Anda di halaman 1dari 10

UTS Landasan Ilmiah Ilmu Pendidikan

Nama : Rosa Fitriani R


Prodi : Teknologi Pendidikan (Kelas A)
Dosen Pengampu : Prof. Dr. Syamsidar, M. Pd.

1. Landasan ilmiah ilmu pendidikan berdasarkan konsep Filsafat ilmu sangat berpengaruh
dalam memaknai pendidikan.
a. Beri uraian bagaimana peran filsafat terhadap pendidikan, buat sebuah kasus dan apa
yang menjadi kontribusi filsafat tersebut.
Jawaban :
Pendidikan merupakan usaha sadar serta terencana yang memiliki fungsi sebagai
sebuah pengembangan potensi yang dimiliki oleh manusia supaya dapat berguna untuk
kelangsungan dimasa yang akan datang. Filsafat diakui sebagai induk ilmu pengetahuan
yang mampu menjawab segala pertanyaan dan permasalahan. Peran filsafat dalam
dunia Pendidikan adalah memberikan acuan bidang filsafat Pendidikan guna
mewujudkan cita-cita Pendidikan yang diharapkan oleh suatu masyarakat atau bangsa.

Selanjutnya, kita mencoba memahami dua dasar kata ini terlebih dahulu. Terdapat dua
istilah yang dahulu perlu kita kaji dalam rangka memahami pengertian landasan
pendidikan, yaitu istilah landasan dan istilah pendidikan. Di dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (1995:260) istilah landasan diartikan sebagai alas, dasar, atau
tumpuan. Adapun istilah landasan sebagai dasar dikenal pula sebagai fondasi. Mengacu
kepada pengertian tersebut, kita dapat memahami bahwa landasan adalah suatu alas atau
dasar pijakan dari sesuatu hal; suatu titik tumpu atau titik tolak dari sesuatu hal; atau
suatu fundasi tempat berdirinya sesuatu hal.

Berdasarkan sifat wujudnya terdapat dua jenis landasan, yaitu: (1) landasan yang
bersifat material, dan (2) landasan yang bersifat konseptual. Contoh landasan yang
bersifat material antara lain berupa landasan pacu pesawat terbang dan fundasi
bangunan gedung. Adapun contoh landasan yang bersifat konseptual antara lain berupa
dasar Negara Indonesia yaitu Pancasila dan UUD RI Tahun 1945; landasan pendidikan,
dan sebagainya.
Landasan pendidikan tergolong ke dalam jenis landasan yang bersifat konseptual.
Landasan yang bersifat konseptual pada dasarnya identik dengan asumsi, yaitu suatu
gagasan, kepercayaan, prinsip, pendapat atau pernyataan yang sudah dianggap benar,
yang dijadikan titik tolak dalam rangka berpikir (melakukan suatu studi) dan/atau dalam
rangka bertindak (melakukan suatu praktik).

Berdasarkan uraian di atas dapat disimpulkan bahwa landasan filosofis pendidikan


adalah asumsi filosofis yang dijadikan titik tolak dalam rangka studi dan praktek
pendidikan. Sebagaimana telah kita pahami, dalam pendidikan mesti terdapat momen
studi pendidikan dan momen praktek pendidikan.

Asumsi-asumsi yang menjadi titik tolak dalam rangka pendidikan berasal dari berbagai
sumber, dapat bersumber dari agama, filsafat, ilmu, dan hukum atau yuridis.
Berdasarkan sumbernya jenis landasan pendidikan dapat diidentifikasi dan
dikelompokkan menjadi:
1) landasan religius pendidikan,
2) landasan filosofis pendidikan,
3) landasan ilmiah pendidikan, dan
4) landasan hukum/yuridis pendidikan.

Contoh kasus:
Saya mengambil kasus terkait perubahan kurikulum saat ini tepatnya dalam Kurikulum
Merdeka ada salah satu hal baru yang diangkat yakni hilangnya nomenklatur mata
pelajaran Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn), berganti Pendidikan
Pancasila.

Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek), Nadiem


Anwar Makarim pada peringatan Hari Lahir Pancasila menyampaikan bahwa
peringatan ini menjadi momen penting untuk kembali mengingat cita-cita para pendiri
bangsa untuk mewujudkan masyarakat yang hidup berdampingan dengan semangat
bergotong royong di tengah keberagaman. Demi mewujudkan cita-cita besar tersebut,
Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek)
menetapkan mata pelajaran Pendidikan Pancasila dalam Kurikulum Merdeka.
Hal ini dikarenakan Implementasi Pendidikan Pancasila melalui Kurikulum Merdeka
mengedepankan proses belajar yang menyenangkan dan relevan sehingga anak-anak
kita memahami cara mengimplementasikan nilai-nilai Pancasila di kehidupan sehari-
hari. Penerapan mata pelajaran Pendidikan Pancasila ini sebagai komitmen Pemerintah
untuk mengimplementasikan Peraturan Pemerintah Nomor 4 Tahun 2022 tentang
Standar Nasional Pendidikan.

Selain itu, implementasi profil pelajar Pancasila juga erat kaitannya dengan Pendidikan
Pancasila tersebut. Dimana dimensi-dimensi dari enam profil Pelajar Pancasila yaitu
sebagai tujuan besar dari pendidikan karakter berbasis Pancasila. Enam profil tersebut
juga diambil dari nilai-nilai Pancasila, yang meliputi beriman, bertakwa kepada Tuhan
YME, dan berakhlak mulia; berkebinekaan global; mandiri; bergotong royong; bernalar
kritis; dan kreatif,

Sejalan dengan konsep gotong royong sebagai salah satu nilai mendasar yang diusung
oleh Pancasila, kolaborasi untuk membentuk karakter generasi penerus yang
berlandaskan nilai-nilai Pancasila menjadi hal yang penting. Sesuai Undang-Undang
Nomor 3 Tahun 2017 tentang Sistem Perbukuan, buku yang disusun untuk siswa
nantinya akan menjadi salah satu rujukan utama Pendidikan Pancasila, bersama dengan
buku teks yang disusun oleh Kemendikbudristek.

Kasus ini sangat penting untuk saya telaah. Bagaimana pemerintah merubah kurukulum
ini tapi tetap bertumpu pada dasar negara kita yakni Pancasila dan UUD 1945. Dimana
pelajaran Pendidikan dan Kewarganegaraan (PPKn) kini berubah menjadi Pendidikan
Pancasila. Pelajaran yang berorientasi membentuk “kepatuhan” ketimbang
“kecerdasan” warga negara. Warga negara yang pasif dan penurut daripada aktif,
partisipatif, dan demokratis. Siswa sekadar obyek bukan subyek pembelajaran. Tak
heran membuat siswa mengantuk selama ini.

b. Mengapa selalu terjadi perubahan tentang kurikulum pendidikan dan apa yg menjadi
acuannya.

Jawaban :

Suatu bangsa akan berkembang jika memiliki sumber daya manusia yang bermutu.
Mutu manusia yang tinggi akan diperoleh melalui proses Pendidikan. Dalam
pelaksanaan proses Pendidikan, perlu dikembangkan suatu kurikulum yang memiliki
peran penting dalam mencipatkan generasi muda yang cerdas, berkompetensi,
berkarakter, berakhlak, dan menciptakan ide-ide baru dan dapat bertanggungjawab.
Agar mutu Pendidikan sesuai dengan perkembangan zaman, maka perlu dilakukan
usaha penetapan kurikulum baru yang sesuai dan efektif.

Kurikulum merupakan suatu hal yang amat penting dalam Pendidikan. Mengutip
pendapat Olivia (1997:22) yang mengatakan bahwa kurikulum adalah sebuah bangunan
atau konsep atau verbalisasi ide yang sangat kompleks atau juga seperangkat ide. Dari
pendapat tersebut, dapat kita ketahui bahwa kurikulum adalah suatu perangkat dalam
pembelajaran yang sangat penting guna dapat mencapai apa yang diharapkan, yang
merupakan konsep atau gagasan baru dari hasil rancangan bersama yang telah
memperhitungkan kelemahan dan kekuatannya.

