Anda di halaman 1dari 17

makalah ips

BAB 1

MAKNA PENGEMBANGAN PEMBELJARAN

ILMU PENGETAHUAN SOSIAL (IPS)

A. URGENSI PENGEMBANGAN PEMBELAJARAN IPS

Belajar adalah suatu proses perubahan dalam membentuk dan mengarahkan


kepribadian manusia. Bentuk nyata yang dapat dilihat dan dirasakan dari kegiatan belajar
itu adalah hasil belajar. Hasil belajar adalah perubahan perilaku yang berupa pengetahuan
atau pemahaman, keterampilan dan sikap yang diperoleh peserta didik selama
berlangsungnya proses belajar mengajar atau yang lazim disebut dengan pembelajaran.
Pembelajaran pendidikan IPS memiliki tujuan yang sangat agung dan mulia, yaitu
untuk memahami dan mengembangkan pengetahuan,nilai,sikap,keterampilan
social,kewarganegaraan,fakta,peristiwa, konsep dan generalisasi serta mampu
merefleksikan dalam kehidupan masyarakat, bangsa, dan Negara. Tujuan tersebut sudah
jelas dan tegas untuk memberikan bekal bagi peserta didik yang begitu lengkap dan
“paripurna’’ dalam arti manusia yang memiliki jiwa sosial yang tinggi dan memiliki
kepedulian yang tinggi kepada manusia lainnya.
Salah satu contoh model atau pendekatan pembelajaran yang modern adalah model
pembelajaran kontekstual. Model pembelajaran kontekstual tersebut dianggap sebagai
upaya pembaharuan dalam pembelajaran pendidikan IPS. Oleh sebab itu, para pengajar
hendaknya berupaya mewujudkan proses pembelajaran IPS yang aktif, inovatif, kreatif,
efektif, dan menyenangkan (PAIKEM). Dalam PAIKEM tidak hanya guru yang aktif tetapi
lebih ditekankan adalah bagaimana supaya siswa lebih aktif dan kreatif dalam belajar
sehingga suasana belajar menjadi lebih kondusif dan menyenangkan. Hal ini akan mudah

1
tercapai dengan pemilihan metode pembelajaran yang tepat dan perlu adanya penggunaan
media yang tepat pula untuk menarik perhatian siswa.

Namun kenyataanya yang ada sampai saat ini masih banyak guru yang masih
menerapkan model pembelajaran konvensional, khususnya dalam pembelajaran IPS,
masih terdapat kelemahan dalam pelaksanaan proses pembelajaran pendidikan IPS,
beberapa kelemahan dari model pembelajaran konvensional ini diantaranya, guru lebih
cenderung menggunakan ceramah yang hanya menuntut siswa pada kekuatan ingatan dan
hafalan kejadian-kejadian serta nama-nama tokoh, tanpa mengembangkan wawasan
berpikir dan penyelesaiannya yang memungkinkan peserta didik dapat belajar lebih aktif.

Suwarna (2004:53) mengidentifikasi beberapa kelemahan guru pendidikan IPS ke


dalam tujuh hal serius, yaitu:

a) Guru pendidikan IPS tidak bertindak sebagai fasilitator akan tetapi lebih banyak
bertindak dan berposisi sebagai sumber belajar.
b) Guru pendidikan IPS lebih banyak cenderung tampil sebagai pendidikan yang dapat
mengembangkan secara terintegrasi dimensi intelektual, emosional, dan social.
c) Guru pendidikan IPS lebih cenderung bertindak sebagai pemberi bahan pembelajaran
belum bertindak pembelajar.
d) Guru pendidikan IPS belum dapat melakukan pengelolaan kelas secara optimal lebih
banyak bertindak sebagai penyajian informasi dari buku.
e) Guru pendidkan IPS belum berkiprah secara langsung terencana membentuk
kemampuan berpikir dan system nilai peserta didik.
f) Guru pendidikan IPS lebih banyak bertindak sebagai pengajar, sehingga belum
banyak bertindak sebagai panutan.
g) Guru pendidikan IPS belum secara optimal memberikan kemudahan bagi para peserta
didik perlu bertindak sebagai motivator dalam belajar.

