Anda di halaman 1dari 5

NAMA : NURISTA ALFIANA

NIM : 857761648
KODE/MATA KULIAH : PDGK 4201/ PEMBELAJARAN PKN DI SD
TUTOR MATA KULIAH : NURLAILA ANA, Dr., S.Pd., M.Pd
PRODI : PGSD BI
POKJAR : KEDUNGWUNI
UPBJJ : SEMARANG

1. KETERKAITAN ANTARA PENDIDIKAN KEWARGANEGARAAN DENGAN IPS


Pkn dan IPS secara historis memiliki keterkaitan yang kuat. Bidang studi Pkn
menurut kurikulum tahun 1994 diberi nama bidang studi pendidikan pabcasila dan
kewarganegaraan adalah bagoian dari bidang studi IPS. Bidang studi IPS mencakup
aspek Geografi, Ekonomi, dan Sejarah, Pancasila serta UUD 1945 yang menyangkut
warga negara serta pemerintahan. Kemudian terjadi pemisahan menjadi bidang studi
IPS yang mencakup aspek Geografi, Ekonomi, dan Sejarah. dan PKn mencakup
Nilai-nilai Pancasila, UUD 1945 serta sejarah perjuangan kemerdekaan Republik
Indonesia.
2. KEKUATAN DAN KELEMAHAN IMPLEMENTASI KONSEP PEMBELAJARAN
TERPADU
a. KEKUATAN
 Dengan menggabungkan berbagai bidang kajian akan terjadi penghematan
waktu, karena beberapa kajian dapat di belajarkan sekaligus. Tumpang tindih
materi dapat dikurangi bahkan di hilangkan.
 Peserta didik dapat melihat hubungan yang bermakna antar konsep.
 Meningkatkan taraf kecakapan berfikir peserta didik, karena peserta didik
dihadapkan pada gagasan atau pemikiran yang lebih luas dan lebih dalam ketika
menghadapi situasi pembelajaran.
 Menyajikan penerapan/aplikasi tentang dunia nyata yang dialami dalam
kehidupan sehari-hari, sehingga memudahkan pemahaman dalam mata pelajaran.
 Motivasi belajar peserta didik dapat diperbaiki dan ditingkatkan
 Membantu menciptakan struktur kognitif yang dapat menjembatangi antara
pengetahuan awal peserta didik dengan pengalaman belajar yang terkait sehingga
pemahaman menjadi lebih terorganisasi dan mendalam,dan memudahkan
memmahami hubungan-hubungan materidari satu konteks lainnya.

b. KELEMAHAN
 Aspek Guru : Guru harus berwawasan luas, memiliki kreativitas tinggi,
keterampilan metodologis yang handal, rasa percaya diri yang tinggi, dan berani
mengemas dan mengembangkan materi.Dituntut untuk terus menggali informasi
ilmu pengetahuan yang berkaitan dengan materi yang akan diajarkan dan banyak
membaca buku agar penguasaan bahan ajar tidak terfokus pada bidang kajian
tertentu.
 Aspek Peserta Didik : Menuntut kemampuan belajar siswa yang relatif "Baik",
baik dalam kemampuan akademik maupun kreativitasnya.
 Aspek Sarana Prasarana : Memerlukan bahan bacaan atau sumber informasi yang
cukup banyak dan bervariasi, salah satunya fasilitas internet, buku-buku atau
media yang lain. semua ini akan menunjang, memperkaya dan mempermudah
pengembangan wawasan.
 Aspek Kurikulum : Kurikulum harus luwes, berorientasi pada pencapaian
ketuntasalan pemahaman peserta didik (bukan pada pencapaian target pencapaian
materi)Guru perlu diberi kewenangan dalam mengembangkan materi, metode,
penilaian keberhasilan pembelajaran peserta didik.
 Aspek Penilaian : Penilaian harus menyeluruh (komprehensif), yaitu menetapkan
keberhasilan belajar peserta didik dari beberapa bidang kajian terkait yang
dipadukan.
 Aspek Suasana : Cenderung mmengutamakan salah satu bidang kajian dan
tenggelamnya bidang kajian lain.

3. LATAR BELAKANG KEMAJEMUKAN BANGSA INDONESIA


Latar belakang historis, Nenek moyang bangsa Indonesia berasal dari Yunan
(Cina Selatan). Perpindahan itu terjadi pada zaman es (Quartair), di mana saat itu daratan
Kalimantan, Jawa,  dan Sumatra bersatu dengan Asia, sedangkan daratan Papua bersatu
dengan Australia. Mereka datang ke kepulauan yang ada di Indonesia dalam waktu yang
cukup lama dan berbeda-beda, pada masa mereka mempersiapkan perjalanan berikutnya,
mereka berupaya untuk mempertahankan diri dan menyesuaikan diri dengan kondisi
alam di sekitarnya sehingga berkembang biak sejalan dengan tingkat pengetahuan dan
pengalaman yang mereka dapatkan dari hari ke hari.

