Disusun oleh:
Rahadian Said Nur Hakim
Prodi:
Pendidikan Teknologi Informasi
NIM:
2022.83207.044
Pengampu:
Nicky Dwi Kurnia, M.Pd
2024
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat serta
hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas makalah Pengantar
Ilmu Pendidikan ini dengan baik. Adapun tujuan dari penulisan makalah ini
adalah untuk memenuhi tugas mata kuliah Strategi Pembelajaran. Selain itu,
makalah ini juga bertujuan untuk menambah wawasan tentang Pendidikan bagi
para pembaca dan juga bagi penulis.
Kami mengucapkan terimakasih kepada Dosen Pengampu Mata Kuliah
Strategi Pembelajaran yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami
tekuni.
Kami menyadari, makalah yang kami tulis ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kritik dan saran akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.
Tim Penyusun
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR...................................................................ii
DAFTAR I.....................................................................................iii
BAB I
PENDAHULUAN..........................................................................1
A. LATAR BELAKANG.........................................................1
B. RUMUSAN MASALAH ...................................................1
BAB II
PEMBAHASAN..........................................................................
A. KONSEP KURIKULUM.............................................................
B. MODEL PENGEMBANGAN KURIKULUM............. ..........
C. MODEL ADMINISTRATIF....................................................
BAB III......................................................................................
PENUTUP .....................................................................................
DAFTAR PUSTAKA......................................................................
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Pengenalan
1
John Hattie, Visible Learning: A Synthesis of Over 800 Meta-Analyses Relating to
Achievement (New York: Routledge, 2009).
2
Grant P. Wiggins and Jay McTighe, Understanding by Design (Alexandria, VA:
Association for Supervision and Curriculum Development, 2005).
3
Marzano, Robert J., Debra J. Pickering, and Jane E. Pollock. Classroom Instruction That
Works: Research-Based Strategies for Increasing Student Achievement. ASCD, 2001.
BAB 2
LANDASAN TEORI
4
Brooks, J. G., & Brooks, M. G. (1999). In Search of Understanding: The Case for
Constructivist Classrooms. Association for Supervision & Curriculum Development.
B. Teori Belajar Sosial dan Implikasinya terhadap Pembelajaran Kolaboratif
5
Bandura, A. (1977). Social Learning Theory. General Learning Corporation.
atau video dalam penyampaian materi, sementara untuk siswa yang lebih musikal-
rhythmic, penggunaan musik atau ritme dalam pembelajaran dapat meningkatkan
keterlibatan mereka.
6
Gardner, H. (1983). Frames of Mind: The Theory of Multiple Intelligences. Basic Books.
D. Teori Kognitif dan Hubungannya dengan Proses Pengambilan Keputusan
dalam Pengajaran
Teori Kognitif adalah bidang studi yang mempelajari proses mental yang
melibatkan pemahaman, pengambilan keputusan, memori, dan pemecahan
masalah. Dalam konteks pengajaran, teori kognitif memainkan peran penting dalam
memahami bagaimana siswa memproses informasi, membuat keputusan, dan
memecahkan masalah saat mereka belajar.
7
Anderson, J. R. (1995). Cognitive Psychology and its Implications. Worth Publishers.
1. Relevan dan Berarti: Materi pembelajaran dan aktivitas dirancang
dengan mempertimbangkan minat dan latar belakang siswa sehingga siswa
dapat melihat relevansi dan signifikansi dari apa yang mereka pelajari
dengan kehidupan mereka.
2. Variatif dan Diferensiasi: Guru dapat menyediakan berbagai jenis materi
dan aktivitas pembelajaran yang mencakup gaya belajar yang berbeda untuk
mengakomodasi kebutuhan dan preferensi belajar siswa yang beragam.
3. Keterlibatan dan Partisipasi: Siswa lebih terlibat dalam pembelajaran
ketika materi dan aktivitas dirancang berdasarkan minat mereka, yang
mendorong partisipasi aktif dan keterlibatan dalam proses pembelajaran.8
8
Tomlinson, C. A., & Moon, T. R. (2013). Assessment and Student Success in a
Differentiated Classroom. ASCD.
Metode pembelajaran yang melibatkan siswa secara langsung dapat mencakup
berbagai pendekatan, seperti:
9
Prince, M. (2004). Does Active Learning Work? A Review of the Research. Journal of
Engineering Education, 93(3), 223-231.
pembelajaran, termasuk video, simulasi, konten interaktif, dan sumber daya
daring lainnya. Ini memperkaya pengalaman pembelajaran siswa dan
memungkinkan mereka untuk belajar dari berbagai perspektif.
2. Pembelajaran Berbasis Keterlibatan: Berbagai teknologi pendidikan,
seperti platform pembelajaran daring, perangkat lunak pembelajaran
adaptif, dan aplikasi mobile, dapat digunakan untuk menciptakan
pengalaman pembelajaran yang interaktif dan menarik. Ini menciptakan
lingkungan pembelajaran yang menantang dan memotivasi siswa untuk
terlibat aktif dalam proses pembelajaran.
