Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

Perkembangan Islam Masa Bani Abbasiyyah


Disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Sejarah Peradaban Islam
Dosen Pengampu : Bapak. Rohman, M.A

Disusun Oleh :
Kelompok 4
Nur Atifa Oktafirani : 221330043
Zulfa shafiyatunnisa jaha : 221330044
Sayyidatul Mardiyyah : 221330063

JURUSAN KOMUNIKASI DAN PENYIARAN ISLAM


FAKULTAS DAKWAH
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SULTAN MAULAN HASANUDDIN BANTEN
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah senantiasa kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah
melimpahkan rahmat dan karunia-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini
guna memenuhi tugas kelompok untuk mata kuliah Sejarah Peradaban Islam yang berjudul
“Perkembangan Islam Masa Bani Abbasiyyah yang diampu oleh bapak Rohman, M.A
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini tidak terlepas dari bantuan
banyak pihak yang dengan tulus memberikan do’a, saran dan kritik sehingga makalah ini
dapat terselesaikan.
Kami menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari sempurna di
karenakan terbatasnya pengalaman dan pengetahuan yang kami miliki. Oleh karena itu,
kami mengharapkan segala bentuk saran serta masukan bahkan kritik yang membangun
dari berbagai pihak, akhirnya kami berharap semoga makalah ini dapat memberikan
manfaat bagi perkembangan dunia pendidikan.
Serang, 20 Maret 2024

Kelompok 4

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR........................................................................................................................i
DAFTAR ISI.....................................................................................................................................ii
BAB I..................................................................................................................................................1
PENDAHULUAN..............................................................................................................................1
A. LATAR BELAKANG............................................................................................................1
B. Rumusan Masalah...................................................................................................................2
C. Tujuan Masalah.......................................................................................................................2
BAB II................................................................................................................................................3
PEMBAHASAN................................................................................................................................3
A. Sejarah Berdirinya Bani Abbasiyyah dan Perkembangannya.................................................3
B. Dakwah Bani Abbasiyah.........................................................................................................4
1. Lingkup Negara dan Penguasa............................................................................................5
2. Lingkup Masyarakat...........................................................................................................5
C. Masa Keemasan Dinasti Abbasiyah........................................................................................5
1. Khalifah Abu Ja’far Al-Mansur..........................................................................................5
2. Khalifah Harun Ar-Rasyid..................................................................................................6
3. Khalifah Abdullah Al-Makmun..........................................................................................8
D. Faktor Kemunduran Bani Abbasiyyah....................................................................................8
1. Faktor Internal.....................................................................................................................8
2. Faktor Luar........................................................................................................................10
BAB II..............................................................................................................................................14
PENUTUP........................................................................................................................................14
A. Kesimpulan...........................................................................................................................14
B. Saran......................................................................................................................................14
1. Saran Praktisi....................................................................................................................14
2. Saran Akademis................................................................................................................14
DAFTAR PUSTAKA.......................................................................................................................iii

ii
BAB I

PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Dalam catatan sejarah, ajaran Islam menghadapi pasang surutnya. Dari masa
Rasulullah saw hingga 3 pemerintahan setelahnya (Kekhalifahan Khulafaur Rasyidin,
tradisi Umayyah, dan Abbasiyah) yang masing-masing pemerintahannya memiliki ciri
khas atau perbaikan. Masa ajaran Islam terjadi di tengah masa Rasulullah SAW, kemudian
dilanjutkan dengan masa penyempurnaannya, tepatnya pada masa Khulafaur Rasyidin.
Puncaknya adalah pada masa Abbasiyah, pemerintahan yang dianggap berasal dari
keluarga Nabi Muhammad SAW yang pernah mengalami masa kemenangan di segala
bidang.1
Kekuasaan Dinasti Bani Abbasiyah merupakan kekhalifah yang melanjutkan
kekuasaan Dinasti Ummayyah. Dinasti Abbasiyah merupakan kekuasaan yang didirikan
oleh keturunan Al-Abbas paman Nabi Muhammad SAW, yaitu Abdullah Al-Saffan Ibn
Muhammad Ibn Ali Ibn Abdullah Ibn Al-Abbas. Pada 2 masa Dinasti Abbasiyah inilah
Islam mencapai masa keemasannya
Peradaban dinasti Abbasiyah ke dalam dua periode utama. Periode pertama,
berlangsung antara tahun 750-945M/132-334H, dimana pada masa itu Dinasti Abbasiyah
memiliki otoritas politik yang sangat kuat dan kemudian mampu melahirkan sebuah
kemajuan peradaban yang disebut-sebut sebagai ”Era Keemasan” (the Golden Age).
Periode kedua (945-1258M) adalah rentang waktu dimana Dinasti Abbasiyah secara
faktual mengalami kemunduran politik dan para khalifah kehilangan otoritas kekuasaanya
terhadap sejumlah wilayah dibarengi dengan lahirnya negara-negara kecil yang
memerdekakan diri.
Karakteristik lain dari periode ini adalah masih terlihatnya sisa-sisa pengaruh
kemajuan peradaban Islam era keemasan yang terwujud dalam perkembangan berbagai
disiplin keilmuan, pembangunan, tercapainya kesejahteraan, hingga pada level berikutnya
yang bersifat negatif yakni menggejalanya gaya hidup bermewahan (taraf). Periode Dinasti
1
Mahfud Ifendi, Dinasti Abbasiyah: Studi Analisis Lembaga Pendidikan Islam, Jurnal Fenomena, STAI
Sanggatta Kutai Timur, Volume 12 Nomor 2, Edisi 2020