Pembelajaran pendidikan IPS di sekolah seharusnya lebih menekankan pada


aspek-aspek pengetahuan, sikap dan keterampilan dari berbagai permasalahan yang ada di
sekitar peserta didik. Oleh karena itu, peran guru dalam pengembangan IPS hendaknya
dapat mengembangkan hal-hal yang berkaitan dengan:

2
1) Materi yang diberikan secara kontekstual dengan memuat masalah sosial yang
berkembang di lingkungan peserta didik.
2) Menjalani komunikasi dengan peserta didik agar dapat mempengaruhi mereka melalui
gagasan dan pikiran.
3) Terciptanya pola interaksi guru dan peserta didik secara timbal balik.

B. PENGERTIAN PENDIDIKAN ILMU PENGETAHUAN SOSIAL


Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) merupakan integrasi dari berbagai cabang ilmu-ilmu
sosial dan humanior, yaitu: sosiologi, sejarah, geografi, ekonomi, politik, hukum, dan
budaya. Geografi, sejarah, dan antropogi merupakan disiplin ilmu yang memiliki
keterpaduan yang tinggi. Pelajaran IPS di SD mengajarkan konsep-konsep esensi ilmu
sosial untuk membentuk subjek didik menjadi warga Negara yang baik. Istilah IPS mulai
digunakan secara resmi di Indonesia sejak tahun 1975 adalah istilah Indonesia untuk
social studies di Amerika. Ilmu sosial adalah ilmu yang berkenaan dengan manusia dalam
konteks sosial dengan kata lain semua bidang ilmu yang mempelajari manusia sebagai
anggota masyarakat. Karena luasnya cakupan ilmu sosial pembinaan harus dilakukan
secara berkesinambungan mulai dari tingkat terendah sampai ke tingkat yang lebih tinggi.
Tuntutan masyarakat pada waktu itu terhadap social studies sebagai program
pendidikan adalah untuk dapat memberikan bekal kepada siswa agar dapar menyesuaikan
diri dengan kehidupan masyarakat amerika yang sangat kompleks. Jadi pengertian studi
sosial adalah bidang pengetahuan dan penelaahan gejala dan masalah sosial di masyarakat
yang ditinjau dari berbagai aspek kehidupan sosial, dalam usaha mencari jalan keluar dari
masalah-masalah tersebut,
Dari gejala-gejala dan masalah tadi ditelaah, dianalisis faktor-faktornya sehingga
dapat dirumuskan jalan pemecahannya. Jadi IPS adalah bidang studi yang mempelajari,
menelaah, menganalisi gejala, dan masalah sosial di masyarakat dengan meninjau dari
berbagai aspek kehidupan atau satu perpaduan.

C. KARAKTERISTIK MATA PELAJARAN IPS


1. Karakteristik Dilihat dari Aspek Tujuan

3
Tujuan pendidikan IPS dikembangkan atas dasar pemikiran bahwa pendidikan
IPS merupakan suatu disiplin ilmu. Tujuan utamanya adalah untuk mengembangkan
kemampuan peserta didik dalam menguasai disiplin ilmu-ilmu sosial untuk mencapai
tujuan pendidikan yang lebih tinggi.

Adapun menurut Chapin dan Messick (1992:5) bahwa tujuan pembelajaran


IPS dapat dikelompokkan ke dalam enam komponen, yaitu:

1) Memberikan pengetahuan tentang pengalaman manusia dalam bermasyarakat


pada masa lalu, sekarang, dan yang akan datang.
2) Mengembangkan keterampilan untuk mencari dan mengolah informasi.
3) Mengembangkan nilai sikap demokrasi dalam bermasyarakat.
4) Menyediakan kesempatan siswa untuk berperan serta dalam kehidupan sosial.
5) Ditujukan pada pemmbekalan pengetahuan, pengembangan berpikir dan
kemampuan berpikir kritis, melatih kebebasan keterampilan dan kebiasaan.
6) Ditujukan kepada peserta didik untuk mampu memahami hal yang bersifat
konkret, realistis dalam kehidupan sosial.

Pendidikan IPS pada dasarnya memiliki tugas untuk bisa membantu


pembentukkan pribadi siswa yang melek dan peduli terhadap kondisi masyarakat saat
ini serta mampu menerapkan metode yang diadaptasi dari ilmu-ilmu sosial dalam
memecahkan berbagai masalah sehingga peserta didik mampu menunjukkan rasa
tanggung jawabnya terhadap pembangunan bangsa dan negara.
Said Hamid Hasan (1996:107) menjelaskan bahwa tujuan pembelajaran
ilmu-ilmu sosial dapat dilihat dari tiga kategori yaitu:
1. Memiliki karakteristik kategori pengembangan kemampuan intelektual siswa
2. Pengembangan kemampuan dan rasa tanggung jawab sebagai anggota
masyarakat dan bangsa.
3. Pengembangan diri siswa secara pribadi.

