Anda di halaman 1dari 30

KATA PENGANTAR

Puji dan syukurpenulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini dengan baik

Makalah ini merupakan salah satu tugas yang kami susun untuk memenuhi tugas mata
kuliah sejarah peradaban islam . Adapun makalah ini menjelaskan mengenai sejarah
perkembangan Abbasiyah dari mulai bedirinya, sampai keruntuhannya..Yang mana
didalamnya memuat tentang salah satu perkembangan dan masa kejayan islam didunia.

Makalah ini mumgkin jauh dari sempurna,akan tetapi dalam makalah yang sederhana ini
diharapkan dapat bermanfa’at khususnya bagi kami yang menyusun umumnya bagi pembaca
sekalian.

Bandung, 16 maret 2014

Penyusun

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR................................................................................................................1

DAFTAR ISI..............................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN

A. Larat belakang................................................................................................................3

B. Tujuan penulisan...........................................................................................................3

C. Rumusan masalah...........................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN

A. Sejarah berdirinya daulah Abbasiyah...........................................................................5

B. Sistem Politik Pemerintahan dan Sistem Sosial pada masa dinasti abbasiyah..............6

i. Periode pertama (132 H-232 H / 750 M – 847 M).............................................8

1. Pergeseran Kebijakan pada dinasti Abbasiyah...........................9

2. Masa Keemasan Dinasti Abbasiyah.........................................10

3. Faktor-Faktor Yang Mendukung Masa Keemasan Bani


Abbasiyah.................................................................................10

3. Periode kedua (232 H – 331 H / 847M – 945 M) ..........................................18

3. Periode ketiga (334 H- 447 H / 947 M – 1055 M.............................................19

4. Periode keempat (447 H – 590 H / 1055 M – 1194 M) .................................20

5. Periode kelima (590 H – 656 H / 1194 M – 1258 M) .....................................20

a. Penyebab Kemunduran daulah abbasiyah...................................21


b. Keruntuhan dinasti Abbasiyah....................................................25

C . Khalifah – khalifah yang berkuasa selama kekuasaan daulah Abbasiyah.........................25

BAB II PENUTUP

A. Kesimpulan..................................................................................................................28

B. Saran.............................................................................................................................29

Daftar Pustaka..........................................................................................................................30

2
BAB I

PEBDAHULUAN

A. Latar belakang

Sejarah tak ubahnya kacamata masa lalu yang menjadi pijakan dan langkah setiap
insan di masa mendatang. Seperti yang kita ketahui setelah tumbangnya kepemimpinan masa
khulafaurrasyidin maka berganti pula sistem pemerintahan Islam pada masa itu menjadi masa
daulah, dan dalam makalah ini akan disajikan sedikit tentang masa daulah Abbasiyah.

Dalam peradaban ummat Islam, Bani Abbasiyah merupakan salah satu bukti sejarah
peradaban ummat Islam yang terjadi. Bani Abbasiyah merupakan masa pemerintahan ummat
Islam yang memperoleh masa kejayaan yang gemilang. Pada masa ini banyak kesuksesan
yang diperoleh Bani Abbasiyah, baik itu dibidang Ekonomi, Politik, dan Ilmu pengetahuan.
Hal inilah yang perlu untuk kita ketahui sebagai acuan semangat bagi generasi ummat Islam
bahwa peradaban ummat Islam itu pernah memperoleh masa keemasan yang melampaui 
kesuksesan negara-negara Eropa. Dengan kita mengetahui bahwa dahulu peradaban ummat
Islam itu diakui oleh seluruh dunia,  maka akan memotifasi sekaligus menjadi ilmu
pengetahuan kita mengenai sejarah peradaban ummat Islam sehingga kita akan mencoba
untuk mengulangi masa keemasan itu kembali nantinya oleh generasi ummat Islam saat ini.

Dalam peradaban ummat Islam, Bani Abbasiyah merupakan salah satu bukti sejarah
peradaban umat Islam yang terjadi. Bani Abbasiyah merupakan masa pemerintahan ummat
Islam yang memperoleh masa kejayaan yang gemilang. Pada masa ini banyak kesuksesan
yang diperoleh Bani Abbasiyah, baik itu dibidang Ekonomi, Politik, dan Ilmu pengetahuan.
Hal inilah yang perlu untuk kita ketahui sebagai acuan semangat bagi generasi umat Islam
bahwa peradaban umat Islam itu pernah memperoleh masa keemasan yang melampaui 
kesuksesan negara-negara Eropa.

B. Tujuan penulisan

1. Memperlajarri sejarah daulah Abbasiyah

2. Mengetahui perkembangan dan kemajuan islam pada daulah abbasiyah

3. Mempelajari segala hal yang berkaitan dengan ekssistensi peradaban abbasiyah

4. Memenuhi nilai mata kuliah sejarah peradaban islam di semester II

3
C. Rumusan masalah

1. Bagaimana latar belakang berdirinya daulah Abbasiyah?

2. Bagaimana sistem pemerintahan dan sosial pada masa daulah Abbasiyah?

3. Bagaimana perkembangan berdasarkan periode-periode pada masa daulah


Abbasiyah?

4. Sebutkan khalifah- kalifah yang pernah memimpin dalam kekuasaan daulah


Abbasiyah !

BAB II

4
PEMBAHASAN

A. Sejarah berdirinya Daulah Abbasiyah

Masa Daulah Abbasiyah adalah masa keemasan Islam, atau sering disebut dengan
istilah ‘’The Golden Age’’. Pada masa itu Umat Islam telah mencapai puncak kemuliaan, baik
dalam bidang ekonomi, peradaban dan kekuasaan. Selain itu juga telah berkembang berbagai
cabang ilmu pengetahuan, ditambah lagi dengan banyaknya penerjemahan buku-buku dari
bahasa asing ke bahasa Arab. Fenomena ini kemudian yang melahirkan cendikiawan-
cendikiawan besar yang menghasilkan berbagai inovasi baru di berbagai disiplin ilmu
pengetahuan. Bani Abbas mewarisi imperium besar Bani Umayah. Hal ini memungkinkan
mereka dapat mencapai hasil lebih banyak, karena landasannya telah dipersiapkan oleh
Daulah Bani Umayah yang besar. Menjelang tumbangnya Daulah Umayah telah terjadi
banyak kekacauan dalam berbagai bidang kehidupan bernegara; terjadi kekeliruan-kekeliruan
dan kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh para Khalifah dan para pembesar negara lainnya
sehingga terjadilah pelanggaran-pelanggaran terhadap ajaran Islam, termasuk salah satunya
pengucilan yang dilakukan Bani Umaiyah terhadap kaum mawali yang menyebabkan ketidak
puasan dalam diri mereka dan akhirnya terjadi banyak kerusuhan .

Bani Abbas telah mulai melakukan upaya perebutan kekuasaan sejak masa Khalifah
Umar bin Abdul Aziz (717-720 M) berkuasa. Khalifah itu dikenal memberikan toleransi
kepada berbagai kegiatan keluarga Syiah. Keturunan Bani Hasyim dan Bani Abbas yang
ditindas oleh Daulah Umayah bergerak mencari jalan bebas, dimana mereka mendirikan
gerakan rahasia untuk menumbangkan Daulah Umayah dan membangun Daulah Abbasiyah.

