Anda di halaman 1dari 17

MODUL 1

PERKEMBANGAN KURIKULUM PENDIDIKAN IPS SD


Kegiatan Belajar 1
Tinjauan Perkembangan Kurikulum Pendidikan IPS SD
Jumlah pokok bahasan dalam kurikulum IPS SD tahun 1994 lebih sederhana
dibandingkan dengan kurikulum IPS SD yang disempurnakan 1986, pengembang
kurikulum (guru) lebih leluasa di dalam mengembangkan kurikulum karena kurikulum
1994 tidak menempatkan alokasi waktu berdasarkan pokok bahasan melainkan alokasi
waktu per caturwulan, serta di dalam penyampaian materi (kedalaman dan keluasan
materi) guru diberi kebebasan selama pokok bahasan tersebut masih dalam satu
caturwulan.

Sejak Kurikulum 1975 materi Pendidikan Kewarganegaraan dalam IPS dipisahkan dan
dimasukkan dalam Kurikulum Pendidikan Moral Pancasila sampai dengan sekarang,
dan mengalami perubahan nama, yaitu Pendidikan

Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) sejak Kurikulum 1986 menjadi Sejarah


Nasional dijadikan subbidang studi IPS dan diajarkan secara terpisah sejak kelas 4,
pemisahan ini dilandasi dengan pandangan bahwa cukup sulit memadukan topik-topik
IPS dengan topik-topik sejarah nasional. Hal ini disebabkan oleh penggunaan
pendekatan yang berbeda. Penyusunan materi IPS berdasarkan pendekatan spiral,
sedangkan Sejarah Nasional menggunakan pendekatan periodisasi. Sebenarnya jika
digunakan pendekatan flashback maka upaya pemaduan dengan topik IPS lebih
memungkinkan karena adanya kemiripan antara flashback dengan pendekatan spiral.

Dilihat dari struktur kurikulum, kurikulum IPS SD 1994 tidak terbentuk matriks horizontal
yang terdiri dari beberapa kolom, melainkan terbentuk format vertikal khususnya dalam
GBPP dibagi menjadi dua bagian, yakni bagian pertama pendahuluan dan bagian
kedua program pengajaran IPS. Pendahuluan memuat rambu-rambu yang berkenaan
dengan operasional GBPP dan program pengajaran memuat substansi materi pokok
setiap tingkatan kelas.

Kurikulum IPS SD 1994 lebih banyak memberikan peluang kepada guru selaku
pengembang GBPP di lapangan maka terdapat beberapa teknik pengembangan materi,
seperti pengembangan materi berdasarkan konsep, berdasarkan isi (content),
berdasarkan keterampilan proses, berdasarkan masalah, berdasarkan kekhususan
daerah, dan berdasarkan pendekatan penemuan (inkuiri).

Kurikulum IPS SD 1994 menekankan beberapa hal sebagai berikut.


1. Membaca, menulis, dan berhitung.
2. Muatan lokal.
3. Ilmu pengetahuan dan Teknologi.
4. Wawasan Lingkungan.
5. Pengembangan nilai.
6. Pengembangan keterampilan
Kegiatan Belajar 2
Hakikat Pembelajaran IPS di SD
Untuk mewujudkan pembangunan nasional di bidang pendidikan diperlukan
peningkatan dan penyempurnaan penyelenggaraan pendidikan nasional, yang
disesuaikan dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kesenian,
perkembangan masyarakat serta kebutuhan pembangunan.
Landasan penyusunan kurikulum IPS SD tahun 1994 tidak lepas dari Pendidikan
Nasional yang berakar pada kebudayaan bangsa Indonesia dan berdasarkan pada
Pancasila dan Undang-undang Dasar 1945. UUD 1945 mengamanatkan upaya untuk
mencerdaskan kehidupan bangsa serta agar pemerintah mengusahakan dan
menyelenggarakan satu sistem pengajaran nasional yang diatur dengan undang-
undang.
Sebagai perwujudan cita-cita nasional tersebut telah ditetapkan UUSPN yang berfungsi
untuk mengembangkan kemampuan serta meningkatkan mutu kehidupan dan martabat
manusia Indonesia dalam rangka upaya mewujudkan tujuan nasional. UUSPN
menyatakan bahwa penyelenggaraan pendidikan nasional adalah tanggung jawab
bersama antara keluarga, masyarakat, dan pemerintah.
Dengan berlakunya Undang-undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1989 tentang
Sistem Pendidikan Nasional serta peraturan pemerintah sebagai pedoman
pelaksanaannya maka kurikulum Pendidikan Dasar perlu disesuaikan dengan peraturan
perundang-undangan tersebut.
