Dosen Pengampu:
Irwanto
Disusun Oleh:
M. Syakir Amin
Fakultas : Tarbiyah
Prodi : MPI
INDRAMAYU
KATA PENGANTAR
Kajian ini bertujuan untuk mengetahui tentang landasan dan asas-asas pendidikan
serta penerapannya. Adapun metode yang penulis gunakan untuk mengkaji topik
ini yaitu dengan studi kepustakaan, yakni suatu metode yang dilakukan dengan
cara menggunakan serta mempelajari referensi dari buku-buku acuan yang
berkaitan dengan artikel ini. Selain itu, penulis juga mencari sumber-sumber
informasi dari berbagai jurnal online. Dengan adanya penulisan artikel ini,
diharapkan para pembaca dapat mengetahui dan memahami landasan dan asas-
asas pendidikan serta penerapannya.
Penulis
DAFTAR ISI
A. KATA PENGANTAR
1. Latar Belakang
2. Rumusan Masalh
3. Tujuan Penulis
4. Manfaat Penulis
B. PEMBAHASAN
1. Kesimpulan
2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN
1. Latar Belakang
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting untuk kemajuan suatu
bangsa, tentunya dengan menjadi bangsa yang maju adalah cita-cita setiap bangsa
di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Bahkan, hal ini telah tercantum dalam UUD
1945 yang merupakan landasan konstitusional bangsa Indonesia.
2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah,
yaitu sebagai berikut.
3.Tujuan Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan karya tulis ini, yaitu sebagai berikut.
Adapun secara leksikal, landasan berarti tumpuan, dasar, alas, karena itu
landasan merupakan tempat bertumpu atau dasar pijakan. Dasar pijakan ini dapat
bersifat material (contoh: landasan pesawat terbang); dapat pula bersifat
konseptual (contoh: landasan pendidikan)..
Pendidikan antara lain dapat dipahami dari dua sudut pandang, pertama
yaitu dari sudut praktik, sehingga kita dapat mengenal istilah praktek pendidikan,
dan yang kedua dari sudut studi sehingga kita kenal dengan istilah studi
pendidikan.
Praktik pendidikan adalah kegiatan seseorang atau sekelompok orang atau
lembaga dalam membantu individu atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan
pedidikan. Kegiatan bantuan dalam praktik pendidikan dapat berupa pengelolaan
pendidikan (makro maupun mikro), dan dapat berupa kegiatan pendidikan
(bimbingan, pengajaran dan atau latihan). Studi pendidikan adalah kegiatan
seseorang atau sekelompok orang dalam rangka memahami pendidikan.
Secara singkat, berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
landasan pendidikan adalah asumsi-asumsi yang menjadi dasar pijakan atau titik
tolak dalam rangka praktek pendidikan dan atau studi pendidikan.
Sehubungan dengan hal diatas, praktik pendidikan tidak boleh dilaksanakan
secara sembarangan, sebaiknya harus dilaksanakan secara terstruktur dan
terencana. Artinya, praktik pendidikan harus memiliki suatu landasan yang kokoh,
jelas dan tepat tujuannya, tepat isi kurikulumnya, dan efisien serta efektif cara-
cara pelaksanaannya.Implikasinya, dalam rangka pendidikan mesti terdapat
momen berpikir dan momen bertindak, mesti terdapat momen studi pendidikan
dan momen praktek pendidikan. Sebelum melaksanakan praktek pendidikan,
diantaranya mengenai landasan-landasannya. Sebab, landasan pendidikan akan
menjadi titik tolak praktek pendidikan. Landasan pendidikan akan menjadi titik
tolak dalam menetapkan tujuan pendidikan, memilih isi pendidikan, memilih cara-
cara pendidikan. dst. Dengan demikian praktek pendidikan diharapkan menjadi
mantap, sesuai dengan fungsi dan sifatnya, serta betul-betul akan dapat
dipertanggungjawabkan.
Pendidikan sebagai usaha sadar untuk menjadi lebih baik tentunya
memrlukan landasan-landasan pendidikan yang sangat kokoh. Dalam
pembentukan landasan pendidikan, tentunya harus didasaran pada falsafah bangsa
dan diharapkan dapat mengatur kehidupan bangsa di masa yang akan datang.
