Anda di halaman 1dari 4

Tugas 1 Pendidikan IPS di SD (PDGK4106)

Nama : Muti Atul Milah

NIM : 857614256

1. ada lima kriteria yang hendaknya dapat menjadi kemampuan yang terintegrasi dan
terinternalisasi dalam diri guru IPS SD ketika mengembangkan materi pembelajaran
sebagai berikut :
1) pembelajaran IPS di SD hendaknya mengembangkan kemampuan memahami
berbagai fenomena sosial yang meliputi kemelek-wawacanaan pengetahuan,
keterampilan, nilai dan sikap mengenai : kebudayaan, ruang dan waktu,
kontinuitas dan perubahan, interaksi antara manusia dengan lingkungan, serta
kelangkaan, produksi, distribusi dan konsumsi barang dan jasa dalam konteks
kebhinekaan masyarakat Indonesia dan dinamika kehidupan global yang berguna
dalam proses pengambilan keputusan serta berpartisipasi dalam kehidupan
masyarakat yang demokratis.
2) Pembelajaran IPS di SD hendaknya mengembangkan kemampuan komunikasi
sosial yakni keterampilan menangkap berbagai fenomena yang terjadi di
lingkungan siswa, mengemas gagasan baik berupa konsep, keterampilan, nilai,
prinsip, norma maupun sikap sosial, serta menjelaskan fenomena interaksi,
perkembangan masyarakat, dan saling ketergantungan global (global
interdependence).
3) Pembelajaran IPS di SD mengembangkan kemampuan dasar dalam memecahkan
masalah sosial yang perlu dilatihkan kepada para mahasiswa dalam proses
pembelajaran di kelas. Kriteria kompetensi guru dalam memecahkan masalah
dengan memanfaatkan peta, atlas, bola dunia, data dan informasi, serta media
massa guna mengambil keputusan sosial kultural dalam kehidupan sehari-hari.
4) Pembelajaran IPS di SD hendaknya mengembangkan kemampuan membiasakan
diri peka, tanggap, dan adaptif tetapi kritis terhadap lingkungan sekitar guna
memelihara dan memanfatkan sumber daya alam serta mengembangkan
kehidupan yang sejahtera dan harmonis dalam kebhinekaan.
5) Pembelajaran di SD hendaknya mengembangkan kemampuan peserta didik dalam
menganalisis masalah sosial secara terpadu untuk sampai pada kesadaran bahwa
ada saling ketrgantungan antar fenomena dan gagasan dalam setiap pemecahan
masalah sosial serta dalam membangun kehidupan masyarakat yang damai,
dinamis dan harmonis.
2. Empat titik utama secara filosofis bagi kinerja guru IPS dalam melakukan seleksi di
antara dua ekstriminitas perkembangan dan perubaan zaman adalah sebagai berikut :
1) Prenialisme; itu berdasarkan keyakinan adanya kebenaran yang sifatnya abadi
dan mutlak. Seubungan dengan itu, sekola bertugas membantu peserta didik
menemukan kebenaran-kebenaran tersebut. Paham ini berakar pada filsafat
Tomas Aquino.
2) Esensialisme; berisi paam bawa ada hakikat minimum tertentu yang harus
dipertahankan sekolah. Hakikat tersebut dapat berubah-ubah dalam rentangan
zaman, tetapi untuk masa tertentu hakikat itu merupakan endapan dari
pengetahuan dan kebijaksanaan yang berasal dari masa lampau. Inilah yang
perlu diestafetkan kepada generasi sekarang di sekolah.
3) Progresivisme; bertalian dengan paham John Dewey tentang paham
‘pragmatisme’, dimana penyelidikan sesuatu harus dilakukan secara ilmiah.
Dalam hal ini sekolah merupakan pendahulunya.
4) Rekontruksionisme; meskipun paham ini mirip dengan progresivisme, akan
tetapi lenih maju lagi karena secara konkrit ini lebih mendekati tujuan yang
didamkan oleh progresivisme. Karena itu sekolah diharapkan menjadi pelopor
usaha pembaharuan masyarakat.
3. Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip-prinsip sebagai berikut :
a. Berpusat pada potensi, perkembangan, kebutuhan , dan kepantingan peserta didik
serta lingkungannya.
Kurikulum dikembangkan berdasarkan prinsip bahwa peserta didik memiliki
posisi sentral untuk mengembangkan potensinya agar menjadi manusia yang
beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat,
berilmu, cakap, kreatif, mandiri dan menjadi warga negara yang demokratis dan
bertanggung jawab. Untuk mendukung pencapaian tujuan tersebut, pengembangan
kompetensi peserta didik disesuaikan dengan potensi, perkembangan, kebutuhan,
dan kepentingan peserta didik serta tuntutan lingkungan.
b. Beragam dan terpadu
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan keragaman karakteristik
peserta didik, kondisi daerah dan jenjang serta jenis pendidikan, tanpa
membedakan agama, suku, budaya dan adat istiadat, serta status sosial ekonomi
dan gender. Kurikulum meliputi substansi komponen muatan wajib kurikulum,
muatan lokal dan pengembangan diri secara terpadu, serta disusun dalam
keterkaitan dan kesinambungan yang bermakna dan tepat antarubstansi.