Dalam pembelajaran IPS di SD, seorang guru IPS hendaknya menguasai perbedaan
konsep-konsep esensial ilmu sosial dengan ilmu pengetahuan sosial atau studi sosial
sehingga upaya membentuk subjek didik sesuai tujuan pembelajaran IPS dapat
tercapai.
Perbedaan antara ilmu sosial dengan ilmu pengetahuan sosial/studi sosial, antara lain
terletak pada hal-hal berikut ini.
1. Pengertian
Pengertian IPS adalah bidang studi yang mempelajari dan menelaah serta
menganalisis gejala dan masalah sosial di masyarakat ditinjau dari berbagai
aspek kehidupan secara terpadu, sedangkan pengertian ilmu sosial adalah
semua bidang ilmu yang berkenaan dengan manusia dalam konteks sosialnya
atau semua bidang ilmu yang mempelajari manusia sebagai anggota
masyarakat.
2. Tujuan Pembelajaran
Pembelajaran IPS bertujuan membentuk warga negara yang berkemampuan
sosial dan yakin akan kehidupannya sendiri di tengah-tengah kekuatan fisik dan
sosial, yang pada gilirannya akan menjadi warga negara yang baik dan
bertanggung jawab. Sedangkan ilmu sosial bertujuan menciptakan tenaga ahli
pada bidang ilmu sosial.
3. Pendekatannya
IPS menggunakan pendekatan interdisipliner atau multi disipliner dan lintas
sektoral, sedangkan ilmu sosial menggunakan pendekatan disipliner.
4. Tempat Pembelajaran
IPS diajarkan pada tingkat rendah sampai tingkat tinggi yaitu diajarkan mulai
kelas III SD sampai Perguruan Tinggi, sedangkan ilmu sosial dipelajari dan
dikembangkan pada tingkat Perguruan Tinggi.
Manfaat yang didapat setelah mempelajari IPS, antara lain berikut ini.

1. Pengalaman langsung apabila guru IPS memanfaatkan lingkungan alam sekitar


sebagai sumber belajar.
2. Kemampuan mengidentifikasi, menganalisis, dan menyusun alternatif
pemecahan masalah sosial yang terjadi di masyarakat.
3. Kemampuan berkomunikasi dengan sesama warga masyarakat.
4. Kemampuan mengembangkan pengetahuan sebagai bekal untuk melanjutkan
pendidikan ke jenjang yang lebih tinggi serta mempersiapkan diri untuk terjun
sebagai anggota masyarakat.
MODUL 2
ESENSI KURIKULUM IPS SD 1994 KELAS 3 DAN 4
Kegiatan Belajar 1
Fakta, Konsep, Generalisasi Ilmu-ilmu Sosial Dalam Kurikulum IPS SD kelas 3
dan 4
Anda telah mengikuti uraian materi pembahasan tentang fakta konsep dan generalisasi
dalam kurikulum SD 1994 kelas 3 dan 4. Di dalam pembahasan telah dikemukakan
secara singkat hal-hal yang berkenaan dengan bahan kajian IPS dan fungsi serta
tujuannya. Kemudian, diuraikan pula tentang pengertian fakta, konsep dan generalisasi
secara umum di dalam IPS. Karena bahan kajian kita diarahkan kepada bahan
pemahaman kurikulum IPS SD maka pembahasan lebih difokuskan kepada pengertian
konsep-konsep dasar dan generalisasi dalam bidang-bidang kajian IPS sesuai dengan
tuntutan kurikulum, yaitu Sosiologi, Antropologi, Ekonomi, Geografi, Tata Negara dan
Sejarah. Perlu dipahami bahwa kita tidak membahas fakta konsep dan generalisasi di
dalam kajian ilmu-ilmu sosial yang berorientasi kepada disiplin ilmu maka orientasi
kajian diarahkan kepada pandangan multidisipliner. Ini berarti bahwa dalam kajian salah
satu topik di dalam GBPP mungkin konsep-konsep dan generalisasi yang digunakan
diambil dari satu atau lebih bidang kajian, misalnya untuk topik “Keluarga” kita bisa
mendekatinya dari perspektif Antropologi dan Sosiologi. Demikian juga halnya dengan
topik-topik lainnya. Dalam pembahasan Kegiatan Belajar 1 ini juga dikemukakan
sekadar beberapa contoh upaya mengidentifikasi fakta, konsep, dan generalisasi dari
beberapa topik/subtopik. Tentu saja pengembangan lebih luas dan mendalam bisa
Anda diskusikan di dalam kegiatan perkuliahan di kelas.
