Anda di halaman 1dari 6

ANALISIS KEBIJAKAN

FENOMENA PROBLEMATIKA PENDIDIKAN DI INDONESIA

Disusun Oleh
Nama : Mardianti
Npm : D1D021030
Matkul : Analisis Kebijakan

PRODI ADMINISTRASI PUBLIK


FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK
UNIVERSITAS BENGKULU

2023
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan merupakan tolak ukur sebuah negara atau bangsa yang maju, pendidikan juga
menjadi hal yang sangat fital terkait kelangsungan sebuah Negara dalam menyelesaikan
berbagai problem kenegaraan baik di bidang ekonomi, budaya, kesehatan, agama dsb.
Pendidikan merupakan sebuah alat utama demi tercapainya tujuan sebuah negara karena
muara dari semua kebutuhan Negara harus berdasarkan pengetahuan yang memadai. Di era
milenial ini banyak hal penyimpangan merasuki anak – anak penerus generasi bangsa baik itu
narkoba, pelecehan seksual, LGBT, karakter buruk dsb sangat sedikit sekali yang produktif.
Salah satu dampak dari belajar sekedar tau tapi tidak di praktekkan dalam kegidupan nyata.
Warga negara Indoensia aktif sebagi konsumtif dari tren masa kini dari benua Eropa dan
America namun tidak produktif, Indonesia yang merupakan negara berkembang saat ini
menjadi sorotan dunia dengan kekakyaan alam yang melimpah dan populasi penduduk ke 4
dunia namun sumberdaya manusia yang lemah sehingga membuka ruang kepada perusahaan
luar negeri untuk memasarkan barang di Indonesia.
Pendidikan bermutu menjadi salah satu harapan bangsa Indonesia dalam penyeimbangan
kemampuan skill secara internasional dan relevan dengan sumberdaya alamnya agar mampu
mengolah sumberdaya alamnnya sendiri. Survei membuktikan bahwa pendidikan di beberapa
negara termasuk di Indonesia menunjukkan bahwa persoalan pendidikan lebih sering dikemas
dalam balutan politik secara tidak benar, hal ini menyebabkan tumbuhnya situasi yang tidak
seimbang dan tidak konsisten antara relasi sesama birokrat, politisi dan masyarakat yang
mengakibatkan kesuraman dan ketidak jelasan kebijakan pendidikan di Indonesia. Pemimpin
merupakan posisi yang sangat strategis dalam mengeluarkan sebuah regulasi namun tidak
semuanya pemangku kebijakan berani mengambil keputusan lompat pagar mengingat banyak
kepentingannya masing - masing yang syarat dengan politik. Ditahun 4.0 dituntut untuk
melakukan terobosan yang tidak terfikirkan oleh kebanyakan orang dan berani dalam
melawan kepentingan politik demi terwujudnya tujuan pendidikan sesuai dengan kebutuhan
stakeholder.

B. Rumusan Masalah
1.Apa yang dimaksud dengan analisis kebijakan?
2 . B a g a i m a n a Implementasi dan Proses Kebijakan Pendidikan ?
3.Bagaimana Kesenjangan Implementasi Kebijakan Pendidikan?

C. Tujuan Penulisan
1.Untuk mengetahui pengertian dari analisis kebijakan.
2.Untuk mengetahui Implementasi dan Proses Kebijakan Pendidikan .
3.Untuk mengetahui Kesenjangan Implementasi Kebijakan Pendidikan .
BAB II
ISI

A. Analisis Kebijakan
Analisis kebijakan merupakan penelitian sosial terapan yang secarasistematis
disusun dalam rangka mengetahui substansi dari kebijakan agara d a p a t d i k e t a h u i
s e c a r a j e l a s i n f o r m a s i m e n g e n a i m a s a l a h - m a s a l a h y a n g dijawab oleh
kebijakan dan masalah masalah yang mungkin timbul sebagai a k i b a t d a r i
p e n e r a p a n k e b i j a k a n . R u a n g l i n g k u p d a n m e t o d e a n a l i s i s kebijakan
umumnya bersifat deskritif dan faktual mengenai sebab-sebab danakibat-akibat suatu
kebijakan.Kebijakan pendidikan khususnya kebijakan tentang pengembangan d a n
peningkatan profesi guru setidaknya harus memenuhi tantangan
d a n tuntutan global dan perkembangan jaman sebagaimana diungkapkan
olehF a t t a & L a t i f a h ( 2 0 1 2 : 1 4 5 ) b a h w a a n a l i s i s k e b i j a k a n
p e n d i d i k a n menggambarkan bagaimana Negara merencanakan dan menuju pada
prioritas pendidikan, kemudian hasil analisis tersebut harus di jelaskan oleh adanyafaktor-
faktor global kebijakannya.

Alternatif I:
Pendidikan di Rumah (Home Schooling)
 Pendidikan ini diselenggarakan sendiri oleh orangtua/keluarga dengan berbagai
pertimbangan, seperti: menjaga anak-anak dari kontaminasi aliran atau falsafah hidup
yang bertentangan dengan tradisi keluarga (misalnya pendidikan yang diberikan keluarga
yang menganut fundalisme agama atau kepercayaan tertentu); menjaga anak-anak agar
selamat/aman dari pengaruh negatif lingkungan; menyelamatkan anak-anak secara fisik
maupun mental dari kelompok sebayanya; menghemat biaya pendidikan; dan berbagai
alasan lainnya.

Alternatif II:
KIP
 Beasiswa Kartu Indonesia Pintar Kuliah (KIP-Kuliah) adalah beasiswa bagi calon
mahasiswa yang diberikan kepada lulusan SMA/Sederajat dari seluruh nusantara yang
memiliki keterbatasan ekonomi dan berprestasi secara akademik.