Di bawah pimpinan Imam mereka Muhammad bin Ali Al-Abbasy mereka bergerak
dalam dua fase, yaitu fase sangat rahasia dan fase terang-terangan dan pertempuran. Selama
Imam Muhammad masih hidup gerakan dilakukan sangat rahasia. Propaganda dikirim ke
seluruh pelosok negara, dan mendapat pengikut yang banyak, terutama dari golongan-
golongan yang merasa ditindas, bahkan juga dari golongan-golongan yang pada mulanya
mendukung Daulah Umayah. Setelah Imam Muhammad meninggal dan diganti oleh anaknya
Ibrahim, pada masanya inilah bergabung seorang pemuda berdarah Persia yang gagah berani
dan cerdas dalam gerakan rahasia ini yang bernama Abu Muslim Al-Khurasani. Semenjak
masuknya Abu Muslim ke dalam gerakan rahasia Abbasiyah ini, maka dimulailah gerakan
dengan cara terang-terangan, kemudian cara pertempuran, dan akhirnya dengan dalih ingin
mengembalikan keturunan Ali ke atas singgasana kekhalifahan, Abu Abbas pimpinan

5
gerakan tersebut berhasil menarik dukungan kaum Syiah dalam mengobarkan perlawanan
terhadap kekhalifahan Umayah. Abu Abbas kemudian memulai makar dengan melakukan
pembunuhan sampai tuntas semua keluarga Khalifah, yang waktu itu dipegang oleh Khalifah
Marwan II bin Muhammad. Begitu dahsyatnya pembunuhan itu sampai Abu Abbas menyebut
dirinya sang pengalir darah atau As-Saffah. Maka bertepatan pada bulan Zulhijjah 132 H (750
M) dengan terbunuhnya Khalifah Marwan II di Fusthath, Mesir dan maka resmilah berdiri
Daulah Abbasiyah.

Dalam peristiwa tersebut salah seorang pewaris takhta kekhalifahan Umayah, yaitu
Abdurrahman yang baru berumur 20 tahun, berhasil meloloskan diri ke daratan Spanyol.
Tokoh inilah yang kemudian berhasil menyusun kembali kekuatan Bani Umayah di seberang
lautan, yaitu di keamiran Cordova. Di sana dia berhasil mengembalikan kejayaan
kekhalifahan Umayah dengan nama kekhalifahan Andalusia.

Pada awalnya kekhalifahan Daulah Abbasiyah menggunakan Kufah sebagai pusat


pemerintahan, dengan Abu Abbas As-Safah (750-754 M) sebagai Khalifah pertama.
Kemudian Khalifah penggantinya Abu Jakfar Al-Mansur (754-775 M) memindahkan pusat
pemerintahan ke Baghdad. Di kota Baghdad ini kemudian akan lahir sebuah imperium besar
yang akan menguasai dunia lebih dari lima abad lamanya. Imperium ini dikenal dengan nama
Daulah Abbasiyah.

Dalam beberapa hal Daulah Abbasiyah memiliki kesamaan dan perbedaan dengan
Daulah Umayah. Seperti yang terjadi pada masa Daulah Umayah, misalnya, para bangsawan
Daulah Abbasiyah cenderung hidup mewah dan bergelimang harta. Mereka gemar
memelihara budak belian serta istri peliharaan (hareem). Kehidupan lebih cenderung pada
kehidupan duniawi ketimbang mengembangkan nilai-nilai agama Islam . Namun tidak dapat
disangkal sebagian khalifah memiliki selera seni yang tinggi serta taat beragama.

B. Sistem Politik Pemerintahan dan Sistem Sosial pada masa dinasti abbasiyah

Khalifah pertama Bani Abbasiyah, Abdul Abbas yang sekaligus dianggap sebagai
pendiri Bani Abbas, menyebut dirinya dengan julukan Al-Saffah yang berarti Sang
Penumpah Darah. Sedangkan Khalifah Abbasiyah kedua mengambil gelar Al-Mansur dan
meletakkan dasar-dasar pemerintahan Abbasiyah. Di bawah Abbasiyah, kekhalifahan
berkembang sebagai system politik. Dinasti ini muncul dengan bantuan orang-orang Persia
yang merasa bosan terhadap Bani Umayyah di dalam masalah sosial dan politik

6
diskriminastif. Khalifah-khalifah Abbasiyah yang memakai gelar ”Imam”, pemimpin
masyarakat muslim bertujuan untuk menekankan arti keagamaan kekhalifahan. Abbasiyah
mencontoh tradisi Umayyah di dalam mengumumkan lebih dari satu putra mahkota raja.

Al-Mansur dianggap sebagai pendiri kedua dari Dinasti Abbasiyah. Di masa


pemerintahannya Baghdad dibagun menjadi ibu kota Dinasti Abbasiyah dan merupakan pusat
perdagangan serta kebudayaan. Hingga Baghdad dianggap sebagai kota terpenting di dunia
pada saat itu yang kaya akan ilmu pengetahuan dan kesenian. Hingga beberapa dekade
kemudian dinasti Abbasiyah mencapai masa kejayaan.

Ada beberapa sistem politik yang dijalankan oleh Daulah Abbasiyah, yaitu:

a. Para Khalifah tetap dari keturunan Arab murni, sedangkan pejabat lainnya
diambil dari kaum mawalli.

b. Kota Bagdad dijadikan sebagai ibu kota negara, yang menjadi pusat kegiatan
politik, ekonomi, sosial dan ataupun kebudayaan serta terbuka untuk siapa
saja, termasuk bangsa dan penganut agama lain.

c. Ilmu pengetahuan dianggap sebagai sesuatu yang mulia, yang penting dan
sesuatu yang harusdikembangkan.

d. Kebebasan berpikir sebagai hak asasi manusia.

Sedangkan Sistem Sosial Pada masa ini, sistem sosial adalah sambungan dari masa
sebelumnya (Masa Dinasti Umaiyah). Akan tetapi, pada masa ini terjadi beberapa perubahan
yang sangat mencolok, yaitu:

a. Tampilnya kelompok mawali dalam pemerintahan serta mendapatkan tempat


yang sama dalam kedudukan sosial

b. Kerajaan Islam Daulah Abbasiyah terdiri dari beberapa bangsa ang berbeda-
beda (bangsa Mesir, Syam, Jazirah Arab dll.)

c. Perkawinan campur yang melahirkan darah campuran

d. terjadinya pertukaran pendapat, sehingga muncul kebudayaan baru .

Selama dinasti Abbasiyah, pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuai


dengan perubahan politik, sosial dan budaya. Berdasarkan perubahan pola pemerintahan dan

7
politik, para sejarawan membagi masa pemerintahan dinasti Abbasiyah menjadi 5 periode,
yaitu:

1. Periode pertama (132 H-232 H / 750 M – 847 M) di sebut periode Persia pertama

Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa pendiri dari Daulah Abbasiyah ini adalah Abu
Abbas As-Safah. Di awal pemerintahannya untuk mengukuhkan eksistensi kekhalifahan
Daulah Abbasiyah, maka Abu Abbas menerapkan kebijakan-kebijakan yang cukup tegas,
kebijakan itu adalah memusnahkan anggota keluarga daulah Bani Umayah, serta
menggunakan suatu agen rahasia yang berfungsi untuk mengawasi gerak dan gerik keturunan
Bani Umayah, bila perlu membunuhnya. Koordinator pelenyapan keluarga Bani Umayah itu
diserahkan kepada Abdullah pamannya Abu Abbas.

