Anda di halaman 1dari 23

MAKALAH

TUGAS MATA KULIAH

LANDASAN DAN ASAS PENDIDIKAN

Dosen Pengampu:

Irwanto

Disusun Oleh:

M. Syakir Amin

Fakultas : Tarbiyah

Prodi : MPI

INSTITUT AGAMA ISLAM MA’ARIF DARUL FIKRI (IAMADA)

INDRAMAYU
KATA PENGANTAR

Kajian ini bertujuan untuk mengetahui tentang landasan dan asas-asas pendidikan
serta penerapannya. Adapun metode yang penulis gunakan untuk mengkaji topik
ini yaitu dengan studi kepustakaan, yakni suatu metode yang dilakukan dengan
cara menggunakan serta mempelajari referensi dari buku-buku acuan yang
berkaitan dengan artikel ini. Selain itu, penulis juga mencari sumber-sumber
informasi dari berbagai jurnal online. Dengan adanya penulisan artikel ini,
diharapkan para pembaca dapat mengetahui dan memahami landasan dan asas-
asas pendidikan serta penerapannya.

Kata kunci: Landasan Pendidikan, Asas-Asas Pendidikan.

Bongas, 19, November 2022

Penulis
DAFTAR ISI

A. KATA PENGANTAR

1. Latar Belakang
2. Rumusan Masalh
3. Tujuan Penulis
4. Manfaat Penulis
B. PEMBAHASAN

1. Landasan Pendidikan di Indonesia


2. Landasan Filosofis
3. Landasan Sosiologis
4. Landasan Kultular
5. Landasan Fisikologis
6. Landasan Ilmiah
7. Landasan Yuridis/Hukum Pendidikan di Indonesia
8. Landasan Relegiaus
9. Asas-asas Pendidikan di Indonesia
10. Landasan Legistik
11. Asas-asas Pendidikan di Indonesia serta Penerapanya
12. Asas Tutwurihandayani
13. Asas Kemandirian dalam Belajar
14. Asas belajar sepanjang hayat
15. Asas-asas Pelaksanaan Nasional di Indonesia
C. PENUTUP

1. Kesimpulan
2. Saran
DAFTAR PUSTAKA
PENDAHULUAN

1. Latar Belakang
Pendidikan merupakan hal yang sangat penting untuk kemajuan suatu
bangsa, tentunya dengan menjadi bangsa yang maju adalah cita-cita setiap bangsa
di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Bahkan, hal ini telah tercantum dalam UUD
1945 yang merupakan landasan konstitusional bangsa Indonesia.

Dewasa ini, kualitas pendidikan di Indonesia mengalami penurunan yang


cukup tinggi. Di pelosok-pelosok tanah air contohnya, banyak ditemukan generasi
bangsa yang tidak mampu bersekolah dengan layak. Hal ini disebabkan oleh
minimnya tenaga pengajar di pelosok-pelosok negeri. Selain itu, besarnya biaya
pendidikan juga menjadi pemicu masalah ini.

Pada tanggal 2 Mei telah ditetapkan sebagai Hari Pendidikan Nasional


Indonesia (HARDIKNAS) yang bertujuan untuk mewujudkan pendidikan di
Indonesia yang lebih baik. Selain itu, diharapkan pendidikan Indonesia juga
memiliki kualitas kurikulum yang sesuai dengan landasan dan asas-asas
pendidikan Indonesia. Namun, pada kenyataannya hal ini tidak sejalan dengan
fakta-fakta yang terjadi saat ini.

Pada hakikatnya, masyarakat dan pemerintah perlu berkolaborasi demi


terwujudnya pendidikan di Indonesia yang lebih berkualitas. Untuk itu, diperlukan
suatu usaha yang keras untuk mewujudkannya. Salah satunya, dengan mengenal
lebih mendalam landasan dan asas-asas pendidikan serta penerapannya di
Indonesia. Dengan tujuan agar masyarakat lebih mengetahui langkah-langkah
mewujudkan pendidikan nasional yang lebih berkualitas.

2. Rumusan Masalah
Dari latar belakang di atas, maka dapat dirumuskan beberapa masalah,
yaitu sebagai berikut.

1.2.1 Bagaimana landasan pendidikan di Indonesia?

1.2.2 Bagaimana asas-asas pendidikan di Indonesia dan penerapannya?

3.Tujuan Penulisan

Berdasarkan rumusan masalah di atas, adapun tujuan penulisan makalah


ini, yaitu sebagai berikut.

1.3.1 Untuk mengetahui landasan pendidikan di Indonesia.

1.3.2 Untuk mengetahui asas-asas pendidikan di Indonesia dan penerapannya.


4. Manfaat Penulisan

Adapun manfaat dari penulisan karya tulis ini, yaitu sebagai berikut.

1.4.1 Untuk menambah pengetahuan tentang landasan pendidikan di Indonesia.

1.4.2 Untuk menambah pengetahuan tentang asas-asas pendidikan di Indonesia


dan penerapannya.
PEMBAHASAN

1. Landasan Pendidikan di Indonesia


Landasan merupakan dasar atau fondasi yang harus berdiri dengan kokoh
jika ingin mendapatkan hasil masksimal. Sehingga dapat diambil pengertian
bahwa landasan pendidikan Indonesia adalah dasar atau pijakan yang dibuat untuk
menentukan isi dan arah pendidikan agar dapat menyukseskan pembangunan
pendidikan di Indonesia melalui kebijakan dan praktiknya dan didasarkan pada
kaidah-kaidah yang berlaku. Landasan ini bersifat konseptual dan terorganisir
yang berupa dasar Negara Indonesia seperti, Pancasila, UUD 1945, Peraturan
Pemerintah, dan Sisdiknas.

