Anda di halaman 1dari 17

BAB I

PENDAHULUAN

Penyelenggaraan pendidikan sekolah dilakukan untuk mengoptimalkan potensi


peserta didik dalam mewujudkan pembelajaran sepanjang hayat. Keberagaman potensi,
cara berpikir, cara berinteraksi, dan acara belajar peserta didik menuntut agar sekolah
mengakomodir dan menggunakan pemahaman terhadap keberagaman tersebut dalam
merencanakan dan mengelola pembelajaran. Hal ini sesuai dengan tujuan pendidikan
nasional yaitu mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman
dan bertaqwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap,
kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab
sebagaimana ditegaskan dalam Undang-Undang No 20 Tahun 2003.
Dalam upaya mencapai tujuan pendidikan tersebut, berbagai kebijakan
penyelenggaraan pendidikan telah ditetapkan, termasuk penetapan standar pendidikan
nasional sebagai kriteria minimal penyelenggaraan pendidikan yang dimaksudkan
sebagai acuan peningkatan mutu pendidikan. Kriteria tersebut merupakan fondasi dalam
perencanaan dan pengelolaan pendidikan dalam upaya peningkatan mutu atau kualitas
pendidikan.
Salah satu kriteria minimal penyelenggaraan pendidikan sekolah adalah memiliki
tumpuan atau dasar pendidikan sebagai asas konseptual yang menyelubungi pendidikan
secara keseluruhan. Biasanya yang dibahas terkait dengan landasan pendidikan ini adalah
hakikat manusia sebagai makhluk pembelajar, situasi, proses, perubahan sosial, aliran
pelaksanaan, hingga permasalahan-permasalahan pendidikan.
Asas atau dasar pendidikan diperlukan sebagai tumpuan diselenggarakannya
pendidikan agar dapat menjalankan fungsinya demi meningkatkan mutu pendidikan itu
sendiri. Dengan kata lain, landasan filosofis pendidikan diperlukan dalam memberikan
rambu-rambu apa dan bagaimana seharusnya pendidikan dilaksanakan. Mengapa kita
harus memiliki landasan seperti itu? Karena pendidikan merupakan salah satu hak dasar
manusia dan berpengaruh besar terhadap kehidupan seseorang. Mulai dari kehidupan
sosial hingga taraf ekonomi seseorang.

1|Page
Tanpa landasan yang jelas, pendidikan dapat menjadi sesuatu yang mencengkram
manusia lewat komersialisasi dan kekhususan yang berdampak pada kesenjangan
pendidikan. Kita sebagai bangsa yang telah mengalami kolonialisasi, telah belajar melalui
cara yang pedih akan hal tersebut. Sedikit mengingat Kembali, tercatat dalam peristiwa
sejarah bangsa Indonesia ketika di masa kolonialisasi Belanda, tidak semua lapisan
masyarakat mendapatkan pendidikan yang layak. Hanya sebagian kecil bahkan golongan
status tertinggi saja yang diberikan pendidikan. Hal tersebut karena pemerintah Hindia
Belanda tidak ingin mencerdaskan rakyatnya, sehingga mereka dapat terus
mengeksploitasi negeri ini.
Berdasarkan latar belakang tersebut, maka seperti apa landasan pendidikan, apa
yang menjadi asas-asas pendidikan, bagaimana peranan landasan pendidikan, apa saja
tujuan serta fungsi pendidikan bagi kehidupan manusia menjadi fokus utama dalam
makalah ini dan akan dibahas dalam pembahasan selanjutnya.