Perlakuan kejam itu tidak hanya kepada orang-orang Umayah yang masih hidup,
melainkan juga kepada mereka yang sudah meninggal, dengan cara mengeluarkan jenazah
mereka dan membakarnya. Sedangkan makam yang tidak digali, adalah makam Muawiyah
bin Abi Sufyan dan Umar bin Abdul Aziz Sehingga akhirnya menimbulkan banyak
pemberontakan, namun pemberontakan-pemberontakan yang ada dapat dipatahkan oleh Abu
Abbas. Setelah Abu Abbas meninggal dia diganti oleh Abu Jakfar Al-Mansur (754-775 M)

Abu Jakfar Al-Mansur adalah Khalifah Daulah Abbasiyah yang dikenal paling kejam.
Namun dialah yang paling berjasa dalam mengkonsolidasikan dinasti Abbasiyah sehingga
menjadi kuat dan kokoh, dia meletakkan dasar-dasar pemerintahan bani Abbasiyah dan tidak-
segan-segan melakukan tindakan tegas kepada pihak-pihak yang mengganggu
pemerintahannya.

Untuk menunjang langkah menuju masa kejayaan beberapa kebijakan penting yang
diambil oleh Al-Mansur yaitu memindahkan ibukota dari Kuffah ke Baghdad, sebuah kota
indah yang terdapat di tepi aliran sungai Tigris dan Eufrat. Sementara itu perbaikan juga
dilakukan di bidang administrasi pemerintahan yang disusun secara baik dan pengawasan
terhadap berbagai kegiatan pemerintah diperketat. Petugas pos-pos komunikasi dan surat-
menyurat ditingkatkan fungsinya menjadi lembaga pengawas terhadap para gubernur. Hal ini
dilakukan untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya gerakan separatis dan
pemberontakan. Tak urung gejala pemberontakan itu memang muncul di mana-mana,
misalnya beberapa daerah taklukan melepaskan diri. Namun demikian pemberontakan-
pemberontakan yang ada dapat dipatahkan oleh Khalifah Abu Jakfar Al-Mansur. Selain itu

8
salah satu kebijakan Al-Mansur adalah melakukan invasi dan perluasan daerah kekuasaan,
antara lain ke wilayah Armenia, Mesisah, Andalusia dan Afrika.

1. Pergeseran Kebijakan pada dinasti Abbasiyah

Puncak popularitas daulah ini berada pada zaman Khalifah Harun Al-Rasyid (786-809 M)
dan putranya Al-Makmun (813-833 M). Kedua penguasa ini lebih menekankan pada
pengembangan peradaban dan kebudayaan Islam ketimbang perluasan wilayah seperti pada
masa Daulah Umayah. Orientasi pada pembangunan peradaban dan kebudayaan ini menjadi
unsur pembeda lainnya antara dinasti Abbasiyah dan dinasti Umayah yang lebih
mementingkan perluasan daerah. Akibat kebijakan yang diambil ini, provinsi-provinsi
terpencil di pinggiran mulai terlepas dari genggaman mereka.

Ada dua kecenderungan yang terjadi. Pertama, seorang pemimpin lokal memimpin suatu
pemberontakan yang berhasil menegakkan kemerdekaan penuh seperti Daulah Umayah di
Andalusia (Spanyol) dan Idrisiyah (Bani Idris) di Marokko. Cara kedua, yaitu ketika orang
yang ditunjuk menjadi gubernur oleh Khalifah manjadi sangat kuat, seperti Daulah Aglabiah
(Bani Taglib) di Tunisia dan Tahiriyah di Khurasan.

Pada zaman Al-Mahdi, perekonomian meningkat. Irigasi yang dibangun membuat hasil
pertanian berlipat ganda dibanding sebelumnya. Pertambangan dan sumber-sumber alam
bertambah dan demikian pula perdagangan internasional ke timur dan ke barat dipergiat.
Kota Basra menjadi pelabuhan transit yang penting yang serba lengkap.

Tingkat kemakmuran yang paling tinggi adalah pada zaman Harun Al-Rasyid. Masa itu
berlangsung sampai dengan masa Al-Makmun. Al-Makmun menonjol dalam hal gerakan
intelektual dan ilmu pengetahuan dengan menerjemahkan buku-buku dari Yunani. 

Kecenderungan orang-orang muslim secara sukarela sebagai anggota milisi mengikuti


perjalanan perang sudah tidak lagi terdengar. Ketentaraan kemudian terdiri dari prajurit-
prajurit Turki yang profesional. Militer Daulah Bani Abbasiyah menjadi sangat kuat.
Akibatnya, tentara itu menjadi sangat dominan sehingga Khalifah berikutnya sangat
dipengaruhi atau menjadi boneka mereka.

9
 Sebagai respon dari kenyataan tersebut Khalifah Al-Wasiq (842-847 M) mencoba
melepaskan diri dari dominasi tentara Turki tersebut dengan memindahkan ibukota ke
Samarra, tetapi usaha itu tidak berhasil mengurangi dominasi tentara Turki.

 Salah satu faktor penting yang merupakan penyebab Daulah Abbasiyah pada periode
pertama ini berhasil mencapai masa keemasan ialah terjadinya asimilasi dalam Daulah
Abbasiyah ini. Berpartisipasinya unsur-unsur non Arab, terutama bangsa Persia, dalam
pembinaan peradaban Baitul Hikmah dan Darul Hikmah yang didirikan oleh Khalifah Harun
Al-Rasyid dan mencapai puncaknya pada masa Khalifah Al-Makmun.

Pada masa itu perpustakaan-perpustakaan tampaknya lebih menyerupai sebuah


universitas ketimbang sebuah taman bacaan. Orang-orang datang ke perpustakaan itu untuk
membaca, menulis, dan berdiskusi. Di samping itu, perpustakaan ini juga berfungsi sebagai
pusat penerjemahan. Tercatat kegiatan yang paling menonjol adalah terhadap buku-buku
kedokteran, filsafat, matematika, kimia, astronomi dan ilmu alam. Di masa-masa berikutnya
para ilmuwan Islam bahkan mampu mengembangkan dan melakukan inovasi dan penemuan
sendiri. Di sinilah letak sumbangan Islam terhadap ilmu dan peradaban dunia.