Adapun secara leksikal, landasan berarti tumpuan, dasar, alas, karena itu
landasan merupakan tempat bertumpu atau dasar pijakan. Dasar pijakan ini dapat
bersifat material (contoh: landasan pesawat terbang); dapat pula bersifat
konseptual (contoh: landasan pendidikan)..
Pendidikan antara lain dapat dipahami dari dua sudut pandang, pertama
yaitu dari sudut praktik, sehingga kita dapat mengenal istilah praktek pendidikan,
dan yang kedua dari sudut studi sehingga kita kenal dengan istilah studi
pendidikan.
Praktik pendidikan adalah kegiatan seseorang atau sekelompok orang atau
lembaga dalam membantu individu atau sekelompok orang untuk mencapai tujuan
pedidikan. Kegiatan bantuan dalam praktik pendidikan dapat berupa pengelolaan
pendidikan (makro maupun mikro), dan dapat berupa kegiatan pendidikan
(bimbingan, pengajaran dan atau latihan). Studi pendidikan adalah kegiatan
seseorang atau sekelompok orang dalam rangka memahami pendidikan.
Secara singkat, berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa
landasan pendidikan adalah asumsi-asumsi yang menjadi dasar pijakan atau titik
tolak  dalam rangka praktek pendidikan dan atau  studi pendidikan.
Sehubungan dengan hal diatas, praktik pendidikan tidak boleh dilaksanakan
secara sembarangan, sebaiknya harus dilaksanakan secara terstruktur dan
terencana. Artinya, praktik pendidikan harus memiliki suatu landasan yang kokoh,
jelas dan tepat tujuannya, tepat isi kurikulumnya, dan efisien serta efektif cara-
cara pelaksanaannya.Implikasinya, dalam rangka pendidikan mesti terdapat
momen berpikir dan momen bertindak, mesti terdapat momen studi pendidikan
dan momen praktek pendidikan. Sebelum melaksanakan praktek pendidikan,
diantaranya mengenai landasan-landasannya. Sebab, landasan pendidikan akan
menjadi titik tolak praktek pendidikan. Landasan pendidikan akan menjadi titik
tolak dalam menetapkan tujuan pendidikan, memilih isi pendidikan, memilih cara-
cara pendidikan. dst. Dengan demikian praktek pendidikan diharapkan menjadi
mantap, sesuai dengan fungsi dan sifatnya, serta betul-betul akan dapat
dipertanggungjawabkan.
Pendidikan sebagai usaha sadar untuk menjadi lebih baik tentunya
memrlukan landasan-landasan pendidikan yang sangat kokoh. Dalam
pembentukan landasan pendidikan, tentunya harus didasaran pada falsafah bangsa
dan diharapkan dapat mengatur kehidupan bangsa di masa yang akan datang.
Dengan pentingnya hal tersebut, maka masyarakat perlu memaknainya dengan
baik. Adapun landasan pendidikan tersebut, yaitu sebagai berikut.

2. Landasan Filosofis
Pendidikan merupakan topik yang menarik untuk dikaji dan dikembangkan,
baik secara teoritis dan praktis maupun secara filosofis. Teori dan praktik dalam
pendidikan mengalami perkembangan seiring dengan semakin meningkatnya
peradaban manusia. Jika dahulu pendidikan dapat berlangsung melalui interaksi
antara manusia, di zaman modern ini pendidikan dapat berlangsung melalui
interaksi dengan teknologi. Dalam hal ini, ruang dan waktu seolah tidak lagi
menjadi pembatas dalam interaksi antara manusia termasuk dalam dunia
pendidikan.
Dasar pendidikan sendiri tercantum dalam penjelasan UU RI No. 20
Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, yang menegaskan bahwa
pembangunan nasional, termasuk pendidikan adalah pengamalan Pancasila.
Pancasila sebagai sumber sistem nilai dalam pelaksanaan pendidikan di Indonesia
sehingga menjadikannya landasan filososfi daalm segala kebijakan dan praktik
pendidikan.

Landasan filosofis bersumber dari pandangan-pandangan dalam filsafat


pendidikan, seperti keyakinan terhadap hakikat manusia, keyakinan tentang
sumber nilai, hakikat pengetahuan, dan kehidupan yang dijalankan lebih baik.

Dalam menentukan landasan filosopis pendidikan nasional Indonesia,


terdapat dua hal yang dipertimbangkan, yaitu sebagai berikut.

1. Pandangan tentang manusia Indonesia sebagai makhluk Tuhan YME


dengan segala fitrahnya, makhluk individu dengan segala hak dan
kewajibannya, dan sebagai makhluk sosial dengan segala tanggung jawab
yang hidup dalam masyarakat yang pluralistik.
2. Pandangan bahwa pendidikan nasional sebagai pranata sosial yang selalu
berinteraksi dengan kelembagaan sosial lain dalam masyarakat.

Atas kedua pandangan di atas, landasan filosofis pendidikan nasional


memberikan penegasan bahwa pendidikan nasional hendaknya diimplementasikan
ke arah:

1. Sistem yang bertumpu pada norma persatuan bangsa dari sisi sosial,
budaya, dan ekonomi, serta dengan memelihara keutuhan NKRI.
2. Sistem yang merupakan upaya saling menghormati dan menghargai.
3. Sistem yang bertumpu pada norma kerakyatan dan demokrasi.
4. Sistem yang bertumpu pada keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
5. Sistem yang menjamin terwujudnya manusia yang beriman dan bertakwa.

Pancasila sebagai landasan filosofis pendidikan di Indonesia, bermakna:


1. Pendidikan harus dijiwai dan didasarkan pada Pancasila.
2. Sistem pendidikan nasional harus berlandaskan Pancasila.
3. Pendidikan harus mewujudkan hakikat kemanusiaan.

Di dalam landasan filosofi, terdapat beberapa aliran filsafat yang kita


kenal sampai saat ini yaitu: idealisme, realism,perenialisme, esensialisme,
pragmatisme, dan progresivisme, rekonstruksionisme dan eksistensialisme.
Berikut ini dipaparkan beberapa aliran filsafat pendidikan .

