Anda di halaman 1dari 10

MODEL-MODEL DESAIN INSTRUKSIONAL

PEMBELAJARAN PAI

Disusun Oleh :
Fauzan Azima Azhar 10120210032
Zaenal 10120210033
Khairuddin Baina Safar 10120210035

Fakultas Agama Islam


Universitas Muslim Indonesia
Makassar
2022

KATA PENGANTAR
Puji syukur atas ke hadirat Allah Subhanahu wa Ta’ala yang telah
melimpahkan rahmat, taufik, dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat
menyelesaikan penulisan makalah yang berjudul “Model-model Desain
Instruksional Pembelajaran PAI”. Penulisan makalah ini merupakan salah satu
tugas kelompok dalam mata kuliah Desain Pembelajaran.
Dalam penulisan makalah ini penulis merasa masih banyak kekurangan
baik pada teknis penulisan maupun materi, mengingat akan kemampuan yang
penulis miliki. Untuk itu, kritik dan saran dari semua pihak sangat penulis
harapkan demi penyempurnaan pembuatan makalah ini.
Dalam penulisan makalah ini penulis menyampaikan ucapan terima kasih
kepada pihak-pihak yang membantu dalam menyelesaikan makalah ini.

Makassar, 14 Oktober 2022

Penulis
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Model pembelajaran merupakan suatu rencana mengajar yang memperhatikan pola
pembelajaran tertentu, hal ini sesuai dengan pendapat Briggs (1978) yang menjelaskan model
adalah “seperangkat prosedur yang berurutan untuk mewujudkan suatu proses”. Dengan
demikian, model pembelajaran adalah seperangkat prosedur yang berurutan untuk
melaksanakan proses pembelajaran.
Sedangkan yang dimaksud dengan pembelajaran, pada hakikatnya merupakan proses
komunikasi transaksional yang bersifat timbal balik, baik antara guru dengan peserta didik
atau peserta didik dengan peserta didik lainnya. Komunikasi transaksional adalah bentuk
komunikasi yang dapat diterima, dipahami dan disepakati oleh pihak-pihak yang sehubungan
dalam proses pembelajaran, sehingga menunjukkan adanya perolehan, penguasaan, hasil,
proses atau fungsi belajar bagi si peserta didik.
B. Rumusan Masalah
1. Apa Pengertian Model-model Desain Pembelajaran?
2. Apa Macam-macam Model Desain Pembelajaran PAI ?
3. Apa Perbedaan Model-model Desain Pembelajaran PAI?
C. Tujuan
1. Mengetahui Pengertian Model-model Desain Pembelajaran.
2. Mengetahui Macam-macam Model Desain Pembelajaran PAI.
3. Mengetahui Perbedaan Model-model Desain Pembelajaran PAI.
BAB II
PEMBAHASAN
A. Pengertian Model-model Desain Pembelajaran
Model pembelajaran adalah pola atau rencana yang dapat digunakan untuk
mengoperasikan kurikulum, merancang materi pembelajaran, dan untuk membimbing proses
belajar dalam kelas atau tempat belajar lainnya. Menurut Agus Suprijono (2010), model
pembelajaran ialah pola yang digunakan sebagai pedoman dalam merencanakan
pembelajaran dikelas maupun tutorial. Menurut Arends, model pembelajaran mengacu pada
pendekatan yang akan digunakan, termasuk di dalamnya tujuan-tujuan pembelajaran, tahap-
tahap dalam kegiatan pembelajaran, lingkungan pembelajaran, dan pengelolaan kelas.
Melalui model pembelajaran, guru dapat membantu peserta didik mendapatkan
informasi, ide, keterampilan, cara berpikir, dan mengekspresikan ide. Model pembelajaran
berfungsi pula sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para guru dalam
merencanakan aktivitas belajar mengajar.
Secara umum, istilah model diartikan sebagai kerangka konseptual yang digunakan
sebagai pedoman atau acuan dalam melakukan suatu kegiatan. Dalam pengertian lain, model
juga diartikan sebagai barang atau benda tiruan dari benda sesungguhnya. Selanjutnya, istilah
model digunakan untuk menunjukkan pengertian sebagai kerangka proses pemikiran pertama.
