Anda di halaman 1dari 2

Nama : Linda Sari

NPM : 859895703

1. Kriteria yang harus menjadi kemampuan untuk terintegrasi dan internalisasi dalam diri guru IPS SD saat
mengembangkan bahan pembelajaran, yaitu pembelajaran IPS di sekolah dasar memerlukan pengembangan
kemampuan untuk memahami berbagai fenomena sosial, termasuk literasi budaya, ruang dan waktu,
pengetahuan, keterampilan, nilai dan sikap yang berkaitan dengan kesinambungan dan perubahan.
Pembelajaran IPS di sekolah dasar memerlukan pengembangan keterampilan komunikasi sosial, yaitu
kemampuan memahami berbagai fenomena yang terjadi di lingkungan. Pembelajaran IPS di sekolah dasar
mengembangkan keterampilan dasar pemecahan masalah sosial yang perlu diajarkan kepada siswa selama
proses pembelajaran. Pembelajaran IPS di sekolah dasar bersifat peka, peka, adaptif tetapi mengkritisi
lingkungan dalam rangka menjaga dan memanfaatkan sumber daya alam serta mengembangkan kehidupan
yang kaya dan harmonis dalam keberagaman. Pembelajaran IPS di sekolah dasar perlu mengembangkan
dan mengintegrasikan kemampuan siswa menganalisis masalah sosial untuk memahami saling
ketergantungan antara fenomena dan ide dalam memecahkan masalah sosial. Pendidikan IPS
bertujuan untuk membantu peserta didik menjadi warga negara yang baik dengan pengetahuan,
keterampilan dan kepedulian sosial yang berguna tidak hanya untuk dirinya sendiri tetapi juga untuk
masyarakat dan negara. Untuk mencapai tujuan tersebut, proses pembelajaran IPS tidak hanya menekankan
pada aspek pengetahuan (kognitif) dan keterampilan (psikomotor), tetapi juga menghadapi dan menjalani
kehidupan yang penuh dengan masalah, tantangan, kecacatan, dan persaingan, juga mencakup aspek
moralitas yang diwujudkan melalui pendidikan IPS, siswa mengembangkan kemampuan mental dan
intelektualnya untuk menjadi warga negara yang kompeten, terlibat secara sosial dan bertanggung jawab
sesuai dengan nilai-nilai yang terkandung dalam Pancasila.
2. Beberapa perbedaan yang terdapat dalam kurikulum IPS SD Tahun 1994 dan Kurikulum IPS SD Tahun
2006 (KTSP) antara lain: Kurikulum IPS pada tahun 1994 antara PMP dan IPS terpisah, saat itu PMP
diubah menjadi Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKN) dari kelas 1 sampai kelas 6 sedangkan
untuk pelajaran IPS diajarkan sejak kelas 3 SD. Sedangkan IPS SD pada tahu 2006 bersifat memberikan
rambu-rambu untuk mendalami dan keluasan dalam memberikan materi guna mencapai kompetensi dasar
yang diharapkan. IPS SD pada tahun 2006 mulai dari kelas 1 sampai kelas 6 SD. Kurikulum dalam
pendidikan mengalami perkembangan seiring dengan perkembangan zaman. Terdapat beberapa perbedaan
antara kurikulum tahun 1994 dengan kurikulum KTSP. Pada kurikulum KTSP bersifat desentralistik. Yang
berarti segala tata aturan yang dicantumkan dalam suatu kurikulum yang sebelumnya sudah dirancang dan
juga ditetapkan oleh pemerintah pusat, maka dalam KTSP sebagian dari tata aturan dalam kurikulum
tersebut diserahkan agar dikembangkan dan juga diputuskan oleh pihak di daerah ataupun oleh pihak
sekolah.
3. Hubungan antara peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi digunakan untuk mengatur komponen dari
konten materi pengajaran yang disampaikan oleh guru dalam kegiatan pengajaran pembelajaran di ruang
kelas. Hal yang memberi makna kepada peristiwa, fakta, konsep, dan generalisasi adalah bahwa guru
dalam bahan pengajaran mempersiapkan bahan terperinci, contoh, mendukung gambar dan berbagai
eksperimen. Kandungan materi pengajaran akan lebih mudah dipahami dan diingat untuk waktu yang lama,
jika materi berfokus pada ide-ide penting seperti konsep atau generalisasi. Substansi tema pembelajaran
IPS meliputi aspek-aspek berikut. Geografi adalah studi tentang orang, tempat, dan lingkungan
mereka. Sejarah terdiri dari waktu, kesinambungan, dan perubahan. Sosiologi adalah studi sistem sosial dan
budaya. Ekonomi mencakup semua aspek perilaku ekonomi dan kesejahteraan. Peristiwa adalah apa yang
telah terjadi sebelumnya, peristiwa merupakan suatu kejadian nyata dan pernah terjadi, tetapi masih butuh
dibuktikan kebenarannya. Ada dua sifat perisitwa yaitu : 1) Peristiwa yang bersifat alamiah, seperti banjir,
gempa bumi, tsunami, dan sebagainya. Peristiwa yang bersifat insaniah, seperti  pembangunan jembatan,
pemilu,krisis moneter. 2)Fakta adalah kejadian yang sudah diuji kebenarannya. Fakta adalah hasil dari
proses penelitian yang bisa dibuktikan secara real dan empiris. 3) Konsep adalah istilah yang merupakan
ekspresi abstrak yang digunakan untuk  mengklasifikasikan atau mengkategorikan sekelompok (objek), ide,
atau peristiwa. Dengan serangkaian contoh positif, dan dapat mempelajari konsep secara efektif. 4)
Generalisasi adalah abstraksi dan sangat konseptual. Setidaknya diperlukan dua konsep untuk memahami
generalisasi. Yang bisa berasal dari satu disiplin ilmu sosial atau disiplin ilmu sosial yang berbeda.
4. Keterampilan Keterampilan peserta didik adalah keterampilan yang dimiliki oleh setiap peserta didik untuk
mendorong dalam bekerja sama dan berkomunikasi sesuai dengan setiap rencana pembelajaran yang
dibuatnya. Pada era sekarang peserta didik juga harus mempunyai bermacam keterampilan diantaranya:

Memiliki keterampilan berpikir kritis., Memahami literasi digital., Memahami lingkup Literasi informasi,
Berbasis media. Dan Mengerti tentang informasi dan komunikasi.
5. Seseorang yang memiliki nilai luhur akan menyikapi sesuatunya sesuai dengan nilai-nilai yang dianutnya.
Sikap seseorang pada dasarnya adalah perwujudan dari nilai-nilai yang dipercayainya. Untuk itu sangatlah
penting untuk seorang anak diberikan kesempatan tumbuh di lingkungan yang kondusif sesuai dengan nilai-
nilai yang luhur. pendidikan nilai atau moral diajarkan sedini mungkin kepada siswa di tingkat Sekolah
Dasar. Pendidikan nilai atau moral ini sebaiknya dilakukan saat masih belia karena semakin berumur
seseorang akan semakin sulit untuk dibentuk karena sudah banyak terpengaruh dari lingkungannya. Pada
hakekatnya, pendidikan nilai yang terbaik adalah dilakukan di tingkat keluarga sejak dini sebelum seorang
anak tumbuh dewasa. Faktor lingkungan akan sangat berpengaruh terhadap perkembangan nilai-nilai moral
si anak. Fondasi nilai yang sudah ditanamkan sejak dini di tingkat keluarga paling tidak dapat menjadi
acuan orang tua untuk masa depan anaknya namun tidak menjamin 100%. Selanjutnya orang tua akan
menggantungkan pendidikan nilai moral putra putri mereka kepada pihak pendidik dalam hal ini institusi
pendidikan/sekolah.

Anda mungkin juga menyukai