Anda di halaman 1dari 5

1.

Kewajiban pemerintah pusat maupun pemerintah daerah dalam pemenuhan hak


anak atas pendidikan dasar, yaitu:
a. Wajib memberikan layanan dan kemudahan serta menjamin terselenggaranya
pendidikan yang bermutu bagi setiap warga negara tanpa diskriminasi.
b. Wajib menjamin tersedianya dana, guna terselenggaranya pendidikan bagi setiap
warga negara yang berusia tujuh sampai dengan lima belas tahun.
c. Wajib menjamin terselenggaranya wajib belajar minimal pada jenjang pendidikan
dasar tanpa memungut biaya.
d. Wajib memfasilitasi satuan pendidikan dengan pendidik dan tenaga kependidikan
yang diperlukan untuk menjamin terselenggaranya pendidikan yang bermutu.
e. Wajib membina dan mengembangkan tenaga kependidikan pada satuan pendidikan
yang diselenggarakan oleh pemerintah dan pemerintah daerah.
f. Wajib menyediakan anggaran pendidikan sebagaimana diatur dalam Pasal 31 ayat
(4) UUD NRI Tahun 1945.
g. Wajib menentukan kebijakan nasional dan standar nasional pendidikan untuk
menjamin mutu pendidikan nasional.

Sedangkan pada pasal 12 UU No. 20 Tahun 2003 menjelaskan hak dan kewajiban
peserta didik sebagai warga negara.
(1) Setiap peserta didik pada setiap satuan pendidikan berhak :
a. mendapatkan pendidikan agama sesuai dengan agama yang dianutnya dan diajarkan
oleh pendidik yang seagama
b. mendapatkan pelayanan pendidikan sesuai dengan bakat, minat, dan
kemampuannya
c. mendapatkan beasiswa bagi yang berprestasi yang orang tuanya tidak mampu
membiayai pendidikannya
d. mendapatkan biaya pendidikan bagi mereka yang orang tuanya tidak mampu
membiayai pendidikannya;
e. pindah ke program pendidikan pada jalur dan satuan pendidikan lain yang setara
f. menyelesaikan program pendidikan sesuai dengan kecepatan belajar masing-masing
dan tidak menyimpang dari ketentuan batas waktu yang ditetapkan.

(2) Setiap peserta didik berkewajiban :


a. menjaga norma-norma pendidikan untuk menjamin keberlangsungan proses dan
keberhasilan pendidikan;
b. ikut menanggung biaya penyelenggaraan pendidikan, kecuali bagi peserta didik
yang dibebaskan dari kewajiban tersebut sesuai dengan peraturan perundang-
undangan yang berlaku.

2. Masalah-masalah pendidikan khususnya pada pendidikan formal di Indonesia bisa


dikelompokkan menjadi 4 yaitu:
1. Masalah tentang kesempatan memperoleh pendidikan,
Masalah kesempatan untuk memperoleh pendidikan adalah perbandingan antara
masukan pendidikan (raw input) atau jumlah penduduk yang tertampung dalam
satuan-satuan pendidikan. Masalah parsisipasi pendidikan ini berhubungan dengan
kesadaran orang tua akan pentingnya pendidikan, kemampuan ekonomi orang tua,
kondisi fisik dan psikis calon peserta didik, terbatasnya daya tampung pendidikan,
dan juga keterjangkauan lokasi pendidikan
2. Masalah efisiensi pendidikan,
Masalah efisiensi pendidikan berkenaan dengan proses pengubahan atau transformasi
masukan menjadi produk (output). Salah satu cara menentukan mutu pendidikan
adalah mengitung besar kecilnya penghamburan pendidikian , dalam arti mengitung
jumlah murid/mahasiswa/peserta didik yang putus sekolah, meng-ulang atau selesai
tidak tepat waktu.
3. Masalah efektivitas pendidikan,
Masalah efektivitas pendidikan berkenaan dengan rasio antara tujuan pendidikan
dengan hasil pendidikan (output), artinya sejauh mana tingkat kesesuaian antara apa
yang diharapkan dengan apa yang dihasilkan, baik dalam hal kuantitas maupun
kualitas.
4. Masalah relevansi pendidikan.
Masalah ini berkenaan dengan rasio antara tamatan yang dihasilkan satuan pendidikan
dengan yang diharapkan satuan pendidikan di atasnya atau indtitusi yang
membutuhkan tenaga kerja, baik secara kuantitatif maupun secara kualitatif. Masalah
relevansi pendidikan berhubungan dengan : tuntutan satuan pendidikan yang lebih
atas yang terus meningkat dalam upaya mencapai pendidikan yang lebih berkualitas,
aspirasi dan tuntutan masyarakat yang terus meningkat dalam upaya mencapai
kehidupan yang berkualitas, ketersediaan lapangan pekerjaan di masyarakat.