Lain halnya dengan Sundawa (2006) mengategorikan karakteristik


pembelajaran IPS yang dilihat dari aspek tujuan meliputi :
1. Aspek Intelektual

4
Tujuan intelektual berupaa uuntuk mengembangkan kemampuan siswa dalam
memahami disiplin ilmu sosial,kemampuan berfikir, kemampuan proses dalam
mencari dan mengomunikasikan informasi
2. Kehidupan Sosial
Tujuan ini mengembangkan kemampuan berkomunikasi,rasa tanggung jawab
sebagai warga negara yang berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan
kemasyarakatan dan bangsa.
3. Kehidupan Individual
Tujuan ini untuk membentuk individu-individu yang memahami kehidupan
sosialnya,mempunyai rasa tanggung jawab untuk melestarikan,melanjutkan, dan
memperluasnilai dan ide masyarakat bagi generasi masa depan.

Ada tiga kajian utama berkenaan dengan dimensi tujuan pembelajaran IPS di SD,
yaitu:
a. Pengembangan Kemampuan Berpikir Siswa
Pengembangan kemampuan berpikir dalam bidang studi pendidikan IPS yang
paling penting adalah menumbuhkan berpikir kreatif dan inovatif.
Ada lima sifat yang menjadi ciri kemampuan berpikir kreatif yaitu:
∙ Kelancaran (fluency)
∙ Keluwesan (flexibility)
∙ Keaslian (originality)
∙ Penguraian (elaboration)
∙ Perumusan kembali (redefinition)
b. Pengembangan Nilai dan Etika Sosial
Nilai merupakan hal yang sangat pribadi, dengan nilai tersebut dapat membuat
manusia bertindak berdasarkan keyakinan dirinya dan konsep nilai yang dimilikinya,
sehingga setiap manusia memiliki tingkat kekuatan nilai yang berbeda-beda dalam
kehidupannya.

5
Etika adalah ilmu tentang tingkah laku manusia yang berkenaan dengan
ketentuan tentang kewajiban (kebenaran,kesalahan,kepatuhan) dan ketentuan tentang
nilai (kebaikan dan keburukan).
c. Pengembangan Tanggung Jawab dan Partisipasi Nasional.
Mengembangkan tanggung jawab dan partisipasi sosial yakni yang
mengembangkan tujuan IPS dalam membentuk warga negara yang baik,ialah warga
negara yang berpartisipasi aktif dalam kehidupan bermasyarakat.
Bahan materi IPS penuh dengan pesan-pesan yang bersifat absrak. Berbagai cara dan
teknik pembelajaran dikaji untuk memungkinkan konsep-konsep abstrak itu dipahami
anak, itulah sebabnya IPS SD bergerak dari yang konkret ke yang abstrak dengan
mengikuti pola pendekatan lingkungaan yang semakin meluas dan pendekatan spiral
dengan dari yang mudah kepada yang sukar, dari yang sempit menjadi lebih luas, dari
yang dekat ke yang jauh dan seterusnya.
Suatu tujuan dalam pengajaran adalah deskripsi tentang penampilan perilaku
murid yang diharapkan setelah mereka mempelajari bahan pelajaran yang diajarkan.
Seperti yang dikatakan Mager (1975:5),sedikitnya ada tiga alasan pokok mengapa
guru harus memperhatikan/merumuskan tujuan pengajarannya.
1. Jika guru tidak merumuskan tujuan atau menentukan tujuan pengajaran tetapi
kurang jelas, maka guru tidak dapat memilih atau merancang bahan
pengajaran,isi,ataupun mrtode yang tepat.
2. Tidak adanya rumusan tujuan pengajaran yang jelas bagi guru, sehingga sukar
mengukur atau menilai sampai sejauh mana keberhasilan pengajaran itu.
3. Tanpa adanya rumusan tujuan yang jelas,sukar bagi guru untuk
mengorganisasikan kegiatan-kegiatan dan usaha-usaha siswa pencapaian tujuan
pengajaran itu.