1
Abbasiyah ini berakhir pada tahun 1258 M ketika Baghdad jatuh ke tangan bangsa Mongol
di bawah komando Hulagu Khan.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan Latar belakang diatas dapat ditemukan rumusan masalah diantaranya :
1. Bagaimana Sejarah Berdirinya Bani Abbasiyah ?
2. Bagaiamana Dakwah Bani Abbasiyyah ?
3. Jelaskan Masa Keemasaan Bani Abbasiyyah !
4. Apa Faktor atas kemunduran Bani Abbasiyyah ?
C. Tujuan Masalah
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui dan
menjelskan :
1. Dapat mengetahuai Sejarah Berdirinya Bani Abbasiyyah
2. Dapat Mengetahui Ruang Lingkup Dakwah Bani Abbasiyah
3. Dapat Menjelaskan Masa Keemasan Bani Abbasiyah
4. Dapat Mengetahui Faktor daripada Kemunduran Bani Abbasiyyah

2
BAB II

PEMBAHASAN
A. Sejarah Berdirinya Bani Abbasiyyah dan Perkembangannya
Bani Abbasiyah adalah pemerintahan Islam yang berdiri setelah bani Umayyah.
Bani Abbasiyah didirikan oleh Abdullah al-Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah
Ibn Al-Abbas. Nama Abbasiyah diambil dari nama salah satu seorang paman Nabi
Muhammad SAW yang bernama Abbas bin Abdul Muthalib sebagai suatu bentuk
penghormatan untuk beliau dari anak dan cucu atas keberhasilan beliau dalam membangun
pemerintahan Islam Daulah Abbasiyah. Pencetus pertama berdirinya bani Abbasiyah yaitu
Ali bin Abdullah bin Abbas bin Abdul Muthalib bin Abdi Manaf bin Hasyim, yang dikenal
sebagai sosok pribadi yang loyal, bersahabat, ia sama sekali tidak menuntut sesuatu
apapun untuk dirinya sendiri, dan beliau juga gemar berzuhud dan beribadah.2
Bani Abbasiyah merasa jika mereka lebih berhak atas kekhalifahan Islam
dibanding bani Umayyah, karena secara garis keturunan lebih dekat dengan Nabi
Muhammad SAW. Mereka beranggapan bahwa bani Umayyah menguasai kekhalifahan
Islam secara paksa. Setelah bani Umayyah diruntuhkan dengan cara membunuh
khalifahnya yaitu Marwan pada tahun 750 M, Abu Abbas menyatakan dirinya sebagai
khalifah pertama bani Abbasiyah dan diberi gelar al-Saffah yang artinya penumpah atau
peminum darah. Sebutan Al-Saffah dibeikan karena Abu Abbas mengeluarkan maklumat
atau keputusan yang berisi perintah untuk membunuh tokoh-tokoh bani Umayyah3
Dulu sebelum Daulah Bani Abbasiyah berdiri terdapat tiga poros utama yang
menjadi pusat kegaiatan antara satu dengan yang lainnya mempunyai kedudukan tersendiri
dalam menjalankan perannya untuk membangun kekuasaan Bani Abbasiyah. Ketiga poros
utama itu adalah Kuffah, Humaimah, dan Khurrasan. Awal berdirinya bani Abbasiyah
merupakan hasil dari sebuah propaganda dan revolusioner. Propaganda tersebut dilakukan
dengan strategi yang cukup matang. Yang pertama yaitu dilaksanakan dengan sangat
rahasia tanpa melibatkan pasukan perang, mereka melakukan dakwah atas nama

2
Asmawati dkk, Sejarah Peradaban Islam, (Yogyakarta : Aswaja Pressindo, 2016), hal 48
3
2 Nunzairina, Dinasti Abbasiyah Kemajuan Peradaban Islam, Pendidikan dan Kaum Intelektual, Jurnal
Sejarah Peradaban Islam, Vol. 03, No. 02 (Januari 2020), hal 93-94.

