Anda di halaman 1dari 15

PERADABAN ISLAM MASA BANI ABBASIYAH

MAKALAH
Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah “Islam dan Budaya Madura” yang
diampu oleh Bapak Febrihada Gahas Candramukhti, S.Pd.,M.A.

DISUSUN OLEH
KELOMPOK 5 KELAS A

Linda Khilyana (22381082028)


Moh. Rofiqi Zubairi (22381081017)
Safiuddin (22381081050)

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN TADRIS ILMU PENGETAHUAN


SOSIAL FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI MADURA
APRIL 2023
KATA PENGANTAR
Puji syukur senantiasa kami panjatkan kepada Allah SWT. atas segala
limpahan rahmat hidayah, dan karunia-Nya sehingga kami bisa menyelesaikan
tugas penyusunan makalah ini dengan baik untuk memenuhi tugas kelompok mata
kuliah Sejarah Peradaban Islam dengan judul “Peradaban Islam Masa Bani
Abbasiyah” ini dengan baik kendatipun sangat sederhana.

Tidak lupa juga pastinya shalawat serta salam selalu kami curah
limpahkan kepada junjungan kita nabi besar Muhammad SAW. Yang merupakan
suri tauladan kita yang telah membawa kita dari zaman kegelapan menuju zaman
yang terang benderang dan penuh ilmu ini.

Kami juga mengucapkan banyak terima kasih kepada dosen pengampu


dan teman-teman yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini hingga
selesai. Kami menyadari bahwa didalam penyusunan makalah ini jauh dari kata
sempurna, baik materi yang disajikan maupun cara penulisannya. Namun kami
telah berupaya sebaik mungkin dengan segala pengetahuan dan kemampuan yang
dimiliki untuk menyelesaikan makalah ini. Oleh karena itu kami mengharap kritik
dan saran yang membangun untuk lebih menyempurnakan makalah ini. Demikian
yang bisa kami sampaikan, kami berharap makalah ini dapat bermanfaat bagi para
pembaca.

Sumenep, 29 April 2023

Penulis

ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................ii
DAFTAR ISI...............................................................................................iii
BAB I PENDAHULUAN...........................................................................1
A. Latar Belakang.................................................................................1
B. Rumusan Masalah............................................................................1
C. Tujuan..............................................................................................2
BAB II PEMBAHASAN............................................................................3
A. Sejarah Berdirinya Daulah Abbasiyah............................................3
B. Tokoh-tokoh Bani Abbasiyah.........................................................6
C. Perkembangan Peradaban Islam pada Masa Daulah Abbasiyah....
BAB III PENUTUP....................................................................................11
A. Kesimpulan......................................................................................11
B. Saran.................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA.................................................................................12

iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Peradaban Islam mengalami puncak kejayaan pada masa Daulah
Abbasiyah. Perkembangan ilmu pengetahuan sangat maju yang diawali
dengan penerjemahan naskah asing terutama yang berbahasa Yunani ke
dalam bahasa Arab, pendirian pusat pengembangan ilmu dan perpustakaan
dan terbentuknya mazhab ilmu pengetahuan dan keagamaan sebagai buah
dari kebebasan berfikir. Dinasti Abbasiyah merupakan dinasti Islam yang
paling berhasil dalam mengembangkan peradaban Islam. Para ahli sejarah
tidak meragukan hasil kerja para pakar pada masa pemerintahan dinasti
Abbasiyah dalam memajukan ilmu pengetahuan dan peradaban Islam.
Kekuasaan Dinasti Bani Abbasiyah adalah melanjutkan kekuasaan
Dinasti Bani Umayyah. Dinamakan Daulah Abbasiyah karena para pendiri
dan penguasa Dinasti ini adalah keturunan Abbas, paman Nabi Muhammad
SAW. Dinasti Abbasiyah didirikan oleh Abdullah al-Saffah Ibn Muhammad
Ibn Ali Ibn Abdullah Ibn al-Abbass. Dia dilahirkan di Humaimah pada tahun
104 H. Dia dilantik menjadi Khalifah pada tanggal 3 Rabiul awwal 132 H.
Kekuasaan Dinasti Bani Abbasiyah berlangsung dari tahun 750-12. Pada abad
ke-7 terjadi pemberontakan diseluruh negeri. Pemberontakan yang paling
dahsyat dan merupakan puncak dari segala pemberontakan yakni perang
antara pasukan Abbul Abbas melawan pasukan Marwan Ibn Muhammad
(Dinasti Bani Umayyah) yang akhirnya dimenangkan oleh pasukan Abbul
Abbas. Dengan jatuhnya negeri Syiria, berakhirlah riwayat Dinasti Bani
Umayyah dan bersama dengan itu bangkitlah kekuasaan Abbasiyah.
Pada masa inilah masa kejayaan Islam yang mengalami puncak
keemasan pada masa itu berbagai kemajuan dalam segala bidang mengalami
peningkatan seperti bidang pendidikan, ekonomi, politik dan sistem
pemerintahannya.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana sejarah berdirinya Daulah Abbasiyah?
2. Siapa saja tokoh-tokoh Bani Abbasiyah?