2. Masa Keemasan Dinasti Abbasiyah

Masa Abbasiyah menjadi tonggak puncak peradaban Islam. Khalifah-khalifah Bani


Abbasiyah secara terbuka mempelopori perkembangan ilmu pengetahuan dengan
mendatangkan naskah-naskah kuno dari berbagai pusat peradaban sebelumnya untuk
kemudian diterjemahkan, diadaptasi dan diterapkan di dunai Islam. Para ulama’ muslim yang
ahli dalam berbagai ilmu pengetahuan baik agama maupun non agama juga muncul pada
masa ini. Pesatnya perkembangan peradaban juga didukung oleh kemajuan ekonomi
imperium yang menjadi penghubung dunua timur dan barat. Stabilitas politik yang relatif
baik terutama pada masa Abbasiyah awal ini juga menjadi pemicu kemajuan peradaban Islam

3. Faktor-Faktor Yang Mendukung Masa Keemasan Bani Abbasiyah


Ada 2 faktor yang menyebab kan tumbuh dan berkembangknya peradaban Islam
dinasti Abbasiyah, yaitu factor yang secara implicit mendukung tercapainya masa
keemasan yang berasal dari pribadi Islam sendiri yaitu berupa semangat Islam.

1. Faktor Internal (dari Islam sendiri),

10
Yaitu semangat ini yang memberikan motivasi bagi pemeluknya, semangat ini telah
ditanamkan Rosulullah SAW dan para sahabatnya dari zaman awal perkmbangan Islam
sampai masa kejayaan samanat ini bersumber dari al-Qur’an dan hadits yang menjadi dasar
dalam membentuk peradaban Islam.

2. Faktor Eksternal

Yaitu faktor yang secara eksplisit mendukung terjadinya masa keemasan paradaban
Islam antara lain:

a. Peran khalifah yang berkuasa pada masan kekuasaanya

Adapun Khalifah-khlifah yang memerintah selama masa keemasan, antara lain:

1) Abdullah Al-Shaffah (133 – 137 H / 750-754 M)


Dalam khutbah pelantikan yang sampaikan di Masjid Kuffah dia menyebutkan dirinya
dengan As-Shaffah (penumpah darah) yang akhirnya menjadi julukannya. Dia adalah
seorang khalifah yang gagah berani menindah tegas orang yang menentang
kekuasaannya. Sehingga otoritasnya sebagai khaligfah diakui sepanjang wilayah Asia,
Mesir dan Afrika Utara. Selain itu dia dipandang sebagai khalifah yang disiplin dan
soleh yang bertanggung jawab terhadap terhadap tugas-tugasnya.

2) Abu Ja’far Almanshur (137-159 H / 754-775 M)


Sebagai khalifah yang mempunyai kemampuan dan kecakapan yang luar biasa
mencurahkan segala waktu, tenaga dan pikirannya demi kemajuan dan kesejahteraan
bangsanya. Selain itu dia merupakan seorang yang cerdas, disiplin, sederhana dan taat
beribadah. Oleh karena tidaklah mengherankan jika selama kurang lebih 20 tahun dia
berharap meletakkan landasan yang kuat dan kokoh bagi kehidupan dan kelanjutan
kekuasaan dinasti Abbasiyah.

3) Al-Mahdi (159-169 H / 775-785 M)


Pemimpin yang toleran, membebaskan seluruh tahanan, melakukan program-program
pembangunan yang besar. Ia memperluas dan menghiasi masjid kota-kota suci Islam,
dan ia membangun Ibu kota kerajaan menjadi sangat megah.
Pada masa pemerintahannya terjadi peningkatan bidang perekonomian, pertaniah dan
pertambangan Basrah menjadi pelabuhan yang penting dunia.

11
4) Al-Hadi (169-170 H / 785 – 786 M)
Dia memerintah hanya berlangsung 13 bula saja. Al—Hadi tiba-tiba tewas dalam
suatu peristiwa yang misterius sebagian sejarawan mencatatnya sebagai sebuah
kudeta yang cepat dan efektif. Pada masa pemerintahannya perngaruh Persia
berkembang pesat. Perayaan hari besar lainya diselenggarakan dengan ragam busana
Persia.

5) Harun Ar-Rasyid (170-194 H / 786-809 M)


Popularitas daulat Abbasiyah mencapai puncaknya. Negara makmur, kesejahteraan
kesehatan, pendidikan, ilmu pengetahuan, dan kebudayaan serta kesusasteraan berada
pada zaman keemasan. Pada masa inilah Negara Islam menempatkan dirinya sebagai
Negara terkuat dan tak tertandingi.
Pada masanya terdapat cerita seribu satu malam yang telah membuat nama Harun
begitu termasyhur disepanjang zaman. Pada pemerintahannya hidup para filosof,
pujangga ahli baca al-Qur’an dan pra ulama’ bidang agama.

6) Abdullah Al-Ma’mun (198-218 H . 813 – 833 M)


Zaman pemerintahannya merupakan zaman yang paling gemilang dalam sejarah
intelektual Islam, pada masaanya banyak sekali ahli ilmu, kasusasteraan, sajak,
kedokteran dan filsafat. Dia juga menyempurnakan usaha penerjemahan, mendirikan
tempat peneropongan bintang di dataran Tadmore untuk meneliti bintang dan
geometri, dia juga mendirikan lembaga ilmuah baitul hikmah sebagai tempat
membaca, menulis dan diskusi. Dan dari baitul Hikmah inilah Bagdad mulai menjadi
pusat ilmu pengetahuan.

7) Al-Mu’tashim (218-228 H / 833-842 M)


Al-Mu’tashimmemberi peluang besar kepada orang-orang Turki untuk masuk dalam
pemerintahan, keterlibatan mereka dimulai sebagai tentara pengawal. Tentara tersebut
dibina secara khusus menjadi prajurit-prajurit profesional.

8) Al-Watia (288-233 H / 842 – 847 M)


Al-Watia seorang yang dermawan dan mendukung kesenian dan kesusasteraan. Pada
masanya pemerintahan sehat dan kuat.

b. Perkembangan Oraganisasi Negara

12
Dalam perkembangan ini disesuaikan dengan kebutuhan umat yang semakin hari semakin
besar dan semakin banyaknya umat Islam dari berbagai Negara. Maka dibuatlah sebuah
rancanangan organisasi dari tingkatan yang randah sampai kepada jabatan dan fungsi-fungsi
special, seperti departeman politik, ekonomi, keuangan, keamanan, jabatan perdana mentri,
sekretaris Negara, hakim, polisi, mariner, pejabat pos, pejabat cabinet presiden, pejabat
kebiner parlemen dan sebagainya.

c. Perkembangan Ilmu Pengetahuan

Gerakan ilmu pengetahuan mula-mula melalui bahasa Arab sebagai bahasa pemersatu,
kemudian ke gerakan filsafat yang akhirnya lahir ilmu-ilmu lain seperti logika, kimia, filsafat,
kedokteran dan sebagainya. Para ilmuan dan ulama’ bebas mempelajari dan meluaskan ilmu
pengetahuan. Mereka dieri berbagai fasilitas oleh khalifah, bahkan deberi kebebasan keluar
masuk Istana untuk menggali dan berdiskusi mengenai berbagai ilmu pengetahuan.
Dibangunnya lembaga Baitul Hikmah yang menjadi pusat studi ilmu pengetahuan yang
memunculkan berbagai cabang ilmu dan ahlinya.

d. Perluasan Daerah Islam

Pada masa dinasti Abbasiyah wilayah kekuasaan Islam amat luas meliputi wilayah yang
telah dikuasai oleh dinasti Umayyah antara lain, Hijaz, Yman Utara, Palestina, Libanon,
Mesir, dan sebagainya. Wilayah kekuasaaan uslam dari Hindia sampai ke Spanyol di Eropa.

e. Perubahan Sistem Politik.

