Jawaban dari pertanyaan tersebut ada dua, yaitu dilihat dari dasar biologis dan sosio
antropologis. Dari dasar biologis, manusia harus dididik/mendidik karena pada dasarnya
manusia dilahirkan tidak berdaya. Berbeda halnya dengan hewan, seperti sapi yang mampu
berjalan setelah beberapa menit dilahirkan oleh ibunya.
Manusia lahir tidak berdaya, tidak bisa langsung bangun dan berjalan sendiri seperti sapi dan
hewan lainnya. Oleh sebab itu, manusia memerlukan pendidikan (dididik) agar mampu
bertahan hidup dan menjalani proses kehidupan.
Dasar yang kedua adalah dasar sosio antropologis, yang menyatakan bahwa peradaban
manusia tidak serta merta ada dengan sendirinya. Peradaban yang meliputi adat istiadat, tata
krama, norma sosial dan sebagainya tidak ada dengan sendirinya, melainkan diturunkan dari
generasi sebekumnya. Untuk kepentingan pewarisan peradaban itulah mengapa manusia
harus dididik oleh generasi sebelumnya dan harus mendidik generasi selanjutnya.
Menurut kamus Bahasa Indonesia Kata pendidikan berasal dari kata ‘didik’ dan mendapat
imbuhan ‘pe’ dan akhiran ‘an’, maka kata ini mempunyai arti proses atau cara atau perbuatan
mendidik. Secara bahasa definisi pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tata laku
seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusiamelalui upaya
pengajaran dan pelatihan.
3. Tujuan Pendidikan
Di dalam UU. No. 20 Tahun 2003 Tentang sistem pendidikan nasional pasal 3 disebutkan
tentang tujuan pendidikan yakni mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia
yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu,
cakap, kreatif, mandiri serta menjadi warga negara yang demokratis juga bertanggung jawab.
4. Sebutkan Asas Pendidikan
1. Asas Tut Wuri Handayani
Tirtaraharja dan La Sulo (Kadir dan dkk, 2012: 112) menyatakan asas tut wuri
handayani pada awalnya merupakan salah satu dari “Asas 1922”, yakni tujuh buah asas dari
Perguruan Nasional Taman Siswa yang didirikan pada 3 Juli 1922. Sebagai asas pertama, tut
wuri handayani merupakan inti dari sistem pamong dan perguruan asas itu. Asas ataupun
semboyan tut wuri handayani yang disampaikan oleh Ki Hadjar Dewantara mendapat
tanggapan positif dari Drs. R. M. P
1. Bahwa setiap orang mempunyai hak untuk mengatur dirinya sendiri dengan
mengingat persatuan dalam peri kehidupan umum.
2. Bahwa pengajaran harus member pengetahuan yang berfaedah, yang lahir dan batin
dapat memerdekan diri.
3. Bahwa pengajaran harus berdasar pada kebudayaan dan kebangsaan sendiri.
4. Bahwa pengajaran harus tersebar luas sampai dapat menjangkau kepada seluruh
rakyat.
5. Bahwa untuk mengejar kemerdekaan hidup yang sepenuhnya lahir maupun batin
hendaklah diusahakan dengan kekuatan sendiri, dan menolak bantuan apa pun dari
siapa pun yang mengikat baik berupa ikatan lahir maupu ikatan batin.
6. Bahwa sebagai konsekuensi hidup dengan kekuatan sendiri maka mutlak harus
membelanjai sendiri segala usaha yang dilakukan.
7. Bahwa dalam mendidik anak-anak perlu adanya keihklasan lahir dan batin untuk
mengorbankan segala kepentingan prbadi demi keselamatan dan kebahagiaan anak-
anak.
Asas ini pulalah yang mendorong Taman Siswa untuk mengganti sistem pendidikan cara
lama yang menggunakan perintah, paksaan dan hukuman sistem khas Taman Siswa yang
didasarkan pada perkembangan kodrati. Dari asas ini pulalah lahir “Sistem Among” dimana
guru memperoleh sebutan “pamong”, yaitu sebagai pemimpin yang berdiri di belakang
sengan semboyan tut wuri handayani, yaitu tetap mempengaruhi dengan memberi
kesempatan anak didik untuk berjalan sendiri dan tidak terus menerus dicampuri, diperintah
atau dipaksa. Jadi, “Sistem Among” adalah cara pendidikan yang dipakai dalam sistem
Taman Siswa dengan maksud mewajibkan pada guru supaya mengingatkan kodrat-idradatnya
pada siswa dengan tidak melupakan segala keadaan yang mengelilinginya.
