Anda di halaman 1dari 17

PROJECT

TEORI BELAJAR DALAM MENGEMBANGKAN MODEL PEMBELAJARAN

Disusun Oleh:

Rika Lasmini Ritonga (8236121012)

Rosa Fitriani R (8236121013)

DOSEN PENGAMPU: Prof. Dr. Naeklan Simbolon, M. Pd.

JURUSAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN

PROGRAM PASCASARJANA

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2023
KATA PENGANTAR

Rasa syukur selalu penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena Project
ini dapat diselesaikan sesuai dengan yang ditentukan. Selanjutnya penulis
mengucapkan terima kasih kepada seluruh pihak yang telah memberi kesempatan kepada
penulis untuk membuat dan menyelesaikan Project ini. Sehingga penulis memperoleh banyak
ilmu, informasi dan pengetahuan selama membuat dan menyelesaikan Project ini.
Penulis berharap semoga Project ini berguna bagi pembaca meskipun terdapat banyak
kekurang sempurnaan di dalamnya. Akhir kata penulis meminta maaf sebesar-besarnya
kepada pihak pembaca maupun pengoreksi jika terdapat kesalahan dalam penulisan,
penyusunan maupun kesalahan lain yang tidak berkenan di hati pembaca maupun pengoreksi,
karena hingga saat ini penulis masih dalam proses belajar. Oleh karena itu penulis memohon
kritik dan sarannya demi kemajauan bersama.

Medan, Desember 2023

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................i
DAFTAR ISI.................................................................................................................... .ii
BAB I PENDAHULUAN.................................................................................................1
1.1 Latar Belakang………………......................................................................................1
1.3 Tujuan……...................................................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................3
2.1 Alat dan bahan yang digunakan....................................................................................3
2.2 Kajian Pustaka….……………….................................................................................5
2.3 Dukungan Data……...…………………………………….…….................................6
2.4 Informasi Awal…...…………………………………………………….….................6
2.5 Langkah-langkah kegiatan…………………………………………………..........…..6
2.6 Hasil Kegiatan……………………………………………………………...................9
BAB IV PENUTUP..........................................................................................................11
4.1Kesimpulan...................................................................................................................11
4.2 Rekomendasi................................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................12
LAMPIRAN……………………………………………………………………………..13

ii
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Pembelajaran konstruktivisme dapat ditambah dengan penggunaan media, seperti web
learning dan social media learning, yang sejalan dengan teori konstruktivistik.
Pembelajaran dengan media sosial memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
berinteraksi, berkolaborasi, berbagi informasi dan pemikiran secara bersama. Selain itu,
pembelajaran melalui web juga memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk
melengkapi tugas melalui jaringan internet dan melakukan pembelajaran kelompok
dengan menggunakan fasilitas internet seperti google share.
Teori belajar konstruktivisme merupakan aliran filsafat ilmu, psikologi, dan teori
belajar mengajar yang menekankan kalau pengetahuan adalah konstruksi atau bentukan
kita, dan pengetahuan dibangun melalui proses interpretasi dan atribusi makna sehingga
individu membangun pengetahuan bersifat non-objektif, temporer berubah, dan tidak
menentu.
Beberapa fitur dari konstruktivisme meliputi kolaborasi, belajar aktif, pengalaman
belajar, menekankan proses belajar, dan assesmen yang lebih komprehensif. Dalam
pendekatan konstruktivisme, media video dapat digunakan untuk mendukung proses
belajar. Media video dapat membantu siswa memperoleh pengetahuan secara mandiri dan
meningkatkan kesadaran mereka. Selain itu, media video juga dapat membantu dalam
mengembangkan keterampilan komunikasi dan kolaboratif siswa.
Dengan adanya teori konstruktivisme tersebuk maka bisa dikombinasikan dengan
teori belajar berbasis masalah. Yang mana pembelajaran berbasis masalah merupakan
wadah yang mampu memfasilitasi siswa agar dapat membiasakan berpikir secara kritis
sebagai upaya menemukan solusi dari masalah serta mengembangkan kemampuan siswa
dalam mengkonstruk pengetahuan sendiri secara mandiri (Farisi et al., 2017).
Beberapa implikasi teori konstruktivistik dalam pembelajaran adalah kurikulum
disajikan mulai dari keseluruhan menuju ke bagian-bagian dan lebih mendekatkan kepada
konsep-konsep yang lebih luas, pembelajaran lebih menghargai pada pemunculan
pertanyaan dan ide-ide peserta didik, kegiatan kurikuler lebih banyak mengandalkan pada
sumber-sumber data primer dan manipulasi bahan, peserta didik dipandang sebagai
pemikir-pemikir yang dapat memunculkan teori-teori tentang dirinya, dan pengukuran
proses dan hasil.