Agar belajar IPS lebih bermakna bagi siswa, adapun kegiatan pembelajarannya
mengikuti prinsip-prinsip sebagai berikut :
1. Siswa bukan sebagai orang dewasa yang mudah dalam proses berpikirnya.
2. Anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar akan dapat belajar dengan baik,
terutama jika menggunakan benda-benda konkret.

6
3. Keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar amat dipentingkan, karena hanya
dengan mengaktifkan siswa, maka proses asimilasi dan akomodasi pengetahuan
dan pengalaman dapat terjadi dengan baik.

Karakteristik mata pelajaran IPS di SD,antara lain :


1. Ilmu pengetahuan sosial merupakan gabungan dari unsure-unsur
geografi,sejarah,ekonomi,hukum dan politik,kewarganegaraan,sosiolohi bahkan
juga bidang humaniora,pedidikan dan agama.
2. Standar kompetensi dan kompetensi dasar IPS dari struktur keilmuan
geografi,sejarah,ekonomi,dan sosiologi, yang dikemas sedemikian rupa sehingga
menjadi pokok bahasan atau tupik (tema) tertentu.
3. Standar kompetensi dan kompetensi dasar IPS juga menyangkut berbagai
masalah sosial yang dirumuskan dengan pendekatan interdisipliner.

Sifat IPS sama dengan studi sosial, yaitu praktis, interdisipliner dan diajarkan
mulai dari pendidikan dasar sampai perguruan tinggi.

2. Karakteristik Dilihat dari Aspek Ruang Lingkup Materi

Bidang studi IPS memiliki karakteristik sebagai berikut, yaitu:

a. Menggunakan pendekatan lingkungan yang luas


b. Menggunakan pendekatan terpadu antar mata pelajaran yang sejenis
c. Berisi materi konsep, nilai-nilai social, kemandirian dan kerja sama
d. Mampu memotivasi peserta didik untuk aktif, kreatif dan inovatif dan sesuai
dengan perkembanagan anak
e. Mampu meningkatkan keterampilan peserta didik dalam berfikir dan memperluas
cakrawala budaya

7
3. Karakteristik Dilihat dari Aspek Pendekatan Pembelajaran

Bidang studi IPS sejak mulai kurikulum tahun 1975 dan 1984 menggunakan
pendekatan integrative. Pendekatan lain dalam bidang studi IPS cenderung bersifat
praktik di masyarakat dan keluarga atau antar teman di sekolah. Aspek yang
ditonjolkan dalam pendekatan ini adalah aspek perilaku dan sikap social serta nilai
eksistensi peserta didik dalam menghadapi suatu nilai kebersamaan kepemilikan hak
dan kewajiban sebagai makhluk social. Pada tahun 1994, pergeseran karakteristik
bidang studi IPS ini berbeda sekali dengan karakteristik dalam kurikulum
sebelumnya, yaitu lebih cenderung kepada pendekatan multidisipliner dan integrative.

Karakteristik materi yang tergolong dalam ilmu-ilmu social dalam bidang


studi IPS ini menurut sapriya (2002:21) dapat dikategorikan kedalam dua kelompok
umum yaitu

a. Kelompok structural ilmu yang bersifat social

Semua materi dalam disiplin ilmu social bermula dari kenyataan, fakta dan
realitas social. Semua materi dalam disiplin ilmu social, bermula dari kenyataan,
fakta dan realitas social, perubahn social dan pergeseran social yang dialami oleh
individu dimanapun ia berada. Dari sejumlah pengalaman nyata inilah, maka
kembali direduksi menjadi tulisan-tulisan teks ataupun penjelasan visual dan
verbal bahkan audio dengan maksud memberikan balikan terhadap kesesuaian
realitas dengan kehendak, keinginan daan tujuan masa depan individu dalam
konteks soial selanjutnya. Berdasarkan kondisi tersebut, maka lahirlah
karya-karya tulisan dalam bentuk printed materil atau buku-buku yang berisi
tentang beberapa konsep mengenai realitas social tersebut.

b. Kelompok structural ilmu yang bersifat generalisasi

Disini produk akhirnya dalah kemampuan manusia dalam masyarakat untuk


bisa menerapkan, menguji, dan mengkonstruksi kembali apa yang seharusnya
dikembangkan dalam bidang ilmu social ini. Dalam rangka menemukan produk
dan control social yang memenuhi kebutuhan keilmuan ini, maka diperlukan

8
suatu generalisasi dari kajian dan analisis konsep yang telah diterapkan
dimasyarakat sebelumnya. Dengan demikian siklus perkembangan keilmuan
bidang studi IPS ini akan terus mampu mengakomodasikan menampung serta
memberikan arah perkembangan keilmuan yang dinamis dalam kehidupan
manusia sampai akhir zaman.