3. Diferensiasi Instruksi: Teknologi pendidikan memungkinkan diferensiasi
instruksi dengan menyediakan konten pembelajaran yang disesuaikan
dengan kebutuhan dan tingkat kemampuan individu siswa. Dengan adanya
teknologi pembelajaran adaptif, siswa dapat mengakses materi
pembelajaran yang sesuai dengan tingkat keterampilan mereka,
memungkinkan mereka untuk belajar dengan cara yang sesuai dan efektif.10
Pemberian umpan balik yang konstruktif adalah salah satu komponen kunci
dalam proses pembelajaran yang efektif. Umpan balik yang tepat dan informatif
dapat membantu siswa memahami kekuatan dan kelemahan mereka, meningkatkan
motivasi, dan memperbaiki kinerja akademik mereka.
10
Means, B., Toyama, Y., Murphy, R., Bakia, M., & Jones, K. (2010). Evaluation of
Evidence-Based Practices in Online Learning: A Meta-Analysis and Review of Online
Learning Studies. US Department of Education.
mereka sudah kuat dan area di mana mereka perlu meningkatkan. Dengan
pemahaman yang jelas tentang kekuatan dan kelemahan mereka, siswa
dapat mengarahkan upaya mereka untuk meningkatkan kinerja mereka
secara terus-menerus.
2. Memotivasi Belajar: Umpan balik yang konstruktif tidak hanya
memberikan informasi tentang kinerja siswa, tetapi juga memberikan
dorongan dan pujian yang memotivasi mereka untuk terus belajar dan
meningkatkan kinerja mereka. Pujian yang spesifik dan pengakuan atas
pencapaian siswa dapat meningkatkan rasa percaya diri mereka dan
menguatkan motivasi belajar mereka.
3. Mengarahkan Pembelajaran: Umpan balik yang konstruktif membantu
siswa dalam mengarahkan pembelajaran mereka dengan menyediakan
informasi tentang langkah-langkah konkret yang dapat mereka ambil untuk
memperbaiki kinerja mereka. Ini dapat termasuk saran tentang strategi
belajar yang efektif, rekomendasi untuk materi pembelajaran tambahan,
atau panduan tentang cara meningkatkan keterampilan khusus.11
11
Hattie, J., & Timperley, H. (2007). The Power of Feedback. Review of Educational
Research, 77(1), 81-112.
1. Meningkatkan Pemahaman yang Mendalam: Mengaitkan konsep baru
dengan pengetahuan sebelumnya membantu siswa dalam memahami
konsep tersebut dengan lebih mendalam. Dengan menghubungkan konsep
baru dengan pengalaman atau pengetahuan yang sudah mereka miliki, siswa
dapat membentuk kerangka kerja kognitif yang kokoh dan memperluas
pemahaman mereka tentang subjek tersebut.
2. Memfasilitasi Retensi Informasi: Koneksi antara konsep baru dan
pengetahuan sebelumnya membantu memfasilitasi retensi informasi dalam
memori jangka panjang. Siswa lebih cenderung mengingat informasi baru
saat mereka dapat mengaitkannya dengan pengetahuan yang sudah mereka
miliki, karena hal ini memperkuat struktur kognitif yang ada.
3. Meningkatkan Relevansi dan Aplikasi Pengetahuan: Mengaitkan
konsep pembelajaran dengan pengetahuan sebelumnya membuat
pembelajaran lebih relevan dan bermakna bagi siswa. Mereka dapat melihat
bagaimana konsep-konsep tersebut berinteraksi dan bermanfaat dalam
konteks yang lebih luas, yang memperkuat kemampuan mereka untuk
menerapkan pengetahuan dalam situasi nyata.12
12
Bransford, J. D., Brown, A. L., & Cocking, R. R. (Eds.). (2000). How People Learn:
Brain, Mind, Experience, and School. National Academies Press.
1. Mengakomodasi Gaya Belajar yang Berbeda: Setiap siswa memiliki
gaya belajar yang berbeda-beda, dan penggunaan beragam materi sumber
memungkinkan guru untuk mengakomodasi kebutuhan belajar yang
beragam tersebut. Beberapa siswa mungkin lebih responsif terhadap
pembelajaran visual, sementara yang lain mungkin lebih suka pembelajaran
auditif atau kinestetik. Dengan menyediakan berbagai jenis sumber daya
pembelajaran, guru dapat memfasilitasi pengalaman pembelajaran yang
sesuai dengan preferensi belajar siswa.
2. Mengaktifkan Pemahaman yang Mendalam: Beragam materi sumber
membantu mengaktifkan pemahaman yang mendalam dengan memberikan
perspektif yang berbeda-beda tentang konsep yang dipelajari. Misalnya,
penggunaan video atau simulasi dapat membantu siswa memvisualisasikan
konsep yang kompleks, sementara teks atau artikel dapat menyediakan
pemahaman teoritis yang lebih mendalam. Dengan mendapatkan akses ke
berbagai jenis sumber daya pembelajaran, siswa dapat memperoleh
pemahaman yang lebih holistik tentang materi pembelajaran.