1
3. Bagaimana perkembangan peradaban Islam pada masa Daulah Abbasiyah?
C. Tujuan
1. Untuk mengetahui sejarah berdirinya Daulah Abbasiyah
2. Untuk mengetahui para tokoh Bani Abbasiyah
3. Untuk mengetahui perkembangan peradaban Islam pada masa Daulah
Abbasiyah

2
BAB II
PEMBAHASAN
A. Sejarah Berdirinya Daulah Abbasiyah
Nama dinasti Abbasiah, diambil dari nama salah seorang paman Nabi
Muhammad saw. bernama Al-Abbas bin Abdul Muththalib ibn Hasyim.
Secara nasab, para pencetus dinasti ini memang termasuk keturunan keluarga
Nabi dari jalur Al-Abbas. Istilah Abbasiyyun belum dikenal pada masa-masa
sebelum tahun 132 H, yang terkenal adalah golongan yang mengatasnamakan
istilah Hasyimiyyin atau Bani Hasyim. Namun pada dasarnya keduanya
adalah golongan yang satu.
Adanya kecenderungan untuk mengangkat kelebihan kedekatan nasab
ini, bermula dari menonjolnya nasab kekeluargaan yang mendominasi sistem
kekhalifahan dinasti Umayyah. Melihat realita tersebut, secara tidak langsung
menyebabkan sebuah sistem yang tidak sepenuhnya berdasar kepada nilai
keIslaman semata. Umat Islam di masa Umayyah, tidak semua menyetujui
dominasi keluarga khalifah yang memonopoli tampuk kekhalifahan daulah
Islamiyah. Namun, hal itu tidak serta-merta bisa diubah dengan mudah
lantaran kekuasaan Bani Umayyah seakan memperkuat sistem pewarisan
tahta tersebut. Termasuklah dari golongan yang kurang sependapat dengan
sistem dinasti tersebut adalah Bani Abbas. Mereka melihat, jika Bani
Umayyah menonjolkan keluarga mereka sebagai penguasa. Sementara secara
nasab Bani Umayyah bukanlah golongan yang paling mulia derajat nasabnya
diantara golongan yang memeluk Islam. Bahkan ketika ingin menilai derajat
keluarga, keluarga dari golongan Al-Abbas masih lebih dekat dengan Nabi
dan lebih pantas mewarisi kekhalifahan.
Sisi lain yang mendorong Bani Abbas untuk mengambil alih tampuk
kekhalifahan dari tangan Bani Umayyah, adanya Bani Umayyah secara paksa
menguasai khilafah melalui tragedi perang Siffin. sementara pengambil alihan
Bani Umayyah belum sepenuhnya di sepakati umat Islam. Hal itu semakin
bertambah setelah melihat realita kepemimpinan dinasti Bani Umayyah,
beberapa khalifah yang seharusnya menjadi pengayom umat, malah terkesan
hidup bermewah-mewah dan kurang menjalankan ajaran Islam secara baik