3
Abbasiyah sambil mereka berdagang dan mengunjungi tempat jauh dan dalam kesempatan
tersebut mereka juga menunaikan ibadah haji di Mekkah. Yang kedua yaitu
menggabungkan antara para pengikut Abu Muslim Al-Khurrasni dengan pengikut
Abbasiyah dan gabungan tersebut berdiri atas nama Abbasiyah.
Dalam upaya menegakkan kekuasaan, Abbasiyah melaksanakannya secara rahasia.
Akan tetapi, Imam Ibrahim, pemimpin Abbasiyah lainnya, ingin upaya tersebut diketahui
oleh khalifah Umayyah terakhir, Marwan bin Muhammad. Ibrahim akhirnya tertangkap
oleh pasukan Umayyah dan dipenjarakan di Haran sebelum akhirnya dieksekusi. Ia
mewasiatkan kepada adiknya, Abu Al-Abbas untuk menggantikan kedudukannya dan
memerintahkan untuk pindah ke Kufah. Sementara itu, kepemimpinan upaya penegakan
kekuasaan dibebankan kepada Abu Salamah.
Dengan demikian, Abu Al-Abbas segera pindah dari Humaimah ke Kufah diiringi
para pembesar Abbasiyah lainnya, seperti Abu Ja’far, Isa bin Musa, dan Abdullah bin Ali.
Penguasa Umayyah di Kuffah, Yazid bin Umar bin Hubairah, ditaklukkan oleh Abbasiyah
dan diusir ke Wait. Abu Salamah selanjutnya berkemah di Kufah yang telah ditaklukkan
pada tahun 132 Hijriah. Abdullah bin Ali adalah salah seorang paman Abu Al-Abbas yang
diperintahkan untuk mengejar Khalifah Marwan bin Muhammad. i. Akan tetapi, pasukan
Abbasiyah dapat mengalahkan Pasukan Marwan bin Muhammad di dataran rendah sungai
Zab. Ia bersama pasukannya melarikandiri,
Kemudian Pengejaran dilanjutkan ke Maushul, Haran, dan menyebrangi Sungai
Eufrat sampai ke Damaskus. Di bawah pimpinan Shalih bin Ali, seorang paman AlAbbas
yang lain, ia mengejar khalifah yang melarikan diri itu hingga ke Eufrat, Mesir, dan
akhirnya terbunuh di Busir, wilayah Al-Fayyum, pada tahun 132 Hijriah (750 M). dengan
demikian, tumbanglah kekuasaan Bani Umayyah dan berdirilah Bani Abbasiyah dengan
pusat kekuasaan awalnya berada di Kufah4
B. Dakwah Bani Abbasiyah
Dinasti Abbasiyah merupakan dinasti yang berlandaskan Agama Islam. Selama
Pemerintahan berlangsung, Dinasti Abbasiyah melakukan dakwah melalui dua lingkup,
yaitu lingkup negara dan penguasa, dan lingkup masyarakat.

4
ibid

4
1. Lingkup Negara dan Penguasa
Pada masa keemasan Khalifah Abbasiyah banyak ulama yang mencintai ilmu
pengetahuan, sehingga mayoritas masyarakat saat itu menghormati para ulama dan
pujangga. Keturunan dari para penguasa mendapatkan pedidikan khusus dari para
ulama dan pujangga tersebut. Para penguasa memfasilitasi para ulama dan
pujangga dalam ilmu pendidikan seperti penerjemahan berbagai ilmu dari Bahasa
lain ke Bahasa Arab, kemudian mereka melakukan perluasan dan pembinaan
wilayah dakwah. Pada masa keemasan Khalifah Abbasyiah, para pemimpin
dominan memandang dunia sebagai sarana yang mengantarkan manusia untuk
mencapai kebahagiaan akhirat dan mereka percaya bahwa seluruh materi tidak
dapat dipisahkan dari rohani. Selain itu, pada masa keemasan Khalifah
Abbasiyah juga berhasil menyiapkan landasan bagi perkembangan pengetahuan
dan filsafat dalamAgama Islam yang berpengaruh dan tetap berkembang hingga
saat ini. Kehidupan dakwah pada masa Khalifah Abbasiyah dalam lingkup negara
dan penguasa mengalami masa keemasan karena para Khalifah selain sebagai
pemimpin juga berperan sebagai
ulama.
2. Lingkup Masyarakat
Aktivitas dakwah dan ilmiah sangat marak dilakukan di Baghdad, karena masjid
dan sekolah di penuhi dengan kajian ilmiah dengan materi yang bervariasi. Materi
yang paling menonjol pada saat itu adalah tazkiyah al-nufus (pembersihan hati),
peringatan tentang akhirat. Para ulama juga mengajak masyarakat agar tidak mudah
terpengaruh oleh kehidupan dunia. Ajakan tersebut muncul sebagai bentuk reaksi
dari aksi kemewahan dan kemaksiatan yang terjadi pada lingkup negara dan
penguasa5
C. Masa Keemasan Dinasti Abbasiyah
1. Khalifah Abu Ja’far Al-Mansur
Khalifah Abu Ja’far Al-Mansur Abu Ja’far al-Mansur lahir di Kota Himaymah
pada tahun 101 H. Ayahnya bernama Muhammad bin Ali bin Abdullah bin Abbas
bin Abdul Mutholib. Ibunya merupakan seorang hamba sahaya yang bernama
5
Dewaruci: Jurnal Sejarah dan Pengajarannya e-ISSN 2962-4207 Vol 1 No 2 Desember 2022