Perancangan dan implementasi kurikulum yang memerhatikan kedua dimensi itu akan
mendekatkan peserta didik dengan sumbe belajar yang ada disekitarnya. Kemampuan dan
kemauan menggunakan sumber belajar yang tersedia itu memberi peluang terwujudnya
belajar sepanjang hayat. Dan masyarakatnya yang memiliki semangat belajar sepanjang hayat
akan menjadi suatu masyarakat yang gemar belajar (learning society).
Asas tut wuri handayani maupun belajar sepanjang hayat secara langsung berkaitan dengan
asas kemandirian dalam belajar. Asas tut wuri handayani pada prinsipnya bertolak dari
asumsi kemampuan peserta didik untuk mandiri, termasuk mandiri dalam belajar. Asas
belajar sepanjang hayat hanya dapat diwujudkan apabila didasarkan pada asumsi bahwa
peserta didik mau dan mampu mandiri dalam belajar.
Perwujudan asas kemandirian dalam belajar akan menempatkan guru, dalam peran utama
sebagai fasilitator dan motivator di samping peran-peran lain seperti informator, organisator,
dan sebagainya. Sebagai fasilitator, guru diharapkan menyediakan dan mengatur berbagai
sumber belajar, sehingga memudahkan peserta didik untuk berinteraksi dengan sumber-
sumber tersebut. Di sisi lain sebagai motivator, mengupayakan timbulnya prakarsa peserta
didik untuk memanfaatkan sumber belajar.
6. Standar Pendidikan
1. Standard Isi
Standar yang pertama adalah standar isi. Yang diatur dalam standar isi mencakup komponen
materi dan tingkat kompetensi minimal yang dimiliki oleh siswa pada suatu jenjang
pendidikan. Standar isi memuat beberapa hal, yaitu kerangka dasar dan struktur kurikulum,
beban belajar, Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), dan kalender akademik.
Dengan kata lain, standar isi merupakan standar yang mengatur materi dan kompetensi dari
suatu jenjang pendidikan demi terwujudnya lulusan yang kompeten.
2. Standar Proses
Yang kedua adalah standar proses. Standar proses ini berkaitan dengan proses pelaksanaan
pembelajaran di masing-masing jenjang pendidikan. Dalam menyelenggarakan proses
pembelajaran, setiap instansi pendidikan harus melakukannya dengan interaktif, inspiratif,
menyenangkan, dan partisipatif atau mengikutsertakan peserta didik dalam proses
pembelajaran.
Baik pendidik maupun tenaga kependidikan harus memiliki kualifikasi akademik dan
kompetensi yang sesuai agar tujuan pendidikan bisa tercapai. Kualifikasi akademik yang
dimaksud adalah syarat minimal pendidikan yang harus dimiliki. Tidak hanya kualifikasi
akademik, seorang pendidik juga harus menguasai kompetensi pedagogik, kompetensi
kepribadian, kompetensi profesional, dan kompetensi sosial.
6. Standar Pengelolaan
Yang keenam dari 8 standar pendidikan nasional Indonesia adalah standar pengelolaan.
Standar pengelolaan dibagi menjadi tiga bagian, yaitu standar pengelolaan oleh satuan
pendidikan, standar pengelolaan oleh pemerintah daerah, dan standar pengelolaan oleh
pemerintah.
7. Standar Pembiayaan
Standar pendidikan yang ketujuh adalah standar pembiayaan. Proses pendidikan bisa
terselenggara karena adanya pembiayaan yang berkelanjutan. Pembiayaan dalam dunia
pendidikan terdiri dari tiga komponen, yaitu : Biaya investasi Yang termasuk biaya investasi
adalah penyediaan sarana dan prasarana, biaya untuk pengembangan sumber daya manusia,
dan biaya untuk modal kerja tetap. Biaya personal Yang dimaksud dengan biaya personal
adalah biaya yang dibayarkan oleh peserta didik agar bisa mengakses pendidikan secara
berkelanjutan. Biaya operasi Yang termasuk biaya operasi pendidikan adalah gaji serta
tunjangan untuk pendidik dan tenaga kependidikan, perlengkapan habis pakai, termasuk juga
biaya listrik, air, koneksi internet, dan sejenisnya.