3
dari segi Ibadah dan perilaku. Upaya Bani Abbas untuk meraih tampuk
kekhalifahan, memiliki prosesproses tahapan pencapaian. Bermula dari
gerakan bawah tanah yang dilakukan, kemudian beranjak menggalang
dukungan dan akhirnya berhasil menjadi dinasti kedua kekhalifahan daulah
Islamiyah.
Tempat yang menjadi tolakan pertama gerakan Bani Abbas, adalah
pada sebuah daerah terpencil bernama Humaimah. Tempat ini adalah, daerah
yang ditempati oleh Ali ibn Abdullah ibn al-Abbas. Dia adalah sepupu Nabi
saw. yang mengikut kepada pemerintahan bani Umayyah, seorang Zuhud dan
ahli Ibadah yang tidak terlalu mementingkan kepentingan pribadinya. Dari
perangai Ali ini, bani Umayyah tidak membayangkan akan terbentuknya satu
gerakan untuk menggulingkan kekhalifahan ditangan mereka sehingga tidak
terlalu diperhatikan oleh pihak khalifah. Perkiraan Bani Umayyah memang
benar, akan seorang Ali bin Abdullah. Namun, mereka luput dari generasinya
yang datang kemudian yaitu Muhammad bin Ali. Putra Ali bin Abdullah ini,
ternyata memiliki kecerdasan dan bertalenta tinggi. Dialah kemudian yang
mencetuskan gerakan untuk merongrong kekhalifahan Bani Umayyah dan
mengusung klan keluarga bani Hasyim.
Muncullah sebuah strategi gerakan hasil rancangan Muhammad bin
Ali, berisikan tiga poin rencana. Pertama, menyebarkan ajakan untuk
memperjuangkan pemimpin yang berasal dari keluarga Muhammad. Kedua,
Hendaklah Bani Hasyim tidak melakukan pemberontakan menggulingkan
kepemimpinan khalifah sebelum persiapan betul-betul matang. Sebagai
langkah awal, cukup memunculkan ketidaksenangan umat terhadap
kekhalifahan bani Umayyah dengan mengungkap kekurangan dan cacat
mereka. Ketiga, Pemusatan gerakan pada tiga tempat yaitu Humaimah,
Kufah, dan Khurasan. Humaimah sebagai tempat mengatur dan memenej ide
dan pemikian untuk mendirikan kekuasaan Abbasiyah. Kufah yang berada di
tengah keduanya dijadikan sebagai titik penghubung dan pusat penyebaran
strategi. Sedangkan tempat melakukan pergolakan adalah Khurasan, karena
tempat ini jauh dari pengamatan pemerintahan pusat Umayyah di Damaskus.

4
Kemudian propaganda selanjutnya dilakukan secara terang-terangan
dimulai tahun 127 H (745 M) ketika Abū Muslim al-Khurāsānīy diutus oleh
pimpinan Humaimah untuk memimpin gerakan pasukan perjuangan dari
kalangan Khurasan untuk melawan dan meruntuhkan kekuasaan Umayyah.
Para pengikut Abu Muslim bergabung dengan pengikut Abbasiyah, mereka
merupakan gabungan dari sekumpulan orang yang menerima misi baru
tersebut. Gerakan ini menghimpun keturunan ‘Ali (‘Alawiyyīn) pemimpinnya
Abū Salamah, keturunan Abbas (‘Abbāsiyah) pemimpinnya Ibrahim al-Imam
dan keturunan bangsa Persia, pemimpinnya Abū Muslim al-Khurāsānīy.
Gabungan kekuatan ini berdiri atas nama Abbasiyah yang sudah
menggunakan kekuatan bersenjata untuk melawan kekuatan Umayyah yang
dipimpin oleh seorang tentara cerdik yaitu Abū Muslim al-Khurāsānīy.
Sekitar tahun 747 M, Abbasiyah telah siap bergerak. Khurasan
merupakan sebuah ajang agitasi politik dan menjadi harapan eskatologis.
Kedatangan al-Mahdi di akhir zaman, dan berawalnya sebuah era baru yang
penuh keadilan menjadi harapan mereka. Abū Muslim menampilkan bendera
hitam sebagai simbol perjuangannya untuk menggalang masyarakat yang
dirugikan lantaran kehilangan status dan beban pajak yang tidak adil. Sekitar
3000 pasukan tempur bersatu untuk tujuan tersebut. Mereka mengalahkan
rival mereka di Khurasan, memperbanyak pendukungnya dari kalangan
masyarakat Yaman yang tinggal di Iran Barat, menghancurkan kekuatan
Marwan di Iraq, dan akhirnya benar-benar mengambil alih kekuasaan
khilafah.
Pada tahun 132 H (750 M), Daulat Umayyah digulingkan oleh
Abbasiyah dengan terbunuhnya khalifah terakhir Bani Umayyah, Marwan bin
Muhammad di Būshīr, wilayah Bani Suwayf ketika melarikan diri hingga ke
Mesir. Dengan demikian maka berdirilah Daulah Abbasiyah yang dipimpin
oleh khalifah pertamanya, Abū al-‘Abbas al-Saffāh yang berpusat untuk
pertama kali di Kufah.1