Tidak bersifat aran oriented (fanatic pada keturunan arab), tetapi disamping bercorak arab
murni juga telah dipengaruhi dengan corak pemikiran peradaban Persia, Romawi Timur,
Mesir, dan sebagainya. Jadi masa dinasti Abbasiyah ukhuwah Islam bersifat pluralitik, tidak
memandang suku bangsa, bahasa, dan ras. Sehingga kursi jabatan tidak hanya dipegang
keturunan Arab asli.

f. Perkembangan Ekonomi

Ekonomi imperium Abbasiyah digerakkan oleh perdagangan. Sudah terdapat berbagai


macam industri sepertikain linen di Mesir, sutra dari Syiria dan Irak, kertas dari Samarkand,
serta berbagai produk pertanian seperti gandum dari Mesir dan kurma dari Iraq. Hasil-hasil

13
industri dan pertanian ini diperdagangkan ke berbagai wilayah kekuasaan Abbasiyah dan
Negara lain.

Karena industralisasi yang muncul di perkotaan ini, urbanisasi tak dapat dibendung
lagi. Selain itu, perdagangan barang tambang juga semarak. Emas yang ditambang dari Nubia
dan Sudan Barat melambungkan perekonomian Abbasiyah.

Perdagangan dengan wilayah-wilayah lain merupakan hal yang sangat penting. Secara
bersamaan dengan kemajuan Daulah Abbasiyah, Dinasti Tang di Cina juga mengalami masa
puncak kejayaan sehingga hubungan perdagangan antara keduanya menambah semaraknya
kegiatan perdagangan dunia.

g.    Gerakan penerjemahan

Meski kegiatan penerjemahan sudah dimulai sejak Daulah Umayyah, upaya untuk
menerjemahkan dan menskrinsip berbahasa asing terutama bahasa yunani dan Persia ke
dalam bahasa arab mengalami masa keemasan pada masa DaulahAbbasiyah. Para
ilmuandiutus ke daeah Bizantium untuk mencari naskah-naskah yunanidalam berbagai ilmu
terutama filasafat dan kedokteran.

Pelopor gerakan penerjemahan pada awal pemerintahan daulah Abbasiyah adalah


Khalifah Al-Mansyur yang juga membangun Ibu kota Baghdad. Pada awal penerjemahan,
naskah yang diterjemahkan terutama dalam bidang astrologi, kimia dan kedokteran.
Kemudian naskah-naskah filsafat karya Aristoteles dan Plato juga diterjemahkan. Dalam
masa keemasan, karya yang banyak diterjemahkan tentang ilmu-ilmu pragmatis seperti
kedokteran. Naskah astronomi dan matematika juga diterjemahkan namun, karya-karya
berupa puisi, drama, cerpen dan sejarah jarang diterjemakan karena bidang ini dianggap
kurang bermanfa’at dan dalam hal bahasa, Arab sendiri perkembangan ilmu-ilmu ini sudah
sangat maju.

Pada masa ini, ada yang namanya Baitul hikmah yaitu perpustakaan yang berfungsi
sebagai pusat pengembagan ilmu pengetahuan. Pada masa Harun Ar-Rasyid diganti nama
menjadi Khizanah al-Hikmah (Khazanah kebijaksanaan) yang berfungsi sebagai
perpustakaan dan pusat penelitian. Pada masa Al-Ma’mun ia dikembangkan dan diubah
namanya menjadi Bait al-Hikmah, yang dipergunakan secara lebih maju yaitu sebagai tempat
penyimpanan buku-buku kuno yang didapat dari Persia, Bizantium, dan bahkan dari Ethiopia
dan India. Direktur perpustakaannya seorang nasionalis Persia, Sahl Ibn Harun. Di bawah

14
kekuasaan Al-Ma’mun, lembaga ini sebagai perpustakaan juga sebagai pusat kegiatan study
dan riset astronomi dan matematika.

h. Lahirnya Tokoh-Tokoh Intelektual Muslim

Lahirnya berbagai cabang ilmu dan ahlinya dilator belakangi oleh sikap para khalifah
Abbasiyah yang sangat cinta pada ilmu, sehingga pada masa itu ilmu pengetahuan
berkembang pesat. Selain itu pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan juga
didukung dengan proses asimilasi pengetahuan dasar bangsa lain yang telah memunculkan
intelektual-intelektual muslim yang ahli dalam berbagai bidang, antara lain:

1). Bidang Ilmu Agama (Ilmu Naqli)

a) Bidang Ilmu Tafsir


 Ibnu Jarir At-Thobari, dengan tafsirnya sebanyak 30 jilid
 Ibnu Athiyah Al-Andalusi (Abu Muhammad Ibnu Athiyah)
 Abu Muslim Muhammad bin Nashr Al-Isfahany wafat 322 H dengan kitab
tafsirnya 14 jilid
 As-Suda yang mendasarkan Penafsirannya pada Ibnu Abbas, Ibnu Mas’ud dan para
sahabat lainya.

b) Bidang Ilmu Hadis


 Imam Buchori (wafat 256 H) yang menulis hadits dengan menjaring antara hadits
shohih dan tidak shohih, dan kitabnya al-Jami’ As-Shohih.
 Imam Muslim (wafat 261 H) dengan kitabnya Shohih Muslim
 Imam AL-Hakim MUhamad Ibnu Hibban (wafat 354 H) dengan kitabnya
Mustadrok Al-Taqsim wa Al-Anwa
 Imam Malik (wafat 179 H) yang terkenal dengan kitab hadisnya Al-Muwatta
 Imam Syafi’I dengan kitab Musnadnya

c) Bidang Ilmu Kalam


Yang paling berjasa dalam menciptakan ilmu kalam adalah kaum Mu’tazilah karena
mereka adalah pembela gigih terhadap Islam dari serangan Yahudi, Nasrani dan
Watsani. Jadi sebagian besar tokoh ilmu kalam adalah dari kaum Mu’tazilah,
diantaranya:

15
 Washil Ibnu Atho’
 Abu Huzail Al-Allat
 Abu Hasan al-As’ari

d) Bidang Ilmu Tasawuf


Tokoh-tokoh dalam bidang ilmu ini kebanyakan adalah seorang yang zahid yang
tekun beribadah dan menyerahkan diri sepenuhnya kepada Allah SWT, serta
meninggalkan kesenangan dunua. Zahid yang ternama masa dinasti ini antara lain:
 Al-Tsauri (wafat 135 H) bertempat di Kuffah
 Robia’al al-Adawiyah (wafat 185 H) di Basrah
 Ibrahim bin Adam (wafat 162 H), mantan penguasa dari Persia
 Syaqiq Al-Balkhi (wafat 194 H) Murid Ibbrahim bin Adam
 Ja’far Shodoq (wafat 148 H) dari Madinah

e) Bidang Ilmu Bahasa


 Diantara ilmu bahasa yang berkembang pada waktu itu adalah Nahwu, Shorof,
Bayan, Badi’ Arudl, ahli ilmu bahasa diantaranya:
 Sibawaih (wafat 183 H), karyanya terdiri dari 2 jilid setebal 1000 halaman.
 Al-Kasa’I (wafat 190 H) yang mengarang kitab tata bahasa
 Abu Zakaria Al-Harro (wafat 208 H) kitab Nahwunya setebal 6000 halaman.
 Muaz Al-Harro (wafat 187 H) yang mula-mula membuat tashrif

f) Bidang Ilmu Fiqh


Daulat Abbasiyah merupkan masa keemasan tamadun Islam yang telah melahirkan
ahli-ahli hukum (Fuqoha’) yang tersohor dalam sejarah Islam dengan kitab-kitab
fiqihnya, mereka adalah imam mazhab 4 yaitu: Imam Malik, Imam Syafi’I, Imam
Abu Hanifah dan Imam Ahmad Ibnu Hambal.