1
Model ini menantang peserta didik untuk “bagaimana belajar”, bekerja secara
berkelompok untuk mencari solusi dari permasalahan dunia nyata. Masalah yang
diberikan ini digunakan untuk mengikat peserta didik pada rasa ingin tahu pada materi
pelajaran dan mengembangkan keterampilan berpikir tingkat tinggi, mengembangkan
kemandirian dan percaya diri. Model pembelajaran berbasis masalah terbukti efektif
meningkatkan hasil belajar dan keterampilan.
Guna mencapai tujuan tersebut dalam pembelajaran di sekolah, siswa diminta
mengkaji permasalahan disekitar yang mengarah pada situasi yang nyata dan kompleks.
Model pembelajaran berbasis masalah atau istilah lainnya Problem Based Learning
adalah sebuah cara efektif dalam sistem tematik terpadu (Ulfah, 2018). Model
pembelajaran berbasis masalah adalah suatu metode pembelajaran yang menggunakan
masalah dunia nyata sebagai konteks bagi siswa untuk belajar tentang berfikir kritis dan
keterampilan pemecahan masalah.
Dilihat dari pemaparan diatas pentingnya model pembelajaran berbasis pemecahan
masalah bagi tenaga pendidik, peneliti ingin mengetahui cara kerja dari model
pembelajaran yang digunakan tenaga pendidik di sekolah. Sekolah yang menjadi sasaran
penelitian adalah SMA Darul Ilmi Murni.

1.2 Tujuan
Tujuan dari pembuatan project ini adalah untuk mengetahui seberapa pentingnya dan
bergunanya model pembelajaran berbasis masalah jika dikombinasikan dengan teori
belajar konstruktivisme ini digunakan dalam proses pembelajaran. Apa saja langkah-
langkah dan pengertian dari model pembelajaran berbasis masalah dengan
konstruktivisme ini.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Alat dan Bahan yang digunakan


Pembelajaran berbasis masalah dikombinasikan dengan teori pembelajaran
konstruktivisme melibatkan penggunaan berbagai alat dan bahan untuk menciptakan
pengalaman belajar yang interaktif dan kontekstual. Berikut adalah beberapa alat dan bahan
yang sering digunakan dalam proses pembelajaran berbasis masalah dikombinasikan dengan
teori belajar konstruktivisme:
Dalam proses pembelajaran berbasis masalah yang dikombinasikan dengan teori
belajar konstruktivisme, terdapat beberapa alat dan bahan yang sering digunakan. Teori
konstruktivisme menekankan bahwa pengetahuan dibangun melalui proses interpretasi dan
atribusi makna berdasarkan pengalaman. Beberapa alat dan bahan yang sering digunakan
dalam pendekatan ini meliputi:
1. Masalah atau kasus nyata: Digunakan untuk memicu siswa dalam mencari
pemahaman dan solusi berdasarkan pengalaman dan pengetahuan mereka sendiri
2. Media video: Dapat digunakan untuk mendukung proses belajar, seperti dalam
video tutorial, rekaman kelas, atau video latihan. Media video membantu siswa
memperoleh pengetahuan secara mandiri dan meningkatkan kesadaran mereka
3. Kolaborasi dan diskusi: Siswa didorong untuk berkolaborasi, saling menyimak,
dan memberikan masukan terhadap pemecahan masalah. Hal ini sesuai dengan
teori konstruktivisme yang menekankan aktivitas kolaborasi dan refleksi
4. Kegiatan inkuiri: Langkah-langkah inkuiri digunakan di semua topik
pembelajaran untuk memungkinkan siswa aktif dalam mencari, memilih, dan
mengevaluasi informasi
Dengan memanfaatkan alat dan bahan ini, pembelajaran berbasis masalah
dikombinasikan dengan teori belajar konstruktivisme dapat memberikan
pengalaman belajar yang bermakna dan mendukung siswa dalam membangun
pengetahuan mereka sendiri.
5. Simulasi. Simulasi memberikan pengalaman nyata dalam lingkungan virtual
atau terkendali. Dalam pembelajaran berbasis masalah, simulasi dapat
digunakan untuk mensimulasikan situasi atau proses tertentu yang menuntut
pemecahan masalah.