1
Edianto, “BANI ABBASIYAH (Pembentukan, Perkembangan dan Kemajuan)”, Jurnal Al-hikmah
Vol. XIX, No. 2, 2017, hlm 39-43.

5
B. Tokoh-tokoh Bani Abbasiyah
Para khalifah Abbasiyah sebanyak 37 orang, sebagaimana tercantum
di bawah ini: 2
1. Abū al’Abbās al-Saffāh (132-136 H / 750-754 M)
2. Abū Ja’far al-Manshūr (136-158 H / 754-775 M)
3. Abū ‘Abdullāh Muhammad al-Mahdi (158-169 H / 775-785 M)
4. Abū Muhammad Musa al-Hādi (169-170 H / 785-786 M)
5. Abū Ja’far Hārun al-Rasyīd (170-193 H / 786-809 M)
6. Abū Musa Muhammad al-Amin (193-198 H / 809-813 M)
7. Abū Ja’far ‘Abdullah al-Ma’mūn (198-218 H / 813-833 M)
8. Abū Ishaq Muhammad al-Mu’tashim (218-227 H / 833-842 M)
9. Abū Ja’far Hārun al-Wātsiq (227-232 H / 842-847 M)
10. Abū al-Fadhl Ja’far al-Mutawakkil (232-247 H / 847-861 M)
11. Abū Ja’far Muhammad al-Muntashir (247-248 H / 861-862 M)
12. Abū al-‘Abbās Ahmad al-Musta’īn (248-252 H / 862-866 M)
13. Abū ‘Abdullah Muhammad al-Mu’taz (252-255 H / 866-869 M)
14. Abū Ishaq Muhammad al-Muhtadi (255-256 H / 869-870 M)
15. Abū al-‘Abbās Ahmad al-Mu’tamid (256-279 H / 870-892 M)
16. Abū al-‘Abbās Ahmad al-Mu’tadhid (279-289 H / 892-902 M)
17. Abū Muhammad ‘Ali al-Muktafīy (289-295 H / 902-905 M)
18. Abū al-Fadhl Ja’far al-Muqtadir (295-320 H / 905-932 M)
19. Abū Manshūr Muhammad al-Qāhir (320-322 H / 932-934 M)
20. Abū al’Abbās Muhammad al-Rādhi (322-329 H / 934-940 M)
21. Abū Ishaq Ibrahim al-Muttaqi (329-333 H / 940-944 M)
22. Abū al-Qāsim ‘Abdullāh al-Mustakfīy (333-334 H / 944-946 M)
23. Abū al-Qāsim al-Fadhl al-Muthī’ (334-362 H / 946-974 M)
24. Abū al-Fadhl ‘abd al-Karīm al-Thāi’ (362-381 H / 974-991 M)
25. Abū al-‘Abbās Ahmad al-Qādir (381-422 H / 991-1031 M)
26. Abū Ja’far ‘Abdullah al-Qāim (422-467 H / 1031-1075 M)
27. Abū al-Qāsim ‘Abdullah al-Muqtadi (467-487 H / 1075-1094 M)
28. Abū al-‘Abbās Ahmad al-Mustazhhir (487-512 H / 1094-1118 M)