Jadi, model pembelajaran merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai
akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan
bungkus atau bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran.
Di luar istilah tersebut, dalam proses pembelajaran dikenal juga istilah desain
pembelajaran. Jika model pembelajaran lebih berkenaan dengan pola umum dan prosedur
umum aktivitas pembelajaran, desain pembelajaran lebih menunjuk kepada cara-cara
merencanakan suatu sistem lingkungan belajar tertentu setelah ditetapkan strategi
pembelajaran tertentu. Herbert Simon mengartikan desain sebagai proses pemecahan masalah
yang memiliki tujuan untuk mencapai solusi terbaik dalam memecahkan masalah dengan
memanfaatkan sejumlah informasi yang tersedia. Gagne (1992) menjelaskan bahwa desain
pembelajaran disusun untuk membantu proses belajar siswa, dimana proses belajar itu
memiliki tahapan segera dan tahapan jangka panjang. Menurut Gagne, dalam proses belajar,
seorang siswa dapat dipengaruhi oleh dua hal, yaitu faktor internal dan faktor eksternal.
Sedangkan desain pembelajaran berkaitan dengan faktor eksternal yaitu pengaturan
lingkungan dan kondisi yang memungkinkan siswa dapat belajar.
Pendapat yang lebih spesifik dikemukakan oleh Gentry, yang berpendapat bahwa
desain pembelajaran berkenaan dengan proses menentukan tujuan pembelajaran, strategi dan
teknik untuk mencapai tujuan serta merancang media yang dapat digunakan untuk efektivitas
pencapaian tujuan. Selanjutnya ia menguraikan bahwa penerapan suatu desain pembelajaran
memerlukan dukungan dari lembaga yang akan menerapkan pengelolaan kegiatan, serta
pelaksanaan yang intensif berdasarkan analisis kebutuhan.
Dari beberapa pengertian di atas, maka desain instruksional berkenaan dengan proses
pembelajaran yang dapat dilakukan siswa untuk mempelajari suatu materi pelajaran yang di
dalamnya mencakup rumusan tujuan yang harus dicapai atau hasil belajar yang diharapkan.
Rumusan strategi yang dapat dilaksanakan untuk mencapai tujuan termasuk metode, teknik
dan media yang dapat dimanfaatkan serta teknik evaluasi untuk mengukur atau menentukan
keberhasilan pencapaian tujuan. Sedangkan para ahli dalam bidang perencanaan merumuskan
desain dengan definisi bahwa desain adalah salah satu aspek dari proses pengembangan yang
terdiri dari enam fase, yaitu :
1. Riset (analisis)
2. Desain (sintesis)
3. Produksi (formasi)
4. Distribusi (penyebaran)
5. Utilitas (kinerja)
6. Eliminasi (penghentian).
Dalam mendesain pembelajaran harus diawali dengan studi kebutuhan, sebab
berkenaan dengan upaya untuk memecahkan persoalan yang berkaitan dengan proses
pembelajaran siswa dalam mempelajari suatu bahan atau materi pelajaran.
B. Macam-macam Model Desain Pembelajaran PAI
Joyce (2000) mengemukakan ada empat rumpun model pembelajaran, yakni :
1. Rumpun model interaksi sosial, yang lebih berorientasi pada kemampuan memecahkan
berbagai persoalan sosial kemasyarakatan.
2. Model pemrosesan informasi, yakni rumpun pembelajaran yang lebih berorientasi pada
penguasaan disiplin ilmu.
3. Model pengembangan pribadi, rumpun model ini lebih berorientasi pada pengembangan
kepribadian peserta belajar.
4. Model yang berorientasi pada perubahan perilaku.
Beberapa model pembelajaran yang dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil
pembelajaran pendidikan agama Islam, di antaranya adalah: classroom meeting (pertemuan
kelas), cooperative learning (pembelajaran kooperatif), integrated learning (pembelajaran