A. DIMENSI PEMBELAJARAN IPS

Pencapaian pembelajaran pendidikan IPS di persekolahan diperlukan pemahaman


dan pengembangan program pendidikan yang komprehensif. Program pendidikan IPS
yang komprehensif tersebut menurut Sapriya (2009:48-56) adalah program pendidikan
yang mencakup 4 dimensi, yaitu:

1. Dimensi Pengetahuan

Pengetahuan adalah kemahiran dan pemahaman terhadap sejumlah informasi dan


ide-ide. Tujuan pengembangan pengetahuan ini adalah untuk membantu siswa dalam
belajar untuk memahami lebih banyak tentang dirinya, fisiknya, dan dunia social
serta lingkungan sekitarnya. Dimensi yang menyangkut pengetahuan social
mencakup

a. Fakta

Fakta adalah data yang spesifik tentang peristiwa, objek, orang dan peristiwa.
Dalam pembelajaran IPS diharapkan siswa dapat mengenal berbagai jenis fakta
khususnya yang terkait dengan kehidupan. Secara umum, fakta untuk siswa SD
hendaknya berupa peristiwa, objek dan hal-hal yang bersifat konkret.

b. Konsep

Konsep merupakan kata-kata atau frasa yang mengelompok, berkategori, dan


memberi arti terhadap kelompok fakta yang berkaitan. Konsep merujuk pada
suatu hal atau unsur kolektif yang diberi label.

c. Generalisasi

9
Generalisasi merupakan suatu pernyataan dari dua atau lebih konsep yang saling
terkait. Pengembangan konsep dan genralisasi adalah proses mengorganisasi
dan memaknai sejumlah fakta dan cara hidup bermasyarakat. Merumuskan
generalisasi dan mengembangkan konsep merupakan tujuan pembelajaran IPS
yang harus dicapai oleh siswa dengan bimbingan guru.

2. Dimensi Keterampilan (Skill)

Keterampilan adalah pengembangan kemampuan-kemampuan tertentu


sehingga digunakan pengetahuan yang diperolehnya. Keterampilan ini dalam
pendidikan IPS terwujud dalam bentuk kecakapan megolah dan memerapkan
informasi yang penting untuk mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang
mampu berpartisipasi secara cerdas dalam masyarakat demokratis. Kecakapan
mengolah dan menerapkan informasi merupakan keterampilan yang sangat
penting untuk mempersiapkan siswa menjadi warga negara yang mampu
berpartisipasi secara cerdas dalam masyarakat deokratis. Keterampilan tersebut
dalam mencakup:

a. Keterampilan meneliti
b. Keterampilan berpikir
c. Keterampilan berpartisipasi
d. Keterampilan berkomunikasi.

3. Dimensi Nilai dan Sikap (Value And Attitude)

Nilai dan sikap merupakan seperangkat keyakinan atau perinsip perilaku yang
telah mempribadi dalam diri seseorang atau kelompok masyarakat tertentu yang
terungkap ketika berpikir dan bertindak. Nilai adalah kemahiran memegang
sejumlah komitmen yang mendalam, mendukung ketika sesuatu dianggap penting
dengan tindakan yang tepat. Adapun sikap adalah kemahiran mengembangkan dan
memerima keyakinan, interest, pandangan, dan kecenderungan tertentu. Nilai
dapat dibedakanmenjadi:

a. Nilai Substansif

10
Nilai substansif adalah keyakinan yang telah dipegang oleh seseorang
dan umumnya hasil belajar, bukan sekedar menanamkan informasi semata.
Dalam mempelajari nilai substansif, para siswa perlu memahami
prose-proses, lembaga-lembaga, dan aturan-aturan untuk memecahkan konflik
dalam masyarakat demokratis. Dengan kata lain siswa perlu mengetahui ada
keragaman nilai dalam masyarakat dan mereka perlu mengetahui isi nilai dan
implikasi dari nilai-nilai tersebut. Manfaat lain dari belajar substansif adalah
siswa akan menyatakan bahwa dirinya memiliki nilai tertentu. Guru harus
menjelaskan bahwa siswa membawa nilai yang beragam ke kelas sesuai
dengan latar keluarga, agama, atau budaya. Selain itu guru perlu menyadari
pula bahwa nilai yang dia anut tidak semuanya berlaku secara universal.