3
6. Proyek. Proyek pembelajaran berbasis masalah melibatkan penugasan tugas
yang memerlukan pemecahan masalah. Siswa dapat diberi tanggung jawab
untuk menyelesaikan proyek dari awal hingga akhir, mengintegrasikan
berbagai keterampilan dan pengetahuan.
7. Perangkat Lunak Edukasi. Berbagai perangkat lunak edukasi dapat
mendukung pembelajaran berbasis masalah. Misalnya, perangkat lunak
simulasi, aplikasi pembelajaran interaktif, dan platform e-learning yang
dirancang khusus.
8. Sumber Daya Internet. Internet menyediakan akses ke berbagai sumber
daya, termasuk artikel, video, simulasi daring, dan sumber daya pendukung
lainnya yang dapat digunakan untuk mendukung proses pembelajaran berbasis
masalah.
9. Papan Putih dan Alat Tulis. Papan putih dan alat tulis dapat digunakan
untuk brainstorming, pemodelan konsep, dan penyusunan ide-ide selama
proses pemecahan masalah.
10. Lingkungan Fisik yang Terorganisir. Ruang kelas yang dirancang untuk
mendukung kolaborasi, diskusi kelompok, dan presentasi dapat meningkatkan
efektivitas pembelajaran berbasis masalah.
11. Model atau Benda 3D. Model fisik atau benda-benda 3D dapat digunakan
untuk membantu siswa memvisualisasikan konsep-konsep tertentu atau
menyajikan masalah dalam bentuk yang dapat disentuh.
12. Buku dan Materi Bacaan. Buku dan materi bacaan tetap menjadi sumber
daya penting dalam pembelajaran berbasis masalah. Mereka dapat
memberikan landasan teoritis dan informasi pendukung untuk pemecahan
masalah.
13. Kuesioner dan Wawancara. Untuk mendapatkan informasi lebih lanjut
tentang masalah atau situasi tertentu, siswa dapat menggunakan kuesioner atau
melakukan wawancara dengan pihak terkait.
Penggunaan kombinasi alat dan bahan ini dapat menciptakan pengalaman
pembelajaran yang menyeluruh dan memungkinkan siswa untuk mengembangkan
keterampilan berpikir kritis dan pemecahan masalah secara efektif.