2
Ibid, hlm. 51-52.

6
29. Abū Manshūr al-Fadhl al-Mustarsyid (512-529 H / 1118-1135 M)
30. Abū Ja’far al-Mansūr al-Rāsyid (529-530 H / 1135-1136 M)
31. Abū ‘Abdillāh Muhammad al-Muqtafīy (530-555 H / 1136-1160 M)
32. Abū al-Muzhaffar al-Mustanjid (555-566 H / 1160-1170 M)
33. Abū Muhammad al-Hasan al-Mustadhī (566-575 H / 1170-1180 M)
34. Abū al-‘Abbās Ahmad al-Nāshir (575-622 H / 1180-1225 M)
35. Abū Nashr Muhammad al-Zhāhir (622-623 H / 1225-1226 M)
36. Abū Ja’far al-Manshūr al-Mustanshir (623-640 H / 1226-1242 M)
37. Abū Ahmad ‘Abdullah al-Musta’shim (640-656 H / 1242-1258 M)
C. Perkembangan Peradaban Islam pada Masa Daulah Abbasiyah
Pendidikan adalah bagian terpenting yang tidak dapat dibedakan dari
latihan kehidupan manusia di dunia ini. Pendidkan diakui sebagai kekuatan
yang dapat menawarkan bantuan orang mencapai kemegahan dan kemajuan
peradaban. Orang tidak akan dapat menciptakan budaya mereka dengan
sempurna jika tidak didukung oleh pendidikan.
Peradaban Islam mengalami puncak kejayaannya selama periode
Abbassiyah. Kemajuan ilmu pengetahuan yang sangat maju dimulai dengan
penafsiran tulisantulisan jarak jauh, terutama yang berbahasa Yunani ke
dalam bahasa Arab, dasar dari pusat peningkatan ilmu pengetahuan dan
perpustakaan serta penataan sekolah yang logis dan taat sebagai hasil dari
kesempatan berpikir. Garis Abbassiyah adalah garis Islam yang paling
berhasil dalam membangun peradaban Islam. Para ahli sejarah tidak
mempersoalkan hasil karya para pakar di tengah kaidah tradisi Abbasiyah
dalam memajukan ilmu dan peradaban Islam.
Kita dapat melihat karakter guru dalam instruksi sempurna yang
didambakan oleh darah biru Timur Tengah dari perintah al-Rashid hingga
pendidik individu putranya, al-Amin:
“Jangan terlalu kejam sehingga membahayakan kecerdasan dan tubuhnya,
dan jangan terlalu lemah sehingga dia terpeleset dan menutup mulut dengan
sikap apatis. Setujui langsung kemampuan Anda dengan cara yang baik dan

7
halus, tetapi jangan ragu untuk bersikap tegas dan tegas saat dia tidak
memperhatikan atau mengabaikan Anda”.3
Kemajuan pendidikan Islam sangat erat kaitannya dengan sejarah
Islam, karena metode pengajaran Islam telah berlangsung sepanjang sejarah
Islam, dan telah tercipta sejalan dengan peningkatan sosial budaya umat
Islam. Melalui sejarah Islam pula, umat Islam dapat meniru pola ajaran Islam
di masa lalu, sejak masa Nabi Muhammad SAW, sahabat dan ulama beberapa
waktu kemudian. Pakar sejarah mengatakan bahwa beberapa waktu
belakangan ini perkembangan sekolah dan perguruan tinggi, sebagai
pendidikan instruktif formal, dalam dunia Islam, ajaran Islam nonformal
benar-benar tercipta, termasuk masjid.
Bukan seperti etika dan strategi sosial yang berkembang dalam
peradaban Islam. Bagaimanapun, peradaban Islam telah memberikan
kontribusi yang sangat besar di berbagai bidang, terutama bagi dunia Barat,
yang saat ini diterima sebagai pusat peradaban dunia. Komitmen utama ini
meliputi:4
1. Di tengah-tengah abad ke-12 dan sebagian abad ke-13, karyakarya
Muslim dalam bidang penalaran, sains, dll. Ditafsirkan ke dalam bahasa
Latin, khususnya dari bahasa Spanyol. Penafsiran ini tidak diragukan lagi
telah meningkatkan program pendidikan instruktif di dunia Barat.
2. Muslim telah membuat uji komitmen terhadap strategi dan hipotesis sains
di dunia Barat.
3. Dokumentasi bahasa Arab dan kerangka desimal pada saat yang sama
disajikan ke dunia barat.
4. Karya-karya dalam kerangka penerjemahan, khususnya karya-karya Ibnu
Sina (Ibnu Sina) di bidang pengobatan, dimanfaatkan sebagai tulisan
dalam ajaran perguruan tinggi hingga pertengahan abad ke-17 M.
5. Peneliti Muslim dengan karya-karyanya yang berbeda-beda telah
menyemarakkan kebangkitan.

