BAB 1
1
tercapai dengan pemilihan metode pembelajaran yang tepat dan perlu adanya penggunaan
media yang tepat pula untuk menarik perhatian siswa.
Namun kenyataanya yang ada sampai saat ini masih banyak guru yang masih
menerapkan model pembelajaran konvensional, khususnya dalam pembelajaran IPS,
masih terdapat kelemahan dalam pelaksanaan proses pembelajaran pendidikan IPS,
beberapa kelemahan dari model pembelajaran konvensional ini diantaranya, guru lebih
cenderung menggunakan ceramah yang hanya menuntut siswa pada kekuatan ingatan dan
hafalan kejadian-kejadian serta nama-nama tokoh, tanpa mengembangkan wawasan
berpikir dan penyelesaiannya yang memungkinkan peserta didik dapat belajar lebih aktif.
a) Guru pendidikan IPS tidak bertindak sebagai fasilitator akan tetapi lebih banyak
bertindak dan berposisi sebagai sumber belajar.
b) Guru pendidikan IPS lebih banyak cenderung tampil sebagai pendidikan yang dapat
mengembangkan secara terintegrasi dimensi intelektual, emosional, dan social.
c) Guru pendidikan IPS lebih cenderung bertindak sebagai pemberi bahan pembelajaran
belum bertindak pembelajar.
d) Guru pendidikan IPS belum dapat melakukan pengelolaan kelas secara optimal lebih
banyak bertindak sebagai penyajian informasi dari buku.
e) Guru pendidkan IPS belum berkiprah secara langsung terencana membentuk
kemampuan berpikir dan system nilai peserta didik.
f) Guru pendidikan IPS lebih banyak bertindak sebagai pengajar, sehingga belum
banyak bertindak sebagai panutan.
g) Guru pendidikan IPS belum secara optimal memberikan kemudahan bagi para peserta
didik perlu bertindak sebagai motivator dalam belajar.
2
1) Materi yang diberikan secara kontekstual dengan memuat masalah sosial yang
berkembang di lingkungan peserta didik.
2) Menjalani komunikasi dengan peserta didik agar dapat mempengaruhi mereka melalui
gagasan dan pikiran.
3) Terciptanya pola interaksi guru dan peserta didik secara timbal balik.
3
Tujuan pendidikan IPS dikembangkan atas dasar pemikiran bahwa pendidikan
IPS merupakan suatu disiplin ilmu. Tujuan utamanya adalah untuk mengembangkan
kemampuan peserta didik dalam menguasai disiplin ilmu-ilmu sosial untuk mencapai
tujuan pendidikan yang lebih tinggi.
4
Tujuan intelektual berupaa uuntuk mengembangkan kemampuan siswa dalam
memahami disiplin ilmu sosial,kemampuan berfikir, kemampuan proses dalam
mencari dan mengomunikasikan informasi
2. Kehidupan Sosial
Tujuan ini mengembangkan kemampuan berkomunikasi,rasa tanggung jawab
sebagai warga negara yang berpartisipasi dalam kegiatan-kegiatan
kemasyarakatan dan bangsa.
3. Kehidupan Individual
Tujuan ini untuk membentuk individu-individu yang memahami kehidupan
sosialnya,mempunyai rasa tanggung jawab untuk melestarikan,melanjutkan, dan
memperluasnilai dan ide masyarakat bagi generasi masa depan.
Ada tiga kajian utama berkenaan dengan dimensi tujuan pembelajaran IPS di SD,
yaitu:
a. Pengembangan Kemampuan Berpikir Siswa
Pengembangan kemampuan berpikir dalam bidang studi pendidikan IPS yang
paling penting adalah menumbuhkan berpikir kreatif dan inovatif.
Ada lima sifat yang menjadi ciri kemampuan berpikir kreatif yaitu:
∙ Kelancaran (fluency)
∙ Keluwesan (flexibility)
∙ Keaslian (originality)
∙ Penguraian (elaboration)
∙ Perumusan kembali (redefinition)
b. Pengembangan Nilai dan Etika Sosial
Nilai merupakan hal yang sangat pribadi, dengan nilai tersebut dapat membuat
manusia bertindak berdasarkan keyakinan dirinya dan konsep nilai yang dimilikinya,
sehingga setiap manusia memiliki tingkat kekuatan nilai yang berbeda-beda dalam
kehidupannya.