Alternatif III:
Sekolah/Lembaga Pendidikan Publik
 untuk Siswa Bermasalah; pengertian "siswa bermasalah" di sini meliputi
mereka yang:

1. Tinggal kelas karena lambat belajar,


2. Nakal atau mengganggu lingkungan (termasuk lembaga permasyarakatan
anak),
3. Korban penyalahgunaan narkoba,
4. Korban trauma dalam keluarga karena perceraian orang tua, ekonomi,
etnis/budaya (termasuk bagi anak suku terasing dan anak jalanan dan
gelandangan),
5. Putus sekolah karena berbagai sebab,
6. Belum pernah mengikuti program sebelumnya. Namun tidak termasuk di
dalamnya sekolah luar biasa yang dibangun untuk penyandang kelainan fisik
dan/atau kelainan mental seperti tunarungu, tuna netra, tuda daksa, dsb.

PENILAIAN ALTERNATIF
Aspek kriteria Bobot Alternatif I Alternatif II Alternatif
III
Skor Bobot skor Bobot Bobot Bobot
x X x x
skor skor skor skor
Ekologis Dampak 13% 2 0,26 3 0,45 1 0,15
kekuranga
n
pendidikan
Tingkat 13% 3 0,39 3 0,45 3 0,45
partisipasi
peserta
didik
Ekonomi Efisiensi 13% 3 0,39 3 0,45 3 0,45
biaya
efektifitas 13% 3 0,39 3 0,45 1 0,15
Politik Konsensus 13% 2 0,26 2 0,30 3 0,45
&
penerimaa
n
stakeholde
r
administ Kekuatan 13% 2 0,29 2 0,30 2 0,30
rasi pendidikan
Dukungan 13% 3 0,39 3 0.45 1 0.15
SDM
organisasi
jumlah 2,34 2,85 2,1

Rekomendasi:
Alternatif kebijakan yang direkomendasikan berdasarkan nilai komulatif tertinggi
dan paling menguntungkan sebagai model kebijakan adalah Alternatif II: Program
beasiswa KIP
B. Implementasi dan Proses Kebijakan Pendidikan

Proses formulasi dan implementasi kebijakan pendidikan tidaklah bersifat


suigeneri dan seteril dari aneka pengaruh eksternal prosesnya dalam ranah
dinamik yang rentan terhadap aneka pengaruh kepentingan politik dan birokratik.
Mulai dari pemunculan isu, kemudian berkembang menjadi debat publik melalui
media massa serta forum-forum terbatas lalu aspirasinya di pertimbangkan oleh
partai politik untuk diartikulasikan dan dibahas dalam lembaga legislatif,
sehingga menjadi kebijakan publik penddidikan.
Tahapan implementasi perlu dipersiapkan dengan baik pada tahap perumusan
dan pembuatan kebijakan agar tidak terjadi kesenjangan antara rumusan dengan
aplikasi dilapangan yang apabila tidak sejalan maka tujuan idak bisa di capai
sebagaimana telah di rumuskan (Fasli and Supriadi 2001). Teori Merilee
S.Grindle ditentukan oleh isi kebijakan dan koneks implementasinya yang mana
setelah kebijakan di transformasikan, maka implemenasi kebijakan dilakukan dan
keberhasilan di tentukan oleh deraja implementability dari kebijakan tersebut. Isi
kebijakan meliputi kepetingan yang terpengaruhi oleh kebijakan, jenis dan
manfaat yang dihasilkan, derajat perubahan yang di inginkan dan kedudukan
pembuatan kebijakan, siapa pelaksana program, sumber daya yang dikerahkan
dan konteks implementasinya ialah kekuasaan, kepentingan dan strategi aktor
yang terlibat dan karakteristik lembaga dan penguasa serta kepatuhan dan daya
tangkap.

C. Kesenjangan Implementasi Kebijakan Pendidikan

Berbicara mengenai kesenjangan antara kebijakan yang telah di tetapkan oleh


pemerintah dengan implementasi dilapangan bukan rahasia di kalangan publik
baik di level tertinggi maupun hingga level terendah lihat saja undang-undang
yang baru dirumuskan contoh yang di angkat bukan pada kebijakan lama namun
yang masih hangat di ingatan kita semua seperti undang-undang pendidikan era
reformasi,sebagai dasarnya adalah hasil amandemen UUD 1945 ke IV (empat).
Hasil amandemen UUD 1945 Ke IV ( tahun 2002) yaitu tentang pendidikan
terdapatt pada Pasal 31 ayat 1,2 berbunyi ayat 1 : Setiap warga negara berhak
mendapatkan pendidikan, ayat 2 : Setiap warga negara wajib mengikuti
pendidikan dasar dan pemerintah wajib membiayainya.
Disamping itu pemerataan pendidikan yang dicanangkan tidak dapat
terealisasi sebagaimana di harapkan karena perumus kebijakan berada pada pusat
ibu kota dan para ahli pendidikan berada di kota sarana dan prasarana juga sangat
memadai di koa-kota besar berbeda halnya dengan di pedesaan yang sangat
berbalik dengan perkotaan baik guru atau pengajar yang kurang berkualitas,
sarana dan prasarana yang tidak memadai dan pengucuran dana yang sangat
minim karena cendrung dana yang di kucurkan dari pusat dengan nominal yang
tinggi namun pada penerimaan tahap terakhir menjadi sedikit dengan ada
pengutipan –pengutipan dari rantai-rantai “pajak reman”.

Anda mungkin juga menyukai