Kegiatan Belajar 1 ini diakhiri dengan tugas kelompok, yang harus dilaksanakan oleh
setiap mahasiswa dalam kelompoknya secara bersama-sama. Diharapkan dari hasil
pekerjaan tugas kelompok ini seluruh mahasiswa memperoleh satu gambaran
menyeluruh tentang fakta, konsep, dan generalisasi kurikulum IPS SD 1994 untuk kelas
3 dan 4.
Kegiatan Belajar 2
Nilai dan Sikap serta Keterampilan Intelektual Personal, Sosial dalam Kurikulum
IPS SD 1994
Dalam pembahasan secara singkat tentang pengertian nilai dan sikap, perbedaan
antara nilai dan sikap. Nilai itu bersifat umum dan mempengaruhi perilaku seseorang
terhadap objek dan terhadap orang lain, sedangkan sikap berkenaan dengan hak-hak
yang khusus. Nilai-nilai merupakan ukuran bagi seseorang dan cita-citanya, tujuan
hidupnya, aspirasinya yang dinyatakan, sikapnya yang tampak, perasaannya yang
diutarakan serta dari perbuatan yang dilakukannya.
Pengajaran nilai memerlukan skill dengan memperhatikan kesesuaian bahan
pengajaran dengan kehidupan sehari-hari. Bahan acuan bukan hanya kepada
kurikulum yang tertera dalam rancangan formal, tetapi juga kepada Hidden Curriculum
dengan mempertimbangkan pula potensi anak.
Sikap memiliki rumusan berbeda-beda karena sifatnya yang telah kompleks. Sikap
merupakan keseluruhan dari kecenderungan, perasaan, pemahaman, gagasan, rasa
takut, rasa terancam, dan keyakinan-keyakinan tentang sesuatu hal. Sikap jua
merupakan kesiapan untuk memperlakukan sesuatu objek. Di dalamnya terkandung
aspek-aspek kognitif, afektif, dan kecenderungan bertindak.
Sikap seseorang sangat ditentukan oleh nilai yang dianutnya, tetapi harus dipahami
bahwa sesuatu sikap timbul karena banyak nilai (values). Dari setiap topik dan subtopik
kita dapat mengungkapkan hal-hal yang bersangkutan dengan pembentukan nilai dan
sikap pada siswa disertai contohnya.
Melalui proses kegiatan belajar-mengajar yang tepat yang dikelola guru dengan
terencana dan terprogram diharapkan hasil belajar siswa juga menghasilkan
keterampilan-keterampilan yang fungsional, yaitu keterampilan intelektual, personal,
dan sosial.
Keterampilan-keterampilan ini sangat esensial sifatnya, baik bagi pencapaian kualitas
hasil belajar siswa maupun bagi pembentukan kepribadian siswa sendiri.
Sebagai sumber kajian materi para mahasiswa disarankan menggunakan bahan kajian
yang biasa digunakan di sekolah-sekolah masing-masing.
Kegiatan Belajar 3
Contoh Keterkaitan antara Fakta, Konsep, Generalisasi, Nilai, Sikap, dan
Keterampilan Intelektual, Personal, Sosial dalam Konteks Pendidikan IPS SD
Kelas 3 dan 4
Pada bagian awal uraiannya dikemukan bahwa terdapat hubungan timbal balik antara
isi bahan pengajaran (subject matter) dengan fakta, konsep dan generalisasi. Isi bahan
pengajaran memberi makna kepada fakta, konsep dan generalisasi, isi bahan
pengajaran akan lebih mudah dipahami dan lama diingat jika berfokus kepada gagasan
kunci, seperti konsep dan generalisasi. Dalam perkembangan IPS dewasa ini diakui
bahwa kekuatan pengajaran IPS itu terletak di dalam kemampuannya untuk
mengungkapkan sesuatu yang meaningful, value based, terintegrasi, menantang
(challenging), dan aktiva. Artinya materi IPS harus berlandaskan nilai, mengungkapkan
fakta, dan materi secara keseluruhan yang esensial, terpadu (sebagaimana aspek-
aspek dalam kehidupan manusia dan melibatkan segenap potensi aktif siswa). Dengan
demikian, IPS berkontribusi kepada pengembangan keterampilan siswa (intelektual,
personal, dan sosial) adalah tanggung jawab guru sebagai pengembang kurikulum
untuk mengolah materi IPS ini agar memenuhi harapan seperti dikemukakan di atas.
Untuk itu diperlukan perencanaan terperinci yang memberikan gambaran kepada kita
bahwa semua aspek seperti disebut dalam judul Kegiatan Belajar 3 ini dapat
terungkapkan.