Acuan dalam perubahan kurikulum antara lain terjadinya perubahan di system


pemerintahan. Pergantian presiden misalnya, menuntut adanya perubahan-perubahan
diberbagai bidang termasuk Pendidikan. Selanjutnya, perubahan kemajuan teknologi
informasi dan perkembangan zaman yang semakin maju. Perubahan kurikulum
diharapkan dapat mengimbangi arus perubahan dan kemajuan sehingga tidak terjadi
ketertinggalan informasi.

Selain itu, muncul gagasan baru dari para ahli Pendidikan terkait dengan adanya gaya
belajar baru maupun penemuan baru lainnya dalam dunia Pendidikan. Gagasan-
gagasan ini bukan hasil rancangan yang baru dipikirkan, namun telah mengalami proses
yang cukup panjang sehingga dimunculkan untuk pembaharuan yang sesuai dengan
zaman. Dan yang terakhir adalah adanya perubahan pada masyarakat, baik sifat,
prilaku, kebiasaan, dan trend yang cepat sehingga perlu untuk diseimbangkan dengan
proses belajar di sekolah-sekolah.

Dapat kita simpulkan banyak hal yang menyebabkan berubahnya suatu kurikulum.
Seperti kurikulum saat ini, yaitu Kurikulum Merdeka. Banyak faktor yang melandaskan
perubahan ini. Dimana sejatinya Kurikulum Merdeka dirancang untuk mengatasi krisis
belajar dengan meningkatkan kualitas pembelajaran di semua satuan pendidikan.
Dengan Kurikulum Merdeka para pendidik dapat memperkuat budaya refleksi, budaya
belajar, dan berbagi sesama pendidik. Kurikulum Merdeka dirancang untuk
menciptakan lingkungan belajar yang aman, nyaman, inklusif dan menyenangkan.
Kurikulum Merdeka mentransformasi praktik pembelajaran yang berpusat pada peserta
didik sehingga diharapkan dapat meningkatkan hasil belajar (literasi dan numerasi) dan
membentuk karakter pelajar sepanjang hayat.

c. Beri contoh kasus mengenai hubungan antara filsafat pancasila dengan filsafat
pendidikan untuk memaknai tentang defrensiasi pendidikan. Bagaimana hubungannya
dengan pendidikan abad 21.
Jawaban :
Sebagaimana penjelasan diatas, dimana Landasan Pancasila adalah pijakan awal
perubahan kurikulum saat ini. Sampai-sampai, pemerintah mengubah pelajaran
Pendidikan Pancasila dan Kewarganegaraan (PPKn) menjadi Pendidikan Pancasila
disekolah. Pemerintahpun menginstruksikan untuk menjadikan pelajaran ini menjadi
pelajaran wajib. Nyata dukungan kuat pemerintah akan perubahan kurikulum saat ini.

Selanjutnya, perubahan yang dimaksud adalah cara membangun budaya belajar yang
betul-betul berpihak kepada anak, yang betul-betul memberi ruang kepada setiap
individu anak untuk tumbuh dan berkembang sesuai dengan fitrahnya. Karena yang
lebih menentukan tumbuh kembang anak adalah kodratnya sebagai manusia yang
berpikir.

Anak-anak tumbuh dan berkembang berdasarkan kodratnya. Untuk itu dalam proses
pendidikan, konsep merdeka harus diartikan sebagai memberikan ruang yang seluas-
luasnya kepada anak untuk menggunakan pola pikir mereka dengan cara belajar
mereka. Sehingga mereka menemukan jati dirinya sejak dini, dan setiap anak pasti
memiliki potensi yang berbeda antara anak satu dengan anak yang lainnya.

Dengan kemampuan yang berbeda-beda itulah, anak-anak akan saling berkolaborasi.


Inilah yang dihadirkan dalam Kurikulum Merdeka sehingga secara nasional
memberikan ruang yang seluas-luasnya kepada satuan pendidikan untuk mengelola
secara teknis pelaksanaanya. Pembelajaran berpusat kepada anak itu artinya
menghidupkan mesin belajar yang ada di dalam diri setiap anak, sehingga dia menjadi
manusia yang siap menghadapi tantangan zaman.