5
Etika adalah ilmu tentang tingkah laku manusia yang berkenaan dengan
ketentuan tentang kewajiban (kebenaran,kesalahan,kepatuhan) dan ketentuan tentang
nilai (kebaikan dan keburukan).
c. Pengembangan Tanggung Jawab dan Partisipasi Nasional.
Mengembangkan tanggung jawab dan partisipasi sosial yakni yang
mengembangkan tujuan IPS dalam membentuk warga negara yang baik,ialah warga
negara yang berpartisipasi aktif dalam kehidupan bermasyarakat.
Bahan materi IPS penuh dengan pesan-pesan yang bersifat absrak. Berbagai cara dan
teknik pembelajaran dikaji untuk memungkinkan konsep-konsep abstrak itu dipahami
anak, itulah sebabnya IPS SD bergerak dari yang konkret ke yang abstrak dengan
mengikuti pola pendekatan lingkungaan yang semakin meluas dan pendekatan spiral
dengan dari yang mudah kepada yang sukar, dari yang sempit menjadi lebih luas, dari
yang dekat ke yang jauh dan seterusnya.
Suatu tujuan dalam pengajaran adalah deskripsi tentang penampilan perilaku
murid yang diharapkan setelah mereka mempelajari bahan pelajaran yang diajarkan.
Seperti yang dikatakan Mager (1975:5),sedikitnya ada tiga alasan pokok mengapa
guru harus memperhatikan/merumuskan tujuan pengajarannya.
1. Jika guru tidak merumuskan tujuan atau menentukan tujuan pengajaran tetapi
kurang jelas, maka guru tidak dapat memilih atau merancang bahan
pengajaran,isi,ataupun mrtode yang tepat.
2. Tidak adanya rumusan tujuan pengajaran yang jelas bagi guru, sehingga sukar
mengukur atau menilai sampai sejauh mana keberhasilan pengajaran itu.
3. Tanpa adanya rumusan tujuan yang jelas,sukar bagi guru untuk
mengorganisasikan kegiatan-kegiatan dan usaha-usaha siswa pencapaian tujuan
pengajaran itu.
Agar belajar IPS lebih bermakna bagi siswa, adapun kegiatan pembelajarannya
mengikuti prinsip-prinsip sebagai berikut :
1. Siswa bukan sebagai orang dewasa yang mudah dalam proses berpikirnya.
2. Anak usia pra sekolah dan awal sekolah dasar akan dapat belajar dengan baik,
terutama jika menggunakan benda-benda konkret.
6
3. Keterlibatan siswa secara aktif dalam belajar amat dipentingkan, karena hanya
dengan mengaktifkan siswa, maka proses asimilasi dan akomodasi pengetahuan
dan pengalaman dapat terjadi dengan baik.
Sifat IPS sama dengan studi sosial, yaitu praktis, interdisipliner dan diajarkan
mulai dari pendidikan dasar sampai perguruan tinggi.
7
3. Karakteristik Dilihat dari Aspek Pendekatan Pembelajaran
Bidang studi IPS sejak mulai kurikulum tahun 1975 dan 1984 menggunakan
pendekatan integrative. Pendekatan lain dalam bidang studi IPS cenderung bersifat
praktik di masyarakat dan keluarga atau antar teman di sekolah. Aspek yang
ditonjolkan dalam pendekatan ini adalah aspek perilaku dan sikap social serta nilai
eksistensi peserta didik dalam menghadapi suatu nilai kebersamaan kepemilikan hak
dan kewajiban sebagai makhluk social. Pada tahun 1994, pergeseran karakteristik
bidang studi IPS ini berbeda sekali dengan karakteristik dalam kurikulum
sebelumnya, yaitu lebih cenderung kepada pendekatan multidisipliner dan integrative.