terpadu), constructive learning (pembelajaran konstruktif), inquiry learning (pembelajaran
inkuiri) dan quantum learning (pembelajaran kuantum).
C. Perbedaan Model-model Desain Pembelajaran PAI
1. Model Classroom Meeting
Menurut Glasser dalam Moejiono (1992), sekolah umumnya berhasil membina
perilaku ilmiah, meskipun demikian adakalanya sekolah gagal membina kehangatan
hubungan antar pribadi. Agar sekolah dapat membina kehangatan hubungan antar pribadi,
maka diprasyaratkan;
(1) Guru memiliki rasa keterlibatan yang mendalam.
(2) Guru dan peserta didik harus berani menghadapi realitas, dan berani menolak perilaku
yang tidak bertanggung jawab.
(3) Peserta didik mau belajar cara-cara berperilaku yang lebih baik.
Agar peserta didik dapat membina kehangatan hubungan antara pribadi, guru perlu
menggunakan strategi mengajar yang khusus. Karakteristik PAI salah satunya adalah untuk
menghantarkan peserta didik agar memiliki kepribadian yang hangat, tegas dan santun.
Model pertemuan tatap muka adalah pola belajar mengajar yang dirancang untuk
mengembangkan pemahaman diri sendiri, dan rasa tanggung jawab pada diri sendiri dan
kelompok. Strategi mengajar model ini mendorong siswa belajar secara aktif. Kelemahan
model ini terletak pada kedalaman dan keluasan pembahasan materi, karena lebih berorientasi
pada proses, sedangkan PAI di samping menekankan pada proses tetapi juga menekankan
pada penguasaan materi, sehingga materi perlu dikaji secara mendalam agar dapat dipahami
dan dihayati serta diaplikasikan dalam kehidupan sehari-hari.
2. Model Cooperative Learning
Untuk mengembangkan kemampuan bekerja sama dan memecahkan masalah, dapat
menggunakan model cooperative learning. Model ini dikembangkan salah satunya oleh
Robert E. Slavin (1990). Model ini membagi siswa dalam kelompok-kelompok diskusi, di
mana satu kelompok terdiri dari 4 atau 5 orang, masing-masing kelompok bertugas
menyelesaikan/memecahkan suatu permasalahan yang dipilih. Beberapa karakteristik
pendekatan cooperative learning, antara lain:
1) Akuntabilitas individu, yaitu; bahwa setiap individu di dalam kelompok mempunyai
tanggung jawab untuk menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh kelompok, sehingga
keberhasilan kelompok sangat ditentukan oleh tanggung jawab setiap anggota.
2) Keterampilan sosial, meliputi seluruh hidup sosial, kepekaan sosial dan mendidik siswa
untuk menumbuhkan pengekangan diri dan pengarahan diri demi kepentingan kelompok.
Keterampilan ini mengajarkan siswa untuk belajar memberi dan menerima, mengambil dan
menerima tanggung jawab, menghormati hak orang lain dan membentuk kesadaran sosial.
3) Saling ketergantungan, adalah sifat yang menunjukkan saling ketergantungan satu
terhadap yang lain di dalam kelompok secara positif. Keberhasilan kelompok sangat
ditentukan oleh peran serta anggota kelompok, karena siswa berkolaborasi bukan
berkompetensi.
4) Pengelompokan, proses perolehan jawaban permasalahan dikerjakan oleh kelompok secara
bersama-sama.
Langkah-langkahnya:
1) Guru merancang pembelajaran, mempertimbangkan dan menetapkan target pembelajaran
yang ingin dicapai dalam pembelajaran.
2) Dalam aplikasi pembelajaran di kelas, guru merancang lembar observasi kegiatan dalam
belajar secara bersama-sama dalam kelompok kecil.
3) Dalam melakukan observasi kegiatan peserta didik, guru mengarahkan dan membimbing
peserta didik baik secara individu maupun kelompok, dalam pemahaman materi maupun
mengenai sikap dan perilaku peserta didik selama kegiatan belajar.
4) Guru memberi kesempatan kepada peserta didik untuk mempresentasikan hasil kerjanya.