5
Salamah. Para ahli sejarah menganggap bahwa pendiri Daulah Abbasiyah yang
sebenarnya adalah Abu Ja’far al Mansur karena beliau adalah peletak dasar sistem
pemerintahan dan yang mengatur politik Daulah Abbasiyah. Beliau juga dikenal
sebagai Khalifah yang pemberani, berpikiran maju dan rapi dalam mengatur
pemerintahan tingkat desa hingga tingkat pusat.6
2. Khalifah Harun Ar-Rasyid
Harun ar-Rasyid merupakan anak dari Muhammad Almahdi. Beliau merupakan
Khalifah ke-5 dari Kekhalifahan Abbasiyah yang memerintah pada tahun 786 M
sampai 803 M. Pada masa pemerintahan Harun yang dilanjutkan Makmun ar-
Rasyid dikenal sebagai The Golden Age Of Islam (masa keemasan Islam) dimana
pada masa itu Baghadad menjadi salah satu pusat ilmu pengetahuan. Upaya yang
dilakukan Harun ar-Rasyid dalam memajukan ilmu pengetahuan dan peradaban
Islam yaitu mengangkat wazir, mengembangkan olmu pengetahuan, menjaga
ketertiban dan keamanan negara, dan meningkatkan kesejahteraan rakyat.7
Popularitas Dinasti Abbasiyah mencapai puncaknya pada masa Khalifah Harun
Al Rasyid (786 M-809 M) dan putranya Al-Ma’mun (813-833 M). Kekayaan yang
dimiliki Khalifah Harun Al-Rasyid digunakan untuk kepentingan sosial seperti:
lembaga pendidikan, kesehatan, rumah sakit, pendidikan ilmu pengetahuan, dan
kebudayaan serta kesusasteraan berada pada zaman keemasan. Masa pemerintahan
Abbasiyah sering dikatakan sebagai zaman keemasan Islam.
a. Bidang Administrasi dan Pemerintahan
Pada masa Abu Ja’far Al-Mansur (754-775 M) memindahkan ibukota negara yang
awalnya Al-Hasyimiyah menjadi ke kota yang baru dibangunnya Bagdad pada
tahun 762 M. Di ibu kota yang baru ini Al-Manshur melakukan konsolidasi dan
penertiban peme-rintahannya. Dia mengangkat sejumlah personal untuk menduduk
jabatan di lembaga eksekutif dan yudikatif. Di dalam peme-rintahan, dia
menciptakan tradisi baru dengan mengangkat wazir (perdana menteri) sebagai
koordinator departemen, membentuk lembaga protokol negara, sekretaris negara,
dewan penyelidik keluhan, dan kepolisisan negara disamping membenahi angkatan

6
ibid
7
ibid

6
bersenjata.8
b. Bidang Perdagangan
Pada masa Al-Mahdi (775-785 M) perekonomian mulai meningkat dengan
peningkatan di sektor pertanian, malalui irigasi dan peningkatan hasil
penambangan seperti perak, emas, tembaga, dan besi
c. Bidang Pendidikan
Ketika pada masa Al-Ma’mun (813-833 M) dikenal sebagai khalifah yang sangat
cinta kepada ilmu. Pada masa pemerintahnya, penerjemahan buku-buku asing
digalakkan. Ia juga banyak men-dirikan sekolah salah satu karya besarnya yang
terpenting adalah pemabngunan Baitul Hikmah (akademi ilmu dan peradaban),
pusat penerjemahan yang berfungsi sebagai perguruan tinggi dengan perpustakaan
yang besar. Pada masa Al-Ma’mun inilah Baghdad mulai menjadi pusat
kebudayaan dan ilmu pengetahuan.
d. Bidang Militer
Al-Mu’tashim (833-842 M) memberi peluang besar kepada orang-orang Turki
untuk masuk dalam pemerintahan, keterlibatan mereka dimulai sebagai tentara
pengawal. Tidak seperti pada masa dinasti Umayyah, dinasti Abbasiyah
mengadakan perubahan sistem ketentaraan. Praktik orang-orang muslim mengikuti
perang sudah terhenti. Tentara dibina secara khusus menjadi prajurit-prajurit
profesional. Dengan demikian, kekuatan militer dinasti Bani Abbas menjadi sangat
kuat.
e. Bidang Ilmu Pengetahuan
Pada masa Bani Abbasiyah ini terdapat empat mazhab, yang petama Imam Abu
Hanifah (700-767 M) mazhab ini banyak lebih banyak menggunakan pemikiran
rasional daripada hadis. Berbeda dengan Imam Maliki (713-795 M) banyak
mengandung hadis dan tradisi masyarakat Madinah. Pendapat dua tokoh itu di
tengahi oleh Imam Syafi’i (767-820 M) dan Imam Ahmad ibn Hanbal (780-855
M). Terdapat pula aliran-aliran seperti Khawarij, Murjiah, dan Mu’tazilah.Al-
Fazari terkenal dalam bidang astronomi sebagai astronom Islam yang pertama kali
menyusun astrolabe dan terkenal karena ia menulis ringkasan ilmu astronomi yang
8
Badri Yatim, Sejarah... h. 50.

