Anda di halaman 1dari 9

MAKALAH

INSTITUSI PENDIDIKAN ISLAM


DINASTI ABBASIYAH DAN DINASTI UMAYYAH

Disusun oleh :

Kelompok 5 :
Rahmat Hidayat 10120210002
Muhammad Nasriadi 10120210007
Muhammad Mufli Naufal 10120210034

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN AGAMA ISLAM


FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA MAKASSAR
2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Allah SWT. yang telah melimpahkan berkat,
rahmat, taufik, serta hidayah-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah dengan
judul “Institusi pendidikan islam dinasti abbasiyah dan dinasti umayyah” ini dengan baik.
Sholawat serta salam semoga senantiasa tercurahkan kepada junjungan kita Nabi
Muhammad SAW. yang telah membimbing kami dari jalan kegelapan menuju jalan yang
terang yakni agama Islam.
Kami mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada beberapa pihak yang
berperan dalam penyusunan makalah ini. Dengan menggunakan makalah ini semoga
kegiatan belajar dalam memahami materi ini dapat lebih menambah sumber-sumber
pengetahuan. Kami sadar dalam penyusunan makalah ini belum bisa dikatakan mencapai
tingkat kesempurnaan, untuk itu kritik dan saran tentu kami butuhkan. Mohon maaf apabila
ada kesalahan cetak atau kutipan-kutipan yang kurang berkenan. Semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi kita semua. Amin.

Makassar, 9 Oktober 2022

Penulis
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL ..........................................................................................................................................................................

KATA PENGANTAR ............................................................................................................................................................................

ii

DAFTAR ISI .........................................................................................................................................................................................

iii...........................................................................................................................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN ......................................................................................................................................................................

A. Latar Belakang ...........................................................................................................................................................................

B. Rumusan Masalah ......................................................................................................................................................................

BAB II PEMBAHASAN .......................................................................................................................................................................

A. Sejarah dan perkembagan isntitusi pendidikan islam ........................................................................................................

B. Lembaga – lembaga pendidikan pada masa dinasti abbasiyah ..........................................................................................

C. Lembaga – lembaga pendidikan pada masa dinasti umayyah ...........................................................................................

BAB III PENUTUP ...............................................................................................................................................................................

Kesimpulan ...............................................................................................................................................................................

Saran ..........................................................................................................................................................................................
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lembaga pendidikan merupakan hal yang sangat penting dalam mencapaikeberhasilan


proses pendidikan karena lembaga berfungsi sebagai mediator dalammengatur
jalannya pendidikan. Pada zaman sekarang ini tampaknya tidaklah disebut pendidikan
jika tidak ada lembaganya. Lembaga pendidikan sekarang ini juga sangatmutlak
keberadaannya bagi kelancaran proses pendidikan. Apalagi lembaga pendidikan itu
dikaitkan dengan konsep islam.
 
Lembaga pendidikan Islam merupakan suatu wadah dimana pendidikandalam ruang
lingkup keislaman melaksanakan tugasnya demi tercapainya cita-citaumat
Islam.Keluarga, masjid, pondok pesantren dan madrasah merupakan lembaga-lembaga
pendidikan Islam yang mutlak diperlukan di suatu negara secara umum ataudisebuah
kota secara khususnya, yang manalembaga-lembaga pendidikan itu sendiriakan
mencetak manusia muslim yang berkualitas, berakhlak al-Qur’an, dan mantap dalam
aqidah keislaman.

A. Rumusan masalah
1. Bagaimana sejarah dan perkembangan isntitusi pendidikan islam ?
2. Apa saja lembaga – lembaga pendidikan islam pada masa dinasti abbasiyah ?
3. Apa saja lembaga – lembaga pendidikan islam pada masa dinasti umayyah ?

B. Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah dan perkembagan institusi pendidikan islam
2. Untuk mengetahui lembaga – lembaga pendidikan islam pada masa dinasti
abbasiyah
3. Untuk mengetahui lembaga- lembaga pendidikan islam pada masa dinasti
umayyah
BAB II
PEMBAHASAN

A. Sejarah dan Perkembagan Institusi Pendidikan Islam


Institusi-institusi pendidikan Islam dibagi menjadi dua kelompok, yaitu
kelompokse belum madrasah dan sesudah madrasah. Islam mengenal Institusi
(lembaga) pendidikan semenjak awal turunnya wahyu kepada Nabi SAW. Rumah Al-
Arqam bin Abi Al-Arqam merupakan lembaga pendidikan pertama. Selanjutnya masjid
merupakan lembaga pendidikan kedua dalam Islam, merupakan lembaga pendidikan
pokok pada zaman Nabi SAW. dan juga pada zaman Khulafa al-Rasyidin.Perkembangan
institusi pendidikan islam selanjutnya yaitu pada zaman kerajaan Abbasiyah, dimana
amir-amir lokal memerintah daerah-daerah Arab sesudah khilafah Abbasiyah di
Baghdad menjadi lemah karena berkuasanya orang-orang Turki, dandimana
pemerintah di tiap daerah di negara Islam memerlukan pegawai-pegawai resmiuntuk
menjalankan pemerintah negara dan mencapai tujuan-tujuannya, maka pada waktu
itulah munculnya sistem persekolahan atau madrasah.