4
2.2 Kajian Pustaka
Teori konstruktivisme dan model pembelajaran berbasis masalah memiliki beberapa
keunggulan sebagai berikut:
1. Mengungkapkan gagasan dan mempromosikan kreativitas: Teori konstruktivisme
memungkinkan siswa untuk mengungkapkan gagasan mereka dan mendorong
berpikir kreatif dan imajinatif
2. Model pembelajaran berbasis masalah mendukung siswa dalam mengembangkan
keterampilan memecahkan masalah dan mengintegrasikan pengetahuan mereka
3. Memberikan pengalaman belajar yang berhubungan dengan gagasan: Pembelajaran
konstruktivisme membantu siswa memperoleh pengalaman belajar yang lebih
berhubungan dengan gagasan mereka dan memadukannya dalam mengungkapkan
konsep atau fenomena yang dibahas.
4. Mendorong kolaborasi dan komunikasi: Model pembelajaran berbasis masalah
mendorong siswa berinteraksi dan berkolaborasi satu sama lain, seperti dalam
kelompok, untuk mengembangkan pengetahuan bersama dan memecahkan masalah
Bersama
5. Mengintegrasikan pembelajaran dengan situasi yang realistik dan relevan: Teori
konstruktivisme mengintegrasikan pembelajaran dengan situasi yang realistik dan
relevan dengan kehidupan sehari-hari, membantu siswa memahami konsep melalui
pengalaman misalnya
6. Melibatkan siswa secara emosional dan sosial: Pendekatan ini menjadikkan dan siswa
mau belajar, melibatkan siswa secara emosional dan sosial dalam proses pembelajaran
Namun, ada beberapa kekurangan dalam penerapan teori konstruktivisme dan model
pembelajaran berbasis masalah:
1. Memerlukan kemampuan guru yang lebih spesialis: Guru harus memiliki
kemampuan lebih dalam mengembangkan pengetahuan yang dimiliki siswa
2. Membutuhkan lebih banyak waktu: Proses pembelajaran berdasarkan
konstruktivisme ingin membuat peserta didik menjadi lebih aktif dalam membangun
struktur pengetahuannya, yang mungkin memerlukan waktu yang lebih lama
3. Mungkin tidak sesuai dengan guru yang tidak mau berubah: Beberapa guru mungkin
merasa nyaman dengan cara pengajaran lama dan tidak mau berubah ke pendekatan
yang berbeda
5
Pembelajaran Berbasis Masalah meimiliki berbagai keunggulan yakni dapat
mengupayakan pengembangan kemampuan berpikir kritis siswa, memicu kemauan dan
kemandirian siswa dalam bekerja, dorongan ataupun inisiatif siswa agar mau belajar, maupun
meningkatkan hubungan antara siswa dalam bekerja kelompok (Yarshal, 2015). Disamping
itu, jika dikombinasikan dengan dengan teori konstruktivisme hal yang seharusnya dilakukan
sebagai upaya pengembangan kemampuan dasar siswa, sebaiknya guru yang juga berperan
sebagai fasilitator dapat membantu siswa dengan melakukan pengarahan untuk mengamati,
mencoba, menyelesaikan persoalan dan membuat kesimpulan, sehingga diharapkan nantinya
siswa mampu menumbuh kembangkan kemampuan berpikirnya (Suhartati et al., 2019).
Ciri khas dari model pembelajaran berbasis masalah yang dikombinasikan dengan
teori konstruktivisme adalah berkaitan dengan dunia nyata. Pembelajaran berbasis masalah
menggunakan masalah-masalah di dunia nyata sebagai titik awal untuk memicu siswa dalam
mencari pemahaman dan solusi berdasarkan pengalaman dan pengetahuan mereka sendiri.
Sementara itu, teori konstruktivisme menekankan bahwa pengetahuan dibangun melalui
proses interpretasi dan atribusi makna berdasarkan pengalaman, dan mengintegrasikan
pembelajaran dengan situasi yang realistik dan relevan dengan kehidupan sehari-hari.
Dengan demikian, model pembelajaran berbasis masalah yang dikombinasikan
dengan teori konstruktivisme memungkinkan siswa untuk membangun pengetahuan mereka
sendiri melalui pengalaman nyata dan situasi yang relevan dengan kehidupan sehari-hari.

2.3 Dukungan Data


Sekolah yang digunakan dalam penggunaan model pembelajaran masalah ini adalah
SMA Darul Ilmi Murni, pada awal observasi dilakukan wawancara kepada setiap guru yang
berhubungan dengan observasi ini, dan melihat bagaimana karakter setiap siswa.

2.4 Informasi Awal


Nama : SMA DARUL ILMI MURNI
NPSN : 20580807
Alamat : Jl. Karya Jaya
Kecamatan : Namorambe
Kabupaten / Kota : Kabupaten Deli Serdang
Provinsi : Sumatera Utara
Kode Pos : 20356