3
Serli Mahroes, “Kebangkitan pendidikan Bani Abbassiyah Perspektif Sejarah Pendidikan Islam”,
Jurnal Tarbiyah, Vol. 1 No. 1, 2015, hlm 102
4
Wasito, “Pendidikan Islam dan Peradaban Dunia dalan Kajian Daulah Abbassiyah”, Jurnal
Pendidikan Islam, Vol. 26 No. 1, 2015, hlm 103.

8
Masa pemerintahan Daulah Abbasiyah khususnya pada masa
kekhalifahan Harun ar-rasyid dan putranya Al Makmun adalah masa
keemasan ilmu pengetahuan dan kebudayaan dalam dunia islam Pada masa
ini pula umat Islam telah memberikan kebebasan bagi berperangnya akal dan
pikiran untuk kemajuan manusia saat itu. Pada masa kekhalifahan ini pula
hasil pemikiran manusia dan para ahli ilmu dari berbagai bangsa di dunia
yang saat itu berkembang saling melengkapi dan menambah kemajuan ilmu
pengetahuan dalam dunia islam.
Di samping banyak bermunculan karya-karya ilmuwan muslim
bermunculan pula karya-karya berbahasa asing terutama bahasa Yunani yang
diterjemahkan kedalam bahasa Arab buku-buku dari berbagai bahasa dan
berbagai judul itu dipilih dan diserahkan kepada para ilmuwan muslim untuk
diterjemahkan ke dalam bahasa Arab. Khalifah menyediakan dana yang
sangat besar untuk kegiatan penerjemahan ini. Yang menarik dari
perkembangan ilmu pengetahuan pada masa Bani Abbasiyah adalah bahwa
sebagian besar orang-orang yang berkecimpung dalam bidang ini tidak hanya
berasal dari bangsa Arab muslim atau dikenal dengan kaum mawali. Kaum
mawali adalah muslim yang berasal dari bangsa non-arab terutama orang-
orang yang berasal dari Persia.
Para ilmuwan muslim pada masa Bani Abbasiyah menjelajahi tiga
benua untuk menuntut ilmu pengetahuan. Ketiga benua yang dipilih adalah
benua Asia, Eropa dan Afrika. Dari 3 benua ini dianggap mengalami
kemajuan yang sangat pesat dari semua ilmu pengetahuan. Setelah kembali
dari tempat pengembaraan para ilmuwan muslim membaca dan
menerjemahkan buku-buku tersebut. Dalam waktu yang lama mereka
berusaha menggali berbagai pengetahuan dan kemudian menulis berbagai
buku terutama buku-buku dalam bentuk Dairatul Ma'arif atau saat ini lebih
dikenal dengan sebutan Ensiklopedia.
Dari buku-buku itulah masyarakat muslim saat itu belajar dan terus
mengembangkan pengetahuannya di berbagai masjid yang saat itu dijadikan
sebagai pusat kegiatan pendidikan. Dengan semakin giat nya kaum muslimin
mempelajari berbagai ilmu dari berbagai buku yang ditulis oleh para ilmuwan