Sebelum munculnya sistem madrasah ini tidak ada tingkat-tingkat pendidikan


tertentu, tetapi hanya satu tingkat saja yang dimulai dengan Kuttab (guru-guru khusus)
dan diakhiri dengan Halaqah (diskusi) di masjid. Dan juga tidak ada kurikulum khusus
yang diikuti oleh seluruh umat Islam. Kadang-kadang kuttab sekedar mengajarkan
membaca, menulis, dan mengajarkan Al-Qur’an. Juga tidak ada ijazah atau gelar - gelar
ilmiah yang diberi kepada orang yang menamatkan pelajaran sesudah ujian.

Pembentukkan sistem madrasah berasal dari penduduk Nisapur, tetapi


tersiarnya dengan luas disebabkan oleh menteri Saljuqi yang bernama Nizam al-Mulk
yang mendirikan madrasah Nizamiyah di kota Baghdad pada tahun 458 H/1065 M.
Selain di Nisapur dan Baghdad, madrasah juga didirikan di kota Balakh, Basrah, Amal
Tibistran,dan Harran, bahkan sampai ke negeri Irak dan Khurasan.

Di negeri Syam, madrasah didirikan pertama kali pada tahun 491 H/1097 M.
diDamaskus. Sejak itu ide pembentukan madrasah di Mesir berpindah dibawah
SalahuddinAl-Ayyubi, yaitu pada tahun 567 H/1171M.

Dengan munculnya sistem madrasah, maka sistem pendidikan Islam memasuki


periode baru dalam pertumbuhan dan perkembangannya, dimana periode ini adalah
periode terakhirnya, sebab madrasah (sekolah) sudah merupakan salah satu
organisasiresmi negara, dimana dikeluarkan pekerja-pekerja dan pegawai-pegawai
negara.
Dengan berdirinya sistem madrasah maka madrasah berpisah dari masjid.
Madrasah-madrasah yang mula-mula sekali mengikuti masjid, kemudian madrasah
berkembang dan berpisah dari masjid. Setelah berpisah dan menjadi besar
didirikanlahmasjid disamping madrasah untuk murid-murid dan guru-guru.
B. Lembaga-Lembaga Pendidikan Pada Masa Bani Abbasiyah

Sebelum timbulnya sekolah dan universitas yang kemudian dikenal sebagai


lembaga pendidikan formal, dalam dunia Islam sebenarnya telah berkembang lembaga-
lembaga pendidikan Islam yang bersifat non fomal.Lembaga-lembaga ini berkembang
terus dan bahkan bersamaan dengannya tumbuh dan berkembang bentuk-bentuk
lembaga pendidikan non formal yang semakin luas. Diantara lembaga-lembaga
pendidikan Islam yang becorak non formal tersebut adalah :

1) Kuttab Sebagai Lembaga Pendidikan Dasar

Kuttab atau maktab berasal dari kata dasar kataba yang berarti menulis atau
tempat menulis. Jadi kataba adalah tempat belajar menulis. Sebelum datangnya Islam
Kuttab telah ada di negeri Arab, walaupun belum banyak dikenal.

Inti pokok pendidikan di Kuttab pada mulanya adalah membaca dan menulis,
karena masih terbatasnya lembaga Kuttab sebelum Islam. Maka ketika Islam lahir baru
17 orang penduduk Makkah yang pandai membaca dan menulis. Kemudian pada
akhirnya, pada abad pertama Hijriyah mulailah timbul jenis Kuttab, yang disamping
memberikan pelajaran menulis dan membaca, juga mengajarkan membaca al-Qur’an
dan pokok - pokok ajaran Islam. Pada mulanya, Kuttab jenis ini, merupakan
pemindahan dari pengajaran al-Qur’an yang berlangsung di Masjid, yang sifatnya
umum. Diantara penduduk Makkah yang mula-mula belajar menulis huruf Arab di
Kuttab ialah Sufyan ibnu Umayyah ibnu Abdu Syams dan Abu Qais Ibnu Abdi manaf
ibnu Zuhroh ibnu Kilab.