6
Status Sekolah : Swasta
Waktu Penyelenggaraan : Pagi/6 hari
Jenjang Pendidikan : SMA

Kontak Sekolah -
Email : SMAdarulilmimurni@yahoo.com

2.5 Langkah-Langkah Kegiatan


Model pembelajaran berbasis masalah yang dikombinasikan dengan teori konstruktivisme
melibatkan beberapa langkah-langkah serangkaian untuk mendukung proses pembelajaran.
Berikut adalah beberapa langkah-langkah tersebut:
1. Apersepsi: Siswa didorong untuk mengemukakan pengetahuan awalnya tentang
konsep yang dibahas
2. Eksplorasi: Siswa mengumpulkan informasi dan mengalami pengalaman nyata yang
relevan dengan konsep yang dibahas
3. Diskusi: Siswa berbicara dan berkoordinasi dengan guru atau rekan seperti
mengajarkan, membahas, atau memecahkan masalah
4. Penjelasan konsep: Siswa menjelaskan konsep yang telah mereka eksplorasi dan
mengalami, menggabungkannya dengan pengetahuan yang mereka miliki
5. Pengembangan keterampilan: Siswa mengembangkan keterampilan mandiri dalam
mengatasi masalah atau mengembangkan solusi yang efektif
Dalam model ini, guru berperan sebagai fasilitator dan menyediakan pembelajaran. Guru
mempersiapkan siswa untuk berpikir kritis dan mandiri, memungkinkan siswa mengalami
pengalaman belajar yang berhubungan dengan dunia nyata, dan membantu siswa
mengembangkan keterampilan mandiri dalam mengatasi masalah atau mengembangkan
solusi yang efektif

7
1. Identifikasi Masalah atau Kasus
2. Pengembangan keterampilan siswa dalam mengatasi masalah atau mengembangkan
solusi yang efektif.
3. Pendefinisian Masalah
Bantu siswa untuk mengembangkan keterampilan siswa dalam mengatasi masalah
atau mengembangkan solusi yang efektif Pemilihan dan Pemahaman Konsep Dasar
Identifikasi konsep-konsep dasar yang terkait dengan masalah tersebut. mengajarkan
atau tinjau konsep-konsep tersebut agar siswa memahami dasar-dasar yang
dibutuhkan untuk memecahkan masalah.
4. Pendekatan Pemecahan Masalah
menekankan penggunaan masalah-masalah di dunia nyata sebagai titik awal untuk
memicu siswa dalam mencari pemahaman dan solusi berdasarkan pengalaman dan
pengetahuan mereka sendiri.
5. Penelitian dan Pengumpulan Informasi
Membantu siswa mengembangkan keterampilan mandiri dalam mengatasi masalah
atau mengembangkan solusi yang efektif.
6. Kolaborasi dalam Tim
Kolaborasi dalam tim dapat membantu siswa membangun bingkai pemahaman atas
masalah, meningkatkan kemampuan interaksi sosial, dan memperjelas tugas tim
dalam memecahkan masalah.
7. Analisis dan Evaluasi
mengevaluasi hasil investigasi siswa dan proses yang mereka gunakan dalam
memecahkan masalah. Guru berperan sebagai fasilitator dan membantu siswa
merefleksikan hasil investigasi mereka dan proses yang mereka gunakan.
8. Pembuatan Solusi atau Rancangan
Siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan melalui proses pemecahan masalah
dan berfikir kritis, serta mengembangkan kemampuan untuk berpikir kreatif, bekerja
sama dengan orang lain, dan membuat keputusan yang tepat
9. Implementasi atau Presentasi Solusi
Siswa diarahkan untuk menyajikan solusi atau rancangan yang mereka kembangkan
sebagai respons terhadap masalah yang diberikan. Proses ini dapat dilakukan melalui
presentasi lisan, penyusunan laporan, atau demonstrasi praktis, yang memungkinkan
siswa untuk secara aktif terlibat dalam menyajikan hasil kerja mereka.
10. Refleksi dan Evaluasi
8
siswa memperoleh pengetahuan dan keterampilan melalui proses pemecahan masalah
dan berfikir kritis, serta mengembangkan kemampuan untuk berpikir kreatif, bekerja
sama dengan orang lain, dan membuat keputusan yang tepat
11. Pengembangan Keterampilan Metakognis
mengembangkan kemampuan berpikir kritis, dan menjadi lebih mandiri dalam
memahami dan mengatasi masalah.
12. Umpan Balik dan Koreksi
membantu siswa memperbaiki kesalahan mereka dan meningkatkan keterampilan
mereka dalam memecahkan masalah. Selain itu, koreksi juga dapat membantu siswa
memperoleh pemahaman yang lebih baik tentang konsep yang dibahas dan
mengembangkan kemampuan berpikir kritis.
13. Pemanfaatan Hasil Pembelajaran
siswa juga diharapkan dapat meningkatkan kemampuan analisis, interaksi sosial, dan
keterampilan kolaboratif dalam memecahkan masalah.