3. Model Integrated Learning,


Hakikat model pembelajaran terpadu merupakan suatu sistem pembelajaran yang
memungkinkan siswa, baik secara individual maupun kelompok untuk aktif mencari,
menggali dan menemukan konsep serta prinsip keilmuan secara menyeluruh, bermakna dan
autentik. Pembelajaran terpadu akan terjadi apabila peristiwa-peristiwa autentik atau
eksplorasi topik/tema menjadi pengendali di dalam kegiatan belajar sekaligus proses dan isi
berbagai disiplin ilmu/mata pelajaran/pokok bahasan secara serempak dibahas. Konsep
tersebut sesuai dengan beberapa tokoh yang mengemukakan tentang model pembelajaran
terpadu seperti berikut :
Rancangan pembelajaran terpadu secara eksplisit merumuskan tujuan pembelajaran.
Dampak dari tujuan pengajaran dan pengiringnya secara langsung dapat terlihat dalam
rumusan tujuan tersebut. Pada dampak pengiring umumnya, akan membuahkan perubahan
dalam perkembangan sikap dan kemampuan berpikir logis, kreatif, imajinatif. (Departemen
Pendidikan dan Kebudayaan, 1997) Ciri-ciri pembelajaran terpadu :
1) Holistik, suatu peristiwa yang menjadi pusat perhatian dalam pembelajaran terpadu dikaji
dari beberapa pokok bahasan sekaligus untuk memahami fenomena dari segala sisi.
2) Bermakna, keterkaitan antara konsep-konsep lain akan menambah kebermaknaan konsep
yang dipelajari, dan diharapkan peserta didik mampu menerapkan perolehan belajarnya untuk
memecahkan masalah-masalah yang nyata di dalam kehidupannya.
3) Aktif, pembelajaran terpadu dikembangkan melalui pendekatan diskoveri inkuiri. Peserta
didik terlibat secara aktif dalam proses pembelajaran, yang tidak secara langsung dapat
memotivasi peserta didik untuk belajar.
4. Model Constructivist Learning
Model konstruktivisme adalah salah satu pandangan tentang proses pembelajaran
yang menyatakan bahwa dalam proses belajar (perolehan pengetahuan) diawali dengan
terjadinya konflik kognitif. Konflik kognitif ini hanya dapat diatasi melalui pengetahuan diri.
Dan akhirnya proses belajar, pengetahuan akan dibangun sendiri oleh anak melalui
pengalamannya dari hasil interaksi dengan lingkungannya. Beberapa hal yang perlu
diperhatikan guru dalam merancang model pembelajaran konstruktivisme adalah:
1) Mengakui adanya konsep awal yang dimiliki peserta didik melalui pengalaman
sebelumnya.
2) Mengakui bahwa dalam proses pembelajaran terjadi perubahan konseptual
3) Mengakui bahwa pengetahuan tidak dapat diperoleh secara pasif
4) Mengutamakan terjadinya interaksi sosial.
5. Model Inquiry Learning.
Model inkuiri dapat dilakukan melalui tujuh langkah, yaitu:
1) Merumuskan masalah
2) Merumuskan hipotesis
3) Mendefinisikan istilah
4) Mengumpulkan data
5) Penyajian dan analisis data
6) Menguji hipotesis
7) Memulai inkuiri baru.
6. Model Quantum Learning
Quantum Learning merupakan pengubahan berbagai interaksi yang ada pada momen
belajar. Interaksi-interaksi ini mencakup unsur-unsur belajar yang efektif yang
mempengaruhi kesuksesan peserta didik (De Potter, 1999). Dari kutipan tersebut diperoleh
pengertian bahwa pembelajaran kuantum merupakan upaya pengorganisasian bermacam-
macam interaksi yang ada di sekitar momen belajar.
Pembelajaran kuantum memiliki banyak unsur yang menjadi faktor pengalaman belajar.
Unsur itu dibagi menjadi dua kkuantum, yaitu konteks dan isi.
Kerangka Rancangan Pembelajaran Kuantum :
1) Tumbuhkan minat dengan selalu mengarahkan peserta didik terhadap pemahaman tentang
apa manfaat setiap pelajaran bagi dirinya.
2) Alami : Buatlah pengalaman umum yang dapat di mengerti oleh semua peserta didik.
3) Namai : Guru harus menyediakan kata kunci, konsep, model, rumus, strategi sebagai
masukan.
4) Demonstrasikan : Sebaiknya guru menyediakan kesempatan bagi peserta didik untuk
menunjukkan apa yang mereka sudah ketahui.
5) Ulangi : Guru harus menunjukkan cara mengulangi materi.
6) Rayakan : Guru harus memberikan pengakuan terhadap setiap penyelesaian, partisipasi
dan pemerolehan keterampilan dan pengetahuan peserta didik.
BAB III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Model pembelajaran adalah pola atau rencana yang dapat digunakan untuk
mengoperasikan kurikulum. Joyce (2000) mengemukakan ada empat rumpun model
pembelajaran, yakni :
1. Rumpun model interaksi sosial, yang lebih berorientasi pada kemampuan
memecahkan berbagai persoalan sosial kemasyarakatan.
2. Model pemrosesan informasi, yakni rumpun pembelajaran yang lebih
berorientasi pada penguasaan disiplin ilmu.
3. Model pengembangan pribadi, rumpun model ini lebih berorientasi pada
pengembangan kepribadian peserta belajar.
4. Model yang berorientasi pada perubahan perilaku.
Beberapa model pembelajaran yang dapat meningkatkan kualitas proses dan hasil
pembelajaran pendidikan agama Islam, diantaranya adalah: model classroom meeting,
cooperative learning, integrated learning, constructive learning, inquiry learning, dan
quantum learning
B. Saran
Setelah penulis memaparkan kesimpulan di atas, selanjutnya penulis akan
memberikan saran yang berkaitan dengan makalah ini. Penulis memiliki saran yaitu dengan
adanya makalah ini, penulis berharap banyak pembaca dapat mengetahui lebih banyak
mengenai “Model-model Desain Instruksional Pembelajaran PAI”.
Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi kami, khususnya bagi pembaca. Dalam
penyusunan makalah ini kami menyadari masih banyak kekurangan, maka dari itu kami
mohon kritik dan saran yang dapat membangun kami ke depannya agar lebih baik lagi.
DAFTAR PUSTAKA

http://sakinahninaarz009.blogspot.co.id/2014/05/pengertian-jenis-dan-langkah-langkah
https://laskarasjati786.wordpress.com/2015/04/27/macam-macam-model-desain-
pembelajaran-pai/
https://elfalasy88.wordpress.com/2009/12/28/perencanaan-dan-desain-pembelajaran/

Anda mungkin juga menyukai