c. Tanggap terhadap perkemabangan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni.
Kurikulum dikembangkan atas dasar kesadaran bahwa ilmu pengetahuan,
teknologi dan seni berkembang secara dinamis. Oleh karena itu, semangat dan
isikurikulum mendorong peserta didik untuk mengikuti dan memanfaatkan secara
tepat perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni.
d. Relevan dengan kebutuhan kehidupan.
Pengembangan kurikulum dilakukan dengan melibatkan pemangku
kepentingan (stokeholders) untuk menjamin relevansi pendidikan dengan
kebutuhan kehidupan, termasuk didalamnya kehidupan kemasyarakatan, dunia
usaha dan dunia kerja. Oleh karena itu, pengembangan keterampilan pribadi,
keterampilan berpikir, keterampilan sosial, keterampilan akademik, dan
keterampilan vokasional merupakan keniscayaan.
e. Menyeluruh dan berkesinambungan.
Substansi kurikulum mencakup keseluruhan dimensi kompetensi, bidang
kajian keilmuan dan mata pelajaran yang direncanakan dan disajikan secara
berkesinambungan antar semua jenjang kehidupan.
f. Belajar sepanjang hayat.
Kurikulum diarahkan kepada proses pengembangan, pembudayaan dan
pemberdayaan peserta didik yang berlangsung sepanjang hayat. Kurikulum
mencerminkan keterkaitan antara unsur-unsur pendidikan formal,non formal dan
informal, dengan memperhatikan kondisi dan tuntutan lingkungan yang selalu
berkembang serta arah pengembangan manusia seutuhnya.
g. Seimbang antara kepentingan nasional dan kepentingan daerah
Kurikulum dikembangkan dengan memperhatikan kepantingan nasional dan
kepentingan daerah untuk membangun kehidupan yang bermasyarakat, berbangsa
dan bernegara. Kepentingan nasional dan kepentingan daerah harus saling mengisi
dan memberdayakan sejalan dengan motto Bhineka Tunggal Ika dalam kerangka
Negara Kesatuan Republik Indonesia.
4. Berikut lima penekanana pemahaman keterampilan personal dalam mempelajari IPS
pada kelas rendah;
a. Keterampilan psikomotor
Keterampilan ini bersifat praktis seperti keterampilan berbuat, berlatih serta
mengkoordinasi indra dengan anggota badan. Keerampilan praktis ini tampak
dalam hal kemampuan peserta didik menggambar, membuat peta, membuat model
dan sebagainya.
b. Keterampilan studi dan kebiasaan kerja
Misalnya, keterampilan menentukan lokasi kerja, mengumpulkan data,
menggunakan reference material, membuat kesimpulan dan lain-lain. Dengan
latihan yang benar peserta didik diberi peluang untuk memiliki percakapan belajar
mandiri dan bekerja mandiri.
c. Keterampilan bekerja dalam kelompok. Keterampilan ini berkenaan dengan
kemampuan seeorang di dalam kelompok, seperti menyusun rencana, memimpin
diskusi, menilai pekerjaan secara bersama. Keterampilan in sangat penting
dimiliki seseorang/peserta didik dalammengembangkan pengalamannya. Oleh
sebab itu keterampilan ini hanya dapat diraih melalui serangkaian pengalaman dan
berkembang secara bertahap.
d. Keterampilan akademik atau keterampilan belajar (continuing learning skills).
Keterampilan ini memungkinkan seseorang terampil belajar sepanjang hayat.
Keterampilan ini sangat esensial dimiliki oleh setiap orang dalam konsep belajar
seumur hidup. Sesungguhnya dalam keterampilan belajar inilah terlatak sendi-
sendi kemampuan belajar mandiri. Tentu saja untuk tingkat pendidikan dasar
sasarannya adalah baru dalam tahapan mengembangkan segenap potensi diri
peserta didik di kemudian hari. Peserta didik memiliki semangat, kemampuan dan
kepercayaan diri yang sehat. Yang terpenting bahwa dalam diri peserta didik
tertanam semangat untuk belajar terus sepanjang hayatnya.
e. Keterampilan lainnya, antara lain;
1) Keterampilan fisik
2) Keterampilan politik agar ‘melek politik’ sesuai dengan perkembangan
usia dan kemampuan berpikirnya.
3) Kemampuan pengembangan emosional (emotional growth) sebagai saran
utama dalam rangka kemampuan untuk mengendalikan diri.
5. Pembelajaran konsep disekolah sesungguhnya dalam rangka memahami makna
konotatif, karena itu pembelajaran konsep harus:
a. Diberikan dalam suatu konteks bukan diterangkan tanpa ada kaitan dengan
sesuatu, seperti kita menjelaskan arti dan sesuatu istilah atau kata.
b. Peserta didik harus diberi kesempatan untuk sampai kepada pengertiannya sendiri
tentang konsep, tentunya dengan bimbingan guru. Misalnya, guru menyuruh
mereka mendeskripsikannya sendiri.
c. Peserta didik harus membacanya sendiri, mendengarkan penjelasan dan segera
menuliskan makna konsep setelah diperkenalkan.

Anda mungkin juga menyukai