dalam
dan tujuan. Diantara dimensi luar dan dimensi
dalam terdapat jaringan keterkaitan (linkages).
Proses formulasi kebijakan publik dalam
Peraturan Menteri Negara PAN No.
PER/04/M.PAN/4/2007
Aktivitas Formulasi dalam Kebijakan Pendidikan
Aktivitas-aktivitas sekitar formulasi adalah interaksi
peranan antar peserta perumusan kebijaksanaan
pendidikan, baik yang formal maupun yang tidak
formal. Warna rumusan kebijaksanaan tersebut sangat
tergantung seberapa besar para peserta dapat
memainkan peranannya masing-masing dalam
memformulasikan kebeijaksanaan.
Rumusan kebijaksanaan menurut Imron, Ali (2012)
mempunyai 2 aspek penting. Pertama, rumusan
kebijaksanaan, termasuk kebijaksanaan pendidikan
tidak mejelaskan keputusan spesifik atau hanya
menciptakan lingkungan tertentu. Kedua, rumusuan
kebijaksanaan, termasuk kebijaksanaan pendidikan,
dapat dipergunakan menghadapi masalah atau situasi
yang timbul secara berulang.
Masalah dalam Formulasi Kebijakan Pendidikan

Ketika sebuah perumusan masalah sudah terbentuk


ternyata dalam pembentukan tersebut juga terdapat
masalah-malasah yang timbul. Masalah-masalah yang
muncul dalam pengesahan rumusan kebijaksanaan
pendidikan sebagai berikut.
1. Pembuat kebijaksanan kurang mengusai pengetahuan,
informasi, keterangan dan persoalan-persoalan baik yang
bersifat konseptual maupun substansinya.
2. sumber acuan para pembuat kebijaksanaan baik yang
formal maupun tidak formal, berbeda-beda.
3. kurangnya informasi dan terlalu banyaknya informasi juga
bisa berakibat tidak jelasnya statement kebijaksanaan.
Aktor-aktor utama dalam kebijakan pendidikan dapat
mencakup:

1. Pemerintah: Bertanggung jawab untuk menyusun dan


melaksanakan kebijakan pendidikan nasional atau regional.
2. Legislatif: Bertugas membuat undang-undang yang mengatur
isu-isu pendidikan, termasuk anggaran dan regulasi.
3. Organisasi Masyarakat Sipil: Berperan dalam memberikan
masukan, advokasi, dan pemantauan dalam proses perumusan
kebijakan.
4. Perguruan Tinggi: Memberikan penelitian dan pemahaman
mendalam mengenai pendidikan dan berkontribusi dalam proses
formulasi kebijakan.
5. Tokoh-tokoh Pendidikan: Individu yang memiliki pengaruh
signifikan dalam dunia pendidikan, seperti pemimpin sekolah atau
pakar pendidikan.
6. Masyarakat Umum: Suara dan aspirasi masyarakat sangat
penting dalam merumuskan kebijakan pendidikan karena mereka
yang akan merasakan dampaknya.
Pendekatan Dalam Formulasi Kebijakan Pendidikan

1. Pendekatan Berdasarkan Kebutuhan Sosial: Fokus pada


pemahaman kebutuhan masyarakat, termasuk ekonomi,
sosial, dan budaya, untuk merancang kebijakan yang sesuai.
2. Pendekatan Manajemen Sumber Daya Manusia:
Memandang pendidikan sebagai investasi dalam SDM dan
menekankan peningkatan kualitas guru dan siswa.
3. Pendekatan Sistemik: Menilai pendidikan sebagai bagian
dari sistem yang lebih besar dan berusaha untuk
mengintegrasikan kebijakan pendidikan dengan aspek-aspek
lain dalam masyarakat.
4. Pendekatan Partisipatif: Mengikutsertakan berbagai
pemangku kepentingan dalam proses formulasi, termasuk
masyarakat, guru, dan siswa, untuk memastikan kebijakan
mencerminkan kebutuhan dan aspirasi mereka.
Kelompok 2

Thank You

Anda mungkin juga menyukai