Dengan pentingnya hal tersebut, maka masyarakat perlu memaknainya dengan
baik. Adapun landasan pendidikan tersebut, yaitu sebagai berikut.
2. Landasan Filosofis
Pendidikan merupakan topik yang menarik untuk dikaji dan dikembangkan,
baik secara teoritis dan praktis maupun secara filosofis. Teori dan praktik dalam
pendidikan mengalami perkembangan seiring dengan semakin meningkatnya
peradaban manusia. Jika dahulu pendidikan dapat berlangsung melalui interaksi
antara manusia, di zaman modern ini pendidikan dapat berlangsung melalui
interaksi dengan teknologi. Dalam hal ini, ruang dan waktu seolah tidak lagi
menjadi pembatas dalam interaksi antara manusia termasuk dalam dunia
pendidikan.
Dasar pendidikan sendiri tercantum dalam penjelasan UU RI No. 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang menegaskan bahwa
pembangunan nasional, termasuk pendidikan adalah pengamalan Pancasila.
Pancasila sebagai sumber sistem nilai dalam pelaksanaan pendidikan di Indonesia
sehingga menjadikannya landasan filososfi daalm segala kebijakan dan praktik
pendidikan.
1. Sistem yang bertumpu pada norma persatuan bangsa dari sisi sosial,
budaya, dan ekonomi, serta dengan memelihara keutuhan NKRI.
2. Sistem yang merupakan upaya saling menghormati dan menghargai.
3. Sistem yang bertumpu pada norma kerakyatan dan demokrasi.
4. Sistem yang bertumpu pada keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
5. Sistem yang menjamin terwujudnya manusia yang beriman dan bertakwa.
1. Esensialisme
Mazhab pendidikan yang mengutamakan pelajaran teoretis (liberal arts)
atau bahan ajaran esensial
2. Perenialisme
Aliran pendidikan yang mengutamakan bahan ajaran kostan (perennial),
yakni kebenaran ,keindahan, serta cinta kepada kebaikan universal.
3. Idealisme
Aliran filsafat yang manganggap hakikat kebenaran adalah gagasan
kejiwaan yang di sebut gagasan/ ide (idea) ; variasinya antara lain
spritualisme, neokantianisme, dll.
4. Pragmatisme dan Progresivisme
Aliran filsafat yang memandang segala sesuatu dari nilai keguatan praktis.
Di bidang pendidikan, aliran ini melahirkan progresivisme yang
menentang pendidikan tradisional.
5. Rekonstruksionisme
Mazhab filsafat pendidikan yang menetapkan sekolah/lembaga pendidikan
sebagai pelopor perubahan masyarakat.
3. Landasan Sosiologis
1. Perubahan Teknologi
Dampak dari perubahan teknologi adalah keterampilan baru yang
dapat di miliki individu. Selain itu, perubahan teknologi juga menuntut
sekolah agar memampukan lulusannya untuk dapat menyesuaikan diri
dengan perkembangan zaman. perkembangan teknologi juga membawa
perubahan dalam media pembelajaran yang memungkinkan sekolah untuk
menggunakan media pembelajaran yang lebih canggih.
2. Perubahan Demografi
Perubahan dalam demografi suatu negara dapat berpengaruh
terhadap pendidikan di negara tersebut. Sebagai contoh, pertambahan
jumlah penduduk dapat berdampak pada pengembangan kebijakan
pendidikan: pembatasan penerimaan siswa baru secara ketat; serta
mengakibatkan tidak seimbanganya fasilitas pendidikan dengan
pertambahan penduduk.
3. Urbanisasi dan Sub-Urbanisasi
Derasnya arus urbanisasi akan membuat sekolah bertanggung
jawab untuk membantu peserta didik dalam menyesuaikan diri terhadap
penduduk kota. Sekolah juga berperan dan dapat membantu mekanisme
kontrol sosial di masyarakat. Selain itu, sekolah juga harus
mempersiapkan lulusannya untuk dapat hidup di kota.