2). Bidang Ilmu Akal (ilmu Aqli)

a) Ilmu Kedokteran
 Ar-Rozi, tokoh pertama yang membedakan antara penyakit cacar dan Measles.
Dia juga orang pertama yang menyusun kedoteran anak.
 Ibnu Shina, dengan bukunya Al-Qinun Al-Thib yang dikenal de barat dengan
“The Canon Of Mediore”

16
 Al Ibnu Rabban, dokter pertama yang terkenal dengan bukunya Firdaus Al-
Hikmah

b) Ilmu Filsafat
 Al-Hindi, buku karangannya sebanyak 236 judul. Selain itu Ia juga menulis
ulasan-ulasan atas buku Aristotels yang berbeda, diantarany, pengantar atau menulis
logika menurut pikirannya endiri.
 Al-Farabi, guru dari Ibnu Shina dan Ibnu Rusyd. Ia memiliki karya sebanyak 12
buah, diantaranya banyak tentang filsafat, logoka, jiwa, kenegaraan, etika dan
interpretasi terhadap filsafat Aristoteles.
 Al-Ghozali (Hujjatul Islam), sebesar tokoh pemikir Islam dan sekaligus tokoh
pemikir kemanusiaan. Teorinya yang terkenal tentang kelemahan akal dalam
bukunya Tahafut Al-Falasifah.
 Ibnu Rusyd, ahli filosof Aristoteles. Dia mengarang kitab Tahafufh Al-Tahafuth
sebagai bentuk bantahan terhadap karya Al-Ghazali Tahafut Al-Falasifah.

c) Ilmu Astronomi
 Al-Battani, yang berhasil membuat daftar tabel Sinus, tangen, dan Kotangen dari
0-90 derajat secara cermat.
 Al-Biruni, cendekiawan dan sainitis Islam terkemuka masa kejayaan Islam.
Sarjana yang paling besar sepanjang masa.
 Al-fazhari, orang pertama yang mengerjakan astrolog
 Al-farghani, karya yang utama yaitu al-mudkhila Ilmu Hayai Al-Aflal. .

d) Ilmu Perhitungan/ ilmu falak


 Al-khawarizmi, kitabnya berjudul kitabul jama’ wa al Tafria yang menerangkan
seluk beluk angka-angka termasuk angka nol.
 Umar Al-Khayyan, seorang ahli matematika sekaligus astronom dan penyair
ternam.

e) Ilmu Geografi Dan Sejarah


 Baladlari, sejarawan terkenal dengan kitabnya Futuh al-Buldan yang ditulis
dengan gaya yang mengagumkan dan menjadi tanda bagi kemajuan yang cemerlang
akan semangat sejarah.

17
 Al-mashudi, sejarawan dan ahli georafi, kitabnya Muruj al-Dahab wa Madan al-
Jawahar adalah catatan tentang pengalaman pengembaraannya dan mengamatannya.

f) Ilmu Kimia
 Jabir bin Hayyan, ahli kimia dari kuffah yang merupakan bapak modern . dia
mendirikan sebuah leboraturium di Kuffah dan ebrhasil menemukan beberapa bahan
kimia dan menulis sejumlah buku tentang kimia

2. Periode kedua (232 H – 331 H / 847M – 945 M) disebut masa pengaruh Turki
Pertama

Kebijakan Khalifah Al-Muktasim (833-842 M) untuk memilih unsur-unsur Turki


dalam ketentaraan Kekhalifahan Daulah Abbasiyah terutama dilatar belakangi oleh adanya
persaingan antara golongan Arab dan Persia pada masa Al-Makmun dan sebelumnya. Di
masa Al-Muktasim (833-842 M) dan Khalifah sesudahnya Al-Wasiq (842-847 M), mereka
mampu mengendalikan unsur-unsur Turki tersebut. Akan tetapi, Khalifah Al-Mutawakkil
(847-861 M) yang merupakan awal dari periode ini adalah seorang Khalifah yang lemah.
Pada masanya orang-orang Turki dapat merebut kekuasaan dengan cepat setelah Al-
Mutawakkil wafat. Mereka telah memilih dan mengangkat Khalifah sesuai kehendak mereka.
Dengan demikian Bani Abbasiyah tidak lagi mempunyai kekuatan dan kekuasaan, meskipun
resminya mereka adalah penguasa. Usaha untuk melepaskan dari dominasi Turki selalu
mengalami kegagalan. Pada tahun 892 M, Baghdad kembali menjadi Ibukota. Sementara
kehidupan intelektual terus berkembang.

Akibat adanya persaingan internal di kalangan tentara Turki, mereka memang mulai
melemah. Mulailah Khalifah Ar-Radi menyerahkan kekuasaan kepada Muhammad bin Raiq,
Gubernur wasit dari Basra. Di samping itu, Khalifah memberinya gelar Amirul Umara
(Panglima para panglima). Meskipun demikian, keadaan Bani Abbas tidak menjadi lebih
baik. Dari dua belas Khalifah pada periode ini, hanya empat orang yang wafat dengan wajar,
selebihnya, kalau tidak dibunuh, mereka digulingkan dengan paksa.

  Pemberontakan masih bermunculan pada periode ini, seperti pemberontakan Zanj di


dataran rendah Irak Selatan dan pemberontakan Karamitah yang berpusat di Bahrain. Namun
bukan itu semua yang menghambat upaya mewujudkan kesatuan politik Daulah Abbasiyah.