b. Nilai Procedural

Nilai-nilai procedural yang perlu dilatih atau dibelajarkan antara nilai


kemerdekaan, toleransi, kejujuran, menghormati kebenaran, dan menghargai
orang lain. Pembelajaran IPS dimaksudkan untuk mengembangkan partisipasi
siswa secara efektif dan diharapkan semakin memahami kondisi masyarakat
Indonesia yang beraneka ragam, maka siswa perlu mengenal dan berlatih
menerapkan nilai-nilai tersebut.

4. Dimensi Tindakan (Action)

Tindakan social ini merupakan dimensi IPS yang penting karena tindakan
social dapat memungkinkan siswa menjadi siswa yang aktif, dengan jalan berlatih
secara konkret dan praktik, belajar dari apa yang diketahui dan dipikirkan tentang
isu-isu social untuk dipecahkan sehingga kelas apa yang dilakukan dan bagaimana
caranya dengan demikian siswa akan belajar menjadi warga negara yang efektif di
masyarakat. Dimensi tindakan social untuk pemebelajaran IPS meliputi tiga
model aktivitas sebagai berikut:

a. Percontohan kegiatan dalam memcahkan masalah dikelas seperti cara


berorganisasi dan bekerja sama

11
b. Berkomunikasi dengan anggota masyarakat dapat diciptakan
c. Pengambilan keputusan dapat menjadi bagian kegiatan kelas, khususnya pada
saat siswa diajak untuk melakukan inquiry

A. TUJUAN PEMBELAJARAN IPS

Sehubungan dengan keempat dimensi pendidikan IPS diatas menurut


Kenworthy dalam Depdiknas(2007;14) terdapat tiga karakteristik tujuan IPS yaitu,
yaitu: pendidikan kemanusiaan, pendidikan kewarganegaraan, dan pendidikan
intelektual.

Dalam Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang standar isi disebutkan


bahwa tujuan pendidikan IPS, yaitu:

1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan


lingkungan
2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tau,
inquiry, pemecahan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial.
3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan
kemanusiaan.
4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan kompetisi dalam
masyarakat yang majemuk di tingkat local, nasional, dan global.

Sementara itu, Mutaqin (Pusqur,2004:15) mengatakan bahwa tujuan utama


mengajarkan IPS pada peserta didik adalah menjadikan warga Negara baik, melatih
kemampuan berpikir matang untuk menghadapi permasalahan sosial dan agar
mewarisi dan melanjutkan budaya bangsanya.

Secara umum tujuan pendidikan IPS pada tingkat SD untuk membekali peserta
didik dalam bidang pengetahuan sosial. Adapun secara khusus tujuan pendidikan IPS
di SD yaitu:

1. Pengetahuan sosial yang berguna dalam kehidupannya


2. Kemampuan mengidentifikasi, menganalisis, dan menyusun alternative
pemecahan masalah nasional yang terjadi dalam kehidupan di masyarakat

12
3. Kemampuan berkomunikasi dengan sesama warga masyarakat dan berbagai
bidang keilmuan serta bidang keahlian
4. Kesadaran sikap mental yang positif dan keterampilan terhadap pemanfaatan
lingkungan hidup yang menjadi bagian dari kehidupan tersebut
5. Kemampuan mengembangkan pengetahuan dan keilmuan IPS sesuai dengan
perkembangan kehidupan, masyarakat, ilmu pengetahuan, dan teknologi

Tujuan Pembelajaran IPS SD menurut kurikulum 2004 atau Kurikulum Berbasis


Kompetensi (KBK) adalah untuk:

1. Mengembangkan pemahaman tentang konsep-konsep dan ilmu-ilmu sosial


melalui pendekatan pedagogis dan psikologis
2. Mengembangkan kemampuan berpikir kritis, kreatif, inquiry dan pemecahan
masalah serta keterampilan sosial
3. Menanamkan kesadaran dan loyaitas terhadap sistem nilai dan norma-norma
sosial; dan
4. Meningkatkan kemampuan berkolaborasi dan berkompetisi secara sehat dalam
kehidupan masyarakat yang sangat beranekaragam.