2|Page
BAB II
PEMBAHASAN

2.1. Landasan Filosofis dan Ilmiah Penyelenggaraan Pendidikan Sekolah


Secara sederhana, kata landasan berarti dasar, tumpuan, atau alas. Oleh karena
itu, landasan (pendidikan) merupakan tempat bertumpu, titik tolak atau dasar pijakan
dalam melaksanakan pendidikan. Menurut Fatimah, ada 4 landasan pendidikan yaitu
landasan religius, filosofis, ilmiah, landasan yuridis (Yatimah, 2017: 354).
a. Landasan religius Pendidikan mencakup asumsi dan teori yang bersumber dari
religi atau agama yang menjadi titik tolak dalam rangka praktik pendidikan.
b. Landasan filosofis pendidikan, mencakup berbagai asumsi hingga teori yang
bersumber dari filsafat yang menjadi titik tolak dalam rangka praktik
pendidikan.
c. Landasan ilmiah pendidikan, yaitu asumsi dan teori yang bersumber dari
berbagai cabang atau disiplin ilmu lain yang berhubungan dengan rangka
praktik pendidikan. Landasan ilmiah pendidikan dikenal pula sebagai
landasan empiris, teori, atau faktual pendidikan.
d. Landasan yuridis atau hukum pendidikan, yakni asumsi, teori, dalil, dan
hukum yang bersumber dari peraturan perundang-undangan yang berlaku
yang menjadi titik tolak dalam rangka praktik pendidikan. Dalam dunia
pendidikan, landasan filosofis dan landasan ilmiah menjadi topik utama yang
akan dibahas dalam makalah ini.
Dalam pelaksanaannya, pendidikan menyangkut banyak hal yang
menaunginya. Maka dari itu, sebelum menyentuh landasan-landasan pendidikan,
terdapat inti pokok dari dalam pendidikan yang harus dipahami terlebih dahulu, yakni
asas pendidikan. Asas pendidikan merupakan sesuatu kebenaran yang menjadi dasar
atau tumpuan berpikir, baik pada tahap perancangan maupun pelaksanaan pendidikan.
Khusus di Indonesia, terdapat beberapa asas pendidikan yang memberi arah dalam
merancang dan melaksanakan pendidikan itu. Diantara asas tersebut adalah Asas Tut
Wuri Handayani, Asas Belajar Sepanjang Hayat, dan asas Kemandirian dalam belajar.

3|Page
A. Asas Tut Wuri Handayani
Sebagai asas pertama, Tut Wuri Handayani merupakan inti dari sistem perguruan.
Asas yang dikumandangkan oleh Ki Hajar Dwantara ini kemudian dikembangkan
oleh Drs. R.M.P. Sostrokartono dengan menambahkan dua semboyan lagi, yaitu
Ing Ngarso Sung Tulodo dan Ing Madyo Mangun Karso.
Ketiga semboyan tersebut telah menyatu menjadi satu kesatuan asas yaitu:
1. Ing Ngarso Sung Tulodo (jika di depan memberi contoh)
2. Ing Madyo Mangun Karso (jika ditengah-tengah memberi dukungan dan
semangat)
3. Tut Wuri Handayani (jika di belakang memberi dorongan)
Secara umum, implikasi dari penerapan asas Tut Wuri Handayani dalam
pendidikan adalah sebagai berikut.
1. Seorang pendidik diharapkan memberikan kesempatan kepada siswa untuk
mengemukakan ide dan prakarsa yang berkaitan dengan mata pelajaran yang
diajarkan.
2. Seorang pendidik berusaha melibatkan mental siswa yang maksimal dalam
mengaktualisasikan pengalaman belajar.
3. Peranan pendidik mengarahkan siswa, sebagai fasilitator, motivator dan
pembimbing dalam rangka mencapai tujuan belajar.
4. Dalam proses belajar mengajar dilakukan secara bebas tetapi terkendali,
interaksi pendidik dan siswa mencerminkan hubungan manusiawi serta
merangsang berpikir siswa, memanfaatkan bermacam-macam sumber,
kegiatan belajar yang dilakukan siswa bervariasi, tetapi tetap di bawah
bimbingan guru (Junaid, 2012:84-102).
B. Asas Belajar Sepanjang Hayat
Asas belajar sepanjang hayat (life long learning) merupakan sudut pandang dari
sisi lain terhadap pendidikan seumur hidup (life long education). Pendidikan
sepanjang hayat atau pendidikan seumur hidup, dalam proses belajar mengajar di
sekolah setidaknya mengemban dua hal pokok, yakni: membelajarkan peserta
didik dengan efisien dan efektif, dan kedua; meningkatkan kemauan dan
kemampuan belajar mandiri sebagai basis dari belajar sepanjang hayat.