Selanjutnya, menyahuti berbagai perbedaan yang ada dalam diri peserta didik, seperti
kesiapan belajarnya, gaya belajarnya, dan minat serta bakat awal yang dimilikinya,
pemerintahpun menawarkan sebuah pembelajaran yang bisa mengakomodir semua
perbedaan tadi, yang disebut dengan Pembelajaran Berdiferensiasi.
Pembelajaran berdiferensiasi adalah teknik instruksional atau pembelajaran di mana
guru menggunakan berbagai metode pengajaran untuk memenuhi kebutuhan individual
setiap siswa sesuai dengan kebutuhan mereka. Kebutuhan tersebut dapat berupa
pengetahuan yang ada, gaya belajar, minat, dan pemahaman terhadap mata pelajaran.

Pada dasarnya, pembelajaran berdiferensiasi memungkinkan setiap guru untuk bertemu


dan berinteraksi dengan siswa pada tingkat yang sebanding dengan tingkat pengetahuan
mereka untuk kemudian menyiapkan preferensi belajar mereka.

Untuk itulah maka pembelajaran berdiferensiasi ini memiliki tujuan untuk menciptakan
kesetaraan belajar bagi semua siswa dan menjembatani kesenjangan belajar antara yang
berprestasi dengan yang tidak berprestasi. Singkatnya, pembelajaran berdiferensiasi
adalah proses pembelajaran yang dibuat sedemikian rupa sehingga siswa merasa
tertantang untuk belajar.

Contoh kasusnya : Bahwa beberapa siswa pasti memiliki tingkat pengetahuan yang
baik tentang suatu topik belajar tertentu, sedangkan siswa yang lain tidak karena siswa
tersebut memiliki pengetahuan yang sama sekali baru dengan topik tersebut. Selain itu,
beberapa orang siswa juga memiliki kemampuan pemahaman yang lebih baik dan lebih
cepat jika ia mendengarkan penjelasan gurunya secara langsung atau melalui audio,
sedangkan beberapa orang siswa lagi dapat belajar secara efektif apabila ia
berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran, dan beberapa orang siswa lainnya harus
menghabiskan waktunya untuk membaca sendiri guna mendapatkan pengetahuan
secara utuh dan lebih lengkap. Selain itu, kita juga mungkin memiliki anak-anak yang
senang belajar dan berkolaborasi dalam sebuah kelompok kecil, sementara beberapa
anak lainnya lebih suka belajar secara mandiri.

Adanya perbedaan-perbedaan ini mesti disikapi oleh setiap guru dengan cara
menampilkan diferensiasi konten dan berbagai pendekatan yang dapat memastikan
bahwa semua materi belajar telah disesuaikan dengan kebutuhan peserta didik yang
memiliki kemampuan berbeda.

Ada empat faktor yang ikut berperan dalam meningkatkan pembelajaran yang berbeda
ini, yakni: konten, proses, produk, dan lingkungan belajar. Pada prinsipnya, dalam
pembelajaran berdiferensiasi ini, tujuan pembelajaran di kelas mesti sama meskipun
bahan ajar, penilaian, dan metode penyampaiannya bisa berbeda berdasarkan kebutuhan
masing-masing siswa.
Berbagai alasan diatas jelas terlihat bahwa filsafat pendidikan kita berlandaskan
Pancasila serta terdapat pembelajaran yang dapat mengakomodir berbagai perbedaan
siswa, yaitu Pembelajaran Berdiferensiasi. Pembelajaran inipun menjadikan siswa
sebagai pemimpin pembelajaran. Hal ini erat kaitannya dengan Pembelajaran Abad 21.
Dimana pembelajaran abad 21 merupakan suatu peralihan pembelajaran dimana
kurikulum yang dikembangkan menuntun sekolah untuk mengubah pendekatan
pembelajaran dari teacher centred menjadi student centered. Hal ini sesuai dengan
tuntutan masa depan dimana peserta didik harus memiliki kecakapan berpikir dan
belajar. Kecakapan-kecakapan tersebut antara lain kecakapan memecahkan masalah,
berpikir kritis, kolaborasi, dan kecakapan berkomunikasi.