Dalam rangka mencapai harapan seperti itulah dalam kegiatan belajar ini dikemukakan
salah satu alternatif dari segi perencanaan, yaitu dengan menampilkan contoh-contoh
yang menunjukkan adanya keterkaitan antara fakta, konsep, generalisasi, nilai, sikap
dan keterampilan intelektual, personal dan sosial dalam kurikulum IPS SD 1994
khususnya untuk kelas 3 dan 4.
Contoh-contoh tersebut dikaitkan dengan langkah-langkah pembelajaran agar dapat
dipahami bahwa muatan nilai, sikap dan keterampilan tidak akan terungkap jika tidak
ditunjukkan dalam aktivitas belajar mengajar secara nyata.
MODUL 3
ESENSI KURIKULUM IPS SD 1994 KELAS 5 DAN 6
Kegiatan Belajar 1
Fakta, Konsep, Generalisasi Ilmu-ilmu Sosial dalam Kurikulum IPS SD Kelas 5
dan 6
Berkenaan dengan pengertian fakta, konsep, dan generalisasi sebagai lanjutan dari
penjelasan, seperti telah dikemukakan pada Modul 2 sebelumnya, secara singkat
dikemukakan hal-hal tentang hubungan antara fakta, konsep, dan generalisasi,
bagaimana memilih fakta, apakah makna konsep itu, langkah-langkah apa yang perlu
ditempuh siswa dalam memperoleh pengertian tentang konsep. Apakah perbedaan
konsep dengan generalisasi, bagaimana generalisasi khususnya di dalam sejarah.
Kedudukan sejarah di dalam IPS memiliki keunikan. Peristiwa sejarah bersifat
enameling, tidak berulang. Oleh karena itu, generalisasi di dalam sejarah tidak
mengandung kepastian, melainkan “kecenderungan” yang bisa terjadi. Hal yang
berulang bukan peristiwa yang sudah terjadi, melainkan hal-hal yang berkaitan dengan
perilaku manusia pelaku sejarah yang berorientasi kepada nilai, sistem politik,
kebutuhan ekonomi serta kecenderungan lainnya.
Apa yang telah diungkapkan dalam pembahasan ini, khususnya tentang muatan fakta,
konsep dan generalisasi dalam setiap topik perlu dikembangkan dalam diskusi di kelas.
Kegiatan Belajar 1 ini ditutup dengan Tugas Kelompok yang harus dilaksanakan
mahasiswa di dalam kelompoknya. Diharapkan dari hasil kerja kelompok ini diperoleh
gambaran menyeluruh tentang keterkaitan fakta, konsep, generalisasi di dalam
kurikulum IPS SD 1994, khususnya untuk kelas 5 dan 6.
Kegiatan Belajar 2
Nilai dan Sikap serta Keterampilan Intelektual Personal, dan Sosial Dalam
Kurikulum IPS SD 1994 Kelas 5 dan 6
Anda telah mempelajari materi pembahasan tentang nilai dan sikap dalam kurikulum
IPS SD 1994, juga keterampilan intelektual, personal dan sosial dalam kurikulum
tersebut.
Pada bagian awal pembahasan kepada Anda telah disampaikan penjelasan tambahan
tentang nilai, sikap, keterampilan intelektual, personal dan sosial. Pada pembahasan ini
ditekankan kembali arti pentingnya pendidikan nilai, sikap dan keterampilan dalam
konteks pendidikan IPS menurut kurikulum 1994 khususnya di Kelas 5 dan 6.
Berkenaan dengan nilai dikemukakan tentang tahap-tahap perkembangan nilai dari
Kohlberg serta cara-cara mengungkapkan pemilihan nilai oleh siswa melalui perisai
kepribadian dan pertanyaan tentang nilai. Berkenaan dengan sikap antara lain
dikemukakan tentang teori-teori pembentukan sikap serta cara mengukur sikap dengan
menggunakan Skala Sikap (Likert).
Di samping itu, penjelasan tentang keterampilan ditunjukkan bahwa keterampilan hanya
dapat diraih melalui pengalaman belajar. Oleh karena itu, guru harus merencanakan
kegiatan belajar mengajar ini dengan memperhatikan pengalaman belajar yang
mengacu juga kepada pencapaian keterampilan (baik intelektual, personal maupun
sosial). Sebagai bahan feedback bagi guru dibuatkan tabel keterampilan intelektual,
personal dan sosial yang dapat dilakukan melalui observasi.
Kegiatan Belajar 3
Contoh Keterkaitan antara Fakta, Konsep, Generalisasi, Nilai, Sikap, dan
Keterampilan Intelektual, Personal, Sosial dalam Konteks Pendidikan IPS SD
Kelas 5 dan 6
Anda telah mengikuti secara singkat contoh keterkaitan antara fakta, konsep,
generalisasi, nilai, sikap dan keterampilan (intelektual, personal dan sosial) dalam
konteks Kurikulum IPS SD 1994 untuk Kelas 5 dan 6.