2) Pendidikan Rendah di Istana

Corak pendidikan anak-anak di Istana berbeda dengan pendidikan anak-anak di


Kuttab-kuttab, pada umumnya di Istana para orang tua siswa (para pembesar istana)
yang membuat rencana pembelajaran selaras dengan anaknya dan tujuan yang ingin
dicapai orang tuanya. Rencana pelajaran untuk pendidikan di Istana pada garis
besarnya sama dengan pelajaran pada Kuttab-kuttab hanya sedikit ditambah dan
dikurangi sesuai dengan kehendak orang tua mereka.

Guru yang mengajar di Istana disebut Muaddib.Kata muaddib berasal dari kata
adab yang berarti budi pekerti atau meriwayatkan. Guru pendidikan di Istana disebut
Muaddib karena berfungsi mendidik budi pekerti dan mewariskan kecerdasan dan
pengetahuan-pengetahuan orang- orang terdahulu kepada anak-anak pejabat .

3) Rumah-Rumah Para Ulama’ (Ahli Ilmu Pengetahuan)

Walaupun sebenarnya, rumah bukanlah merupakan tempat yang baik untuk


tempat memberikan pelajaran namun pada zaman kejayaan perkembangan ilmu
pengetahuan dan kebudayaan Islam, banyak juga rumah-rumah para ulama’ dan ahli
ilmu pengetahuan menjadi tempat belajar dan pengembangan ilmu pengetahuan. Hal ini
disebabkan karena ulama’ dan ahli yang bersangkutan yang tidak mungkin memberikan
pelajaran di masjid, sedangkan pelajar banyak yang berminat untuk mempelajari ilmu
pengetahuan daripadanya.

Diantara rumah ulama’ terkenal yang menjadi tempat belajar adalah rumah Ibnu
Sina, Al-Gazali, Ali ibnu Muhammad Al-Fasihi, Ya’kub Ibni Killis, Wazir khalifah Al-Aziz
Billah Al-fatimy, dan lain-lainnya.

4) Toko-toko kitab

Pada permulaan masa Dinasti Abbasiyah, ilmu pengetahuan dan kebudayaan


Islam sudah tumbuh dan berkembang dan diikuti oleh penulisan kitab-kitab dalam
berbagai cabang ilmu pengetahuan, maka berdirilah toko- toko kitab.

5) Perpustakaan

Para ulama’dan sarjana dari berbagai macam keahlian, pada umumnya menulis
buku dalam bidangnya masing-masing dan selanjutnya untuk diajarkan atau
disampaikan kepada para penuntut ilmu. Bahkan para ulama’dan sarjana tersebut
memberikan kesempatan kepada para penuntut ilmu untuk belajar diperpustakaan
pribadi mereka.

Pada masa itu dibangunlah perpustakaan-perpustakaan di negeri- negeri Islam.


Bangunan-bangunan ini dilengkapi dengan kamar-kamar dan ruang-ruang yang banyak
untuk bermacam-macam keperluan.

Perpustakaan-perpustakaan pada masa ini banyak yang dihasilkan oleh


pemerintah atau merupakan wakaf dari para ulama dan sarjana. Baitul Hikmah di
Baghdad yang didirikan oleh Khalifah Harun al-Rasyid, adalah salah satu contoh dari
perpustakaan Islam yang lengkap, yang berisi buku- buku islam dan bahasa Arab,
bermacam-macam ilmu pengetahuan yang berkembang pada masa itu, dan berbagai
buku terjemahan dari bahasa- bahasa Yunani, Persia, India, dan Aramy .

Baitul hikmah di Baghdad yang didirikan khalifah Al-Rasyid adalah merupakan


salah satu contoh dari perpustakaan Islam yang lengkap, yang berisi ilmu-ilmu agama
Islam dan bahasa Arab, bermacam-macam ilmu pengetahuan yang telah berkembang
pada masa itu.

masa itu lebih merupakan sebuah universitas karena disamping terdapat kitab-kitab,
disana orang juga dapat membaca, menulis dan berdiskusi.

6) Masjid

Pada masa Bani Abbas dan masa perkembangan kebudayaan Islam, masjid-
masjid yang didirikan oleh para pengusaha pada umumnya di lengkapi dengan berbagai
macam sarana dan fasilitas untuk pendidikan.

Di dunia Islam, di zaman Dinasti Abbasiyah masjid-masjid berkembang dengan


pesatnya. Di Kota Baghdad saja ada 30.000 masjid, di Kota Iskandaria 12.000 masjid,
Damaskus 500 masjid. Masjid-masjid tersebut telah berubah fungsi, tidak hanya untuk
tempat beribadah juga dipakai tempat kegiatan sosial kemasyarakatan. Materi pelajaran
yang diajarkan di masjid tidak hanya terbatas kepada ilmu-ilmu naqliyah saja, tetapi
juga mencakup ilmu-ilmu ‘Aqliyah.