Konsep pembelajaran abad 21 menggunakan 4C sangat relevan dengan Kurikulum


Merdeka saat ini. Dimana konsep 4C meliputi:

1) Critical Thinking and Problem Solving (Berpikir Kritis & Pemecahan Masalah)
2) Creativity and Innovation (Daya Cipta dan Inovasi)
3) Collaboration (Kerjasama)
4) Communication (Komunikasi)

Prinsip Pokok Pembelajaran ABAD 21, Menurut Jennifer Nichols, dalam Rohim, Bima,
Julian (2016) menyederhanakannya ke dalam 4 prinsip pokok pembelajaran abad ke 21
yang dijelaskan dan dikembangkan seperti berikut ini: pertama, Instruction should be
student-centered. Pengembangan pembelajaran seyogyanya menggunakan pendekatan
pembelajaran yang berpusat pada siswa. Siswa ditempatkan sebagai subyek
pembelajaran yang secara aktif mengembangkan minat dan potensi yang dimilikinya.
Siswa tidak lagi dituntut untuk mendengarkan dan menghafal materi pelajaran yang
diberikan guru, tetapi berupaya mengkonstruksi pengetahuan dan keterampilannya,
sesuai dengan kapasitas dan tingkat perkembangan berfikirnya, sambil diajak
berkontribusi untuk memecahkan masalah- masalah nyata yang terjadi di masyarakat.

Kedua, Education should be collaborative. Siswa harus dibelajarkan untuk bisa


berkolaborasi dengan orang lain. Berkolaborasi dengan orang-orang yang berbeda dalam
latar budaya dan nilai-nilai yang dianutnya. Dalam menggali informasi dan membangun
makna, siswa perlu didorong untuk bisa berkolaborasi dengan teman-teman di kelasnya.
Dalam mengerjakan suatu proyek, siswa perlu dibelajarkan bagaimana menghargai
kekuatan dan talenta setiap orang serta bagaimana mengambil peran dan menyesuaikan
diri secara tepat dengan mereka.

Ketiga, Learning should have context. Pembelajaran tidak akan banyak berarti jika tidak
memberi dampak terhadap kehidupan siswa di luar sekolah. Oleh karena itu, materi
pelajaran perlu dikaitkan dengan kehidupan sehari-hari siswa. Guru mengembangkan
metode pembelajaran yang memungkinkan siswa terhubung dengan dunia nyata (real
word). Guru membantu siswa agar dapat menemukan nilai, makna dan keyakinan atas
apa yang sedang dipelajarinya serta dapat mengaplikasikan dalam kehidupan sehari-
harinya. Guru melakukan penilaian kinerja siswa yang dikaitkan dengan dunia nyata.

Keempat, Schools should be integrated with society. Dalam upaya mempersiapkan siswa
menjadi warga negara yang bertanggung jawab, sekolah seyogyanya dapat memfasilitasi
siswa untuk terlibat dalam lingkungan sosialnya.

Dari berbagai alasan diatas, jelas terlihat bahwa erat kaitannya antara Kurikulum
Merdeka dengan Pembelajaran Abad 21. Langkah-langkah di Kurikulum Merdeka
tergambarkan dalam Pembelajaran Abad 21.

2. "Sekolah alam"

a) Bagaimana pendapatmu? beri argumentasimu tentang kurikulumnya dan bagaimana


hubungannya dengan program merdeka belajar.
Jawaban :

Sekolah alam adalah suatu bentuk Pendidikan alternative mengenai system sekolah
dengan konsep Pendidikan berbasis alam semesta. Merujuk pada pengertian dari
Komunitas Sekolah Alam(2005) yang mendefinisikan sekolah alam sebagai sekolah
dengan konsep Pendidikan berbasis alam semesta yang menggunakan sumber daya
alam di lingkungan sekitar sekolah.