1. Esensialisme
Mazhab pendidikan yang mengutamakan pelajaran teoretis (liberal arts)
atau bahan ajaran esensial
2. Perenialisme
Aliran pendidikan yang mengutamakan bahan ajaran kostan (perennial),
yakni kebenaran ,keindahan, serta cinta kepada kebaikan universal.
3. Idealisme
Aliran filsafat yang manganggap hakikat kebenaran adalah gagasan
kejiwaan yang di sebut gagasan/ ide (idea) ; variasinya antara lain
spritualisme, neokantianisme, dll.
4. Pragmatisme dan Progresivisme
Aliran filsafat yang memandang segala sesuatu dari nilai keguatan praktis.
Di bidang pendidikan, aliran ini melahirkan progresivisme yang
menentang pendidikan tradisional.
5. Rekonstruksionisme
Mazhab filsafat pendidikan yang menetapkan sekolah/lembaga pendidikan
sebagai pelopor perubahan masyarakat.

Pancasila sebagai landasan filosofi sistem pendidikan nasional terdapat


dalam Pasal 2 UU RI No. 2 Tahun 1989 yang menetapkan bahwa pendidikan
nasional berdasarkan kepada pancasila dan UUD 1945. Selain itu, ketetapan MPR
RI NO.11/MPR/1978 tentang P4 menegaskan pula bahwa pancasila adalah jiwa
seluruh rakyat Indonesia, kepribadian rakyat Indonesia, pandangan hidup bangsa
Indonesia dan dasar negara Indonesia .

Berbicara tentang landasan filosofis pendidikan berarti  berkenaan dengan


tujuan filosofis suatu praktik pendidikan sebagai ilmu. Oleh karena itu, kajian
yang dapat dilakukan untuk memahami landasan filosofis pendidikan adalah
dengan menggunakan pendekatan filsafat ilmu yang meliputi tiga bidang kajian
yaitu ontologi, epistimologi dan aksiologi. Landasan filosofis bersumber dari
pandangan-pandangan dalam filsafat pendidikan, menyangkut keyakinan terhadap
hakekat manusia, keyakinan tentang sumber nilai, hakekat pengetahuan, dan
tentang kehidupan yang lebih baik dijalankan.

3. Landasan Sosiologis

Landasan sosiologis pendidikan ialah analisis ilmiah tentang proses sosial


dan pola-pola interaksi social daalm sistem pendidikan. Pendidikan dapat
terlaksana dengan baik tentu karena adanya interaksi menguntungkan antar
individu atau kelompok guna mengembangkan potensi diri. Dengan demikian,
peran lembaga pendidikan yaitu harus dapat bekerja sama dengan lembaga-
lembaga sosial lainnya, yaitu masyarakat. Sehingga, diharapkan hal ini dapat
menggerakkan masyarakat untuk senantiasa memiliki semangat belajar yang
tinggi.

Pendidikan yang sistematis sendiri terjadi di lembaga sekolah yang dengan


sengaja dibentuk oleh masyarakat. Perhatian sosiologi pada kegiatan pendidikan
semakin intensif. Dengan meningkatkan perhatian sosiologi pada kegiatan
pendidikan tersebt, maka lahirlah cabang sosiologi pendidikan.
Masyarakat indonesia adalah sebagai landasan sosiologis dalam pendidikan.
Masyarakat adalah sekelompok orang yang berinteraksi antar sesama, adanya
saling tergantung dan terikat oleh norma dan nilai yang dipatuhi bersama,
menempati suatu wilayah dan saling bersosialisasi. Masyarakat sebagai suatu
kesatuan hidup memiliki ciri utama, yaitu:
1. Ada interaksi antar bangsa.
2. Pola tingkah laku warganya diatur oleh adat istiadat, norma-norma hukum
dan aturan-aturan yang khas.
3. Ada rasa identitas kuat yang mengikat pada warganya.

Masyarakat indonesia adalah masyarakat majemuk, dan telah banyak


mengalami perubahan, komunitasnya memiliki karakteristik unik baik secara
horizontal maupun vertikal. Melalui berbagai jalur pendidikan termasuk jalur
pendidikan sekolah atau formal, diupayakan untuk menumbuhkan persatuan dan
kesatuan bangsa seperti pendidikan moral pancasila atau PPKN dan sebagainya

Adapun ruang lingkup yang dipelajari oleh sosiologi pendidikan meliputi


empat bidang:

1. Hubungan sistem pendidikan dengan aspek masyarakat lain


2. Hubungan kemanusiaan
3. Pengaruh sekolah pada perilaku anggotanya
4. Sekolah dalam komunitas yang mempelajarin pola interaksi antara sekolah
dengan kelompok sosial lain di dalam komunitasnya
Pendidikan tidak berlangsung dalam keadaan vakum sosial dari generasi ke
generasi, pendidikan selalu mengalami perubahan. Perubahan-perubahan tersebut
antara lain: perubahan teknologi, perubahan demografi, urbanisasi dan sub-
urbanisasi, serta perubahan politik masyarakat bangsa dan negara .

1. Perubahan Teknologi
Dampak dari perubahan teknologi adalah keterampilan baru yang
dapat di miliki individu. Selain itu, perubahan teknologi juga menuntut
sekolah agar memampukan lulusannya untuk dapat menyesuaikan diri
dengan perkembangan zaman. perkembangan teknologi juga membawa
perubahan dalam media pembelajaran yang memungkinkan sekolah untuk
menggunakan media pembelajaran yang lebih canggih.
2. Perubahan Demografi
Perubahan dalam demografi suatu negara dapat berpengaruh
terhadap pendidikan di negara tersebut. Sebagai contoh, pertambahan
jumlah penduduk dapat berdampak pada pengembangan kebijakan
pendidikan: pembatasan penerimaan siswa baru secara ketat; serta
mengakibatkan tidak seimbanganya fasilitas pendidikan dengan
pertambahan penduduk.
3. Urbanisasi dan Sub-Urbanisasi
Derasnya arus urbanisasi akan membuat sekolah bertanggung
jawab untuk membantu peserta didik dalam menyesuaikan diri terhadap
penduduk kota. Sekolah juga berperan dan dapat membantu mekanisme
kontrol sosial di masyarakat. Selain itu, sekolah juga harus
mempersiapkan lulusannya untuk dapat hidup di kota.
4. Perubahan Politik Mayarakat, Bangsa, dan Negara
Perubahan politik bisa berdampak pada peningkatan keterlibatan
pemerintah di dalam kegiatan anggota masyarakat. Perubahan politik juga
bisa memiliki dampak berkembangnya ketergantungan antara
pemerintahan negara.
Perkembangan masyarakat Indonesia dari masa ke masa telah
memengaruhi sistem pendidikan nasional. Hal tersebut sangatlah wajar,
meningkatkan kebutuhan pendidikan semakin meningkat dan kompleks.
Berbagai upaya telah dilakukan pemerintah untuk menyesuaikan
pendidikan dengan perkembangan masyarakat, terutama dalam hal
menumbuh kembangkan ke-bhineka-tunggal-ika-an ,baik melalui kegiatan
jalur sekolah (umpamanya dengan pelajaran PPKn, sejarah perjuangan
Bangsa,dan muatan lokal), maupun jalur pendidikan luar sekolah
(penataran P4, pemasyarakatan P4, dan non-penataran).