4. Perubahan Politik Mayarakat, Bangsa, dan Negara
Perubahan politik bisa berdampak pada peningkatan keterlibatan
pemerintah di dalam kegiatan anggota masyarakat. Perubahan politik juga
bisa memiliki dampak berkembangnya ketergantungan antara
pemerintahan negara.
Perkembangan masyarakat Indonesia dari masa ke masa telah
memengaruhi sistem pendidikan nasional. Hal tersebut sangatlah wajar,
meningkatkan kebutuhan pendidikan semakin meningkat dan kompleks.
Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk menyesuaikan
pendidikan dengan perkembangan masyarakat, terutama dalam hal
menumbuh kembangkan ke-bhineka-tunggal-ika-an ,baik melalui kegiatan
jalur sekolah (umpamanya dengan pelajaran PPKn, sejarah perjuangan
Bangsa,dan muatan lokal), maupun jalur pendidikan luar sekolah
(penataran P4, pemasyarakatan P4, dan non-penataran).
4. Landasan Kultural
5. Landasan Psikologis
Psikologi telah menyediakan sejumlah informasi tentang pribadi manusia
pada umumnya. Serta gejala-gejala yang berkaitan dengan aspek pribadi. Setiap
individu memiliki bakat, kemampuan, minat, kekuatan, demikian pula tempo dan
irama perkembangan yang berbeda antara seorang dengan yang lainnya.
Individu yang satu dengan yang lainnya, perbedaan ini terjadi karena adanya
perbedaan berbagai aspek kejiwaan antara individu itu sendiri, baik yang
berhubungan dengan bakat, intelek, maupun perbedaan pengalaman dan tingkat
perkembangan serta cita-cita, aspirasi dan kepribadian secara keseluruhan.
Manusia dilahirkan dengan memiliki sejumlah potensi dan kemampuan yang
harusa dikembangkan, kebutuhan yang harus dipenuhi sesuai dengan kemampuan
mereka menerimanya.
Secara umum manusia membutuhkan berbagai macam kebutuhan, yaitu:
1. Kebutuhan psikologis
2. Kebutuhan rasa aman
3. Kebutuhan akan cinta dan pengakuan
4. Kebutuhan harga diri
5. Kebutuhan untuk aktualisasi diri
6. Kebutuhan untuk mengetahui dan memahami
Alexander mengemukakan ada tida faktor uta yang bekerja dalam
menentukan pola kepribadian, yaitu:
1. Bakat/hereditas individu
2. Pengalaman awal di keluarga
3. Peristiwa penting dalam hidupnmya diluar lingkungan keluarga.
Landasan psikologis merupakan dasar psikologis berkaitan dengan
prinsip-prinsip belajar dan perkembangan anak. Pemahaman terhadap peserta
didik, utamanya yang berkaitan dengan aspek kejiwaan merupakan salah satu
kunci keberhasilan pendidikan. Oleh karena itu, hasil kajian dan temuan
psikologis sangat diperlukan penerapannya dalam bidang pendididkan. Sebagai
implikasinya, pendidikan tidak mungkin memperlukan setiap peserta didik dengan
sama, sekalipun memiliki kesamaan . Diperlukan kehati-hatian dalam penyusunan
kurikulum untuk menentukan jnjang pengalaman belajar yang akan dijadikan
garis-garis besar pengajaran serta tingkat kerincian bahan belajar yang
digariskan .
Salah satu misi pendidikan adalah membekali peserta didik agar dapat
mengembangkan IPTEK. Hubungan antara pendidikan dan IPTEK adalah timbal
balik. Kemajuan pendidikan diarahkan untuk kemajuan IPTEK dan
sebaliknya ,perkembangan IPTEK akan berpengaruh pada perkembangan
pendidikan
7. Landasan Ekonomi
Dewasa ini, permasalahan pendidikan tidak hanya dari segi politik, namun
dari segi ekonomi juga. Perkembangan ekonomi makro sangat berpengaruh pada
bidang pendidikan, karena keberhasilan pembangunan ekonomi secara makro
adalah munculnya sekolah-sekolah unggul.