9
muslim dan buku-buku berbahasa asing yang diterjemahkan oleh mereka
Maka masyarakat Islam pada masa itu menunjuk perkembangan ilmu
pengetahuan yang sangat luar biasa.
Ilmu pengetahuan dan kebudayaan Islam berkembang pula di negara-
negara barat (Eropa). Disana perkembangan ilmu pengetahuan dan peradaban
umat Islam berkembang tidak kalah pesatnya. Berbagai hasil penemuan dan
penelitian ilmiah dibukukan oleh para ilmuwan muslim. Kegiatan
penerjemahan dari berbagai buku karya ilmuwan besar Eropa terus menerus
berlangsung. Pembangunan tempat kegiatan kegiatan belajar sangat pesat dan
sangat diperhatikan oleh para penguasa muslim yang ada di sana. Kegiatan-
kegiatan belajar diikuti oleh umat Islam dari berbagai kalangan. Kota-kota
besar dan berbagai peninggalan yang saat ini masih dapat disaksikan
merupakan bukti sejarah kemajuan ilmu pengetahuan dan kebudayaan umat
Islam di masa Bani Abbasiyah.5

5
Bahroin suryantara, Sejarah Kebudayaan Islam, (Jakarta: Yudhistira, 2010), hlm. 12

10
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Proses terbentuknya Dinasti Abbasiyah dilakukan melalui dua
cara: Pertama yaitu dengan menyebarkan misi propaganda melalui
jaringan rahasia, dan yang kedua yaitu dengan menghimpun kekuatan
militer demi menghancurkan kekuatan Bani Umayyah Untuk memperoleh
hasil maksimal, Bani Abbas menyiapkan strategi yang cukup matang,
mereka menebarkan propagandis untuk mendukung khilafah dari kerabat
Nabi. Revolusi ini juga membutuhkan pengorganisasian yang baik,
sehingga mereka mengaktifkan tiga tempat untuk membantu pelaksanaan
starategi tersebut, yaitu Humaimah, Kufah dan Khurasan.
Para khalifah Bani Abbasiyah ada 37 orang yang sangat berjasa
mulai dari berdirinya Bani Abbasiyah sampai runtuhnya pemerintahan
tersebut.
Peradaban Islam mengalami puncak kejayaannya selama periode
Abbassiyah. Kemajuan ilmu pengetahuan yang sangat maju dimulai
dengan penafsiran tulisan-tulisan jarak jauh, terutama yang berbahasa
Yunani ke dalam bahasa Arab, dasar dari pusat peningkatan ilmu
pengetahuan dan perpustakaan serta penataan sekolah yang logis dan taat
sebagai hasil dari kesempatan berpikir. Garis Abbassiyah adalah garis
Islam yang paling berhasil dalam membangun peradaban Islam.
B. Saran
Pada makalah ini terdapat banyak kekurangan, baik dari segi
susunan kata, penulisan dan sebagainya. Maka, penulis mohon maaf yang
sebesar-besarnya atas kekurangan, dikarenakan penulis hanya manusia
biasa yang tak luput dari kesalahan. Kritik dan saran yang sifatnya
membangun sangat diharapkan, dan semoga dengan kritik dan saran yang
di berikan bisa menjadi pelajaran untuk menjadi lebih baik.

11
DAFTAR PUSTAKA
Edianto. 2017. “BANI ABBASIYAH (Pembentukan, Perkembangan dan
Kemajuan)”. Jurnal Al-hikmah Vol. XIX. No. 2.
Mahroes, Serli. 2015. “Kebangkitan pendidikan Bani Abbassiyah Perspektif
Sejarah Pendidikan Islam”. Jurnal Tarbiyah. Vol. 1 No. 1.
Suryantara, Bahroin. 2010. Sejarah Kebudayaan Islam. Jakarta: Yudhistira.
Wasito. 2015. “Pendidikan Islam dan Peradaban Dunia dalan Kajian Daulah
Abbassiyah”. Jurnal Pendidikan Islam. Vol. 26. No. 1.

12

Anda mungkin juga menyukai