4|Page
Secara umum, pendidikan sepanjang hayat memungkinkan tiap umat manusia
atau warga negara Indonesia khususnya untuk mendapatkan setidaknya beberapa
poin di bawah ini.
1. Mendapat kesempatan untuk meningkatkan kualitas diri dan kemandirian
sepanjang hidupnya,
2. Meraih kesempatan untuk memanfaatkan layanan lembaga-lembaga
pendidikan yang ada di masyarakat. Lembaga pendidikan yang ditawarkan
dapat bersifat formal, informal, non formal,
3. Mendapatkan kesempatan mengikuti program-program pendidikan sesuai
minat, bakat, dan kemampuan dalam rangka pengembangan pribadi secara
utuh menuju profil Manusia Indonesia Seutuhnya (MIS) berdasarkan
Pancasila dan Undang- Undang Dasar 1945; dan mendapat kesempatan
mengembangkan diri melalui proses pendidikan jalur, jenjang, dan jenis
pendidikan tertentu sebagaimana tersurat dalam Undang-Undang Republik
Indonesia Nomor 20 Tahun 2003.
C. Asas Kemandirian dalam Belajar
Dalam kegiatan belajar mengajar, sedini mungkin dikembangkan kemandirian
dalam belajar itu dengan menghindari campur tangan guru, namun guru selalu siap
untuk ulur tangan bila diperlukan. Perwujudan asas kemandirian dalam belajar
menempatkan guru dalam peran utama sebagai fasilitator dan motivator. Salah satu
pendekatan yang memberikan peluang dalam melatih kemandirian belajar peserta
didik adalah sitem CBSA (Cara Belajar Siswa Aktif).
Kemandirian dalam belajar diartikan sebagai aktivitas belajar yang berlangsung
karena didorong oleh kemauan sendiri, pilihan sendiri, dan tanggung jawab sendiri.
Ada beberapa pandangan tentang belajar mandiri yang diutarakan oleh para ahli
seperti dipaparkan sebagai berikut:
1. Belajar Mandiri memandang siswa sebagai para manajer dan pemilik
tanggung jawab dari proses pelajaran mereka sendiri. Belajar Mandiri
mengintegrasikan self-management (manajemen konteks, menentukan setting,
sumber daya, dan tindakan) dengan self-monitoring (siswa memonitor,
mengevaluasi dan mengatur strategi belajarnya).

5|Page
2. Peran kemauan dan motivasi dalam Belajar Mandiri sangat penting di dalam
memulai dan memelihara usaha siswa untuk mengembangkan potensinya.
3. Dalam belajar mandiri, kendali secara berangsur-angsur bergeser dari guru ke
siswa atau biasa disebut dengan student-centered. Siswa mempunyai banyak
kebebasan untuk memutuskan pelajaran apa dan tujuan apa yang hendak
dicapai dan bermanfaat baginya.

Keberadaan landasan pendidikan memiliki fungsi sebagai berikut.


1. Sebagai pijakan utama yang kokoh dan adil untuk memastikan keadilan
pendidikan seperti dalam landasan hukum pendidikan.
2. Barometer utama untuk memastikan kualitas pendidikan yang terarah sesuai
dengan kebutuhan dan tujuannya.
3. Landasan perlindungan hukum untuk menjaga keadilan dan kemerataan
pendidikan.
4. Perlindungan fungsi pendidikan pada pakemnya agar tidak disalahgunakan
untuk hal yang buruk.

Tentunya landasan pendidikan juga memiliki hasil yang ingin dicapai melalui
kajian dan pengaplikasiannya. Tujuan dari landasan pendidikan adalah sebagai
berikut.
1. Pendidikan menjadi hak seluruh manusia tanpa syarat apa pun.
2. Pemerataan pendidikan baik dari segi kuantitas maupun kualitas bagi seluruh
umat manusia.
3. Terjaganya hak pendidikan bagi seluruh kalangan tanpa terkecuali.
4. Pendidikan berfungsi sebagaimana mestinya, yakni memajukan dan
membantu manusia untuk dan tidak disalahgunakan untuk hal yang negatif
(Elfachmi, 2016).