Semua materi dalam disiplin ilmu social bermula dari kenyataan, fakta dan
realitas social. Semua materi dalam disiplin ilmu social, bermula dari kenyataan,
fakta dan realitas social, perubahn social dan pergeseran social yang dialami oleh
individu dimanapun ia berada. Dari sejumlah pengalaman nyata inilah, maka
kembali direduksi menjadi tulisan-tulisan teks ataupun penjelasan visual dan
verbal bahkan audio dengan maksud memberikan balikan terhadap kesesuaian
realitas dengan kehendak, keinginan daan tujuan masa depan individu dalam
konteks soial selanjutnya. Berdasarkan kondisi tersebut, maka lahirlah
karya-karya tulisan dalam bentuk printed materil atau buku-buku yang berisi
tentang beberapa konsep mengenai realitas social tersebut.
8
suatu generalisasi dari kajian dan analisis konsep yang telah diterapkan
dimasyarakat sebelumnya. Dengan demikian siklus perkembangan keilmuan
bidang studi IPS ini akan terus mampu mengakomodasikan menampung serta
memberikan arah perkembangan keilmuan yang dinamis dalam kehidupan
manusia sampai akhir zaman.
1. Dimensi Pengetahuan
a. Fakta
Fakta adalah data yang spesifik tentang peristiwa, objek, orang dan peristiwa.
Dalam pembelajaran IPS diharapkan siswa dapat mengenal berbagai jenis fakta
khususnya yang terkait dengan kehidupan. Secara umum, fakta untuk siswa SD
hendaknya berupa peristiwa, objek dan hal-hal yang bersifat konkret.
b. Konsep
c. Generalisasi
9
Generalisasi merupakan suatu pernyataan dari dua atau lebih konsep yang saling
terkait. Pengembangan konsep dan genralisasi adalah proses mengorganisasi
dan memaknai sejumlah fakta dan cara hidup bermasyarakat. Merumuskan
generalisasi dan mengembangkan konsep merupakan tujuan pembelajaran IPS
yang harus dicapai oleh siswa dengan bimbingan guru.
a. Keterampilan meneliti
b. Keterampilan berpikir
c. Keterampilan berpartisipasi
d. Keterampilan berkomunikasi.
Nilai dan sikap merupakan seperangkat keyakinan atau perinsip perilaku yang
telah mempribadi dalam diri seseorang atau kelompok masyarakat tertentu yang
terungkap ketika berpikir dan bertindak. Nilai adalah kemahiran memegang
sejumlah komitmen yang mendalam, mendukung ketika sesuatu dianggap penting
dengan tindakan yang tepat. Adapun sikap adalah kemahiran mengembangkan dan
memerima keyakinan, interest, pandangan, dan kecenderungan tertentu. Nilai
dapat dibedakanmenjadi:
a. Nilai Substansif
10
Nilai substansif adalah keyakinan yang telah dipegang oleh seseorang
dan umumnya hasil belajar, bukan sekedar menanamkan informasi semata.
Dalam mempelajari nilai substansif, para siswa perlu memahami
prose-proses, lembaga-lembaga, dan aturan-aturan untuk memecahkan konflik
dalam masyarakat demokratis. Dengan kata lain siswa perlu mengetahui ada
keragaman nilai dalam masyarakat dan mereka perlu mengetahui isi nilai dan
implikasi dari nilai-nilai tersebut. Manfaat lain dari belajar substansif adalah
siswa akan menyatakan bahwa dirinya memiliki nilai tertentu. Guru harus
menjelaskan bahwa siswa membawa nilai yang beragam ke kelas sesuai
dengan latar keluarga, agama, atau budaya. Selain itu guru perlu menyadari
pula bahwa nilai yang dia anut tidak semuanya berlaku secara universal.