Pada awal pembicaraan kita dalam kegiatan belajar ini telah dikemukakan bahwa
sesungguhnya antara fakta, konsep, generalisasi, serta nilai, sikap dan keterampilan itu
tidak dapat dipisahkan karena memang semua aspek tersebut terikat dalam struktur
pendidikan IPS. Dalam pengembangan kurikulum di kelas, guru harus memperhatikan
hal ini jika perlu kaitan tersebut dalam kegiatan belajar mengajar maka proses belajar
mengajar yang kita kelola akan menjadi verbalistik, sasaran tujuan pencapaian hasil
belajar akan terhenti pada aspek pengetahuan saja. Dan hal itu bukan tujuan
Pendidikan IPS.
Pengembangan kurikulum yang melaksanakan prinsip tersebut di atas selanjutnya akan
terlihat dari kegiatan belajar mengajar di kelas. Di dalam praktek KBM-lah
sesungguhnya kenyataan adanya keterkaitan antara fakta, konsep, generalisasi, nilai,
sikap dan keterampilan itu akan tampak.
Perlu diperhatikan juga bahwa kurikulum IPS SD tahun 1994 itu menuntut guru agar
mampu melaksanakan pengajaran konsep, mengembangkan generalisasi,
mengintegrasikan pendidikan nilai dan keterampilan di dalam program pengajaran yang
disampaikan kepada siswa. Tugas itu bukan pekerjaan mudah, namun juga bukan
sesuatu hal yang tidak dapat dikerjakan. Oleh sebab itu guru perlu terus-menerus
mengembangkan bahan pengajaran yang dikelolanya agar senantiasa sesuai dengan
situasinya. Jangan menggunakan program yang telah digunakan bertahun-tahun
sehingga tidak aktual lagi, dan kurang bermakna bagi siswa.
Pada bagian-bagian akhir dikemukakan satu contoh pengembangan materi yang
menunjukkan adanya keterkaitan antara fakta, konsep, generalisasi, nilai, sikap dan
keterampilan. Tentu Anda boleh saja mempunyai kreativitas sendiri dalam
mengembangkan materi ini, untuk disesuaikan dengan kondisi setempat agar
pendidikan IPS yang Anda kelola mengacu kepada kurikulum yang berlaku dan sesuai
dengan kondisi lingkungan siswa di mana proses belajar mengajar ini dilakukan.
MODUL 4
ISI DAN MASALAH SOSIAL BUDAYA DALAM PENGAJARAN IPS
Kegiatan Belajar 1
Trend Globalisasi dan Keragaman Budaya

Globalisasi adalah suatu gejala, di mana tata hubungan internasional lebih disertakan
lagi, terutama dalam menghadapi dan memecahkan masalah-masalah dan isu-isu
internasional yang bersifat lintas negara dan lintas budaya.
Masalah dan isu globalisasi adalah persoalan yang melanda dunia dan dihadapi oleh
berbagai bangsa dan negara. Masalah ini semakin dipacu oleh kemajuan ilmu
pengetahuan dan teknologi. Kehidupan manusia semakin terpaut dalam suasana saling
ketergantungan dan saling membantu.
Pengajaran globalisasi bertujuan membentuk warga negara yang memiliki kepedulian
terhadap masalah dan isu global. Mengembangkan rasa kebersamaan sebagai umat
manusia penghuni bumi dan sekaligus bertanggung jawab terhadap keberlangsungan
kehidupan tersebut.
Keanekaragaman budaya adalah ketidaksamaan budaya yang mengandung pengertian
setiap bangsa ataupun kelompok memiliki seperangkat gagasan, tindakan dan hasil
karya yang berbeda.
Masalah keanekaragaman budaya yang paling utama adalah pembauran atau
asimilasi. Pembauran ialah suatu proses sosial dari golongan-golongan manusia yang
berlatar belakang budaya yang berbeda. Sikap toleran, menghargai, dan menghormati
serta peduli terhadap kelompok yang berbeda adalah kunci berhasilnya pembauran.