6|Page
2.2. Landasan Filosofis Penyelenggaraan Pendidikan Sekolah
Berdasarkan pembahasan sebelumnya, dapat diketahui bahwa secara
etimologi atau asal kata, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (1995:260), istilah
landasan diartikan sebagai alas, dasar, atau tumpuan. Kita dapat memahami bahwa
landasan adalah suatu alas atau dasar pijakan dari sesuatu hal, suatu titik tumpu atau
titik tolak dari sesuatu hal. Sementara itu, istilah filosofis berasal dari bahasa Yunani
yang terdiri atas suku kata philein/philos yang artinya cinta dan sophos/sophia yang
artinya kebijaksanaan, hikmah, ilmu, kebenaran. Dengan demikian landasan
filosofis pendidikan dapat didefinisikan sebagai pandangan-pandangan dalam
filsafat pendidikan yang menyangkut keyakinan terhadap hakekat manusia,
keyakinan tentang sumber nilai, hakekat pengetahuan, dan tentang kehidupan yang
lebih baik dijalankan. Sementara itu, landasan ilmiah pendidikan merupakan
asumsi-asumsi yang bersumber dari disiplin ilmu tertentu yang menjadi titik tolak
dalam pendidikan.
Secara filosofis, Pancasila sebagai dasar negara Indonesia merupakan
landasan filosofis sistem pendidikan nasional. Dalam Pasal 2 UU RI No.2 Tahun
1989 menetapkan bahwa pendidikan nasional berdasarkan pada Pancasila dan UUD
1945, sedangkan Ketetapan MPR RI No. II/MPR/1978 tentang P4 menegaskan pula
bahwa Pancasila adalah jiwa seluruh rakyat indonesia, kepribadian bangsa
Indonesia, pandangan hidup bangsa Indonesia, dan dasar negara Indonesia.
Ada 3 makna Pancasila sebagai landasan filosofis pendidikan, yaitu:
a. Dalam merumuskan pendidikan harus dijiwai dan didasarkan pada Pancasila.
b. Sistem pendidikan nasional haruslah berlandaskan Pancasila.
c. Hakikat manusia haruslah diwujudkan melalui pendidikan, sehingga tercipta
manusia Indonesia yang dicita-citakan Pancasila.

Landasan filosofis atau filsafat pendidikan merupakan landasan yang


berkaitan dengan makna atau hakikat pendidikan, yang berusaha menelaah
masalah-masalah pokok dalam pendidikan, seperti apakah pendidikan itu, mengapa
pendidikan diperlukan, dan apa yang seharusnya menjadi tujuan pendidikan.

7|Page
Terdapat beberapa aliran-aliran filsafat pendidikan yang biasa dijadikan
salah satu rujukan dan kajian landasan pendidikan. Aliran-aliran tersebut meliputi:
1. Perenialisme,
Merupakan aliran filsafat pendidikan yang melihat ke belakang, percaya
bahwa kebijaksanaan abadi dari spiritualisme, tradisi, dan agama berbagi
satu satu kebenaran metafisik yang universal di mana semua pengetahuan,
ajaran dan nilai yang baik telah tumbuh.
2. Essensialisme,
Yakni aliran yang ingin kembali pada kebudayaan-kebudayaan warisan
sejarah yang telah terbukti keunggulannya dan kebaikannya bagi kehidupan
manusia.
3. Progressivisme,
Aliran ini percaya bahwa pengetahuan mengenai dunia ini hanyalah sebatas
sebagaimana dunia ini dialami oleh manusia dan Itulah yang dapat
dijangkau oleh ilmu pengetahuan (sains) untuk kita semua.
4. Pedagogi Kritis,
Salah satu unsur pokok dari aliran ini adalah keharusan untuk memandang
sekolah sebagai ruang publik yang demokratis. Sekolah didedikasikan untuk
membentuk pemberdayaan diri dan sosial.
5. Eksistensialisme,
Merupakan salah satu ciri pemikiran filsafat abad 20 yang sangat
mendambakan adanya otonomi dan kebebasan manusia yang sangat besar
untuk mengaktualisasikan dirinya.