3. Pengembangan kurikulum dipengarhi oleh proses politi, sebab apabila pemimpin


suatu negara berganti, maka perubahan kurikulum pun ikut berganti juga. Elliot
(1959:1047) menambahkan bahwa salah satu komponen terpenting pendidikan,
kurikulum, misalnya dapat menjadi media sosialisasi politik. Ia mengatakan
kurikulum pada sebuah lembagta pendidikan mempunyai tiga sumber yang utama :
a.Pendapat kelompok professional pendidikan yang dipengaruhi oleh lembaga-
lembaga pelatihan guru dan sering kali merefleksikan atau mengadaptasi dari ide dari
pribadi yang didewa-dewakan, seperti John Dewey, John Locke, dan William Stern,
b.Keperluan biaya.
c.Kegiatan kelompok-kelompok yang berpengaruh, seperti asosiasi industry,
perserikatan, dan beberapa organisasi kebangsaan yang mempunyai jiwa patriotic.

Fungsi politik secara khusus bisa diaktualisasikan lewat proses pembelajaran. Dari
sekian banyaknya negara totaliter dan negara berkembang, pemimpin politik amat
menyadari fungsi pendidikan guna meraih tujuan-tujuan politik. Mereka
mengupayakan solusi dalam mengontrol sistem pendidikan dan menitipkan pesan-
pesan politik dengan metode dan bahan ajar (curriculum content) pendidikan. dari
generasi ke generasi negarawan dan pemimpin politik menyadari dampak yang akan
muncul pada sistem pendidikan pada kehidupan politik. Mereka sadar jika negra tiak
bisa mengabaikan ssekolah apabila akan meraih tujuannya, termasuk tujuan dalam
mempertahankan kedudukan. mengingat banyaknya peluang di berbagai unsur
kependidikan pada kebutuhan politik tertentu, maka tidak usah heran jika pendidikan
sering memerankan peran sentral untuk menemukan jalan perubahan politik.
Kurikulum pendidikan yang tidak sesuai untuk peserta didik dan sekolah bisa
memerikan dampak negative dalam pendiidkan.

4. Sembilan peranan guru dalam kegiatan belajar mengajar;


 Informator. Sebagai pelaksana mengajar informatif, laboratorium, studi lapangan
dan sumber informasi kegiatan akademik maupun umum.
 Organisator. Pengelola kegiatan akademik, silabus, workshop, jadwal pelajaran
dan lain-lain. Organisasi komponen-komponen kegiatan belajar harus diatur oleh
guru agar dapat mencapai efektivitas dan efisiensi dalam belajar pada diri guru
maupun siswa.
 Motivator. peran sebagai motivator penting artinya dalam rangka meningkatkan
kegairahan dan pengembangan kegiatan belajar siswa. Guru harus mampu
memberikan rangsangan, dorongan serta reinforcement untuk mengembangkan
potensi siswa, menumbuhkan swadaya (aktivitas) dan daya cipta (kreativitas),
sehingga akan terjadi dinamika dalam proses belajar.
 Pengarah atau Director. Guru harus dapat membimbing dan mengarahkan
kegiatan belajar siswa sesuai dengan tujuan yang dicita-citakan.
 Inisiator. Guru sebagai pencetus ide-ide dalam proses belajar. Ide-ide yang
dicetuskan hendaknya adalah ide-ide kreatif yang dapat dicontoh oleh anak didik.
 Transmitter. Dalam kegiatan belajar mengajar guru juga akan bertindak selakuk
penyebar kebijaksanaan pendidikan dan pengetahuan.
 Fasilitator. Guru wajib memberikan fasilitas atau kemudahan dalam proses
belajar mengajar misalnya dengan menciptakan susana kegiatan pembelajaran
yang kondusif, seerasi dengan perkembangan siswa, sehingga interaksi belajar
mengajar berlangsung efektif dan optimal.
 Mediator. Mediator ini dapat diartikan sebagai penengah dalam kegiatan belajar
siswa. Misalnya saja menengahi atau memberikan jalan keluar atau solusi ketika
diskusi tidak berjalan dengan baik. Mediator juga dapat diartikan sebagai
penyedia media pembelajaran, guru menentukan media pembelajaran mana yang
tepat digunakan dalam pembelajaran.
 Evaluator. Guru memiliki tugas untuk menilai dan mengamati perkembangan
prestasi belajar peserta didik. Guru memiliki otoritas penuh dalam menilai peserta
didik, namun demikian evaluasi tetap harus dilaksanakan dengan objektif.
Evaluasi yang dilakukan guru harus dilakukan dengan metode dan prosedur
tertentu yang telah direncanakan sebelum kegiatan pembelajaran dimulai.