Sistem pendidikan di Indonesia sangat memerlukan lembaga-lembaga


masyarakat. Karena, tanpa masyarakat pemerintah tidak akan mampu berjalan
dengan sendiri. Sehingga, masalah-masalah yang terjadi pada bangsa Indonesia,
khususnya masalah perbedaan sosial ekonomi masyarakat dapat segera teratasi.

4. Landasan Kultural

Pendidikan tidak dapat terpisah dari manusia, ia selalu berkaitan erat


dengan manusia, dan setiap manusia menjadi anggota masyarakat dan pendukung
budaya tertentu. Kebudayaan sebagai gagsan dan karya manusia beserta hasil budi
dan karya itu selalu terkait dengan pendidikan utamanya belajar.
Kebudayaan dalam arti luas dapat terwujud:
 Ideal, seperti ide, gagasan, nilai dan sebagainya
 Kelakuan berpola dari manusia dalam masyarakat
 Fisik, yakni benda hasil karya (Koentjraningrat, 1975)

Kebudayaan dapat dibentuk, dilestarikan, dan dikembangkan melalui


pendidikan baik kebudayaan yang berwujud ideal atau kelakuan maupun
teknologi (hasil karya).
Pada dasarnya ada tiga yang sifatnya umum yang dapat diidentifikasikan
dalam menurunkan kebudayaan kepada generasi mendatang, yaitu melalui
pendidikan informal (biasanya terjadi di dalam keluarga), non formal (dalam
masyarakat secara trprogram dan berkelanjutan serta berlengsung dalam
kehidupan masyarakat), dan formal (melibatkan lembaga khusus sekolah) yang
dirancang untuk mewujudkan tujuan pendidikan. Transmisi kebudayaan oleh
masyarakat tidak akan memperoleh kemajuan, sehingga perlu dirancang usaha
yang sistematis dalam mengembangkan kebudayaan, dalam hal ini yang paling
efektif ialah lembaga sekolah.
Kebudayaan nasional sebagai landasan pendidikan nasional adalah bahwa
masyarakat indonesia sebagai pendudkung kebudayaan masyarakat mejemuk,
maka kebudayaan indonesia lebih tepat disebut dengan kebudayaan nusantara
yang beragam. Keragaman sosial budaya tersebut terwujud dalam keragaman adat
istiadat, tata cara, dan tata krama pergaulan, kesenian, bahasa, dan sastra daerah di
suatu daerah tertentu sejak sebelum dan sesudah kemerdekaan.
Dalam UU RI No. 20 Tahun 2003 Pasal 1 Ayat 2 dijelaskan bahwa,
pendidikan nasional adalah pendidikan yang berdasar pada Pancasila dan UUD
NRI Tahun 1945, yang di dalamnya termasuk pada nilai-nilai agama, kebudayaan
Indonesia, dan tanggap pada perubahan zaman. Pada dasarnya, pendidikan
memanglah selalu berkaitan erat dengan manusia yang bertindak sebagai pelaku
utamanya, sedang manusia pun selalu menjadi pihak pendukung suatu
kebudayaan.

Dengan demikian, antara pendidikan dan kebudayaan mempunyai


hubungan timbal balik, pendidikan ditentukan oleh kebudayaan masyarakat di
mana pendidikan tersebut berlangsung. Sebaliknya, kebudayaan sendiri dapat
manusia wariskan melalui pendidikan dari generasi ke generasi. Pelestarian
kekayaan budaya di Indonesia melalui upaya pendidikan merupakan wujud
partisipasi masyarakat dalam pemantapan persatuan dan kesatuan bangsa.

Anggota masyarakat berusaha melakukan perubahan-perubahan yang


sesuai dengan pekembangan zaman sehingga terbentuklah pola tingkah laku,
nilai- nilai, dan norma-norma yang sesuai dengan tuntutan mayarakat. Usaha-
usaha menuju pola-pola ini disebut transformasi kebudayaan. Lembaga sosial
yang lazim digunakan sebagai alat transmisi dan transformasi kebudayaan adalah
lembaga pendidikan, utamanya sekolah dan keluarga

Kebudayaan sebagai landasan sistem pendidikan nasional dapat dilakukan


pula dengan pengembangan kekayaan yang unik di setiap daerah melalui upaya
pendidikan sebagai wujud dari ke-bhineka-tunggal-ika-an mayarakat dan bangsa
Indonesia. Hal ini harus dilaksanakan dalam kerangka pemantapan bangsa dan
negara Indonesia sebagai sisi ke-tunggal-ika-an.