Globalisasi dan keanekaragaman budaya sebagai suatu kenyataan, mendorong
perlunya memformulasikan kembali pendidikan IPS sebagai alat untuk
menumbuhkembangkan kesadaran pentingnya pendekatan keanekaragaman budaya
dalam memahami dan menyikapi globalisasi
Kegiatan Belajar 2
Masalah-masalah Lingkungan dan Pendidikan Lingkungan
Manusia dalam kehidupannya, baik secara individu maupun kelompok tidak bisa
dilepaskan dari lingkungan sekitar di mana ia hidup. Lingkungan sekitar memberikan
wahana bagi manusia untuk mengembangkan dan mengaktualisasikan dirinya
sehingga tercapai tujuan yang diinginkan, seperti kenyamanan, kesejahteraan, dan
ketenangan dalam kehidupannya. Manusia merupakan bagian yang tidak terpisahkan
dari lingkungan sekitar maka corak hubungan keduanya lebih bersifat fungsional.
Corak hubungan antara manusia dengan lingkungan sekitarnya mengalami perubahan.
Sesuai dengan perkembangan zaman dan kemajuan peradaban manusia maka ada
usaha-usaha yang dilakukan manusia untuk mengubah, mengolah, dan menaklukkan
alam. Usaha-usaha yang dilakukan oleh manusia itu pada gilirannya membawa dampak
pada perubahan tatanan lingkungan alam yang ada. Sering kali dampak yang
ditumbuhkan oleh lingkungan alam itu sedemikian rupa sehingga tidak menguntungkan
juga bagi kehidupan manusia. Bencana alam, seperti banjir, bahaya kekeringan,
kelaparan, tanah yang tandus, polusi udara, tanah dan air, baik secara langsung
maupun tidak langsung bersumber dari ulah manusia juga.
Perubahan besar terhadap alam dan lingkungan sekitar yang membawa dampak tak
terduga adalah berkenaan dengan semakin pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan
dan teknologi. Dengan Iptek manusia di satu sisi dapat menjelajahi, mengungkap
cakrawala, dan menaklukkan alam dengan cara-cara yang eksplosif, tetapi di sisi lain
dengan Iptek pula manusia dihadapkan pada masalah-masalah baru sehubungan
dengan semakin rusak dan terganggunya semena-mena untuk keperluan industri
perkayuan, penyerobotan lahan-lahan pertanian untuk keperluan pendirian pabrik-
pabrik, dan akibat-akibat dari proses industrialisasi, seperti populasi, urbanisasi,
sanitasi yang tidak sehat merupakan dampak-dampak yang kurang menguntungkan
dalam pengalaman hidup manusia.
Mengingat demikan seriusnya masalah-masalah yang ditimbulkan oleh lingkungan itu
maka diperlukan semacam usaha penyadaran dan pendidikan tentang lingkungan
hidup. Dalam hal ini, Pendidikan Ekologi, yaitu pendidikan yang mengkaji dan
memfokuskan dirinya pada masalah lingkungan hidup, termasuk di dalamnya, menjadi
sangat penting kedudukan dan fungsinya. Dengan Pendidikan Ekologi diharapkan
tumbuh kesadaran, pengetahuan, pemahaman, sikap, dan perilaku yang akan lebih
mencintai, mewarisi, memelihara, dan memanfaatkan lingkungan hidup manusia secara
profesional dan wajar.
Dengan demikian, pendidikan Ekologi memiliki tujuan tidak hanya pada tataran
konseptualisasi, yaitu untuk pengembangan disiplin ilmu itu sendiri, tetapi juga memiliki
fungsi aktualisasi, yaitu pengalaman ilmu itu dalam konteks praktis sehingga dapat
bermanfaat secara langsung untuk kepentingan keselamatan, kesejahteraan, dan
keharmonisan manusia di satu sisi dalam hubungannya dengan lingkungan alam
sekitar di sisi lain.
Kedudukan dan peranan yang dimainkan oleh manusia dalam konteks ruang dan waktu
itu sangat sentral maka perlu juga mengaitkan Pendidikan Ekologi itu dengan
Pendidikan IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial). IPS bagaimana pun merupakan disiplin ilmu
yang mengkaji tentang manusia dan pola-pola interaksi dengan lingkungan di luar
dirinya. Pemahaman dan penghargaan terhadap manusia yang lain, mengapresiasi,
dan mewarisi khasanah peninggalan peradaban manusia, dan yang lebih penting dalam
hubungannya dengan masalah ekologi melestarikan dan memanfaatkan sumber daya
alam secara rasional dan wajar, merupakan pilar-pilar dari tujuan pembelajaran
Pendidikan IPS. Oleh karena itu, seyogianyalah Pendidikan IPS diberikan di tingkat
sekolah dengan materi yang tak terpisahkan dengan masalah-masalah ekologi.