3. Menghidupkan Pembelajaran: Beragam materi sumber juga membantu
menghidupkan pembelajaran dengan menjadikan pengalaman belajar lebih
menarik dan menantang. Misalnya, penggunaan gambar atau video dapat
menarik perhatian siswa dan membuat konsep yang abstrak menjadi lebih
nyata dan mudah dipahami. Ini membantu mempertahankan minat siswa
dan meningkatkan keterlibatan dalam proses pembelajaran.13
Setiap siswa memiliki kebutuhan belajar yang unik. Guru harus mampu
mengidentifikasi kebutuhan individu siswa dan menyesuaikan strategi mengajar
sesuai dengan kebutuhan mereka. Ini dapat melibatkan penggunaan diferensiasi
pembelajaran, bimbingan individu, atau penyesuaian tugas.
Mayer, R. E. (Ed.). (2014). The Cambridge Handbook of Multimedia Learning (2nd ed.).
13
14
Tomlinson, C. A., & Allan, S. D. (2000). Leadership for Differentiating Schools &
Classrooms. Association for Supervision and Curriculum Development.
Kolaborasi antara guru dan siswa adalah pendekatan pembelajaran yang
mempromosikan keterlibatan aktif siswa dalam proses pembelajaran. Ini
melibatkan kerja sama antara guru dan siswa dalam merencanakan, melaksanakan,
dan mengevaluasi pembelajaran, sehingga memungkinkan siswa untuk memiliki
peran yang lebih aktif dan signifikan dalam pengalaman pembelajaran mereka.
15
Vygotsky, L. S. (1978). Mind in Society: The Development of Higher Psychological
Processes. Harvard University Press.
IV. Implementasi Strategi Mengajar dalam Praktik
Studi kasus merupakan cara yang efektif untuk menunjukkan penerapan strategi
mengajar dalam situasi nyata. Dengan menyajikan studi kasus, kita dapat melihat
bagaimana strategi mengajar yang telah dibahas dalam teori dapat
diimplementasikan dalam praktik di kelas. Berikut adalah contoh studi kasus yang
menggambarkan penerapan strategi mengajar dalam konteks nyata:
Hasil: Pembelajaran kooperatif ini menghasilkan interaksi yang aktif antara siswa,
meningkatkan keterlibatan siswa dalam pembelajaran, dan memfasilitasi
pemahaman yang lebih baik tentang konsep geometri. Siswa melaporkan bahwa
mereka merasa lebih percaya diri dalam memecahkan masalah dan lebih memahami
konsep yang diajarkan setelah mengikuti pembelajaran ini.
Dalam makalah ini, telah dibahas berbagai strategi mengajar yang efektif, termasuk
pendekatan berbasis siswa, pembelajaran aktif, penggunaan teknologi, pemberian
umpan balik, dan lainnya. Studi kasus juga digunakan untuk mengilustrasikan
penerapan strategi mengajar dalam praktik. Evaluasi hasil dari implementasi
strategi mengajar tersebut menunjukkan dampak positif terhadap pencapaian tujuan
pembelajaran dan keterlibatan siswa.
Untuk penelitian atau tindakan selanjutnya dalam bidang ini, ada beberapa
rekomendasi yang dapat dipertimbangkan:
1
Bandura, A. (1977). Social Learning Theory. General Learning Corporation.
1
Gardner, H. (1983). Frames of Mind: The Theory of Multiple Intelligences. Basic Books.
1
Anderson, J. R. (1995). Cognitive Psychology and its Implications. Worth Publishers.
1
Tomlinson, C. A., & Moon, T. R. (2013). Assessment and Student Success in a
Differentiated Classroom. ASCD.
1
Prince, M. (2004). Does Active Learning Work? A Review of the Research. Journal of
Engineering Education, 93(3), 223-231.
1
Means, B., Toyama, Y., Murphy, R., Bakia, M., & Jones, K. (2010). Evaluation of
Evidence-Based Practices in Online Learning: A Meta-Analysis and Review of Online
Learning Studies. US Department of Education.
1
Hattie, J., & Timperley, H. (2007). The Power of Feedback. Review of Educational
Research, 77(1), 81-112.
1
Bransford, J. D., Brown, A. L., & Cocking, R. R. (Eds.). (2000). How People Learn: Brain,
Mind, Experience, and School. National Academies Press.
1
Mayer, R. E. (Ed.). (2014). The Cambridge Handbook of Multimedia Learning (2nd ed.).
Cambridge University Press.
1
Tomlinson, C. A., & Allan, S. D. (2000). Leadership for Differentiating Schools &
Classrooms. Association for Supervision and Curriculum Development.
1
Vygotsky, L. S. (1978). Mind in Society: The Development of Higher Psychological
Processes. Harvard University Press.