5. Landasan Psikologis
Psikologi telah menyediakan sejumlah informasi tentang pribadi manusia
pada umumnya. Serta gejala-gejala yang berkaitan dengan aspek pribadi. Setiap
individu memiliki bakat, kemampuan, minat, kekuatan, demikian pula tempo dan
irama perkembangan yang berbeda antara seorang dengan yang lainnya.
Individu yang satu dengan yang lainnya, perbedaan ini terjadi karena adanya
perbedaan berbagai aspek kejiwaan antara individu itu sendiri, baik yang
berhubungan dengan bakat, intelek, maupun perbedaan pengalaman dan tingkat
perkembangan serta cita-cita, aspirasi dan kepribadian secara keseluruhan.
Manusia dilahirkan dengan memiliki sejumlah potensi dan kemampuan yang
harusa dikembangkan, kebutuhan yang harus dipenuhi sesuai dengan kemampuan
mereka menerimanya.
Secara umum manusia membutuhkan berbagai macam kebutuhan, yaitu:
1. Kebutuhan psikologis
2. Kebutuhan rasa aman
3. Kebutuhan akan cinta dan pengakuan
4. Kebutuhan harga diri
5. Kebutuhan untuk aktualisasi diri
6. Kebutuhan untuk mengetahui dan memahami
Alexander mengemukakan ada tida faktor uta yang bekerja dalam
menentukan pola kepribadian, yaitu:
1. Bakat/hereditas individu
2. Pengalaman awal di keluarga
3. Peristiwa penting dalam hidupnmya diluar lingkungan keluarga.
Landasan psikologis merupakan dasar psikologis berkaitan dengan
prinsip-prinsip belajar dan perkembangan anak. Pemahaman terhadap peserta
didik, utamanya yang berkaitan dengan aspek kejiwaan merupakan salah satu
kunci keberhasilan pendidikan. Oleh karena itu, hasil kajian dan temuan
psikologis sangat diperlukan penerapannya dalam bidang pendididkan. Sebagai
implikasinya, pendidikan tidak mungkin memperlukan setiap peserta didik dengan
sama, sekalipun memiliki kesamaan . Diperlukan kehati-hatian dalam penyusunan
kurikulum untuk menentukan jnjang pengalaman belajar yang akan dijadikan
garis-garis besar pengajaran serta tingkat kerincian bahan belajar yang
digariskan .

Perkembangan peserta didik sebagai landasan psikologi dapat melalui


pemahanam tumbuh kembang manusia sebagai bekal dasar untuk memahami
peserta didik dan menemukan keputusan atau tindakan yang tepat. Hal ini akan
membantu proses tumbuh kembang peserta didik untuk berjalan secara efektif dan
efesien.

Psikologis sebagai ilmu bantu yang mendasari pelaksanaan pendidikan


berorientasi pada tiga hal, yaitu: hakikat siswa, proses belajar, dan peran guru.
Karena guru merupakan sentral pengendalian proses belajar-mengajar, maka
dalam penyampaian pesan, guru harus mampu mendasarkannya pada perbedaan
individu siswa dan prinsip-prinsip belajar.

Dalam kehidupannya manusia selalu terlibat dalam kegiatan belajar.


Secara garis besar, teori belajar dapat di bagi menjadi tiga yaitu: teori disiplin
mental, rumpun behaviorisme, dan rumpun gestalt-medan .

1. Teori Rumpun Mental


Beberapa poin penting pembelajaran yang menjadi esensi teori ini, yaitu:
 Belajar merupakan usaha melatih dan mendisiplinkan daya pikir
( disiplin mental )
 Memberikan peluang kepada anak didik untuk berkembang sesuai
dengan kehendak tuhan (aktualisasi)
 Mengasosiasiakan ide baru dengan ide lama yang telah terdapat di
dalam jiwa kita (apersepsi)
2. Rumpun Behaviorisme
Beberapa poin penting terkait pembelajaran dam rumpun behaviorisme,
yaitu :
 Perubahan tingkah laku yang dapat diamati dapat terjadi melalui
stimulus (S) dan respons (R) yang dihubungkan dengan prinsip
mekanis yang disebut pengondisian (conditioning S- R)
 Conditioning tanpa reinforcement
 Conditioning melalui reinforcement
3. Rumpun Gestalt-Medan
Beberapa pion penting terkait pembelajaran dalam rumpun gestalt-
medan,yaitu:
 Keseluruhan lebih bermakna dari pada bagian –bagian ( teori
insight)
 Pemahaman bertujuan (goal –insight)
 Medan-kognitif
Dalam pembelajaran terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan demi
keberhasilan kegiatan belajar, yaitu stimulasi belajar, perhatian siswa, keaktifan
siswa, serta penguatan dan umpan balik.

Landasan psikologis merupakan asumsi-asumsi dari studi ilmiah dalam


bidang psikologi yang bertindak sebagai sandaran atau tumpuan praktik
pendidikan. Psikologi adalah kajian ilmu yang mempelajari tingkah laku manusia
sebagai objeknya dengan hubungan lingkungannya. Sedangkan psikologi
pendidikan ialah cabang ilmu pendidikan yang dipengaruhi oleh perkembangan
dan hasil-hasil penelitian psikologi.

Adanya dasar psikologis dalam kegiatan belajar-mengajar merupakan


salah satu bentuk cara untuk menjadikan pendidikan di Indonesia berhasil.
Pasalnya, dalam mewujudkan pendidikan yang baik, maka diperlukan kehati-
hatian dalam menyusun suatu peraturan belajar. Karena, kondisi psikis setiap
siswa pun pasti berbeda satu sama lainnya.

6. Landasan Ilmiah dan Teknologi


Dewasa ini, pendidikan tidak dapat terlepas dengan perkembangan
teknologi, sehingga hal ini memaksa para pendidik untuk mengadopsi teknologi-
teknologi modern. Adapun hubungan antara IPTEK dan pendidikan adalah
timbal-balik. Kemajuan pendidikan diarahkan untuk kemajuan IPTEK, dan
perkembangan IPTEK pun sangat berpengaruh pada pendidikan.