5. Penyebab kemiskinan dapat terjadi karena kondisi alamiah dan ekonomi, kondisi
struktural dan sosial, serta kondisi kultural (budaya). Kemiskinan alamiah dan
ekonomi timbul akibat keterbatasan sumber daya alam, manusia, dan sumberdaya lain
sehingga peluang produksi relatif kecil dan tidak dapat berperan dalam pembangunan.
Kemiskinan struktural dan sosial disebabkan hasil pembangunan yang belum merata,
tatanan kelembagaan dan kebijakan dalam pembangunan. Sedangkan kemiskinan
kultural (budaya) disebabkan sikap atau kebiasaan hidup yang merasa kecukupan
sehingga menjebak seseorang dalam kemiskinan. Penyebab timbulnya kemiskinan
berasal dari dalam dan dari luar penduduk miskin. Penyebab dari dalam diantaranya
rendahnya kualitas sumber daya manusia dan sikap individu tersebut. Sedangkan
penyebab dari luar adalah keterbatasan sumber daya alam, tatanan sosial dan
kelembagaan dalam masyarakat, kebijakan pembangunan, kesempatan kerja yang
terbatas dan persaingan yang menyebabkan terpinggirnya penduduk miskin.

Strategi Pengentasan Kemiskinan yang dilaksanakan oleh Pemerintah dapat dibagi


menjadi dua bagian besar, pertama melindungi keluarga dan kelompok masyarakat
yang mengalami kemiskinan sementara, dan kedua membantu masyarakat yang
mengalami kemiskinan kronis dengan memberdayakan dan mencegah terjadinya
kemiskinan baru. Strategi tersebut selanjutnya dituangkan dalam tiga program yang
langsung diarahkan pada penduduk miskin yaitu:

(1) penyediaan kebutuhan pokok;

2) pengembangan sistem jaminan sosial; dan

3) pengembangan budaya usaha.

Selain itu penduduk miskin mempunyai strategi sendiri untuk menanggulangi


kemiskinannya. Strategi yang ditempuh yaitu dengan pinjam dari lembaga informal,
menambah jam kerja, anggota keluarga ikut bekerja, merantau atau berhemat.
Sumber:

https://spada.uns.ac.id/mod/forum/discuss.php?d=102944
http://gudangpendidikankita.blogspot.com/2014/10/permasalahan-pendidikan-formal-yang.html
https://www.kompasiana.com/junita21325/629f5d1d2154ae312149cc25/pengaruh-politik-terhadap-
perubahan-kurikulum
https://ilmu-pendidikan.net/profesi-kependidikan/guru/peran-guru-dalam-kegiatan-belajar-mengajar
https://djpb.kemenkeu.go.id/kanwil/sulteng/id/data-publikasi/berita-terbaru/2830-memahami-
kembali-strategi-pengentasan-kemiskinan-di-indonesia-sebagai-sumber-penerimaan-negara.html

Anda mungkin juga menyukai