b. Nilai Procedural
Tindakan social ini merupakan dimensi IPS yang penting karena tindakan
social dapat memungkinkan siswa menjadi siswa yang aktif, dengan jalan berlatih
secara konkret dan praktik, belajar dari apa yang diketahui dan dipikirkan tentang
isu-isu social untuk dipecahkan sehingga kelas apa yang dilakukan dan bagaimana
caranya dengan demikian siswa akan belajar menjadi warga negara yang efektif di
masyarakat. Dimensi tindakan social untuk pemebelajaran IPS meliputi tiga
model aktivitas sebagai berikut:
11
b. Berkomunikasi dengan anggota masyarakat dapat diciptakan
c. Pengambilan keputusan dapat menjadi bagian kegiatan kelas, khususnya pada
saat siswa diajak untuk melakukan inquiry
Secara umum tujuan pendidikan IPS pada tingkat SD untuk membekali peserta
didik dalam bidang pengetahuan sosial. Adapun secara khusus tujuan pendidikan IPS
di SD yaitu:
12
3. Kemampuan berkomunikasi dengan sesama warga masyarakat dan berbagai
bidang keilmuan serta bidang keahlian
4. Kesadaran sikap mental yang positif dan keterampilan terhadap pemanfaatan
lingkungan hidup yang menjadi bagian dari kehidupan tersebut
5. Kemampuan mengembangkan pengetahuan dan keilmuan IPS sesuai dengan
perkembangan kehidupan, masyarakat, ilmu pengetahuan, dan teknologi
Secara umum tujuan yang ingin dicapai dalam pembelajaran IPS di SD, antara lain:
13
4. Menumbuhkembangkan kesadaran dan wawasan kebangsaan
5. Mengetahui kebutuhan hidup
6. Mampu merasakan sebuah kemajuan khususnya teknologi
7. Mampu berkomunikasi, bekerja sama dan bersaing di tingkat local, nasional, dan
internasional;
8. Mampu berinteraksi sebagai makhluk sosial yang berbudaya
9. Memiliki kepekaan terhadap fenomena sosial budaya
10. Memiliki integritas yang tinggi terhadap Negara dan bangsa.
Dari kelima prinsip tersebut apabila dilaksanakan sepenuhnya oleh guru, maka
dimungkinkan tujuan program pembelajaran akan berjalan dan hasilnya lebih baik.
14
Keteladanan merupakan syarat utama dalam suatu proses pendidikan. Tidak ada
makna pendidikan jika tidak ada keteladanan. Sebagaimana dikemukakan oleh Suyanto
(kompas, 3 agustus 2005) yang menyatakan bahwa pendidikan memiliki tiga proses yang
saling mempengaruhi dan saling terkait satu sama lain; (1) sebagai proses pembentukan
kebiasaan (habit formation); (2) sebagai proses pengajaran dan pembelajaran (teaching
and learning process); dan (3) sebagai proses keteladanan yang dilakukan oleh para guru
(role model).
Di samping itu, tiga syarat penting dalam proses mendidik dan mengajar adalah harus
memperhatikan ketiga syarat tersebut, yaitu; cinta; kepercayaan, dan kewibawaan. Ketiga
syarat ini saling mempengaruhi dan saling kait mengait dengan keteladanan. Namun
anak-anak jaman sekarang mengalami krisis keteladanan. Karena itu guru harus
menerapkan teori keteladanan salah satunya melalui belajar sosial (social learning thery)
/ teori belajar sosial. Isinya bahwa manusia dalam hidupnya memiliki sikap saling
ketergantungan dengan manusia lain. Demikian pula dalam belajar, manusia sering
dipengaruhi oleh keadaan lingkungan di sekelilingnya.
Menurut Miller dan Dollard dalam Sarwono (2002: 23), tingkah laku manusia itu
dipelajari melalui prinsip-prinsip psikologi belajar, yaitu:
15
Teori keteladanan yang telahdikemukakan di atas, dapat digunakan untuk
merealisasikan tujuan pendidikan lewat keteladaan dan peniruan yang baik pada anak
didik agar memiliki karakter (akhlak) yang baik dan benar. Sekolah dapat menjadi
basis penting bagi anak dalam menemukan keteladanan. Guru hendaknya
memperkenalkan tokoh-tokoh teladan agar membentuk pribadi terpuji dan menjadi
salah satu pantauan bagi anak.
Keterampilan sosial adalah perilaku yang perlu dipelajari dan dikuasai peserta
didik, karena dengan itu memungkinkan individu dapat berinteraksi untuk
memperoleh respons positif dan menghindari respons negatif.
Aspek keterampilan yang harus diajarkan dalam setiap pembelajaran terdiri dari
empat keterampilan yang harus diajarkan dalam setiap pembelajaran terdiri dari empat
keterampilan, yaitu:
1) Keterampilan Berfikir
2) Keterampilan Akademis
16
3) Keterampilan Sosial
4) Keterampilan Meneliti
17