Fungsi masjid pada masa Abbasiyah umumnya dilengkapi dengan berbagai


macam sarana dan fasilitas untuk pendidikan. Tempat pendidikan anak-anak, tempat-
tempat untuk pengajian dari ulama-ulama yang merupakan kelompok-kelompok
halaqah, tempat untuk berdiskusi dan munazarah dalam berbagai ilmu pengetahuan,
dan juga dilengkapi dengan ruangan perpustakaan dengan buku-buku ilmu
pengetahuan dari berbagai macam ilmu yang cukup banyak.

7) Madrasah

Dalam sejarah, madrasah ini mulai muncul di zaman khalifah Bani Abbas, sebagai
kelanjutan dari pendidikan yang dilaksanakan di masjid dan tempat lainnya. Minat
masyarakat untuk mempelajari ilmu di Halaqah yang ada di masjid makin meningkat
dari tahun ke tahun, dsan menimbulkan kegaduhan akibat dari suara para pengajar dan
siswa yang berdiskusi dan lainnya yang mengganggu kekhusukan shalat. Selain itu,
berdirinya madrasah ini juga karena ilmu pengetahuan dan berbagai keterampilan
semakin berkembang, dan untuk mengajarkannya diperlukan guru yang banyak,
peralatan belajar mengajar yang lebih lengkap, serta pengaturan administrasi yang
lebih tertib. Selain itu, madrasah juga didirikan dengan tujuan untuk memasyarakatkan
ajaran atau paham keagamaan dan ideologi tertentu.

8) Al-Ribath

Secara harfiah al-ribath berarti ikatan yang mudah di buka. Sedangkan dalam
arti yang umum, al ribath adalah tempat untuk melakukan latihan, bimbingan, dan
pengajran bagi calon sufi. Di dalam al-ribath tersebut terdapat beberapa ketentuan atau
komponen yang terkait dengan pendidikan tasawuf, misalnya komponen guru yang
terdiri dari syekh (guru besar), mursyid (guru utama), mu’id (asisten guru), dan mufid
(fasilitator). Murid pada al-ribath dibagi sesuai dengan tingkatannya, mulai dari
ibtidaiyah, tsanawiyah dan aliyah. Adapun bagi yang lulus diberikan pengakuan berupa
ijazah.

C.Lembaga – Lembaga Pendidikan Pada Masa Bani Umayyah

Lembaga – lembaga yang di bentuk pada masa dinasti umayyah yaitu,antara lain :

1. Lembaga politik ( Anizamus Syiasai )


2. Lembaga Keuangan ( An nizam Al Mali )
3. Lembaga Tata Usaha Keuangan ( An Nizam Al Hardi )
4. Lembaga kehakiman ( An Nizam al kada`i )
5. Lembaga Ketentaraan ( an Nizam al Harbi )
BAB III

PENUTUP

KESIMPULAN

1. Islam mengenal Institusi ( lembaga ) pendidikan semenjak awal turunnya wahyu


kepada nabi SAW, Rumah l-Arqam bin Abi Al-Arqam merupakan lembaga
pendidikan yang pertama. Masjid merupakan lembaga pendidikan yang kedua,
Masjid merupakan lembaga pendidikan pokok pada zaman Nabi SAW, dan
zaman Khulafa al-Rasyidin.
2. Lembaga-lembaga pendidikan pada masa Bani Abbasiyah antara lain :
 Kuttab sebagai lembaga pendidikan dasar
 Pendidikan rendah istana
 Rumah- rumah para ulama ( Ahli ilmu pengetahuan )
 Tokoh-tokoh kitab
 Perpustakaan
 Masjid
 Madrasah
 Al-Ribath
3. Lembaga-lembaga pendidikan pada masa Bani umayyah antara lain :
 Lembaga Politik ( Anizamus Syiasai )
 Lembaga Keuangan ( An Nizam Al Mali )
 Lembaga Tata Usaha ( An Nizam Al Hardi )
 Lembaga Kehakiman ( An Nizam Al Kada`i )
 Lembaga Ketentaraan ( An Nizam Al Harbi )

Saran

Penulis menyadari bahwa makalah ini masih banyak kekurangan dan jauh dari
kesempurnaan. Oleh karena itu, pembaca dapat mencari referensi lagi dari berbagai
sumber. Penulis juga membutuhkan kritik dan saran dari pembaca utuk memperbaiki
makalah berikutnya.

Anda mungkin juga menyukai