7
diterjemahkan ke dalam bahasa Latin oleh Gerard Cremona dan Johannes
Hispalensis. Al-Razi dan Ibn Sina dikenal dalam bidang kedokteran. Al-Razi
adalah tokoh pertama yang membedakan antara penyakit cacar dengan measles dan
orang pertama yang menyusun buku mengenai kedokteran anak. Ibn Sina yang
juga seorang filosof, berhasil me-nemukan sistem peredaran darah pada manusia.
Karyanya adalah Al-Qanun fi Ath-Thib. Muhammad ibn Musa Al-Khawarizmi
terkenal di bidang matematika yang menciptakan ilmu aljabar. Al-Mas’udi terkenal
dalam bidang sejarah yang ahli geografi.
3. Khalifah Abdullah Al-Makmun
Abdullah al-Makmun merupakan anak dari Khalifah Harun ar-Rasyid yang lahir
pada tahun 170 H. Sebelum al-Makmun menjadi Khalifah Ia dipercaya oleh
ayahnya untuk menangani permasalahan di bidang pemerintahan. Saat itu al-
Makmun diberi tanggung jawab sebagai penguasa wilayah Khurasan untuk
mengkaji dan mengembangkan ilmu pengetahuan. Untuk memenuhi tangung jawab
tersebut al-Makmun menyiapkan beberapa fasilitas, seperti menyediakan berbagai
buku, membangun perpustakaan, serta membiayai penerjemahan bukubuku yang
berbahasa Yunani dan Persia kedalam Bahasa Arab.9
D. Faktor Kemunduran Bani Abbasiyyah
Ada dua Faktor yang menyebabkan kemunduran Bani Abbasiyah yaitu faktor
Internal dan eksternal
1. Faktor Internal
a. Lemahnya semangat patriotisme negara
Khilafah Abbasiyah didirikan oleh Bani Abbas yang bersekutu dengan orang-orang
Persia. Persekutuan dilatar belakangi oleh persamaan nasib kedua golongan itu
pada masa Bani Umayyah berkuasa. Keduanya sama-sama tertindas. Setelah
khilafah Abbasiyah berdiri, dinasti Bani Abbas tetap mempertahankan persekutuan
itu. Menurut Ibnu Khaldun, ada dua sebab Bani Abbasiyah memilih orang-orang
Persia daripada orang-orang Arab, yaitu: pertama, sulit bagi orang-orang Arab
untuk melupakan Bani Umayyah. Pada masa itu mereka merupakan warga kelas
satu. Kedua, orang-orang Arab sendiri terpecah belah dengan adanya ashabiyah
9
Dewaruci: Jurnal Sejarah dan Pengajarannya Desember 2022

8
(kesukuan). Dengan demikian, khilafah Abbasiyah tidak ditegakkan di atas
ashabiyah tradisional
b. Hilangnya sifat amanah
Hilangnya sifat amanah dalam segala perjanjian yang dibuat, sehingga kerusakan
moral dan kerendahan budi menghancurkan sifat-sifat baik yang mendukung
negara selama ini.
c. Tidak percaya pada kekuatan sendiri
d. Tidak percaya pada kekuatan sendiri.
Dalam mengatasi berbagai pemberontakan, khalifah mengundang kekuatan asing.
Akibatnya, kekuatan asing tersebut memanfaatkan kelemahan khalifah10
e. Fanatik madzhab dan keagamaan
Fanatisme keagamaan berkaitan erat dengan persoalan kebangsaan. Karena cita-
cita orang Persia tidak sepenuhnya tercapai, kekecewaan mendorong sebagian
mereka mempropagandakan ajaran Manuisme, Zoroasterisme dan Mazdakisme.
Munculnya gerakan yang dikenal dengan gerakan Zindiq ini menggoda rasa
keimanan para khalifah. Al-Mansur berusaha keras memberantasnya, bahkan Al-
Mahdi merasa perlu mendirikan jawatan khusus untuk mengawasi kegiatan orang-
orang Zindiq dan melakukan mihnah dengan tujuan memberantas bid’ah. Akan
tetapi, semua itu tidak menghentikan kegiatan mereka. Konflik antara kaum
beriman dengan golongan Zindiq berlanjut mulai dari bentuk yang sangat
sederhana seperti polemik tentang ajaran, sampai kepada konflik bersenjata yang
menumpahkan darah di kedua belah pihak. Gerakan al-Afsyin dan Qaramithah
adalah contoh konflik bersenjata itu.
Pada saat gerakan ini mulai tersudut, pendukungnya banyak berlindung di balik
ajaran Syi’ah, sehingga banyak aliran Syi’ah yang dipandang ghulat (ekstrim) dan
dianggap menyimpang oleh penganut Syi’ah sendiri. Aliran Syi’ah memang
dikenal sebagai aliran politik dalam Islam yang berhadapan dengan paham
Ahlussunnah. Antara keduanya sering terjadi konflik yang kadang-kadang juga
melibatkan penguasa. Al-Mutawakkil, misalnya, memerintahkan agar makam
Husein Ibn Ali di Karballa dihancurkan. Namun anaknya, al-Muntashir (861-862
10
Supriadi, Dedi, Sejarah Peradaban Islam, Bandung: Pustaka Setia, 2008.