8. Landasan Historis
Sejarah atau historis adalah keadaan masa lampau dengan segala macam
kejadiannya yang didasari oleh konsep tertentu. Landasan historis sendiri
memiliki peranan yang sangat penting dalam pendidikan, karena sejarah masa
lampau dapat menjadi pembelajaran pada masa kini. Sejarah pendidikan juga
dapat dijadikan pembanding untuk memajukan pendidikan bangsa.
9. Landasan Religius
Pendidikan adalah suatu usaha disengaja yang diperuntukan dalam upaya
untuk mengantarkan peserta didik menuju pada tingkat kematangan atau
kedewasaan, baik moral maupun intelektual. Pendidikan tidak semata-mata hanya
berorientasi pada cita-cita intelektual saja. Namun tidak melupakan nilai-nilai
ketuhanan, individual dan social. Artinya, proses pendidikan disamping akan
menuntuk dan memancing potensi intelektual seseorang, juga menghidupkan dan
mempertahankan unsur manusiawi dalam dirinya dengan landasan iman dan
takwa.
Oleh karena itu, pendidikan agama itu tidak akan berhasil bila hanya
diserahkan kepada guru agama. Pendidikan keimanan dan ketakwaan, inti dari
pendidikan agama, adalah tugas bersama antara guru, sekolah, orang tua, dan
masyarakat. Dalam arti bahwa perlu adanya keterpaduan, baik keterpaduan tujuan,
materi, proses, dan lembaga.
Dengan adanya Undang-Undang (UU) dan fenomena yang terjadi dalam
dunia pendidikan, menjadikan agama sebagai suatu yang wajib untuk dijadikan
landasan dalam proses pendidikan, baik di tingkat dasr maupun menengah, dan
bahkan sampai ke perguruan tinggi.
Landasan religious berisi tentang tuntunan-tuntunan atau pedoman dari
Tuhan kepada manusia untuk dapat mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Oleh sebab itu, sistem pendidikan nasional mengaharuskan pelajar untuk tidak
hanya mengikuti pendidikan formal saja. Namu, juga mengikuti pendidikan
agama sebagai sistem control atau pengendali diri peserta didik di berbagai
jenjang pendidikan. Sehingga diharapkan peserta didik dapat memiliki
kemampuan akademik dan spiritual yang baik.
Asas Tut Wuri Handayani ialah inti dari sistem pendidikan. Dalam
perkembangannya, Perguruan Taman Siswa menggunakan asas tersebut untuk
mengubah sistem pendidikan model lama yang cenderung bersifat paksaan,
perintah, dan hukuman.
Menurut Cropley (1970: 2-3, Sulo Lipu La Sulo, 1990: 25-26, dalam
Tirtarahardja, 1994: 121), belajar sepanjang hayat merupakan pendidikan yang
harus :
1. Meliputi seluruh hidup setiap individu
2. Mengarah kepada pembentukan, pembaharuan, peningkatan, dan
penyempurnaan secara sistematis
3. Tujuan akhirnya adalah mengembangkan penyadaran diri setiap indiviu
4. Mengakui kontribusi dari semua pengaruh pendidikan yang mungkin
terjadi.
Jika diterapkan dalam sistem pendidikan yang berlaku saat ini, maka
pendekatan yang sangat mungkin digunakan untuk mencapai asas ini adalah
melalui pendekatan “Pembalajaran dan Pengajaran Kontekstual.” Sedang dalam
konteks pendidikan di Indonesia, konsep “Pembelajaran dan Pengajaran
Kontekstual” sedikit banyak telah termanifestasi ke dalam sistem Kurikulim
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Selain KTSP – yang notabene merupakan
bagian dari pendidikan formal, maka Asas Belajar sepanjang Hayat juga
termanifestasi dalam program pendidikan non-formal, seperti program
pemberantasa buta aksara untuk warga Indonesia yang telah berusia lanjut, dan
juga program pendidikan informal, seperti hubungan sosial dalam masyarakat dan
keluarga tentunya.
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Kami menyadari dalam penulisan artikel ini jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangatlah diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA