Anda di halaman 1dari 25

MEDIA INTRUKSIONAL PENDIDIKAN

BEBERAPA MODEL DALAM DESAIN PEMBELAJARAN

Dosen Pengampu: Dr.Hj.Dewi Hasanah, M.Ag.

Kelompok 4 :

1. Tara Indi Casandra (201200012)


2. Winda Rifiana (201200022)
3. Yushamdalah (201200023)
4. Muhammad Rizki (201200025)

PRODI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS TARBIYAH DAN KEGURUAN
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN THAHA SYAIFUDDIN JAMBI
2022
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum wr.wb
Segala puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa. Atas
rahmat dan karunia-Nya, saya dapat menyelesaikan tugas penulisan makalah mata
kuliah Media Intruksional Pendidikan tepat waktu. Tidak lupa shalawat serta
salam tercurah kepada Rasulullah SAW yang syafa’atnya kita nantikan kelak.
Penulisan makalah berjudul “Beberapa Model Dalam Desain Pembelajaran”
dapat diselesaikan karena bantuan banyak pihak. Saya berharap makalah beberapa
model dalam desain pembelajaran ini dapat menjadi referensi bagi pembaca.
Selain itu, saya juga berharap agar pembaca mendapatkan sudut pandang baru
setelah membaca makalah ini.
Penulis menyadari makalah bertema media intruksional pendidikan ini
masih memerlukan penyempurnaan. Saya menerima segala bentuk kritik dan
saran pembaca demi penyempurnaan makalah. Apabila terdapat banyak kesalahan
pada makalah ini, Saya memohon maaf.
Demikian yang dapat saya sampaikan. Akhir kata, semoga makalah media
intruksional pendidikan ini dapat bermanfaat. Akhirul kalam, penulis menyadari
bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna. Besar harapan penulis agar
pembaca berkenan memberikan umpan balik berupa kritik dan saran. Semoga
makalah ini bisa memberikan manfaat bagi berbagai pihak. Aamiin.
Wassalamualaikum wr.wb.

Jambi, 1 April 2022

Kelompok 4

ii
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..............................................................................................................ii
DAFTAR ISI.........................................................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN.........................................................................................................4
A. Latar Belakang........................................................................................................4
B. Rumusan Masalah..................................................................................................4
C. Tujuan Penulisan....................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................................5
A. Pengertian Model Desain Pembelajaran................................................................5
B. Macam- macam Model Desain Pembelajaran........................................................7
C. Perbedaan Model Model Desain Pembelajaran ……………………………………………….21

BAB III PENUTUP..............................................................................................................22


A. Kesimpulan...........................................................................................................22
B. Saran....................................................................................................................22
DAFTAR PUSTAKA.............................................................................................................24

iii
iv
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Model pembelajaran merupakan suatu rencana mengajar yang memper-
hatikan pola pembelajaran tertentu, hal ini sesuai dengan pendapat Briggs
(1978:23) yang menjelaskan model adalah “seperangkat prosedur dan
berurutan untuk mewujudkan suatu proses” dengan demikian model
pembelajaran adalah seperangkat prosedur yang berurutan untuk melaksanakan
proses pembelajaran.
Sedangkan yang dimaksud dengan pembelajaran pada hakekatnya
merupakan proses komunikasi transaksional yang bersifat timbal balik, baik
antara guru dengan siswa, siswa dengan siswa untuk mencapai tujuan yang
telah ditetapkan. Komunikasi transaksional adalah bentuk komunikasi yang
dapat diterima, dipahami dan disepakati oleh pihak-pihak yang sehubungan
dalam proses pembelajaran sehingga menunjukkan adanya perolehan,
penguasaan, hasil, proses atau fungsi belajar bagi si peserta belajar.

B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian model desain pembelajaran?
2. Jelaskan apa saja model-model dalam desain pembelajaran?
3. Apa perbedaan masing-masing model desain pembelajaran?

C. Tujuan Penulisan
1. Mengetahui pengertian model desain pembelajaran
2. Mengetahui model-model dalam desain pembelajaran
3. Mengetahui perbedaan masing-masing model desain pembelajaran

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Model Desain Pembelajaran

Secara umum istilah model diartikan sebagai kerangka konseptual yang


digunakan sebagai pedoman atau acuan dalam melakukan suatu kegiatan.
Dalam pengertian lain, model juga diartikan sebagai barang atau benda tiruan
dari benda sesungguhnya, misalnya globe merupakan bentuk dari bumi.
Selanjutnya istilah model digunakan untuk menunjukkan pengertian petama
sebagai kerangka proses pemikiran.1
Jadi Model pembelajaran merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar
dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain,
model pembelajaran merupakan bungkus atau bingkai dari penerapan suatu
pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
Di luar istilah tersebut dalam proses pembelajaran dikenal juga istilah
desain pembelajaran. Jika model pembelajaran lebih berkenaan dengan pola
umum dan prosedur umum aktivitas pembelajaran, sedangkan desain
pembelajaran lebih menunjuk kepada cara-cara merencanakan suatu sistem
lingkungan belajar tertentu setelah ditetapkan strategi pembelajaran tertentu.
Herbert Simon mengartikan desain sebagai proses pemecahan masalah yang
memiliki tujuan untuk mencapai solusi terbaik dalam dalam memecahkan
masalah dengan memanfaatkan seumlah informasi yang tersediaa.
Gagne (1992) menjelaskan bahwa desain pembelajaran disusun untuk
membantu proses belajar siswa, dimana proses belajar itu memiliki tahapan
segera dan tahapan jangka panjang. Menurut Gagne dalam proses belajar
seorang siswa dapat dipengaruhi oleh dua hal yaitu faktor internal dan faktor
eksternal. Sedangkan desain pembelajaran berkaitan dengan faktor eksternal
yaitu pengeturan lingkungan dan kondisi yang memungkinkan siswa dapat
belajar.  Shambaugh mnejelaskan tentang desain pembelajaran yakni sebagai “
an intellectual process to help teachers systematically analyze learner needs

1
Drs. Harjanto, Perecanaan pengajaran, (Jakarta: PT. Rineka Cpta, 1997), hlm. 51

5
and construct structures possibilities to responsively address those needs.”
Dengan demikian dapat diartikan bahwa suatu desain pembelajaran diarahkan
untuk menganalisis kebutuhan siswa dalam pembelajaran kemudian berupaya
untuk membantu dalam menjawab kebutuhan tersebut.2
Menurut Reigeluth (1983), desain pembelajaran adalah kisi-kisi dari
penerapan teori belajar dan pembelajaran untuk memfasilitasi proses belajar
seseorang. Desai pembelajaran juga diartikan sebagai proses merumuskan
tujuan, strategi, tehnik dan media. 3
Pendapat yang lebih spesifik dikemukakan oleh Gentry yang berpendapat
bahwa desain pembelajaran berkenaan dengan proses menentukan tujuan
pembelajaran, strategi dan tekhnik untuk mencapai tujuan serta merancang
media yang dapat digunakan untuk pencapaian efektivitas pencapaian tujuan.
Selanjutnya ia menguraikan bahwa penerapan suatu desain pembelajaran
memerlukan dukungan dari lembaga yang akan menerapkan, pengelolaan
kegiatan, serta pelaksanaan yang intensif berdasarkan analisis kebutuhan.
Dari beberapa pengertian diatas maka desain instruksional berkenaan
dengan proses pembelajaran yang dapat dilakukan siswa untuk mempelajari
suatu materi pelajaran yang di dalamnya mencakup rumusan tujuan yang harus
dicapai atau hasil belajar yang diharapkan, rumusan strategi yang dapat
dilaksanakan untuk mencapai tujuan termasuk metode, tekhnik dan media yang
dapat dimanfaatkan seta tekhnik evaluasi untuk mengukur atau menentukan
keberhasilan pencapaian tujuan.
Dalam mendesain pembelajaran harus diawali dengan studi kebutuhan
(need assasment), sebab berkenaan dengan upaya untuk memecahkan
persoalan yang berkaitan dengan proses pembelajaran siswa dalam
mempelajari suatu bahan atau materi pelajaran.
Jadi dapat disimpukan bahwa desain pembelajaran adalah rancangan
penerapan teori belajar dan pembelajaran yang disusun dalam sebuah rencana
atau tindakan yang meliputi metode, penilaian untuk memecahkan masalah
2
Dr. Muhammad Ridha Albaar, S. Kom, M.Kom, Desain Pembelajaran Untuk Menjadi Pendidik
Yang Profesional, (Jawa Timur: Uwais Inspirasi Indonesia, 2020), hlm. 2
3
Ibid, hlm 1

6
dengan merinci kondisi belajar untuk menghasilkan sebuah modul pembelajran
yang berisi tujuan umum dan tujuan khusus dari proses belajar dan
pembelajaran yang akan disampaikan oleh pendidik ke peserta didik. 4

B. Macam- macam Model Desain Pembelajaran


Dalam desain pembelajaran dikenal beberapa model yang dikemukakan
oleh para ahli. Secara umum, model desain pembelajaran dapat diklasifikasikan
ke dalam model berorientasi kelas, model berorientasi sistem, model
berorientasi produk, model prosedural dan model melingkar. Model
berorientasi kelas biasanya ditujukan untuk mendesain pembelajaran level
mikro (kelas) yang hanya dilakukan setiap dua jam pelajaran atau lebih.
Contohnya adalah model assure. Model berorientasi produk adalah model
desain pembelajaran untuk menghasilkann suatu produk, biasanya media
pembelajaran, misalnya video pembelajaran, multimedia pembelajaran, atau
modul. Contoh modelnya adalah model hannafin and peck.
Satu lagi adalah model beroreintasi sistem yaitu model desain
pembelajaran untuk menghasilkan suatu sistem pembelajaran yang cakupannya
luas, seperti desain sistem suatu pelatihan, kurikulum sekolah, dan lain-lain.
contohnya adalah model addie. Selain itu ada pula yang biasa kita sebut
sebagai model prosedural dan model melingkar. Contoh dari model prosedural
adalah model Dick and Carrey, sementara contoh model melingkar adalah
model Kemp.
Adanya variasi model yang ada ini sebenarnya juga dapat menguntungkan,
beberapa keuntungan itu antara lain adalah dapat memilih dan menerapkan
salah satu model desain pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik yang
dihadapi di lapangan, selain itu juga, dapat dikembangkan dan dibuat model
turunan dari mode lmodel yang telah ada, ataupun juga dapat diteliti dan
dikembangkan desain yang telah ada untuk dicobakan dan diperbaiki.5

4
Ibid, hlm. 2
5
Dr. Muhammad Ridha Albaar, S. Kom, M.Kom, Desain Pembelajaran Untuk Menjadi Pendidik
Yang Profesional, (Jawa Timur: Uwais Inspirasi Indonesia, 2020), hlm.3

7
1. Model Desain Sistem Pembelajaran yang Berorientasi Kelas (Model
Mikro)
Model pengembangan sistem pembelajaran yang berorientasi kelas
biasanya ditujukan untuk mendesain pembelajaran level mikro (kelas) yang
hanya dilakukan setiap dua jam pelajaran atau lebih Model desain sistem
pembelajaran yang berorientasi kelas terutama ditujukan untuk memenuhi
kebutuhan para guru dan siswa yang perlu memperoleh aktivitas
pembelajaran yang efektif dan efisien. Penggunaan model berorientasi kelas
ini pada umumnya didasarkan pada asumsi adanya sejumlah aktivitas
pembelajaran yang akan diselenggarakan di kelas dengan waktu belajar
yang telah ditetapkan sebelumnya. Tugas guru dalam hal ini adalah memilih
isi/materi pembelajaran yang tepat, merencanakan strategi pembelajaran,
menyampaikan isi/materi pembelajaran dan mengevaluasi hasil belajar
(Pribadi, 2018).6
Contoh Model Desain Pembelajaran yang berorientasi kelas :
a. Model PAIKEM
Menyiapkan pembelajaran yang menyenangkan dan menantang
(Pembelajaran Parsipatif, aktif, interaktif, kreatif, efektif, dan
menyenangkan). Pembelajaran Partisipatif, yaitu pelibatan siswa
secara optimal. Pembelajaran Aktif, yaitu melibatkan aktifitas siswa
(self discovery learning). Pembelajaran Kreatif, yaitu memotivasi dan
memunculkan kreatifitas siswa. Pembelajaran Efektif, yaitu memberi
pengalaman baru agar siswa dapat mencapai tujuan. Pembelajaran
Menyenangkan, yaitu siswa belajar tanpa perasaan tertekan (joyfull
learning).
b. Model ASSURE
Model ASSURE merupakan suatu model yang merupakan sebuah
formulasi untuk Kegiatan Belajar Mengajar (KBM) atau disebut juga

6
Pribadi, B. A. 21 Konsep Esensial dalam Teknologi Pendidikan (Jakarta: R. Erlangga, 2018),
hlm. 43

8
model berorientasi kelas. 7Menurut Heinich et al (2005) model ini
terdiri atas enam langkah kegiatan yaitu:
1. Analyze Learners (analisis pelajar) Heinich, 2005 menyatakan
sukar untuk menganalisis semua ciri pelajar yang ada, namun
ada tiga hal penting dapat dilakuan untuk mengenal pelajar
sesuai .berdasarkan cirri-ciri umum, keterampilan awal khusus
dan gaya belajar.
2. States Objectives (menyatakan tujuan) Menyatakan tujuan
adalah tahapan ketika menentukan tujuan pembelajaran baik
berdasarkan buku atau kurikulum. Tujuan pembelajaran akan
menginformasikan apakah yang sudah dipelajari anak dari
pengajaran yang dijalankan. Menyatakan tujuan harus
difokuskan kepada pengetahuan, kemahiran, dan sikap yang baru
untuk dipelajari.
3. Select Methods, Media, and Material (pemilihan metode, media
dan bahan) Heinich et.al. (2005) menyatakan ada tiga hal
penting dalam pemilihan metode, bahan dan media yaitu
menentukan metode yang sesuai dengan tugas pembelajaran,
dilanjutkan dengan memilih media yang sesuai untuk
melaksanakan media yang dipilih, dan langkah terakhir adalah
memilih dan atau mendesain media yang telah ditentukan
4. Utilize Media and materials (penggunaan media dan bahan)
Menurut Heinich et.al (2005) terdapat lima langkah bagi
penggunaan media yang baik yaitu, preview bahan, sediakan
bahan, sedikan persekitaran, pelajar dan pengalaman
pembelajaran.
5. Require Learner Participation (partisipasi pelajar di dalam kelas)
Sebelum pelajar dinilai secara formal, pelajar perlu dilibatkan
dalam aktivitas pembelajaran seperti memecahkan masalah,

7
Wiyani, Novan Ardy, Desain Pembelajaran Pendidikan, (Yogyakarta: Ar-ruzz Media, 2013),
hlm. 39

9
simulasi, kuis atau presentasi.
6. Evaluate and Revise Sebuah media pembelajaran yang telah siap
perlu dinilai untuk menguji keberkesanan dan impak
pembelajaran. Penilaian yang dimaksud melibatkan beberaoa
aspek diantaranya menilai pencapaian pelajar, pembelajaran
yang dihasilkan, memilih metode dan media, kualitas media,
penggunaan guru dan penggunaan pelajar.8
2. Model Desain Sistem Pembelajaran yang Berorientasi Produk
Model berorientasi produk adalah model desain pembelajaran untuk
menghasilkann suatu produk, biasanya media pembelajaran, misalnya video
pembelajaran, multimedia pembelajaran, atau modul. Contoh modelnya
adalah model hannafin and peck. Model-model yang tergolong ke dalam
model desain sistem pembelajaran yang berorientasi pada produk, pada
umumnya didasarkan pada asumsi adanya program pembelajaran yang
dikembangkan dalam kurun waktu tertentu. Model desain pembelajaran ini
pada dasarnya menerapkan proses analisis kebutuhan yang sangat ketat
(Pribadi, 2018).
Para pengguna produk/program pembelajaran yang dihasilkan melalui
desain sistem pembelajaran ini biasanya tidak memiliki kontak langsung
dengan pengembang programnya. Kontak langsung antara pengguna
program dan pengembang program hanya terjadi saat proses evaluasi
terhadap program. Model yang tergolong sebagai model yang berorientasi
pada produk biasanya ditandai dengan empat asumsi pokok yaitu:
1. Produk atau program pembelajaran memang sangat dibutuhkan atau
diperlukan.
2. Produk atau program pembelajaran baru memang perlu diproduksi

3. Produk atau program pembelajaran memerlukan proses uji coba dan


revisi
4. Produk atau program pembelajaran dapat digunakan walaupun hanya

8
Pribadi, B. A. 21 Konsep Esensial dalam Teknologi Pendidikan (Jakarta: R. Erlangga, 2018),
hlm. 46

10
dengan bimbingan dari fasilitator.
Adapun Tahap-tahap Model Desain Sistem Pembelajaran yang
Berorientasi Produk model Hannafin and Peck adalah :
1. Tahap analisa kebutuhan: mengidentifikasi kebutuhan yang meliputi
kebutuhan dalam mengembangkan suatu media pembelajaran; (a)
tujuan dan objek media pembelajaran yang dibuat, (b) pengetahuan
dan kemahiran yang diperlukan oleh kelompok sasaran, (c)peralatan
dan keperluan media pembelajaran.
2. Setelah semua keperluan diidentifikasi, Hannafin dan Peck
menekankan untuk menjalankan penilaian terhadap hasil itu sebelum
melanjutkan ke tahap desain.
3. Tahap desain; bertujuan untuk mengidentifikasikan dan
mendokumenkan kaedah yang paling baik untuk mencapai tujuan
pembuatan media tersebut (informasi dari tahap analisa kebutuhan).
Salah satu dokumen yang dihasilkan dalam fase ini ialah dokumen
story board yang mencakup urutan aktivitas pembelajaran berdasarkan
keperluan pelajaran dan objek media pembelajaran seperti yang
diperoleh dalam tahap analisis keperluan. Penilaian perlu dijalankan
dalam tahap ini sebelum dilanjutkan ke tahap pengembangan dan
implementasi.
4. Tahap pengembangan dan implementasi; penghasilan diagram alur,
pengujian, serta penilaian formatif (dilakukan sepanjang proses
pengembangan media) dan penilaian sumatif (dilakukan setelah media
selesai dikembangkan). Dokumen story board akan dijadikan landasan
bagi pembuatan diagram alur yang dapat membantu proses pembuatan
media pembelajaran, serta untuk menilai kelancaran media yang
dihasilkan seperti kesinambungan link,penilaian dan pengujian. Hasil
dari proses penilaian dan pengujian ini akan digunakan dalam proses
penyesuaian untuk mencapai kualitas media yang dikehendaki.
Model ini sangat menekankan proses penilaian dan evaluasi yang
mengikutsertakan proses meliputi: proses pengujian dan penilaian media

11
pembelajaran yang melibatkan ketiga fase secara berkesinambungan.
3. Model Desain Sistem Pembelajaran yang Berorientasi Sistem (Model
Makro)
Model sistem pembelajaran yang berorientasi pada sistem dilakukan
untuk mengembangkan sistem pembelajaran dalam skala besar seperti
keseluruhan mata pelajaran atau kurikulum. Implementasi model desain
sistem pembelajaran yang berorientasi pada sistem memerlukan dukungan
sumber daya yang besar dan tenaga ahli yang berpengalaman (Pribadi,
2018).
Model ini didasarkan pada asumsi adanya penggunaan perangkat
teknologi untuk mewujudkan sasaran. Langkah analisis kebutuhan dan
front- end-analysis secara intensif perlu dilakukan. Sama seperti model
desain yang berorientasi pada produk, model-model yang tergolong
berorientasi sistem senantiasa menerapkan proses evaluasi formatif dan
proses uji coba yang intensif.
Model desain pembelajaran yang berorientasi pada sistem umumnya
dimulai dari tahap pengumpulan data untuk menentukan kemungkinan-
kemungkinan implementasi solusi yang diperlukan untuk mengatasi
masalah yang terdapat dalam suatu sistem pembelajaran.
Analisis kebutuhan dan front-end-analysis dilakukan secara intensif
untuk mencari solusi yang akurat. Perbedaan pokok antara model yang
berorientasi dengan sistem dengan model yang berorientasi dengan produk
terletak pada tahap atau fase desain, pengembangan, dan evaluasi. Ketiga
fase ini dilakukan dalam skala yang lebih besar pada model desain sistem
pembelajaran yang berorientasi pada sistem.
Model beroreintasi sistem yaitu model desain pembelajaran untuk
menghasilkan suatu sistem pembelajaran yang cakupannya luas, seperti
desain sistem suatu pelatihan, kurikulum sekolah,contohnya adalah model
ADDIE. Sistem pembelajaran: input-proses-output.9
Adapun langkah-langkah pada model ADDIE :
9
Wiyani, Novan Ardy, Desain Pembelajaran Pendidikan, (Yogyakarta: Ar-ruzz Media, 2013),
hlm. 42

12
1. Analisis
Langkah analisis terdiri atas dua tahap, yaitu analisis kinerja atau
performance analysis dan analisis kebutuhan atau need analysis. Tahap
pertama, yaitu analisis kinerja dilakukan untuk mengetahui dan
mengklarifikasi apakah masalah kinerja yang dihadapi memerlukan
solusi berupa penyelenggaraan program pembelajaran atau perbaikan
manajemen. Tahap kedua, yaitu analisis kebutuhan merupakan langkah
yang diperlukan untuk menentukan kemampuan-kemampuan atau
kompetensi yang perlu dipelajari oleh siswa untuk meningkatkan
kinerja atas prestasi belajar. Hal ini dapat dilakukan apabila program
pembelajaran dianggap sebagai solusi dari masalah pembelajaran yang
sedang dihadapi.
2. Desain
Desain merupakan langkah kedua dari model desain sistem
pembelajaran ADDIE. Pada langkah ini diperlukan adanya klarifikasi
program pembelajaran yang didesain sehingga program tersebut dapat
mencapai tujuan pembelajaran seperti yang diharapkan. Pada langkah
desain, pusat perhatian perlu difokuskan pada upaya untuk menyelidiki
masalah pembelajaran yang sedang dihadapi. Hal ini merupakan inti
dari langkah analisis, yaitu mempelajari masalah dan menemukan
alternatif solusi yang akan ditempuh untuk dapat mengatasi masalah
pembelajaran yang berhasil diidentifikasi melalui langkah analisis
kebutuhan. Langkah penting yang perlu dilakukan dalam desain adalah
menentukan pengalaman belajar atau learning experience yang perlu
dimiliki oleh siswa selama mengikuti aktivitas pembelajaran. Langkah
desain harus mampu menjawab pertanyaan apakah program
pembelajaran yang didesain dapat digunakan untuk mengatasi masalah
kesenjangan performa (performanc gap) yang terjadi pada diri siswa.
3. Pengembangan
Pengembangan merupakan langkah ketiga dalam
mengimplementasikan model desain sistem pembelajaran ADDIE.

13
Langkah pengembangan meliputi kegiatan membuat, memberli dan
memodifikasi bahan ajar atau learning materials untuk mencapai tujuan
pembelajaran yang telah ditentukan.
Pengadaan bahan ajar perlu disesuaikan dengan tujuan
pembelajaran spesifik atau learning outcomes yang telah dirumuskan
oleh desainer atau perancang program pembelajaran dalam langkah
desain. Langkah pengembangan, dengan kata lain, mencakup kegiatan
memilih dan menentukan metode, media, serta strategi pembelajaran
yang sesuai untuk digunakan dalam menyampaikan materi atau
substansi program pembelajaran.
4. Implementasi
Implementasi atau penyampaian materi pembelajaran merupakan
langkah keempat dari model desian sistem pembelajaran ADDIE.
Langkah implementasi sering diasosiasikan dengan penyelenggaraan
program pembelajaran itu sendiri. Langkah ini memang mempunyai
makna adanya penyampaian materi pembelajaran dari guru atau
instruktur kepada siswa.
5. Evaluasi
Langkah terakhir atau kelima dari model desain sistem
pembelajaran ADDIE adalah evaluasi. Evaluasi dapat didefinisikan
sebagai sebuah proses yang dilakukan untuk memberikan nilai terhadap
program pembelajaran. Pada dasarnya, evaluasi dapat dilakukan
sepanjang pelaksanaan kelima langkah dalam model ADDIE. Pada
langkah analisis misalnya, proses evaluasi dilaksanakan dengan cara
melakukan klarifikasi terhadap kompetensi pengetahuan, keterampilan
dan sikap yang harus dimiliki oleh siswa setelah mengikuti program
pembelajaran. Evaluasi seperti ini dikenal dengan istilah evaluasi
formatif. Di samping itu, evaluasi juga dapat dilakukan dengan cara
membandingkan antara hasil pembelajaran yang telah dicapai oleh
siswa dengan tujuan pembelajaran yang telah dirumuskan sebelumnya.

Di atas menunjukkan bahwa desain pembelajaran model ADDIE pada

14
tahap analisis, guru mencari tahu apa yang harus dibutuhkan peserta didik
dalam belajar, sehingga apa yang ingin di capai peserta didik dapat
terpenuhi misalnya: bahan ajar, media, ataupun strategi pembelajaran.
Kemudian tahap desain guru merancang dan membuat bahan, media, atau
strategi pembelajaran dari hasil pemecahan masalah yang sudah di analisis
pada tahap awal dan setelah di rancang hasil desain tersebut dikembangkan
sesuai materi tematik di SD /MI yang dibutuhkan oleh peserta didik.
Selanjutnya pada tahap implementasi guru menerapkan hasil desain untuk
mengetahui peningkatan hasil belajar maupun keefektifan setelah
digunakannya bahan ajar, media, dan strategi. Dan setelah diterapkan maka
lakukan evaluasi yang bertujuan untuk melihat pencapaian tujuan
peningkatan hasil belajar peserta didik maupun keefektifan bahan ajar,
media, ataupun strategi pembelajaran. Maka dapat disimpulkan bahwa
desain pembelajaran model ADDIE bisa diterapkan dalam pembelajaran
tematik di SD/MI.

4. Model procedural

Model Prosedural yaitu model yang bersifat deskriptif, yaitu


menggariskan langkah-langkah yang harus diikuti untuk menghasilkan
produk. Mengacu pada model yang digunakan tersebut, maka prosedur
yang digunakan merujuk produk yang digunakan merujuk dari Borg and
Gall (1983: 774-775). Contoh dari model prosedural adalah model Dick
and Carrey

5. Model Dick and Carey

Salah satu model desain pembelajaran adalah model Dick and Carey (1985).
Model ini termasuk ke dalam model prosedural. Langkah-langkah Desain
Pembelajaran menurut Dick and Carey adalah:
1) Mengidentifikasikan tujuan umum pembelajaran.
2) Melaksanakan analisi pembelajaran
3) Mengidentifikasi tingkah laku masukan dan karakteristik siswa
4) Merumuskan tujuan performansi
5) Mengembangkan butir-butir tes acuan patokan

15
6) Mengembangkan strategi pembelajaran
7) Mendesain dan melaksanakan evaluasi formatif
8) Merevisi bahan pembelajaran
9) Mendesain dan melaksanakan evaluasi sumatif.
Model Dick and Carey bagi perancang pemula sangat cocok sebagai
dasar untuk mempelajari model desain yang lain. Kesepuluh langkah pada
model Dick and Carey menunjukan hubungan yang sangat jelas, dan tidak
terputus antara langkah yang satu dengan yang lainya. Langkah awal pada
model Dick and Carey adalah mengidentifikasi tujuan pembelajaran.
Langkah ini sangat sesuai dengan kurikulum perguruan tinggi maupun
sekolah menengah dan sekolah dasar, khususnya dalam mata pelajaran
tertentu di mana tujuan pembelajaran pada kurikulum agar dapat
melahirkan suatu rancangan pembangunanDesain pembelajaran model dick
and carey merupakan suatu proses dalam mendesain pembelajaran untuk
mencapai tujuan pembelajaran dengan mengatasi masalah rencana
pembelajaran, metode, dan evaluasi yang tersususn secara analisis
sistematik dengan kondisi belajar yang ada (Pribadi, 2018). Model ini di
polopori oleh Walter Dick. Adapun sistematika desain pembelajaran model
dick and carey yaitu:10
1. Analisis kebutuhan dan identifikasi :tahapan ini adalah yang paling
awal dalam proses untuk mendesain pembelajaran pada mata
pelajaran tematik SD/MI dengan cara mengidentifikasi penyebab
suatu masalah belajar peserta didik, tujuan, dan hasil yang ingin di
capai.
2. Analisis pembelajaran :tahap ini mengidentifikasi langkah-langkah
yang relevan untuk aktivitas pembelajaran padsa mata pelajaran
tematik SD/MI sesuai tujuan.
3. Analisis karateristik peserta didik: tahap ini bertujuan untuk
mengumpulkan imformasi baik secara langsung maupun tidak

10
Prof. Dr. H. Wina sanjaya, Mpd, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta:
Kencana Prenada Media Group,  2010), hlm.75

16
langsung terkait dengan perkembangan peserta didik, baik dalam
konteks perilaku, kompetensi maupun permasalahan yang di
hadapinya.
4. Merumuskan tujuan: tahapan ini bertujuan untuk menyusun
pembelajaran dari proses sanpai ke hasil. Rumusan tujuan tersebut di
susun dari mengenal peserta didik,perilaku spesifik yang akan di
tampilkan oleh peserta didik setelah menyelesaikan proses
belajarnya,kondisi atau batasan pada peserta didik serta media
ataupun sumber belajar yang akan di maamfaatkan ketika proses
pembelajaran tematik SD/MI berlangsung.
5. Mengembangkan instrumen: tahapan ini di lakukan untuk
mengetahui kelayakan dan keefektifan suatu bahan, media, ataupun
metode yang akan di kembangkandalam pembelajaran.
6. Mengembangkan strategi: tahap ini bertujuan mengembangkan
strategi yang bertujuan untuk membantu peserta didik untuk
mencapai tujuan. Pengembangan strategi dalam menyampaikan
materi pelajaran tematik SD/MI berupa metode penyampaian materi
pelajaran yang dilakukan guru agar peserta didik dapat memahami
dengan mudah media kreatif yang digunakan guru dalam membantu
menyampaikan materi pelajaran, dan alokasi waktu yang sangat
penting di mamfaatkan agar materi pelajaran dapat digunakan
dengan efektif dan efesien.
7. Mengembangkan materi :tahapan ini mengembangkan materi/bahan
pelajaran tematik SD/MI dengan bentuk yang berbeda dari buku
cetak, misalnya LKS(lembar kerja siswa).
8. Melakukan evaluasi formatif: evaluasi formatif dilakukan setelah
selesainya proses pembelajaran. Hasil evaluasi proses pembelajaran
menjadi data untuk mengidentifikasi bagaimana meningkatkan
pengajaran.evaluasi formatif bertujuan untuk menentukan
peningkatan pembelajaran tematik SD/MI agar lebih epektif dan
efesien. data dari evaluasi formatif dirangkum dan diintepretasikan

17
untuk mengidentifikasi kesulitan yang di alami oleh peserta didik
untuk mencapai tujuan pembelajaran.
9. Revisi: tahapan ini adalah langkah terakhir dalam proses desain
model ini, sekaligus dijadikan langkah awal dalam siklus berulang
jika tujuan tidak tercapai langkah ini berbentuk revisi untuk membuat
alat pembelajaran agar lebih efektif .
10. Mendesain dan melaksanakan evaluasi sumatif.

6. Model melingkar

Model Kemp termasuk ke dalam contoh model melingkar. Secara


singkat, menurut model ini terdapat beberapa langkah dalam penyusunan
sebuah bahan ajar, yaitu:
1. Menentukan tujuan dan daftar topik, menetapkan tujuan umum untuk
pembelajaran tiap topiknya;
2. Menganalisis karakteristik pelajar, untuk siapa pembelajaran tersebut
didesain;
3. Menetapkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai
dengan syarat dampaknya dapat dijadikan tolak ukur perilaku pelajar;
4. Menentukan isi materi pelajaran yang dapat mendukung tiap tujuan;
5. Pengembangan prapenilaian/ penilaian awal untuk menentukan latar
belakang pelajar dan pemberian level pengetahuan terhadap suatu topik;
6. Memilih aktivitas pembelajaran dan sumber pembelajaran yang
menyenangkan atau menentukan strategi belajar-mengajar, jadi siswa
siswa akan mudah menyelesaikan tujuan yang diharapkan;
7. Mengkoordinasi dukungan pelayanan atau sarana penunjang yang
meliputi personalia, fasilitas-fasilitas, perlengkapan, dan jadwal untuk
melaksanakan rencana pembelajaran;
8. Mengevaluasi pembelajaran siswa dengan syarat mereka menyelesaikan
pembelajaran serta melihat kesalahan-kesalahan dan peninjauan
kembali beberapa fase dari perencanaan yang membutuhkan perbaikan
yang terus menerus, evaluasi yang dilakukan berupa evaluasi formatif

18
dan evaluasi sumatif11
7. Model Smith and Ragan
Patricia L Smith dan Tillman J Ragan (Pribadi, 2018) mengemukakan
sebuah model desain pembelajaran yang popular di kalangan mahasiswa dan
professional yang memiliki kecenderungan terhadap implementasi teori
belajar kognitif. Hampir semua langkah dan prosedur dalam model desain
pembelajaran ini difokuskan pada rancangan tentang strategi pembelajaran.
Model desain pembelajaran yang dikemukakan oleh Smith dan Ragan terdiri
dari beberapa langlah dan prosedur pokok yaitu; 1) analisis lingkungan
belajar; 2) analisis karakteristik siswa; 3) analisis tugas pembelajaran; 4)
menulis butir tes; 5) menentukan strategi pembelajaran; 6) memproduksi
program pembelajaran; 7) melaksanakan evaluasi formatif; 8) merevisi
program pembelajaran.
8. Model ARCS
Model desain pembelajaran ARCS dikemukakan oleh John Keller.
Model desain pembelajaran ARCS merupakan satu-satunya model yang
mengintegrasikan aspek motivasi di dalamnya. Attention adalah upaya yang
harus dilakukan untuk membuat pembelajaran lebih menarik. Langkah
attention menurut Keller dapat diklasifikasikan menjadi dua, yaitu
perceptual arrousal dan inquiry arrousal. Contoh perceptual arrousal
adalah menghadirkan sesuatu yang bersifat baru atau berupa kejutan untuk
menarik perhatian orang yang belajar. Inquiry arousal diterapkan untuk
menimbulkan rasa ingin tahu atau curiosity dan rasa penasaran siswa
terhadap isi atau substansi yang akan dipelajari.
Relevance adalah Langkah kedua yang perlu dipertimbangkan dalam
mendesain sebuah program pembelajaran yang efektif dan efisien.
Relevance merupakan upaya yang dilakukan untuk mempertahankan
motivasi siswa untuk mempelajari isi atau materi pembelajaran. Confidence
merupakan unsur desain model ARCS yang terkait dengan rasa percaya diri
dalam mempelajari isi atau materi pembelajaran. Confidence atau rasa
11
Prof. Dr. H. Wina sanjaya, Mpd, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran, (Jakarta:
Kencana Prenada Media Group,  2010), 71-72

19
percaya diri berkaitan erat dengan motivasi belajar siswa. Satisfication
dalam belajar merupakan sebuah program yang harus dapat memberi
kesenangan bagi orang yang belajar atau learner.

C.   Perbedaan Model-Model Desain Pembelajaran

Model desain
No. Perbedaan
pembelajaran
Model ini menyiapkan pembelajaran yang
menyenangkan dan menantang (Pembelajaran

1. Model Pakkiem Parsipatif, aktif, interaktif, kreatif, efektif, dan


menyenangkan). Pembelajaran Partisipatif, yaitu
pelibatan siswa secara optimal.
1. analisis pelajar
2. menyatakan tujuan
3. pemilihan metode, media dan bahan
2. Model ASSURE 4. penggunaan media dan bahan
5. partisipasi pelajar di dalam kelas
6. Evaluate and Revise

Model system intruksional yang dikembangkan


Kemp ini tidak ditentukan dari komponen mana
seharusnya guru memulai proses pengembangan.

3. Model kemp Mengembangkan sistem instruksional, menurut


Kemp dari mana saja bisa, asal saja urutan komponen
tidak diubah, dan setiap komponen itu memerlukan
revisi untuk mencapai hasil yang maksimal.
4. Model Hannafin and Model ini sangat menekankan proses penilaian dan
Peck
evaluasi yang mengikutsertakan proses meliputi:
proses pengujian dan penilaian media pembelajaran
yang melibatkan ketiga fase secara
berkesinambungan.

20
harus dimulai dengan mengidentifikasi tujuan
pembelajaran umum. Menurut model ini, sebelum
Model Dick and Cery desainer merumuskan tujuan khusus yakni
5.
performance goals, perlu menganalisis pembelajaran
serta menentukan kemampuan awal siswa terlebih
dahulu.
1. Analisis
2. Desain
3. Pengembangan
6. Model ADDIE
4. Implementasi
5. Evaluasi

1. Analisis lingkungan belajar


2. analisis karakteristik siswa
3. analisis tugas pembelajaran
Model Smith and 4. menulis butir tes
7 Ragan 5. menentukan strategi pembelajaran
6. memproduksi program pembelajaran
7. melaksanakan evaluasi formatif
8. merevisi program pembelajaran

Model desain pembelajaran ARCS dikemukakan oleh


John Keller. Model desain pembelajaran ARCS
8 Model ARCS
merupakan satu-satunya model yang
mengintegrasikan aspek motivasi di dalamnya.

21
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
1) Desain pembelajaran adalah rancangan penerapan teori belajar dan
pembelajaran yang disusun dalam sebuah rencana atau tindakan yang meliputi
metode, penilaian untuk memecahkan masalah dengan merinci kondisi belajar
untuk menghasilkan sebuah modul pembelajran yang berisi tujuan umum dan
tujuan khusus dari proses belajar dan pembelajaran yang akan disampaikan
oleh pendidik ke peserta didik.
2) Macam-macam model desain pembelajaran
a) Model Pakkiem
b) Model ASSURE
c) Model kemp
d) Model Hannafin and Peck
e) Model Dick and Cery
f) Model ADDIE
g) Model Smith and Ragan
h) Model ARCS
3) Terdapat beberapa model dalam desain pembelajaran yang dapat digunakan
oleh guru dalam mengajar. Sebagai suatu model desain pembelajaran tentunya
satu model dengan model-model yang lain memiliki kelebihan dan
kekurangan tergantung dari situasi dan kondisi implementasi model tersebut.
Karena itu, tidak ada model yang terbaik. Semua model baik tergantung
bagaimana kita mengaplikasikannya dalam proses pembelajaran.

22
B. Saran
Kami sadar, sebagai seorang mahasiswa yang masih dalam proses
pembelajaran, serta masih banyak kekurangannya. Oleh karena itu, kami sangat
mengharapkan adanya kritik dan saran yang bersifat positif, guna penulisan
makalah yang lebih baik lagi di masa yang akan datang. Harapan kami, makalah
yang sederhana ini, dapat memberikan manfaat khususnya bagi penulis dan
umumnya pagi para pembaca.

23
DAFTAR PUSTAKA

Dr. Muhammad Ridha Albaar, S. Kom, M.Kom, Desain Pembelajaran Untuk


Menjadi Pendidik Yang Profesional, (Jawa Timur: Uwais Inspirasi
Indonesia, 2020),

Drs. Harjanto, Perecanaan pengajaran, (Jakarta: PT. Rineka Cpta, 1997),

Pribadi, B. A. 21 Konsep Esensial dalam Teknologi Pendidikan (Jakarta: R.


Erlangga, 2018),

Prof. Dr. H. Wina sanjaya, Mpd, Perencanaan dan Desain Sistem Pembelajaran,
(Jakarta: Kencana Prenada Media Group,  2010),

Wiyani, Novan Ardy, Desain Pembelajaran Pendidikan, (Yogyakarta: Ar-ruzz


Media, 2013),

24

Anda mungkin juga menyukai