9
2.6 Hasil Kegiatan
Hasil penggunaan pembelajaran berbasis masalah yang dikombinasikan dengan teori
konstruktivisme antara lain meliputi:
1. peningkatan hasil belajar siswa,
2. peningkatan kemampuan analisis siswa,
3. pengembangan keterampilan memecahkan masalah,
4. peningkatan kemampuan interaksi sosial,
5. dan penerapan konteks kehidupan nyata dalam pembelajaran.
Beberapa penelitian menunjukkan bahwa penerapan model pembelajaran berbasis
masalah telah berhasil meningkatkan hasil belajar siswa, baik dari segi pemahaman konsep
maupun keterampilan analisis. Selain itu, penggunaan model ini juga telah terbukti dapat
meningkatkan kemampuan siswa dalam memecahkan masalah, berinteraksi secara sosial, dan
menerapkan konteks kehidupan nyata dalam pembelajaran

10
BAB III
PENUTUP

3.1 Simpulan
Model pembelajaran berbasis masalah yang dikombinasikan dengan teori
konstruktivisme dapat membantu siswa membangun pengetahuan mereka sendiri melalui
pengalaman nyata dan situasi yang relevan dengan kehidupan sehari-hari, serta
mengembangkan keterampilan yang relevan dengan kebutuhan dunia kerja dan kehidupan
sosial.

3.2 Rekomendasi
Rekomendasi untuk model pembelajaran berbasis masalah yang dikombinasikan
dengan teori konstruktivisme meliputi penerapan pendekatan PBL, PBM, dan kolaborasi
dalam konteks kehidupan nyata untuk meningkatkan hasil belajar, kemampuan analisis, dan
keterampilan memecahkan masalah siswa.

11
DAFTAR PUSTAKA

Farisi, A., Hamid, A., & Melvin. (2017). Pengaruh Model Pembelajaran Problem Based
Learning Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Dalam Meningkatkan Hasil Belajar
Siswa Pada Konsep Suhu Dan Kalor. Jurnal Ilmiah Mahasiswa (JIM) Pendidikan
Fisika, 2, 283–287.

Ulfah, F. (2018). Penerapan Model PBL dengan LKS Untuk Meningkatkan Kemampuan
Berpikir Kritis dan Logis. Jurnal pendidikan dan Pembelajaran, 1 (2), 35–43.

Yarshal, D. (2015). Penerapan Model Problem Based Learning dalam Meningkatkan


Aktivitas dan Hasil Belajar Pada Siswa Kelas IV MIN Medan. Jurnal Pendidikan, 2
(1).

Suhartati, T., Sixpria, N., & Warsini, S. (2019). The Implementation and Evaluation Model of
Integrated Learning of Soft Skills With Accounting Subjects in Vocational Education.
https://doi.org/10.4108/eai.21-11-2018.2282298

Subaini, S., Irvan, I., & Nasution, M. D. (2022). Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis
Masalah Terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Matematis Siswa. Jurnal
MathEducation Nusantara, 5(2), 16-20.
Fauziah, U., & Fitria, Y. (2022). Pengaruh Model Pembelajaran Berbasis Masalah dan
Kemampuan Awal terhadap Kemampuan Berpikir Kritis Siswa pada Pembelajaran
Tematik Terpadu. Jurnal Basicedu, 6(2), 2836-2845.
https://annibuku.com/sekolah/165335-SMA-n-3-pantai-labu#close

12
LAMPIRAN

Proses Pembelajaran di SMA Darul Ilmi Murni menggunakan model pembelajaran berbasis
masalah.

13
14

Anda mungkin juga menyukai