8|Page
2.3. Landasan Ilmiah Penyelenggaraan Pendidikan Sekolah
Selain landasan filosofis penyelenggaraan pendidikan, landasan ilmiah
penyelenggaraan pendidikan juga menjadi fokus dalam makalah ini. Landasan
ilmiah atau landasan teori pendidikan merupakan landasan teori yang digunakan
untuk mengkaji dan mempelajari berbagai ilmu yang berhubungan langsung dengan
pendidikan dari segala bidang yang menyelimutinya. Contoh landasan pendidikan
ilmiah dapat meliputi landasan ilmiah pendidikan, yaitu landasan psikologis
pendidikan, landasan sosiologis pendidikan, landasan antropologis pendidikan,
landasan historis pendidikan, dan landasan ekonomi pendidikan yang masing-
masing dijelaskan di bawah ini:
A. Landasan Psikologis Pendidikan
Landasan Psikologis pendidikan adalah asumsi-asumsi yang bersumber dari
hasil studi disiplin psikologi yang dijadikan titik tolak dalam rangka praktik
pendidikan (Yatimah, 2017:117). Di dalam hubungan pendidikan dengan
psikologi, pendidik harus mampu memahami perubahan yang terjadi pada diri
individu, baik perilaku, perkembangan maupun pertumbuhannya.
Atas dasar itulah pendidik perlu memahami landasan pendidikan dari sudut
psikologis. Selain itu, psikologi dan pendidikan merupakan kesatuan yang
sangat sulit dipisahkan. Subjek dan objek pendidikan adalah manusia,
sedangkan psikologi menelaah gejala-gejala perilaku dan perkembangan
psikologis dari manusia.
B. Landasan Sosiologis Pendidikan
Landasan sosiologis pendidikan adalah seperangkat asumsi yang bersumber
dari hasil studi disiplin sosiologi yang dijadikan titik tolak dalam rangka
praktik pendidikan (Yatimah, 2017:126). Dalam hal ini, sebagai pendidik kita
harus mempelajari permasalahan sosial semacam individu dan masyarakat serta
implikasinya terhadap pendidikan.
Dalam proses sosialisasi setiap individu sesuai dengan statusnya dituntut untuk
belajar tentang berbagai peranan dalam konteks kehidupan masyarakatnya
sehingga mereka mampu hidup bermasyarakat dan memasyarakat. Implikasi

9|Page
dari konsep individu dan masyarakat sebagaimana diuraikan di atas, antara lain
bahwa:

a. Pendidikan perlu dilakukan terhadap individu demi terciptanya


konformitas di dalam masyarakat.
b. Dalam konteks tersebut, pendidikan sangat identik dengan sosialisasi.

C. Landasan Historis Pendidikan


Landasan antropologis pendidikan adalah seperangkat asumsi yang bersumber
dari hasil studi disiplin antropologi yang dijadikan titik tolak dalam rangka
praktik pendidikan (Yatimah, 2017:130). Terdapat hubungan timbal balik
antara pendidikan dan kebudayaan. Kebudayaan menjadi input bagi
pendidikan, antara lain dapat kita pahami bahwa:
a. Kebudayaan milik suatu masyarakat yang berupa nilai-nilai dan gagasan-
gagasan akan menggariskan tujuan pendidikan,
b. Wujud kebudayaan berupa nilai-nilai, norma-norma, gagasan-gagasan
dan wujud kebudayaan sebagai suatu kompleks aktivitas berpola dari
suatu masyarakat akan menjadi isi (kurikulum) dan cara-cara (metode)
pendidikan,
c. Wujud fisik berupa bangunan, bendabenda, dan uang merupakan sarana,
alat, dan biaya yang digunakan dalam pendidikan.
D. Landasan Historis Pendidikan
Landasan historis pendidikan merupakan seperangkat konsep dan praktik masa
lampau sebagai titik tolak sistem pendidikan masa kini yang terarah ke masa
depan (Yatimah, 2017:130). Pendidikan masa kini tidak terwujud begitu saja
secara tiba-tiba, melainkan merupakan kesinambungan dari pendidikan pada
masa lampau.
Dalam kesinambungan tersebut, konsep dan praktik pendidikan masa lampau
yang dipandang baik dan berguna akan tetap dipertahankan, sedangkan konsep
dan praktik pendidikan yang dipandang tidak baik dan tidak berguna atau
keliru akan diperbaiki atau dikembangkan sehingga berbeda dengan konsep
dan praktik pendidikan masa lampau. Landasan historis pendidikan Indonesia,