Teknologi pendidikan merupakan cabang ilmu yang memiliki obyek


formal “belajar” manusia baik secara pribadi maupun secara kelompok yang
memiliki pola pendekatan diantaranya sebagai berikut :
7. Isomeristik: yaitu pendekatan yang menggabungkan berbagai unsure
yang saling berkaitan dan membentuk satu kesatuan yang lebih bermakna
8. Sistematik: yaitu dilakukan secara teratur dan menggunakan pola tertentu
dan runtut.
9. Sistemik: Dilakukan secara menyeluruh, holistic atau komprehensif.
Landasan ilmiah yang menunjang keberadaan teknologi pendidikan beserta
bidang penelitiannya ada beberapa paham seperti berikut ini.
1. A.A Lumsidaine (1964): teknologi pendidikan merupakan aplikasi dari
ilmu dan saint dasar, yaitu:
 ilmu fisika
 rekayasa mekanik, optic, electro dan elektronik
 teknologi komunikasi & telekomunikasi
 ilmu perilaku
 ilmu komunikasi
 ilmu ekonomi
2. Robert Morgan (1978) berpendapat ada 3 disiplin utama yang menjadi
fondasi teknologi pendidikan
 ilmu perilaku
 ilmu komunikasi
 ilmu manajemen
3. Donald P. Eli (1983) teknologi pendidikan meramu sejumlah disiplin dasar
dan bidang terapannya menjadi suatu prinsip, prosedurdan keterampilan.
Disiplin yang memberikan kontribusi adalah :
 basic contributing discipline: komunikasi, psikologi, evaluasi dan
menajemen
 related contributing field : psikolodi persepsi, prikologi kognisi,
psikologi social, media, system dan penilaian kebutuhan.
4. Barbara B. Seels & Rita C. Richey (1994): akar intelektual teknologi
pembelajaran berasal dari disiplin lain meliputi:
 psikologi
 rekayasa
 komunikasi
 ilmu computer
 bisnis
 pendidikan

Pendididkan yang berkaitan erat dengan proses penyaluran pengetahuan


haruslah mendapat perhatian yang proposional dalam bahan ajar. Dengan
demikian, pendidikan bukan hanya berperan dalam pewarisan ilmi pengetahuan
dan teknologi (IPTEK). Tetapi juga ikut menyiapkan manusia yang sadar IPTEK
dan calon pakar IPTEK. Selanjutnya ,pendidikan akan dapat mewujudkan
fungsinya dalam pelestarian dan pengembangan IPTEK tersebut.

Salah satu misi pendidikan adalah membekali peserta didik agar dapat
mengembangkan IPTEK. Hubungan antara pendidikan dan IPTEK adalah timbal
balik. Kemajuan pendidikan diarahkan untuk kemajuan IPTEK dan
sebaliknya ,perkembangan IPTEK akan berpengaruh pada perkembangan
pendidikan

IPTEK merupakan salah satu hasil pemikiran manusia untuk mencapai


kehidupan yang lebih baik yang di mulai pada permulaan kehidupan manusia .
lambang pendidikan, terutama pendidikan jalur sekolah, harus mampu
mengakomodasi dan mengantisipasi perkembangan IPTEK. Bahan ajaran
seyogianya adalah hasil perkembangan IPTEK mutakhir, baik yang berkaitan
dengan hasil perolehan informasi maupun cara memperoleh informasi itu serta
manfaatnya bagi masyarakat.

Landasan Pendidikan Nasional di Indonesia

 Landasan idil pendidikan nasioanl di Indonesia adalah Pancasila.


 Landasna konstitusional pendidikan nasional di Indonesian adalah UUD
1945.

 Landasan operasional pendidikan nasional di Indonesia adalah GBHN dan


(UUSPN yang berlaku saat ini adalah UU No.20 tahun 2003).
Pendidikan dengan IPTEK dan seni memiliki kaitan yang sangat erat,
karena IPTEK dan seni merupakan bagian utama dalam pendidikan. Dengan
adanya perkembangan IPTEK dan seni yang semakin pesat, maka hal tersebut
harus segera dimasukkan sebagai bahan ajar pendidik kepada pelajar.

7. Landasan Ekonomi
Dewasa ini, permasalahan pendidikan tidak hanya dari segi politik, namun
dari segi ekonomi juga. Perkembangan ekonomi makro sangat berpengaruh pada
bidang pendidikan, karena keberhasilan pembangunan ekonomi secara makro
adalah munculnya sekolah-sekolah unggul.

8. Landasan Historis
Sejarah atau historis adalah keadaan masa lampau dengan segala macam
kejadiannya yang didasari oleh konsep tertentu. Landasan historis sendiri
memiliki peranan yang sangat penting dalam pendidikan, karena sejarah masa
lampau dapat menjadi pembelajaran pada masa kini. Sejarah pendidikan juga
dapat dijadikan pembanding untuk memajukan pendidikan bangsa.

9. Landasan Religius
Pendidikan adalah suatu usaha disengaja yang diperuntukan dalam upaya
untuk mengantarkan peserta didik menuju pada tingkat kematangan atau
kedewasaan, baik moral maupun intelektual. Pendidikan tidak semata-mata hanya
berorientasi pada cita-cita intelektual saja. Namun tidak melupakan nilai-nilai
ketuhanan, individual dan social. Artinya, proses pendidikan disamping akan
menuntuk dan memancing potensi intelektual seseorang, juga menghidupkan dan
mempertahankan unsur manusiawi dalam dirinya dengan landasan iman dan
takwa.
Oleh karena itu, pendidikan agama itu tidak akan berhasil bila hanya
diserahkan kepada guru agama. Pendidikan keimanan dan ketakwaan,  inti dari
pendidikan agama, adalah tugas bersama antara guru, sekolah, orang tua, dan
masyarakat. Dalam arti bahwa perlu adanya keterpaduan, baik keterpaduan tujuan,
materi, proses, dan lembaga.
Dengan adanya Undang-Undang (UU) dan fenomena yang terjadi dalam
dunia pendidikan, menjadikan agama sebagai suatu yang wajib untuk dijadikan
landasan dalam proses pendidikan, baik di tingkat dasr maupun menengah, dan
bahkan sampai ke perguruan tinggi.
Landasan religious berisi tentang tuntunan-tuntunan atau pedoman dari
Tuhan kepada manusia untuk dapat mencapai kebahagiaan di dunia dan di akhirat.
Oleh sebab itu, sistem pendidikan nasional mengaharuskan pelajar untuk tidak
hanya mengikuti pendidikan formal saja. Namu, juga mengikuti pendidikan
agama sebagai sistem control atau pengendali diri peserta didik di berbagai
jenjang pendidikan. Sehingga diharapkan peserta didik dapat memiliki
kemampuan akademik dan spiritual yang baik.

