BAB II
PEMBAHASAN
1. Belajar tidak harus berpusat pada guru tetapi peserta didik harus lebih aktif. Oleh
karenanya peserta didik harus dibimbing agar aktif menemukan sesuatu yang
dipelajarinya. Konsekwensinya materi yang dipelajari harus menarik minat belajar
peserta didik dan menantangnya sehingga mereka asyik dan terlibat dalam proses
pembelajaran.
2. Bahan pembelajaran dan metode pembelajaran harus menjadi perhatian utama.
Peserta didik akan sulit memahami bahan pelajaran Jika frekuensi belajar hitung
loncat-loncat. Bagi anak SD pengoperasian suatu penjumlahan harus menggunakan
benda-benda terutama di kelas-kelas awal karena tahap perkembangan berpikir
mereka baru mencapai tahap operasi konkret.
3. Dalam proses pembelajaran guru harus memperhatikan tahapan perkembangan
kognitif peserta didik. Materi dirancang sesuai dengan tahapan perkembangan
kognitif itu dan harus merangsang kemampuan berpikir mereka.
4. Belajar harus berpusat pada peserta didik karena peserta didik melihat sesuatu
berdasarkan dirinya sendiri. Untuk terjadinya proses belajar harus tidak ada proses
paksaan agar sifat egosentrisnya tidak terbunuh.
1. Peka terhadap siswa yang kurang percaya diri dalam belajar sehingga guru akan
memberikan motivasi.
2. Menolong siswa untuk bisa mendapatkan kejelasan dalam tugas individu dan juga
tugas grup dalam pembelajaran.
3. Guru harus mengetahui sifat-sifat siswa.
4. Guru harus menjadi fasilitator dan mengarahkan dalam memperoleh referensi untuk
belajar.
5. Bisa beradaptasi dengan mudah bersama siswa.
6. Guru juga harus mempunyai keterampilan komunikasi yang baik untuk bisa
membaur sebagai pembimbing dan sahabat untuk siswa.
7. Guru harus sudah tahu tentang jati diri dan mempunyai self control agar bisa
memahami siswa.
8. Memformulasikan misi belajar yang jelas.
9. Mencari jalan agar siswa proaktif dalam proses pembelajaran menuntut siswa untuk
bisa berkomitmen dalam menegakan kejujuran dan kegembiraan.
10. Memotivasi perasaan siswa sehingga mereka bisa belajar secara mandiri.
11. Menumbuhkan perilaku berpikir kritis dan kreatif dan bisa memahami secara sadar
dalam pembelajaran.
Teori Gestalt
Penerapan belajar sosial Albert Bandura dalam proses belajar mengajar memberi ruang bagi
suatu proses belajar yang bergerak terus-menerus. Gerak yang terus- menerus terjadi
mendorong munculnyamasalah sehingga memacu intelektual untuk memformulasikan
usulan-usulan baru untuk bertindak. Konteks pembelajaran Pertama, mementingkan
pengaruh lingkungan, mementingkan bagian-bagian, mementingkan peranan
reaksi,mengutamakan mekanisme terbentuknya hasil belajar melalui prosedur stimulus
respon. Kedua, mementingkan peranan kemampuan yang sudah terbentuk sebelumnya,
mementingkan pembentukan kebiasaan melalui latihan dan pengulangan, hasil belajar yang
dicapai adalah munculnya perilaku yang diinginkan
1. Penerapan teori ini bisa diberikan kepada siswa yang menyukai matematika
sehingga guru atau tenaga pendidik mudah untuk memberikan ilmu pengetahuan
2. Teori ini juga diterapkan kedalam materi materi geometri
teori Sosialkultural
Penerapan teori sosio-kultural dalam pendidikan dapat terjadi pada 3 jenis pendidikan
yaitu:
1. Pendidikan informal (keluarga)
Pendidikan anak dimulai dari lingkungan keluarga, dimana anak pertama kali melihat,
memahami, mendapatkan pengetahuan, sikap dari lingkungan keluarganya. Oleh karena itu
perkembangan prilaku masing-masing anak akan berbeda manakala berasal dari keluarga
yang berbeda, karena faktor yang mempengaruhi perkembangan anak dalam keluarga
beragam, misalnya: tingkat pendidikan orang tua, faktor ekonomi keluarga, keharmonisan
dalam keluarga dan sebagainya.
2. Pendidikan nonformal
Pendidikan nonformal yang berbasis budaya banyak bermunculan untuk memberikan
pengetahuan, ketrampilan, dan perilaku pada anak, misalnya kursus membatik. Pendidikan
ini diberikan untuk membekali anak hal-hal tradisi yang berkembang di lingkungan sosial
masyarakatnya.
3. Pendidikan formal
Aplikasi teori sosio-kultural pada pendidikan formal dapat dilihat dari beberapa segi antara
lain:
· Kurikulum.
Khususnya untuk pendidikan di Indonesia pemberlakuan kurikulum pendidikan sesuai
Peraturan Menteri nomor 24 tahun 2006 tentang pelaksanaan KTSP, Peraturan Menteri
nomor 23 tahun 2006 tentang standar kompetensi, dan Peraturan Menteri nomor 22 tahun
2006 tentang standar kompetensi dan kompetensi dasar, jelas bahwa pendidikan di
Indonesia memberikan pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap kepada anak untuk
mempelajari sosio-kultural masyarakat Indonesia maupun masyarakat internasional melalui
beberapa mata pelajaran yang telah ditetapkan, di antaranya: pendidikan kewarganegaraan,
pengetahuan sosial, muatan lokal, kesenian, dan olah raga.
· Siswa
Dalam pembelajaran KTSP anak mengalami pembelajaran secara langsung ataupun melalui
rekaman. Oleh sebab itu pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap bukan sesuatu yang
verbal tetapi anak mengalami pembelajaran secara langsung.Selain itu pembelajaran
memberikan kebebasan anak untuk berkembang sesuai bakat, minat, dan lingkungannya
pencapaiannya sesuai standar kompetensi yang telah ditetapkan.
· Guru
Guru bukanlah narasumber segala-galanya, tetapi dalam pembelajaran lebih berperanan
sebagai fasilitator, mediator, motivator, evaluator, desainer pembelajaran dan tutor. Masih
banyak peran yang lain, oleh karenanya dalam pembelajaran ini peran aktif siswa sangat
diharapkan, sedangkan guru membantu perilaku siswa yang belum muncul secara mandiri
dalam bentuk pengayaan, remedial pembelajaran.
PTeori Belajar Sibernetik
https://ardliyanadian.wordpress.com/2014/05/12/landasan-
landasan-pendidikan-dan-penerapannya/