10 | P a g e
antara lain mencakup landasan historis pendidikan mulai dari zaman purba
hingga pendidikan pada masa kini.
E. Landasan Ekonomi Pendidikan
Menurut Pepelasis, dkk (Yatimah, 2017:133) faktor-faktor yang sangat penting
dalam ekonomi (pembangunan) adalah sumber daya alam, sumber daya
manusia, akumulasi odal, teknologi dan kewiraswastaan, serta sosio-budaya.
Faktor ekonomi ang sangat berkesesuaian dengan pendidikan adalah sumber
daya manusia (Mudyahardjo dalam Yatimah, 2017:133). Oleh karena itu,
ditinjau dari sudut pandang ekonomi, pendidikan adalah human
investment atau upaya penanaman modal pada diri manusia (Muchtar dalam
Yatimah, 2017:134).
Terdapat hubungan antara pendidikan dan ekonomi, antara lain melalui
pendidikan tenaga kerja produktif dapat dihasilkan. Sebaliknya, pelaksanaan
pendidikan memerlukan sejumlah dana yang harus dimanfaatkan secara efisien
dan efektif. Dengan demikian, pendidikan diarahkan untuk menghasilkan
tenaga kerja yang produktif dalam menghasilkan barang dan jasa yang
dibutuhkan masyarakat.

2.4. Fungsi Individual Pendidikan bagi Kehidupan Manusia


Pendidikan diartikan sebagai proses belajar seseorang untuk mendapatkan
pengetahuan. Proses belajar ini tidak hanya bisa didapatkan di sekolah atau lembaga
pendidikan lainnya. Karena pendidikan yang pertama kali didapatkan seseorang
berasal dari rumah dan keluarganya. Pendidikan merupakan hal yang penting bagi
seseorang. Kebanyakan orang pasti setuju bahwa pendidikan adalah salah satu
komponen penting dalam hidup. Karena dengan pendidikan, seseorang berpeluang
untuk memperbaiki diri. Seseorang bisa saja kehilangan banyak kesempatan penting
jika mereka mengabaikan pentingnya pendidikan.
Manfaat pendidikan tidak hanya sebatas mendapat ilmu. Bagi individu,
pendidikan dapat bermanfaat untuk meningkatkan kualitas dan kesejahteraan
seseorang, seperti pengembangan keterampilan, peluang kerja, hingga peningkatan
karir. Selain itu, pendidikan juga bisa memberikan manfaat dalam lingkup sosial.

11 | P a g e
Karena bisa jadi seseorang membuka lapangan kerja, atau membantu seseorang
dengan ilmu atau kesejahteraan yang dimiliki.

Ada beberapa fungsi individual pendidikan, diantaranya:


a. Mengurangi Kemiskinan
Banyak anak yang hidup dalam kemiskinan dan tidak memiliki akses ke
pendidikan dasar. Inilah mengapa kurangnya pendidikan dianggap sebagai
penyebab utama kemiskinan. Misalnya, 171 juta orang dapat terangkat dari
kemiskinan jika semua anak dapat lulus dari sekolah dengan kemampuan
membaca dasar. Itu berarti penurunan 12 persen dari total dunia. Selain itu,
peningkatan pembelajaran dinilai dapat membantu mengurangi kemiskinan
absolut hingga 30 persen.
b. Penghasilan Lebih Tinggi
Manfaat pendidikan yang kedua yaitu penghasilan yang didapat bisa lebih
tinggi. Salah satu manfaat pendidikan adalah kemungkinan mendapatkan
penghasilan yang lebih tinggi. Orang yang berpendidikan lebih berpeluang
mendapatkan pekerjaan dengan gaji lebih tinggi. Misalnya, penghasilan
meningkat sekitar 10 persen dengan tambahan setiap tahun sekolah.
Pendidikan tinggi memungkinkan orang untuk memiliki spesialisasi dalam
bidang tertentu, sehingga membuka banyak peluang yang berpenghasilan.
c. Menawarkan Kesetaraan
Manfaat pendidikan yang ketiga yaitu dapat mendukung kesetaraan setiap
orang. Pendidikan adalah salah satu penyeimbang terbesar. Untuk memastikan
bahwa ada kesempatan yang sama bagi setiap orang tanpa memandang ras,
jenis kelamin atau kelas sosial, diperlukan akses yang sama ke pendidikan.
Misalnya, hampir dua per tiga dari 775 juta orang dewasa buta huruf di dunia
adalah perempuan. Kurangnya pendidikan ini sering kali membuat mereka
kehilangan kesempatan kerja yang lebih baik. Selain itu, akses ke pendidikan
dapat meningkatkan pilihan bagi setiap perempuan.