Sebagai sebuah gagasan dalam dunia Pendidikan, sekolah alam memberikan pilihan
bagi masyarakat dalam mendidik anak bangsa. Penerapan kurikulum yang
mengedepankan pembelajaran langsung dialam, mengamati, menguji hipotesis, dan
mengajarkan lifeskill tentu memberikan manfaat sesuai dengan tujuan pembelajaran
yang sudah dirancang. Kurikulum yang dirancang sedemikain rupa memberikan
pengalaman belajar dan Pendidikan karakter kepada murid. Ini sesuai dan sejalan
dengan program merdeka belajar yang mengedapankan pembelajaran yang berpihak
pada murid serta menyesuaikan dengan bakat dan minatnya terhadap suatu ilmu
pengetahuan. Selain itu, jika dikaji dari cara melakukan asesmen, antara yang dilakukan
oleh guru di sekolah alam dengan cara asesmen dalam kurikulum merdeka, memiliki
suatu pola yang serupa. Mendukung adanya asesmen awal serta melakukan asesmen
formatif dan sumatif.

Kurikulum pada sekolah alam memungkinan murid untuk melakukan eksplorasi


langsung dengan melakukan berbagai kegiatan pembelajaran langsung di alam bebas.
Hal ini juga dimungkinkan dalam kurikulum merdeka dimana diarahkan agar
pembelajaran melaksanakan P5 yang menggunakan tema-tema tertentu yang membuat
anak bereksplorasi di lingkungan terdekatnya.

b. Berikan landasan teori belajar dari para ahli ke para ahli teknologi pendidikan mengenai
kurikulum merdeka belajar.
Jawaban :
Penerapan suatu kurikulum tentunya berdasarkan pada sejumlah kajian yang dilakukan
oleha para ahli di bidang Pendidikan. Salah satu hal yang menjadi dasar adalah teori
belajar yang telah dicetuskan oleh banyak ahli sebelumnya.
Mengutip dari laman https://gurudikdas.kemdikbud.go.id/, dikatakan bahwa Kurikulum
Merdeka Belajar merupakan suatu terobosan baru untuk meningkatkan kualitas
Pendidikan. Dalam penerapan kurikulum merdeka ini menekankan pada proses
pembelajaran, pembelajaran dan asesmen yang feksibel, penerapan P5 dengan aktivitas
project based learning yang multi disiplin ilmu. Dari penjelasan tersebut, dapat
disimpulkan bahwa kurikulum merdeka belajar memiliki semangat yang selaras dengan
paradigma pembelajaran konstruktivisme.

Asumsi dasar dan fundamental dari epsitemologi konstruktivisme adalah pengetahuan


tidak eksis tanpa pemikiran manusia, pengetahuan dibentuk oleh pemikiran manusia
(Charalambos, 2000). Epistemologi konstruktivisme merujuk pada pandangan filosofis
dimana pengetahuan dibangun melalui interaksi dengan sesama, komunitas dan
lingkungan, dan pengetahuan bukan sesuatu yang absolut (Harasim, 2017).
Berdasarkan epistemologi konstruktivisme tersebut maka teori pembelajaran
kontruktivisme,menurut Ertmer dan Newby (2013) tidak berpandangan sama dengan
behaviorisme dan kognitivisme dimana pengetahuan bebas dari pemikiran manusia dan
dapat dipetakan dalam pemikiran manusia. Konstruktivisme tidak menampik realita di
luar pemikiran manusia tapi apa yang manusia ketahui tentang dunia luar dibentuk oleh
interpretasi dan pengalaman manusia. Manusia membentuk makna dan bukan
mengakuisisi makna.

Berdasarkan berbagai teori diatas, dapat disimpulkan bahwa Kurikulum Merdeka


berdasarkan pada teori belajar konstruktivisme yang memungkinkan murid untuk
mendapatkan keleluasaan dalam mengeksplorasi pengetahuan yang dibutuhkannya.
Selain itu, murid juga ditempatkan dalam eksosistem pembelajaran yang kolaboratif
dalam interaksi positif yang memungkinkan untuk belajar dengan nyaman serta dapat
mencapai tujuan pembelajaran yang penuh dengan pengalaman bermakna.

Anda mungkin juga menyukai