10. Landasan Legalistik


Landasan yuridis pendidikan Indonesia adalah  seperangkat konsep
peraturan perundang-undangan yang menjadi titik tolak  sistem pendidikan
Indonesia, yang menurut  Undang-Undang  Dasar (UUD) 1945 meliputi, Undang-
Undang Dasar Republik Indonesia (UUD RI), Ketetapan MPR, Undang-Undang
Peraturan Pemerintah  pengganti undang-undang, peraturan pemerintah,
Keputusan Presiden, peraturan pelaksanaan lainnya, seperti peraturan Menteri,
Instruksi Menteri, dan lain-lain.
Kata landasan dalam hukum berarti melandasi atau mendasari atau titik
tolak. Sementara itu kata hukum dapat dipandang sebagai aturan baku yang patut
ditaati. Landasan hukum pendidikan dapat diartikan peraturan baku sebagai
tempat berpijak atau titik tolak dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan
pendidikan. Beberapa peraturan perundang-undangan yang mengatur pendidikan
antara lain :

1. Undang-Undang Dasar 1945 terutama pasal 31


2. Undang-Undang Nomor 22 Tahun 1999 tentang Otonomi Daerah
3. Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan
Nasional 
4. Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen
5. PP Nomor 19 Tahun 2005 tentang Standar Nasional Pendidikan
6. PP Nomor 48 tahun 2008 tentang Pendanaan Pendidikan
7. PP Nomor 74 tahun 2008 tentang Guru
8. Permendiknas Nomor 22 Tahun 2006 tentang Standar Isi Satuan
Pendidikan Dasar dan  Menengah.
9. Permendiknas Nomor 23 Tahun 2006 tentang Standar Kompetensi
Lulusan Satuan Pendidikan Dasar dan Menengah.
10. Permendiknas Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaaan Permendiknas
Nomor 22 dan 23 Tahun 2006.
11. Permendiknas Nomor 6 Tahun 2007 tentang Perubahan Permendiknas
Nomor 24 Tahun 2006 tentang Pelaksanaan Permendiknas Nomor 22 dan
23 Tahun 2006.
12. Kepmendiknas Nomor 044/U/2002 tentang Dewan Pendidikan dan
Komite Sekolah.
Kebijakan, penyelenggaraan, dan pengembangan pendidikan dalam
masyarakat disalurkan dengan titik tumpu hukum yang sah dan jelas di Indonesia.
dengan adanya peraturan hukum yang sah, maka diharapkan praktik pendidikan
dapat berjalan dengan baik dan tidak terjadi penyimpangan.

11. Asas-Asas Pendidikan di Indonesia serta Penerapannya


Asas pendidikan merupakan tumpuan cara berpikir yang memberikan
corak terhadap pendidikan. Sehingga, dapat dikatakan bahwa asas pendidikan
lebih memfokuskan perhatian pada cara penyelenggaraan pendidikan yang
dilandasi pemikiran-pemikiran tentang bagaimana cara pendidikan dapat maju.
Di Indonesia, sistem pendidikan nasional mengenal adanya tiga asas
pendidikan. Asas-asas tersebut yaitu asas Tut Wuri Handayani, asas Belajar
Sepanjang Hayat, dan asas Kemandirian dalam Belajar.

12. Asas Tut Wuri Handayani

Ki Hajar Dewantara merupakan pencetus pertama asas ini, yang


dicetuskan pada medio 1922, semboyan Tut Wuri Handayani adalah satu dari
tujuh asas Perguruan Nasional Taman Siswa. Dalam asas Perguruan Nasional
Taman Siswa, semboyan Tut Wuri Handayani termaktub dalam butir pertama
yang berbunyi, “Setiap orang mempunyai hak untuk mengatur dirinya sendiri
dengan mengingat tertibnya persatuan dalam peri kehidupan.” Lalu, asas ini
dikembangkan oleh Drs. R. M. P. Sostrokartono kembali denga menambah Ing
Ngarso Sung Tulodo dan Ing Madyo Mangun Karso. Ketiga semboyan tersebut
telah menyatu dan mempunyai arti, sebagai berikut.
1. Ing Ngarso Sung Tulodo, jika di depan memberi contoh.
2. Ing Madyo Mangun Karso, jika di tengah-tengah memberi semangat dan
dukungan.
3. Tut Wuri Handayani, jika di belakang memberi dorongan.

Asas Tut Wuri Handayani ialah inti dari sistem pendidikan. Dalam
perkembangannya, Perguruan Taman Siswa menggunakan asas tersebut untuk
mengubah sistem pendidikan model lama yang cenderung bersifat paksaan,
perintah, dan hukuman.

13. Asas Belajar Sepanjang Hayat


Mungkin inilah agenda besar pendidikan di Indonesia, yakni manusia
Indonesia yang belajar sepanjang hayat. Konsep ini sendiri telah didefinisikan
dengan sangat baik oleh UNESCO, sebuah lembaga di bawah naungan PBB yang
terkonsentrasi dengan urusan pendidikan.
Asas belajar sepanjang hayat (life long learning) adalah sudut pandang
dari sisi lain terhadap pendidikan seumur hidup (life long education). Adapun
kurikulum yang dapat dirancang dan diimplimentasikan harus memperhatikan dua
dimensi ,yaitu dimensi vertikal dan dimensi harizontal.

1. Dimensi Vertikal ; Dimensi vertikal dari kurikulum sekolah meliputi


keterkaitan dan kesinambungan antara tingkatan persekolahan dan
keterkaitan dengan kehidupan peserta didik di masa depan .
2. Dimensi Harizontal; Dimensi harizontal dari kurikulum sekolah meliputi
keterkaitan antara pengalaman belajar di sekolah dengan pengalaman di
luar sekolah.