Kegiatan Belajar 3
Masalah-masalah Hukum Ketertiban dan Kesadaran Hukum
Sebagai makhluk sosial manusia akan saling berinteraksi satu sama lain. Di dalam
interaksi tersebut akan ada benturan-benturan kepentingan antara individu, apabila
dibiarkan akan menimbulkan suasana yang tidak aman dan tertib. Oleh karena itu, perlu
adanya aturan-aturan, baik tertulis maupun tidak yang bersifat mengikat dan memaksa
agar individu atau anggota masyarakat menaatinya. Kumpulan aturan-aturan tersebut
kemudian dikenal dengan istilah hukum.
Apabila di antara individu tersebut tidak mengindahkan kaidah-kaidah hukum yang
berlaku maka akan muncul masalah hukum. Masalah-masalah hukum adalah suatu
keadaan yang memperlihatkan ketidakselarasan antara kepentingan satu
individu/kelompok dengan individu/kelompok lain, yang ditandai adanya pelanggaran
terhadap tatanan hukum yang berlaku. Di sinilah pentingnya kesadaran hukum dimiliki
oleh setiap individu atau anggota masyarakat sehingga suasana tertib, aman dan damai
dapat terwujud.
Di dalam menanamkan dan mendistribusikan nilai-nilai yang dikandung dalam aspek-
aspek hukum diperlukan suatu sarana atau cara yang efektif. Salah satunya ialah
melalui pengintegrasian aspek-aspek hukum dengan bidang IPS. Penggabungan kedua
aspek ini akan memberikan kontribusi yang besar terhadap pembentukan warga negara
yang baik karena pada hakikatnya IPS bertujuan untuk membentuk warga negara yang
baik, melalui pemahaman terhadap pengetahuan dan kemampuannya di dalam
berinteraksi secara positif dan aktif dengan lingkungannya. Di dalam interaksi dengan
lingkungan itulah, aspek-aspek tentang hukum, ketertiban, dan kesadaran hukum
penting dimiliki oleh siswa sebagai angota masyarakat.
Kegiatan Belajar 4
Masalah-masalah Kesadaran dan Hukum dan Pendidikan Kesadaran Hukum
Warga Negara
Manusia merupakan makhluk sosial artinya makhluk yang senantiasa berhubungan
dengan yang lainnya. Kedudukan manusia sebagai makhluk sosial berimplikasi bahwa
manusia tidak dapat hidup menyendiri. Dalam interaksi antarsesama, manusia akan
terbentuk menjadi sesuatu kelompok, yaitu masyarakat.
Dalam pergaulan sehari-hari, manusia akan senantiasa menghadapi dua lingkungan,
yaitu lingkungan fisik atau alam dan lingkungan sosial atau masyarakat. Dalam
berinteraksi dengan lingkungan fisik maupun sosial, manusia senantiasa ada aturan
atau hukum yang mengatur pergaulan tersebut. Hukum ini perlu diterapkan agar
tercapai kehidupan yang tertib, aman, adil, serasi, seimbang, dan lain-lain.
Dari segi bentuknya, hukum dapat dibagi ke dalam hukum positif atau hukum yang
tertulis, dan hukum tidak tertulis yang biasa disebut dengan norma. Setiap kelompok
masyarakat memiliki normanya masing-masing. Walaupun norma merupakan hukum
yang tidak tertulis, tetapi memiliki kekuatan yang mengikat dan wajib ditaati.
Penanaman kesadaran hukum warga negara dapat dilakukan melalui proses
pendidikan. Dalam proses pendidikan dilakukan dengan mengintegrasikan antara
pengetahuan nilai dan skill pada diri siswa.
Apabila dikaitkan dengan pendidikan IPS, penanaman kesadaran hukum dapat
dilakukan dengan pendekatan multidisipliner. Kurikulum yang ditetapkan, yaitu dengan
pendekatan integrasi dan kolerasi terhadap permasalahan-permasalahan sehari-hari
yang dihadapi oleh siswa. Dengan demikian, guru IPS dalam hal ini harus memiliki
pengetahuan yang luas.
MODUL 5
PENDEKATAN DALAM PENGAJARAN IPS DI SEKOLAH DASAR
Kegiatan Belajar 1
Pendekatan Kognitif dalam Pembelajaran IPS SD
1. Menurut kurikulum Pendidikan Dasar 1994, esensi tujuan pengajaran IPS di SD
adalah pengembangan kemampuan dan sikap rasional yang bermuara pada
pembentukan individu sebagai aktor sosial yang cerdas. Aktor sosial yang
cerdas tidak lain dari anggota masyarakat yang matang secara rasional dan
secara emosional atau cerdas secara rasional dan emosional.
2. Pendekatan yang cocok untuk mengembangkan kecerdasan rasional adalah
pendekatan yang berorientasi pada proses penelitian dan proses
konseptualisasi.
3. Pendekatan yang berorientasi pada proses penelitian dikenal sebagai
pendekatan inkuiri atau inquiry approach. Berikut prosedur baku pendekatan
tersebut.