9
M.), kembali memperkenankan orang Syi’ah “menziarahi” makam Husein tersebut.
Syi’ah pernah berkuasa di dalam khilafah Abbasiyah melalui Bani Buwaih lebih
dari seratus tahun. Dinasti Idrisiyah di Marokko dan khilafah Fathimiyah di Mesir
adalah dua dinasti Syi’ah yang memerdekakan diri dari Baghdad yang Sunni.
Konflik yang dilatarbelakangi agama tidak terbatas pada konflik antara muslim dan
zindiq atau Ahlussunnah dengan Syi’ah saja, tetapi juga antar aliran dalam Islam.
Mu’tazilah yang cenderung rasional dituduh sebagai pembuat bid’ah oleh golongan
salafy. Perselisihan antara dua golongan ini dipertajam oleh al-Ma’mun, khalifah
ketujuh dinasti Abbasiyah (813-833 M), dengan menjadikan Mu’tazilah sebagai
mazhab resmi negara dan melakukan mihnah. Pada masa al-Mutawakkil (847-861
M), aliran Mu’tazilah dibatalkan sebagai aliran negara dan golongan Sunni kembali
naik daun. Tidak tolerannya pengikut Hanbali terhadap Mu’tazilah yang rasional
dipandang oleh tokoh-tokoh ahli filsafat telah menyempitkan horizon intelektual
padahal para salaf telah berusaha untuk mengembalikan ajaran Islam secara murni
sesuai dengan yang dibawa oleh Rasulullah.
Aliran Mu’tazilah bangkit kembali pada masa Bani Buwaih. Namun pada masa
Dinasti Seljuk yang menganut paham Sunni, penyingkiran golongan Mu’tazilah
mulai dilakukan secara sistematis. Dengan didukung penguasa aliran Asy’ariyah
tumbuh subur dan berjaya. Pikiran-pikiran al-Ghazali yang mendukung aliran ini
menjadi ciri utama paham Ahlussunnah. Pemikiran-pemikiran tersebut mempunyai
efek yang tidak menguntungkan bagi pengembangan kreativitas intelektual Islam.11
2. Faktor Luar
a. Disintegritas
Akibat dari kebijaksanaan yang lebih menekankan pembinaan peradaban dan
kebudayaan Islam dari pada persoalan politik itu, provinsi-provinsi tertentu di
pinggiran mulai lepas dari genggaman penguasa Bani Abbasiyah, dengan berbagai
cara di antaranya pemberontakan yang dilakukan oleh pemimpin lokal dan mereka
berhasil memperoleh kemerdekaan penuh. Bahkan berusaha merebut pusat
kekuasan di Baghdad.
Hal ini dimanfaatkan oleh pihak luar dan banyak mengorbankan umat, yang berarti
11
Supriadi, Dedi, Sejarah Peradaban Islam,Cet. X. Bandung: Pustaka Setia, 2008.