Menurut Cropley (1970: 2-3, Sulo Lipu La Sulo, 1990: 25-26, dalam
Tirtarahardja, 1994: 121), belajar sepanjang hayat merupakan pendidikan yang
harus :
1. Meliputi seluruh hidup setiap individu
2. Mengarah kepada pembentukan, pembaharuan, peningkatan, dan
penyempurnaan secara sistematis
3. Tujuan akhirnya adalah mengembangkan penyadaran diri setiap indiviu
4. Mengakui kontribusi dari semua pengaruh pendidikan yang mungkin
terjadi.

Jika diterapkan dalam sistem pendidikan yang berlaku saat ini, maka
pendekatan yang sangat mungkin digunakan untuk mencapai asas ini adalah
melalui pendekatan “Pembalajaran dan Pengajaran Kontekstual.” Sedang dalam
konteks pendidikan di Indonesia, konsep “Pembelajaran dan Pengajaran
Kontekstual” sedikit banyak telah termanifestasi ke dalam sistem Kurikulim
Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Selain KTSP – yang notabene merupakan
bagian dari pendidikan formal, maka Asas Belajar sepanjang Hayat juga
termanifestasi dalam program pendidikan non-formal, seperti program
pemberantasa buta aksara untuk warga Indonesia yang telah berusia lanjut, dan
juga program pendidikan informal, seperti hubungan sosial dalam masyarakat dan
keluarga tentunya.

14. Asas Kemandirian dalam Belajar


Keberadaan Asas Kemandirian dalam Belajar memang satu jalur dengan
apa yang menjadi agenda besar dari Asas Tut Wuri Handayani, yakni memberikan
para peserta didik kesempatan untuk “berjalan sendiri.” Inti dari istilah “berjalan
sendiri” tentunya sama dengan konsep dari “mandiri” yang dalam Asas
Kemandirian dalam Belajar bermakna “menghindari campur tangan guru namun
(guru juga harus) selalu siap untuk ulur tangan apabila diperlukan” (Tirtarahardja,
1994: 123).
Dalam kegiatan belajar mengajar, sedini mungkin dikembangkan sikap
kemandirian dalam belajar dengan menghindari campur tangan guru,tetapi guru
selalu siap mengeluarkan tangan bila diperlukan.

Perwujudan asas kemandirian dalam belajar akan menempatkan guru


dalam peran utama sebagai fasilitator dan motivator . salah satu pendekatan yang
memberikan peluang dalam melatih kemandirian belajar peserta didik adalah
sistem CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif).

15. Asas-Asas Pelaksanaan Pendidikan Nasional di Indonesia


Pendidikan di Indonesia dilaksanakan dengan selalu memerhatikan asas-
asas pendidikan berikut ini.

1. Asas semesta, menyeluruh, dan terpadu


2. Asas pendidikan seumur hidup
3. Asas tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat, dan
pemerintah
4. Asas pendidikan berlangsung dalam lingkungan rumah tangga, sekolah,
dan masyarakat
5. Asas keselarasan dan keterpaduan dengan ketahanan nasional dan
wawasan nusantara
6. Asas Bhineka Tunggal Ika
7. Asas keselarasan, keserasian, dan keseimbangan
8. Asas manfaat, adil, dan merata
9. Asas ing ngarso sung tulodo, ing madyo mangun karso, tut wuri
handayani
10. Asas mobilitas, efesensi, dan efektivitas
11. Asas kepastian hukum

UNESCO pada tahun 2000 di Dakar (Senagal) merupakan suatu program


pendidikan bagi semua orang di kawasan asia dan pasifik yang di sebut APPEAL
(asia and pacific programme of education for all). Pertemuan ini melahirkan
deklarasi tentang pendidikan bagi semua, yaitu:

1. Perluasan pendidikan anak dan berbagai kegiatan pengembangannya,


termasuk pendidikan bagi anak miskin dan kelainan fisik/mental.
2. Pendidikan dasar semesta di upayakan melalui program pendidikan dasar
sembilan tahun atau program kejar paket A dan B.
3. Pemberantasan buta huruf.
4. Peningkatan mutu pendidikan dasar dan peelatihan keterampilan yang
diarahkan pada peningkatan kesejahteraan,kesempatan mendapatkan
lapangan pekerjaan,dan peningkatan produktivitas kerja bagi semua
kelompok sasaran warga belajar.
PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Pendidikan sebagai usaha sadar untuk menjadi lebih baik tentunya


memrlukan landasan-landasan pendidikan yang sangat kokoh. Dalam
pembentukan landasan pendidikan, tentunya harus didasaran pada falsafah bangsa
dan diharapkan dapat mengatur kehidupan bangsa di masa yang akan datang.
Dengan pentingnya hal tersebut, maka masyarakat perlu memaknainya dengan
baik. Adapun landasan pendidikan tersebut, yaitu landasan filosofis, sosiologis,
kultural, psikologis, ilmiah dan teknologi, ekonomi, historis, religius, dan
legalistik.

Adapun asas-asas pendidikan di Indonesia, mengenal adanya tiga asas


pendidikan. Asas-asas tersebut yaitu asas Tut Wuri Handayani, asas Belajar
Sepanjang Hayat, dan asas Kemandirian dalam Belajar.

3.2 Saran

Saran yang penulis sampaikan kepada pembaca yaitu hendaknya pembaca


dapat menambah wawasan mengenai landasan dan asas-asas pendidikan serta
penerapannya. Selain itu, diharapkan pembaca dapat berusaha meningkatkan mutu
pendidikan di Indonesia setelah memahami materi tersebut.

Kami menyadari dalam penulisan artikel ini jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran dari pembaca sangatlah diharapkan.
DAFTAR PUSTAKA

Kuneifi , A. E. (2016). Pengantar Pendidikan. Jakarta: Erlangga.

Syaripudin, T. (2012). Landasan Pendidikan. Jakarta: Jenderal Pendidikan Islam


.... Kementerian Agama Republik Indonesia.

Barnadid, I. (1985). Filsafat Pendidikan.Yogyakarta: Yayasan Penerbitan FIP ….


… IKIP Yogyakarta.

Hendroyuwono, W. (1983). Pengantar Psikologi Belajar. Jakarta: Dept.P.dan K.

Anda mungkin juga menyukai