18
Faktor-faktor penting yang menyebabkan kemunduran Bani Abbas pada periode ini adalah
sebagai berikut,:

 Pertama, luasnya wilayah kekuasaan Daulah Abbasiyyah yang harus dikendalikan,


sementara komunikasi lambat. Berbarengan dengan itu kadar saling percaya di
kalangan para penguasa dan pelaksana pemerintahan sangat rendah,

 Kedua, profesionalisasi tentara menyebabkan ketergantungan kepada mereka menjadi


sangat tinggi. Ketiga, kesulitan keuangan karena beban pembiayaan tentara sangat
besar. Setelah kekuatan militer merosot, Khalifah tidak sanggup lagi memaksa
pengiriman pajak ke Baghdad

3. Periode ketiga (334 H- 447 H / 947 M – 1055 M) disebut masa kekuasaan dinasti
Buwaihi dalam pemerintahan khalifah Abbasiyah yang biasa disebut masa pengaruh
Persia Kedua

Posisi Daulah Abbasiyah yang berada di bawah kekuasaan Bani Buwaihi merupakan
ciri utama dari periode ketiga ini. Keadaan Khalifah lebih buruk ketimbang di masa
sebelumnya, lebih-lebih karena Bani Buwaihi menganut aliran Syiah. Akibatnya kedudukan
Khalifah tidak lebih sebagai pegawai yang diperintah dan diberi gaji. Sementara itu Bani
Buwaihi telah membagi kekuasaannya kepada tiga bersaudara. Ali menguasai wilayah bagian
selatan negeri Persia, Hasan menguasai wilayah bagian utara, dan Ahmad menguasai wilayah
Al-Ahwaz, Wasit dan Baghdad. Dengan demikian Baghdad pada periode ini tidak lagi
menjadi pusat pemerintahan Islam, karena telah dipindah ke Syiraz di mana berkuasa Ali bin
Buwaihi yang memiliki kekuasaan Bani Buwaihi.

Dalam bidang ilmu pengetahuan, Daulah Abbasiyah masih terus mengalami kemajuan
pada periode ini. Pada masa inilah muncul pemikir-pemikir besar seperti Al-Farabi (870-950
M), Ibnu Sina (980-1037 M), Al-Biruni (973-1048 M), Ibnu Misykawaih (930-1030 M) dan
kelompok studi Ikhwan As-Safa. Bidang ekonomi, pertanian, dan perdagangan juga
mengalami kemajuan. Kemajuan itu juga diikuti dengan pembangunan kanal, mesjid dan
rumah sakit. Patut dicatat pula bahwa selama masa Bani Buwaihi berkuasa di Baghdad, telah
terjadi beberapa kali bentrokan sosial aliran ahlu sunnah dan syiah, dan pemberontakan
tentara.

19
4. Periode keempat (447 H – 590 H / 1055 M – 1194 M) disebut masa kekuasaan
dinasti Saljuk dalam pemerintahan khalifah Abbasiyah yang biasa disebut masa
pengaruh Turki kedua

Sebagaimana pada periode sebelumnya, ilmu pengetahuan juga berkembang pada


periode ini. Nizam al-Mulk, perdana menteri pada masa Alp Arselan dan Malikhsyah,
mendirikan Madrasah Nizamiyah (1067 M) dan madrasah Hanafiyah di Baghdad. Cabang -
cabang Madrasah Nizamiyah didirikan hampir di setiap kota di Irak dan Khurasan. Madrasah
ini menjadi model bagi perguruan tinggi dikemudian hari. Dari madrasah ini telah lahir
banyak cendekiawan dalam berbagai disiplin ilmu. Di antara para cendekiawan Islam yang
dilahirkan dan berkembang pada periode ini adalah al-Zamakhsari, penulis dalam bidang
Tafsir dan Ushul al-Din (teologi), Al-Qusyairi dalam bidang tafsir, al-Ghazali dalam bidang
ilmu kalam dan tasawwuf, dan Umar Khayyam dalam bidang ilmu perbintangan.

Dalam bidang politik, pusat kekuasaan juga tidak terletak di kota Baghdad. Mereka
membagi wilayah kekuasaan menjadi beberapa propinsi dengan seorang Gubernur untuk
mengepalai masing-masing propinsi tersebut. Pada masa pusat kekuasaan melemah, masing-
masing propinsi tersebut memerdekakan diri. Konflik-konflik dan peperangan yang terjadi di
antara mereka melemahkan mereka sendiri, dan sedikit demi sedikit kekuasaan politik
Khalifah menguat kembali, terutama untuk negeri Irak. Kekuasaan mereka tersebut berakhir
di Irak di tangan Khawarizm Syah pada tahun 590 H/ 1199 M.

5. Periode kelima (590 H – 656 H / 1194 M – 1258 M) disebut masa khalifah bebas dari
pengaruh dinasti lain akan tetapi kekuasaaanya hanya efektif di sekitar Bagdad yng
berimbas pada kemunduran dinasti abbasiah

Berakhirnya kekuasaan Dinasti Seljuk atas Baghdad atau khilafah Abbasiyah


merupakan awal dari periode kelima. Pada periode ini, khilafah Abbasiyah tidak lagi berada
di bawah kekuasaan Dinasti tertentu, walaupun banyak sekali Dinasti Islam berdiri. Ada di
antaranya yang cukup besar, namun yang terbanyak adalah Dinasti kecil. Para Khalifah
Abbasiyah sudah merdeka dan berkuasa kembali, tetapi hanya di Baghdad dan sekitarnya.
Wilayah kekuasaan Khalifah yang sempit ini menunjukkan kelemahan politiknya. Pada masa
inilah tentara Mongol dan Tartar menyerang Baghdad. Baghdad dapat direbut dan dihancur
luluhkan tanpa perlawanan yang berarti. Kehancuran Baghdad akibat serangan tentara
Mongol ini awal babak baru dalam sejarah Islam, yang disebut masa pertengahan.
Sebagaimana terlihat dalam periodisasi khilafah Abbasiyah, masa kemunduran dimulai sejak

20
periode kedua. Namun demikian, faktor-faktor penyebab kemunduran ini tidak datang secara
tiba-tiba. Benih-benihnya sudah terlihat pada periode pertama, hanya karena Khalifah pada
periode ini sangat kuat, benih-benih itu tidak sempat berkembang. Dalam sejarah kekuasaan
Bani Abbas terlihat bahwa apabila Khalifah kuat, para menteri cenderung berperan sebagai
kepala pegawai sipil, tetapi jika Khalifah lemah, mereka akan
berkuasa mengatur roda pemerintahan.

c. Penyebab Kemunduran daulah abbasiyah

1. Persaingan antara bangsa Persia dan Abbasiyah

Dinasti Abbasiyah didirikan oleh Bani Abbas atau Al-Mansur 754 M, yang bersekutu
dengan Persia, karena persamaan nasib diantara kedua bangsa itu yang pada masa dinasti
Umayyah sama-sama tertindas. Dan setelah dinasti Abbasiyah berdiri kecenderungan untuk
berkuasa diantara kedua bangsa itu muncul.

2. Memburuknya ekonomi Negara

Para menteri yang suka menghambur-hamburkan uang dan mengambil keuntungan dari
pungutan pajak uang rakyat, tanpa memberikannya pada khalifah Al-Muqtadir 903-932 M.
Sedangkan kebutuhan negara semakin meningkat, tentara dan penjaga sangatlah banyak.
Mereka menuntut gaji dan keadaan pun semakin kacau.

3. Konflik keagamaan

Fanatisme keagamaan juga mengakibatkan persoalan kebangsaan mengalami perpecahan,


berbagai aliran keagamaan seperti Mu’tazilah, Syi’ah, Sunni, dan kelompok-kelompok garis
keras yang menjadikan pemerintahan Abbasiyah mengalami kesulitan untuk menyatukan
fahamnya.