10
juga menghancurkan Sumber Daya Manusia (SDM). Yang paling membahayakan
adalah pemerintahan tandingan Fatimiah di Mesir walaupun pemerintahan
lainnyapun cukup menjadi perhitungan para khalifah di Baghdad. Pada akhirnya,
pemerintah-pemerintah tandingan ini dapat ditaklukan atas bantuan Bani Saljuk
atau Buyah12
b. Perang Salib
Perang Salib ini terjadi pada tahun 1095 M, saat Paus Urbanus II berseru kepada
umat Kristen di Eropa untuk melakukan perang suci, untuk memperoleh kembali
keleluasaan berziarah di Baitul Maqdis yang dikuasai oleh Penguasa Seljuk, serta
menghambat pengaruh dan invasi dari tentara Muslim atas wilayah Kristen13
Selain seruan Paus Urbanus ada juga dua faktor penyebab terjadinya perang salib
yaitu para pedagang besar yang berada di pantai Timur laut Tengah, terutama yang
berada di kota Venezia, Genoa dan Pisa berambisi untuk menguasai sejumlah kota
dagang di sepanjang pantai Timur dan selatan laut Tengah untuk memperluas
jaringan dagang mereka. Sedangkan sebab lainnya adalah orang-orang Kristen
beranggapan jika mereka mati dalam perang salib maka jaminannya adalah surga.
Periodesasi perang salib terbagi menjadi tiga, yaitu :
Pertama, periode penaklukan yang dimulai oleh pidato Paus Urbanus II yang
memotivasi untuk berperang salib. Pada periode ini terjadi beberapa pertempuran
yaitu gerakan yang dipimpin oleh Pierre I’ermitte melawan pasukan Dinasti Bani
Saljuk. Pasukan ini mudah dipatahkan oleh pasukan Bani Saljuk.
Kedua, Gerakan yang dipimpin oleh Godfrey of Bouillon. Gerakan ini merupakan
gerakan terorganisir rapi. Mereka berhasil menundukan kota Palestina
(Yerussalem) pada 7 Juli 1099 dan melakukan pembantaian besar-besaran terhadap
umat Islam. Begitu juga mereka menundukkan Anatalia Selatan, Tarsus, Antiolia,
Allepo, Edessa, Tripoli, Syam, Arce dan Bait al-Maqdis.
Ketiga, periode reaksi umat Islam (1144-1192). Periode ini muncullah pasukan
yang dikomandani oleh Imanuddin Zangi untuk membendung pasukan salib
bahkan pasukan ini dapat merebut Aleppo dan Edessa. Lalu setelah wafatnya

12
Dedi Supriyadi. Ibid. hlm. 141.
13
Dedi Supriyadi. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Setia, 2008. Hlm. 171.

11
Imanuddin Zangi maka anaknya menggantikannya yaitu Nuruddin Zangi, dia
berhasil menaklukan Damaskus, Antiolia dan Mesir. Di Mesir muncullah
Shalahuddin al-Ayyubi (Saladin) yang berhasil membebaskan Bait al-Maqdis. Dari
keberhasilan umat Islam tersebut membangkitkan kaum Salib untuk mengirim
ekspedisi militer yang lebih kuat. Ekspedisi ini dipimpin oleh raja-raja besar Eropa,
seperti Frederick I, Richard I dan Philip II. Disini terjadiilah pertempuran sengit
antara pasukan Richard dan pihak Saladin. Pada akhirnya keduanya melakukan
gencatan senjata dan membuat perjanjian. Ketiga, yaitu periode perang saudara
kecil-kecilan atau periode kehancuran di dalam pasukan Salib14
c. Serangan Bangsa Mongol dan jatuhnya Baghdad
Pada tahun 565 H/1258 M, tentara Mongol yang berkekuatan sekitar 200.000 orang
tiba di salah satu pintu Baghdad. Khalifah Al-Musta’shim, penguasa terakhir Bani
Abbas di Baghdad (1243 – 1258), betul-betul tidak berdaya dan tidak mampu
membendung “topan” tentara Hulagu Khan.
Pada saat yang kritis tersebut, wazir khilafah Abbasiyah, Ibn Alqami ingin
mengambil kesempatan dengan menipu khalifah. la mengatakan kepada khalifah,
“Saya telah menemui mereka untuk perjanjian damai. Hulagu Khan ingin
mengawinkan anak perempuannya dengan Abu Bakr Ibn Mu’tashim, putera
khalifah. Dengan demikian, Hulagu Khan akan menjamin posisimu. la tidak
menginginkan sesuatu kecuali kepatuhan, sebagaimana kakek-kakekmu terhadap
sulthan-sulthan Seljuk“.15
Khalifah menerima usul itu, la keluar bersama beberapa orang pengikut dengan
membawa mutiara, permata dan hadiah-hadiah berharga lainnya untuk diserahkan
kepada Hulagu Khan. Hadiah-hadiah itu dibagi-bagikan Hulagu kepada para
panglimanya. Keberangkatan khalifah disusul oleh para pembesar istana yang
terdiri dari ahli fikih dan orang-orang terpandang. Tetapi, sambutan Hulagu Khan
sungguh di luar dugaan khalifah. Apa yang dikatakan wazirnya temyata tidak
benar. Mereka semua, termasuk wazir sendiri, dibunuh dengan leher dipancung

14
ibid
15
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II. Jakarta: Raja Grapindo Persada, 2008, hlm.
114.