12 | P a g e
d. Meningkatkan Kesehatan
Manfaat pendidikan yang keempat yaitu dapat meningkatkan kesehatan. Anak-
anak dari ibu yang berpendidikan memiliki peluang lebih tinggi untuk
menjalani hidup yang lebih sehat. Misalnya, mereka bisa mendapatkan vaksin
yang lengkap dan pertumbuhan mereka cenderung lebih baik karena asupan
gizi yang lengkap. Anak-anak yang lahir dari ibu dengan pendidikan menengah
atau lebih tinggi, dua kali lebih mungkin untuk bertahan hidup di atas usia lima
tahun dibandingkan dengan mereka yang ibunya mengalami kekurangan dalam
pendidikan.
e. Pertumbuhan Ekonomi
Manfaat pendidikan yang kelima yaitu dapat membantu pertumbuhan ekonomi.
Negara dengan angka melek huruf yang tinggi, memiliki warga dengan
pendapatan per kapita yang tinggi. Sebaliknya, negara berkembang yang
sebagian besar penduduknya hidup di bawah garis kemiskinan biasanya
memiliki angka buta huruf yang tinggi.
f. Mengurangi Tindak Kejahatan
Manfaat pendidikan dapat membentuk rasa benar dan salah dalam diri
seseorang, dan biasanya menanamkan rasa seseorang kepada masyarakat. Orang
yang hidup dalam kemiskinan termasuk yang paling rentan. Karena kurangnya
kesempatan yang mereka dapatkan, mereka terkadang beralih ke kegiatan yang
ilegal. Karena pendidikan meningkatkan peluang, pendidikan juga membantu
orang menghindari aktivitas berbahaya ini.
g. Mengurangi Kekerasan Berbasis Gender
Di banyak daerah, kekerasan berbasis gender berdampak negatif pada hak anak
perempuan atas pendidikan. Rasa takut akan kekerasan fisik menghalangi
banyak perempuan untuk pergi ke sekolah. Namun, manfaat pendidikan juga
dapat memengaruhi pola pikir seseorang secara positif, sehingga mencegah
kekerasan.

13 | P a g e
2.5. Fungsi Sosial Pendidikan bagi Kehidupan Manusia

Salah satu fungsi dari pendidikan adalah fungsi sosial. Orang-orang tidak
memiliki pengetahuan tentang budaya masyarakat mereka. Mereka harus belajar
tentang mereka dan mereka harus belajar bagaimana cara masyarakat mereka
berfungsi. Oleh karena itu, anak-anak saat mereka tumbuh dewasa harus
diperkenalkan ke dalam budaya dan msyarakat yang akan mereka hadapi.
Lembaga pendidikan seperti sekolah dan perguruan tinggi menjalankan
fungsi sosial dalam mencapai tujuan ini. Selain itu, peserta didik memperoleh
pengetahuan akademis melalui sekolah-sekolah dan perguruan tinggi yang akan
mereka butuhkan, juga pada beberapa pengetahuan praktis atau teknis untuk jenis
pekerjaan yang cocok baginya. Pada saat yang sama sekolah dan perguruan tinggi
menanamkan nilai-nilai sosial dan norma-norma di antara mereka.
Meskipun orang belajar banyak dari orang tua mereka atau di klub dan di
antara kelompok temanya, mereka juga belajar lebih banyak tentang budaya
masyarakat mereka dengan sistem pendidikan yang diterapkan. Untuk itu dalam
lembaga pendidikan yang muda terkena norma-norma sosial dan nilai-nilai di luar
yang yang tersedia untuk belajar dalam keluarga dan kelompok sosial lainnya.
Melalui pendidikan, anak dapat mengembangkan kecerdasan fikiran dan
memberikan pengetahuan kepada anak didik serta dapat melestarikan kebudayaan
yang ada, menjamin integrasi kehidupan sosial , mengembangkan sikap dan
kepribadian. Dewey pernah berkata bahwa anak mampu mengembangkan penalaran
dalam hubungan sosial, memupuk kebajikan sosial dan dengan demikian menjadi
agen sosial di masyarakatnya. Ketika ia berbicara tentang efisiensi sosial, ia
mengacu pada efisiensi ekonomi dan budaya, dan ia menyebutnya sosialisasi
individu. Dengan demikian, pendidikan, tidak hanya menjadi bagian dari proses
sosialisasi, tetapi juga merupakan bagian yang sangat penting didapatkan oleh anak
sejak dini.