Sementara dalam kurikulum tahun 2006 atau Kurikulum Tingkat Satuan


Pendidikan (KTSP), tujuan pendidikan IPS bertujuan agar peserta didik memiliki
kemampuan sebagai berikut:

1. Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan


lingkungan
2. Memiliki kemampuan dasar untuk berpikir logis dan kritis, rasa ingin tahu,
inquiry, memecahkan masalah, dan keterampilan dalam kehidupan sosial
3. Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan
4. Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan kompetisi dalam
masyarakat yang majemuk, di tingkat local, nasional dan global.

Secara umum tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran IPS di SD, antara lain:

1. Memperoleh gambaran tentang suatu daerah/lingkungan sendiri


2. Mendapatkan informasi tentang suatu lingkungan daerah/wilayah Indonesia
3. Memperoleh pengetahuan tentang penduduk Indonesia

13
4. Menumbuhkembangkan kesadaran dan wawasan kebangsaan
5. Mengetahui kebutuhan hidup
6. Mampu merasakan sebuah kemajuan khususnya teknologi
7. Mampu berkomunikasi, bekerja sama dan bersaing di tingkat local, nasional, dan
internasional;
8. Mampu berinteraksi sebagai makhluk sosial yang berbudaya
9. Memiliki kepekaan terhadap fenomena sosial budaya
10. Memiliki integritas yang tinggi terhadap Negara dan bangsa.

Dari tujuan-tujuan pendidikan IPS diatas, sesuai dengan tingkatannya tersebut,


dapat dipahami bahwa hakikat pembelajaran untuk membekali peserta didik memiliki
kemampuan dasar berpikir logis dan kritis sehingga mampu memecahkan masalah,
memahami nilai sosial dan berkomunikasi.

Sehubungan dengan tujuan pendidikan IPS sebagaimana telah dikemukakan


diatas, Stahl (dalam http://mopsos.wordpress.com,2009) menyatakan ada beberapa
prinsip yang harus dipedomani dalam pembelajaran IPS sehingga pembelajaran IPS
memberikan hasil yang maksimal, yaitu:

1. Pembelajaran IPS yang baik adalah pembelajaran yang bermakna


(meaningful learning)

2. Pembelajaran IPS yang baik adalah pembelajaran yang terintegrasi (integrative)

3. Pembelajaran IPS yang baik adalah pembelajaran yang berbasis nilai


(value based)

4. Pembelajaran IPS yang baik adalah pembelajaran yang menantang (challenging)

5. Pembelajaran IPS yang baik adalah pembelajaran yang aktif (active)

Dari kelima prinsip tersebut apabila dilaksanakan sepenuhnya oleh guru, maka
dimungkinkan tujuan program pembelajaran akan berjalan dan hasilnya lebih baik.

A. NILAI-NILAI KETELADANAN DALAM PEMBELAJARAN IPS

14
Keteladanan merupakan syarat utama dalam suatu proses pendidikan. Tidak ada
makna pendidikan jika tidak ada keteladanan. Sebagaimana dikemukakan oleh Suyanto
(kompas, 3 agustus 2005) yang menyatakan bahwa pendidikan memiliki tiga proses yang
saling mempengaruhi dan saling terkait satu sama lain; (1) sebagai proses pembentukan
kebiasaan (habit formation); (2) sebagai proses pengajaran dan pembelajaran (teaching
and learning process); dan (3) sebagai proses keteladanan yang dilakukan oleh para guru
(role model).

Di samping itu, tiga syarat penting dalam proses mendidik dan mengajar adalah harus
memperhatikan ketiga syarat tersebut, yaitu; cinta; kepercayaan, dan kewibawaan. Ketiga
syarat ini saling mempengaruhi dan saling kait mengait dengan keteladanan. Namun
anak-anak jaman sekarang mengalami krisis keteladanan. Karena itu guru harus
menerapkan teori keteladanan salah satunya melalui belajar sosial (social learning thery)
/ teori belajar sosial. Isinya bahwa manusia dalam hidupnya memiliki sikap saling
ketergantungan dengan manusia lain. Demikian pula dalam belajar, manusia sering
dipengaruhi oleh keadaan lingkungan di sekelilingnya.