12
secara bergiliran.16
Dengan pembunuhan yang kejam ini berakhirlah kekuasaan Abbasiyah di
Baghdad. Kota Baghdad sendiri dihancurkan rata dengan tanah, sebagaimana kota-
kota lain yang dilalui tentara Mongol tersebut. Walaupun sudah dihancurkan,
Hulagu Khan memantapkan kekuasaannya di Baghdad selama dua tahun, sebelum
melanjutkan gerakan ke Syria dan Mesir.
Jatuhnya kota Baghdad pada tahun 1258 M ke tangan bangsa Mongol bukan saja
mengakhiri kekuasaan khilafah Bani Abbasiyah di sana, tetapi juga merupakan
awal dari masa kemunduran politik dan peradaban Islam, karena Bagdad sebagai
pusat kebudayaan dan peradaban Islam yang sangat kaya dengan khazanah ilmu
pengetahuan itu ikut pula lenyap dibumihanguskan oleh pasukan Mongol yang
dipimpin Hulaghu Khan tersebut.17

BAB II
PENUTUP
16
A Latif osman. Ringkasan Sejarah Islam. Cet. XXX. Jakarta: Widjaya, 2000, hlm. 136.
17
ibi

13
A. Kesimpulan
Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa Bani Abbasiyah adalah pemerintahan
Islam yang berdiri setelah bani Umayyah. Bani Abbasiyah didirikan oleh Abdullah al-
Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn alAbbas. Nama Abbasiyah diambil dari
nama salah satu seorang paman Nabi Muhammad SAW yang bernama Abbas bin Abdul
Muthalib sebagai suatu bentuk penghormatan untuk beliau dari anak dan cucu atas
keberhasilan beliau dalam membangun pemerintahan Islam Daulah Abbasiyah.
Dakwah yang dilakukan Bani Abbasiyyah mencakup dua Ruang lingkup yaitu
lingkup Negara dan Penguasa Kedua Lingkup Masyarakat. Popularitas Dinasti Abbasiyah
mencapai puncaknya pada masa Khalifah Harun Al Rasyid (786 M-809 M) dan putranya
Al-Ma’mun (813-833 M). Kekayaan yang dimiliki Khalifah Harun Al-Rasyid digunakan
untuk kepentingan sosial seperti: lembaga pendidikan, kesehatan, rumah sakit, pendidikan
ilmu pengetahuan, dan kebudayaan serta kesusasteraan berada pada zaman keemasan.
Masa pemerintahan Abbasiyah sering dikatakan sebagai zaman keemasan Islam.
Selanjutnya adapun Faktor kemunduran Bani Abbasiyyah karena dua faktor yang
pertama faktor internal dan yang kedua faktor eksternal
B. Saran
Berdasarkan hasil penulisan makalah ini, kami ingin memberikan saran-saran sebagai
berikut:
1. Saran Praktisi
a) Kepada teman-teman agar lebih menumbuhkan rasa percaya dirinya bukan
hanya dalam belajar tapi juga dalam kehidupannya sehari-hari.
b) Mahasiswa harus lebih kreatif lagi dalam meningkatkan minat belajar agar
dapat menggerakan motivasi dalam belajar, sehingga dosen pun bisa
menciptakan suasana belajar yang dapat merangsang mahasiswa setiap
pembelajaran terutama di dalam mata kuliah penulisan berita dan artikel ini.
2. Saran Akademis
Pemakalah menyadari bahwa masih terdapat banyak kekurangan yang ada pada
makalah ini. Pemakalah berharap pada presentasi berikutnya untuk mengkaji dan
mempelajari fenomena atau masalah yang terjadi dalam teknik peliputan,cara
penulisan dan tujuan penulisan berita dan artikel yang sudah tersebar luas di

14
media massa, media cyber, dan juga media elektronik

15
DAFTAR PUSTAKA

A Latif osman. Ringkasan Sejarah Islam. Cet. XXX. Jakarta: Widjaya, 2000, hlm. 136.
Asmawati dkk, Sejarah Peradaban Islam, (Yogyakarta : Aswaja Pressindo, 2016), hal 48
Badri Yatim, Sejarah Peradaban Islam Dirasah Islamiyah II. Jakarta: Raja Grapindo
Persada, 2008, hlm. 114.
Dedi Supriyadi. Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Pustaka Setia, 2008. Hlm. 171.
Dewaruci: Jurnal Sejarah dan Pengajarannya e-ISSN 2962-4207 Vol 1 No 2 Desember
2022
Mahfud Ifendi, Dinasti Abbasiyah: Studi Analisis Lembaga Pendidikan Islam, Jurnal
Fenomena, STAI Sanggatta Kutai Timur, Volume 12 Nomor 2, Edisi 2020
Nunzairina, Dinasti Abbasiyah Kemajuan Peradaban Islam, Pendidikan dan Kaum
Intelektual, Jurnal Sejarah Peradaban Islam, Vol. 03, No. 02 (Januari 2020), hal 93-
9

iii
1

Anda mungkin juga menyukai