4. PRINSIP-PRINSIP NASIONALISME
 Prinsip kebersamaan.
Prinsip kebersamaan menuntut setiap warga negara untuk menempatkan
kepentingan bangsa dan negara di atas kepentingan pribadi dan golongan.
 Prinsip persatuan dan kesatuan.
Prinsip persatuan dan kesatuan menuntut setiap warga negara harus mampu
mengesampingkan pribadi atau golongan yang dapat menimbulkan perpecahan dan
anarkis (merusak), untuk menegakkan prinsip persatuan dan kesatuan setiap warga
negara harus mampu mengedepankan sikap kesetiakawanan sosial, perduli terhadap
sesama, solidaritas dan berkeadilan sosial.
 Prinsip demokrasi.
Prinsip demokrasi memandang bahwa setiap warga negara mempunyai kedudukan,
hak dan kewajiban yang sama, karena hakikatnya kebangsaan adalah adanya tekad
unuk hidup bersama mengutamakan kepentingan bangsa dan negara yang tumbuh
dan berkembang dari bawah untuk bersedia hidup sebagai bangsa yang bebas,
merdeka, berdaulat, adil dan makmur

5. PENGERTIAN HAM
 Berdasarkan Universal Declaration of human Right tahun 1948 merumuskan
pengertian ham, yaitiu merupakan pengakuan akan harkat dan martabat manusia yang
meliputi kebebasan, keadilan dan perdamaian dunia
 Undanf-Undang RI no 39 tahun 1999 tertuang dalam pasal 1 ayat (1) menyatakan
HAM adalah seperangkat hak yang melekat pada hakikat dan keberadaan manusia
sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib
dihormati, dijujnjung tinggi dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintah dan
setiap orang demi kehormatan dan perlindungan harkat dan martabat manusia
Berdasarkan dua pengertian di atas maka dapat disimpulkan bahwa HAM
adalah hak dasar yang dimiliki oleh setiap manusia yang telah diperoleh dan dibawa
bersamaan dengan kelahirannya di masyarakat

6. BERKAITAN DENGAN DEMOKRASI


A. Ragam model pembelajaran PKn sebagai wahana Pendidikan demokrasi
 Model pembelajaran Kooperatif (cooperative learning)
Pembelajaran Kooperatif adalahpembelajaran yang secara sadar dan sengaja
mengembangkan interaksi yang silih asuh untuk menghindari ketersinggungan
dan kesalahpahaman yang dapat menimbulkan permusuhan, sebagai latihan
hidup di masyarakat. Dengan pembelajaran kooperatif diharapkan saling
menciptakan interaksi yang asah, asih, asuh, sehingga tercipta masyarakat belajar
(learning community)
 Model pembelajaran Berbasis masalah
Pembelajaran kurikulum 2013 dituntut harus mengembangkan karakter bangsa
dan keterampilan abad-21 yakni keterampilan berfikir tingkat tinggi.
 Model pembelajaran Berbasis Portofolio (Project Citizen)
Model pembelajaran berbasis portofolio sudah diujicobakan di SD, SMP, SMA
dan LPTL. Untuk pendidikan demokrasi. Secara konseptual dan operasional
model tersebut diadaptasi untuk pendidikan demokrasi dalam berbagai latar
dengan cara menyesuaikan kompleksitas masalah yang menuntut taraf berfikir
peserta didik mulain dari yang rendah sampai yang lebih tinggi.
B. Urgensi membangun budaya demokrasi konstitusional menuju model
masyarakat madani Indonesia
Pentingnya penyemaian budaya demokrasi tentu tidak seyogyanya dilakukan secra
trial and eror atau pun secara taken for granted. Demokrasi tidak hanya
diperjuangkan akan tetapi harus ditanamnkan, dipupuk, dibesarkan melalui upaya-
upaya terencana, teratur, dan terarah pada seluruh lapisan masyarakat. Untuk semua
itu, dapat dilakukan melalui upaya sistematis dan sistemik dalam bentuk pendidikan
kewarganegaraan (civic education) yang secara konseptual menjadi wahana
pendidikan demokrasi dan HAM dalam konsteks pembangunan masyartakat madani
(civil society)
C. Pengembangan “school culture” dalam pengembangan budaya demokrasi
konstitusional
Budaya sekolah perlu menjiwai dan membingkai segenap aktivitas, inovasi
pembelajaran, dan pengelolaan sekolah. Budaya sekolah ini dideskripsikan sebagai
pola nilai-nilai, norma-norma, sikap, ritual, mitos dan kebiasaab-kebiasaan yang
dibentuk dalam perjalanan panjang sekolah. Budaya sekolah diwujudkan bersama
oleh kepala sekolah guru, staf administrasi, dan siswa sebagai dasar mereka dalam
memahami dan memecahkan berbagai persoalan. Nilai, kebiasaan, dan sikap positif
yang terdapat dalam budaya sekolah tadi merupakan modal non-material yang kuat
bagi terwujudnya sekolah hidup yang demokratis

Anda mungkin juga menyukai