Menurut Miller dan Dollard dalam Sarwono (2002: 23), tingkah laku manusia itu
dipelajari melalui prinsip-prinsip psikologi belajar, yaitu:

1) Dorongan: rangsangan kuat dari dalam individu yang mendorongnya untuk


bertingkah laku. Misalnya rasa lapar mendorongnya untuk makan,
2) Isyarat: adalah rangsangan yang menentukan tingkah laku balas yang akan timbul.
Misalnya menngulurkan tangan merupakan isyarat untuk berjabat tangan.
3) Tingkah Laku Balas: yaitu reaksi individu terhadap rangsangan yang timbul
didasari pada tingkah laku bawaan. Jika tingkah lakunya dirasa buruk maka individu
tersebut akan memperbaiki.
4) Ganjaran: yakni rangsangan yang menetapkan apakah suatu tingkah laku balas
akan di ulang atau tidak pada kesempatan lain. Dengan pemberian ganjaran, maka
individu akan tahu tingkah lakunya tepat atau tidak.

15
Teori keteladanan yang telahdikemukakan di atas, dapat digunakan untuk
merealisasikan tujuan pendidikan lewat keteladaan dan peniruan yang baik pada anak
didik agar memiliki karakter (akhlak) yang baik dan benar. Sekolah dapat menjadi
basis penting bagi anak dalam menemukan keteladanan. Guru hendaknya
memperkenalkan tokoh-tokoh teladan agar membentuk pribadi terpuji dan menjadi
salah satu pantauan bagi anak.

A. PEMBELAJARAN IPS DALAM MENINGKATKAN KETERAMPILAN


SOSIAL

Dalam proses pembelajaran IPS disusun secara sistematis, komprehensif dan


terpadu. Tujuan pembelajaran IPS adalah agar peserta didik memiliki kemampuan
dasar berfikir kritis, serta memiliki kemampuan dasar berfikir logis dan kritis, serta
memiliki keterampilan sosial.

Keterampilan sosial adalah perilaku yang perlu dipelajari dan dikuasai peserta
didik, karena dengan itu memungkinkan individu dapat berinteraksi untuk
memperoleh respons positif dan menghindari respons negatif.

Aspek keterampilan yang harus diajarkan dalam setiap pembelajaran terdiri dari
empat keterampilan yang harus diajarkan dalam setiap pembelajaran terdiri dari empat
keterampilan, yaitu:

1) Keterampilan Berfikir

Kemampuan menguraikan, menjelaskan, menggabungkan, menggolongkan,


menerangkan, memperkirakan, membandingkan, mempermasalahkan, dan
membedakan.

2) Keterampilan Akademis

Kemampuan membaca, menulis, berbicara, mendengarkan, menafsirkan,


menyimpulkan, menggambarkan, memetakan, menjelaskan, melukiskan, dan
menerangkan.

16
3) Keterampilan Sosial

Kemampuan bekerja sama di dalam kelompok (besar-kecil), menyumbangkan


dan menerima pendapat di dalam tugas dan diskusi, mengembangkan
kepemimpinan.

4) Keterampilan Meneliti

Kemampuan berkreasi dan menemukan hal-hal baru.

Khusus berkaitan dengan keterampilan sosial, maka tujuan pengembangan


keterampilan sosial dalam pembelajaran IPS adalah agar peserta didik mampu
berinteraksi dengan teman-temannya sehingga mampu menyelesaikan tugas bersama,
dan hasil yang dicapai bisa dirasakan bersama-sama.

Dengan demikian, pengembangan keterampilan sosial harus menjadi salah


satu tujuan pendidikan di sekolah. Nilai-nilai (keterampilan) sosial sangan penting
bagi peserta didik, karena berfungsi sebagai acuan bertingkah laku terhadap
sesamanya, sehingga dapat diterima di masyarakat. Nilai-nilai tersebuat antara lain:
kasih sayang, tanggung jawab, dan keserasian hidup.

Adapun keterampilan sosial memiliki fungsi sebagai sarana untuk memperoleh


hubungan yang baik dalam berinteraksi dengan orang lain, misalnya melakukan
penyelamatan lingkungan, membantu orang lain, kerja sama, mengambil keputusan,
berkomunikasi, dan partisipasi.

17

Anda mungkin juga menyukai