14 | P a g e
BAB III
PENUTUP

Dalam upaya mencapai tujuan pendidikan tersebut, berbagai kebijakan


penyelenggaraan pendidikan telah ditetapkan, termasuk penetapan standar pendidikan
nasional sebagai kriteria minimal penyelenggaraan pendidikan yang dimaksudkan
sebagai acuan peningkatan mutu pendidikan. kriteria tersebut merupakan landasan
pendidikan yang adalah fondasi dalam perencanaan dan pengelolaan pendidikan dalam
upaya peningkatan mutu atau kualitas pendidikan.
Secara sederhana, landasan pendidikan merupakan tempat bertumpu, titik tolak
atau dasar pijakan dalam melaksanakan pendidikan. Dalam melaksanakan pendidikan,
landasan filosofis dan ilmiah diperlukan untuk menyelenggarakan pendidikan yang
bermutu. Ada pun fungsi Pendidikan meliputi fungsi individual seperti mengurangi
kemiskinan, penghasilan lebih tinggi, menawarkan kesetaraan, meningkatkan Kesehatan,
pertumbuhan ekonomi, mengurangi tindak kejahatan, mengurangi kekerasan berbasis
gender dan fungsi sosial seperti mengembangkan kecerdasan fikiran dan memberikan
pengetahuan kepada anak didik serta dapat melestarikan kebudayaan yang ada, menjamin
integrasi kehidupan sosial , mengembangkan sikap dan kepribadian.

Referensi

1. Elfachmi, A. K. (2016). Pengantar Pendidikan. Bandung: Erlangga.


2. Junaid, H. (2012). Sumber, Azas dan Landasan Pendidikan. Sulesna (Jurnal Wawasan
Keislaman UIN Alauddin Makassar, 7(2), 84–102.
3. Yatimah, D. (2017). Landasan Pendidikan. Jakarta: Alumgadan Mandir.

15 | P a g e
DAFTAR PERTANYAAN

1.Sebutkan contoh : -Dalam merumuskan Pendidikan harus dijiwai dan didasarkan pada

Pancasila.

:-Sistem Pendidikan nasional haruslah berlandaskan Pancasila.

:-Hakikat manusia haruslah diwujudkan melalui Pendidikan,sehingga

Tercipta manusia Indonesia yang dicita-citakan Pancasila.

( Yang bertanya: Laurenzia Rengga Manu)

2. Defenisi tentang filosofis Pendidikan terhadap landasan hukum beridiologi Pancasila

Serta pengamalan-pengamalan yang harus diterapkan.

( Yang bertanya: Joras Jordy laky)

3.Penyelenggaraan Pendidikan dalam filosofi sekolah?

( Yang bertanya: Asnat Agustina killi)


4. Jelaskan apa yang terjadi jika filosofis Pendidikan tidak berjalan dengan baik.?
( Yang bertanya: Irliandi Asmawati Kase )

5. Mengapa landasan filosofis sangat penting bagi dunia Pendidikan dan penerapannya

Pada kurikulum.

( Yang bertanya: Adrianus boli Mean)

JAWABAN

1.Makna pancasila sebagai landasan filosofis pendidikan.

Contoh Dalam merumuskan Pendidikan harus dijiwai dan didasarkan pada Pancasila?

16 | P a g e
1. Upacara apel bendera pada hari senin
2. Mengucapkan pancasila pada upacara bendera
Contoh sistem pendidikan nasional harus berlandaskan pancasila:
1. Toleransi beragama,bersikap adil dengan semua teman di sekolah,melakukan kewajiban di
sekolah dengan tanggung jawab.
2. Bertanggung jawab,mandiri,cerdas dan terampil,serta sehat jasmani dan rohani.

2.Landasan filosofis pendidikan merupakan seperangkat pemikiran dan asumsi yang dijadikan
titik tolak dalam merumuskan konsep pendidikan.
4.Jika tidak berjalan dengan baik pendidik tidak dapat memahami pondasi dari sistem pendidikan
nasional dan tidak berjalannya pendidikan sesuai dengan kepribadian bangsa ,pandangan hidup
dan tidak sesuai dengan prinsip dasar negara.
5. Karena dengan filosofis pendidikan kita dapat mengetahui apa,mengapa,dan bagaimana kita
melakukan pelajaran,siapa yang kita ajar serta mengenai hakikat belajar.

17 | P a g e

Anda mungkin juga menyukai