Masalah> Hipotesis > Data> Kesimpulan
4. Pendekatan yang berorientasi pada proses konseptualisasi memusatkan
perhatian proses pemahaman dan penggunaan faktor, konsep, generalisasi,
dan teori. Proses konseptualisasi ini erat kaitannya dengan proses asimilasi
akomodasi dan ekuilibrasi dalam pikiran kita. Oleh karena itu, dengan proses
konseptualisasi ini seseorang akan dapat meningkatkan isi dan dinamika
skemata dalam pikirannya.
5. Proses penelitian dan proses konseptualisasi merupakan dua pendekatan
kognitif, di mana satu sama lain saling mengisi. Proses konseptualisasi
diperlukan dalam proses penelitian pada saat melakukan deduksi dan
mendefinisikan istilah serta pada saat penarikan kesimpulan. Sebaliknya proses
penelitian diperlukan dalam proses konseptualisasi terutama pada saat
perumusan generalisasi dan teori.
Kegiatan Belajar 2
Pendekatan Sosial, Personal dan Perilaku dalam Pembelajaran IPS SD
1. Emosi, nilai dan sikap, dan perilaku sosial merupakan dimensi sosial dan
personal yang perlu dikembangkan dalam pengajaran IPS. Emosi pada
dasarnya bersifat peka dan saling melengkapi dengan rasio yang cenderung
bersifat teliti dan tanggap. Nilai merupakan sesuatu yang berharga dan
dipandang berharga sedang sikap merupakan kecenderungan berbuat.
2. Emosi, nilai dan sikap, dan perilaku sosial dapat dikembangkan dalam suasana
pembelajaran formal dan informal.
3. Dalam pembelajaran formal terdapat model-model pendekatan transmisi nilai
secara bebas terarah penanaman nilai, suri teladan, klarifikasi nilai, dan
klarifikasi nilai terintegrasi struktur.
4. Berikut pendekatan yang dapat diterapkan dalam pembelajaran IPS SD.
a. Pendekatan ekspositori Berorientasi nilai.
b. pendekatan analitik keteladanan.
c. pendekatan kajian nilai.
d. pendekatan Integratif konsep dan nilai.
5. Semua pendekatan sosial personal memiliki saling keterkaitan dengan
pendekatan kognitif.
MODUL 6
METODE, MEDIA DAN PEMANFAATAN SUMBER BELAJAR IPS KELAS III DAN IV
Kegiatan Belajar 1
Merancang dan Menerapkan Metode Pembelajaran IPS di SD Kelas 3 dan 4
dengan Pendekatan Kognitif
1. Dalam merancang metode, media, dan sumber belajar IPS di SD, Anda perlu
menyusun Analisis Materi Pelajaran (AMP), seperti telah diuraikan di muka.
Materi yang dianalisis adalah materi pelajaran untuk SD Kelas 3 dan 4.
2. Metode mengajar yang digunakan hendaknya memperhatikan hal-hal berikut.
1.
a. Tujuan pembelajaran.
b. Kemampuan guru terhadap materi pelajaran dan metode yang dipilih.
c. Kemampuan siswa yang belajar.
d. Jumlah siswa yang belajar.
e. Situasi atau kondisi saat belajar.
f. Fasilitas yang tersedia.
g. Evaluasi yang akan dipilih
Kegiatan Belajar 2
Merancang dan Menerapkan Metode Pembelajaran IPS yang Berlandaskan
Pendekatan Sosial
Pendekatan sosial perlu dikembangkan mengingat proses-proses sosial akan dialami
oleh anak didik sehingga kegiatan belajar mengajar harus membantu anak didik untuk
mengembangkan kemampuan hubungan dengan masyarakat dan hubungan
antarpribadi.
Metode inkuiri sosial memungkinkan siswa berpikir dan mencari fakta-fakta, informasi,
atau data yang mendukung pembuktian hipotesis dalam situasi bebas dan terarah.
Langkah-langkah penggunaan metode inkuiri sosial
1. Tahap orientasi.
2. Tahap penyusunan hipotesis.
3. Tahap definisi.
4. Tahap eksplorasi.
5. Tahap pembuktian hipotesis.
6. Tahap generalisasi.
Kegiatan Belajar 3
Merancang dan Menerapkan Metode Pembelajaran IPS di SD Kelas 3 dan 4
dengan Pendekatan Personal
1. Model-model yang serumpun dengan pendekatan personal adalah berikut ini.
a. Model pengajaran nondirektif
b. Model latihan kesadaran
c. Model sinektik
d. Model sistem konsepsional
e. model pertemua

Anda mungkin juga menyukai