4. Gerakan-gerakan yang Memisahkan Diri

Sebab-sebab pecahnya dinasti dan pemisahan dinasti-dinasti kecil karena penguasa bani
Abbasiyah lebih mementingkan pada pembinaan peradaban dan kebudayaaan dari pada
politik, persaingan antar bangsa, terutama Arab, Persia, dan Turki. Luasnya wilayah
kekuasaan daulah Abbasiyah, sementara komunikasi pusat dengan daerah sulit dilakukan, dan

21
juga karena dipengaruhi oleh paham keagamaan seperti Sunni, Syi’ah, Mu’tazilah, dan
lainnya. Akibat dari beberapa faktor itulah banyak provinsi-provinsi tertentu di pinggiran
mulai lepas dari kekuasaan Abbasiyah, diantaranya ialah:

1) Thahiriyah di Khurasan, Persia (820-870 M)

Pada masa khalifah Al-Ma’mun, terdapat jenderal yang bermata satu, yakni Thahir
ibn Al-Husain dari Khurasan yang secara gemilang berhasil mengalahkan balatentara Al-
Amin.  Lalu, khalifah Al-Ma’mun mengangkatnya sebagai gubernur di sebelah timur
Baghdad, dengan pusat kekuasaannya di Khurasan pada tahun 820 M. Setelah Thahir
meninggal, para keturunannya yang memisahkan diri dari dinasti Abbasiyah dan memperluas
kekuasaan hingga India, dan memindahkan pusat ibukota ke Naisabur.

2) Safariyah di Fars, Persia (868-901 M)

Dinasti ini didirikan oleh Ya’qub ibn Al-Laits Al-Shaffar yang suka merampok dan
menjadi kegemarannya, dia berhasil memperluas wilayahnya hampir ke seluruh Persia dan
kawasan pinggiran India. Dinasti ini yang dihancurkan oleh dinasti Thahiriyah.

3) Samaniyah di Transoxania (873-998 M)

Pendiri dinasti ini adalah Nashr ibn Ahmad dan dia seorang yang menganut ajaran
Zoroaster dari Balkh, dari saudaranya Ismail dan putranya Nashr II dinasti ini berhasil
memperluas wilayah antara Bukhara, Samarkand, Tabaristan, dan Karman. Dinasti ini juga
yang berhasil menakhlukkan dinasti Safariyah.

4) Thuluniyah di Mesir (837-903 M)

Ahmad ibn Thulun yang mendirikan dinasti ini, dan pada tahun 868 M Ahmad pergi
ke Mesir sebagai pimpinan tentara untuk gubernur Mesir, dan pada masa pemberontakan
Zang dia diminta untuk membantu khalifah Al-Muwaffaq mengatasinya. Dari sini dia
berusaha untuk memerdekakan diri dari dinasti Abbasiyah, dan mendirikan kedaulatan di
lembah sungai Nil, Mesir. Ibn Thulun membentuk organisasi militer yang sangat ketat dan
membangun pangkalan angkatan laut di Acre. Dinasti Thulun juga berjasa atas kesejahteraan
rakyat Mesir dan ilmu pengetahuan, tetapi kemunculan dinasti ini diikuti oleh dinasti-dinasti

22
di wilayah Turki dan banyak para penyusup dari Turki, pada akhirnya dinasti Thulun ini
sedikit demi sedikit mulai melemah dan berhasil direbut oleh Abbasiyah lagi.

5) Ghazwaniyah di Afghanistan (962-1189 M)

Alptigin adalah seorang budak Turki yang dipromosikan sebagai gubernur di Khurasan
oleh penguasa Samaniyah, tetapi karena sudah tidak disukai oleh penguasa baru dia pergi ke
perbatasan sebelah timur kerajaan. Di sinilah dia memulai membentuk pasukan dan
mendirikan kerajaan yang kemudian berkembang menjadi dinasti Ghazwaniyah yang
kekuasaannya meliputi Afghanistan dan Punjab.

6) Dinasti Buwaihi di Iran (905-1004 M)

Dinasti ini dibangun oleh tiga bersaudara, yaitu Ali bin Buwaihi, Hasan bin Buwaihi,
dan Ahmad bin Buwaihi. Dinasti ini membentang antara Irak dan Iran, perjalanan dinasti
Buwaihi mengalami perkembangan pesat ketika dinasti Abbasiyah mulai melemah, dan
mengalami kemunduran dengan adanya dinasti Saljuk.

7) Dinasti Saljuk (1055-1157 M)

Dari kekacauan Sunni-Syiah, masuklah seorang kepala suku bernama Saljuk dari
Turkistan dan berfaham Sunni ke Bukhara, pelan-pelan Saljuk dan pasukannya
menakhlukkan Samaniyah, Ghazwaniyah, dan Khawarizm. Karena persenjataan pasukan
Turki yang semakin bertambah pesat, Saljuk memperluas wilayahnya sampai Asia barat. Dan
di bawah kekuasaan Maliksyah 1072-1092 M, wilayah kekuasaan Saljuk membentang dari
ujung Turki sampai Yerussalem, dan dari Konstantinopel hingga laut Kaspia.

8) Hamdaniyah di Aleppo dan Musil (929-1002 M)

Dinasti yang menganut Syi’ah ini didirikan oleh Hamdan ibn Hamdun dari suku
Taghlib, dinasti ini didirikan di Mesopotamia dan beribukota di Mosul. Kekuasaan ini
dipimpin oleh Syaif Ad-Daulah, dan dia mempunyai hubungan yang sangat baik dengan
penguasa Bizantium, sehingga Syaif Ad-Daulah bisa berhasil menguasai Suriah utara dan
merebut Aleppo dari kekuasaan Iksidiyah. Dinasti ini juga berhasil mengembangkan ilmu
pengetahuan. Tetapi putranya, Sa’id Ad-Daulah, merupakan seorang pengikut Fatimiyah di
Mesir, pada saat  terjadi perpecahan dalam negeri dan terjadi perebutan antara kerajaan

23
Bizantium dan dinasti Fatimiyah. Sa’id Ad-Daulah menyerahkan kekuasaannya kepada
dinasti Fatimiyah

9) Ayyubiyah di Kurdi (1167-1250 M)

Pusat pemerintahan dinasti ini ada di kawasan Kairo, wilayah kekuasaannya meliputi
kawasan Mesir, Suriah, dan Yaman. Dinasti ini didirikan Shalahuddin Al-Ayyubi, dia telah
berhasil menakhlukkan kekhalifaan Fatimiyah dan mengusir tentara salib dari Baitul Maqdis,
dia juga yang mendorong kemajuan dibidang agama dan pendidikan. Berakhirnya dinasti ini
ditandai dengan meninggalnya Sultan terakhir, Malik Al-Asyraf Muzaffrudin.

10) Mirdasiyah di Aleppo (1023-1078 M)


11) Ukailiyah di Mausil (996-1095 M)
12) Idrisiyiah di Maroko (788-985 M)
13) Aghlabiyah di Tunisia (800-900 M)
14) Abu Ali di Kurdi (990-1095 M)
15) Al-Barzuqani di Kurdi (959-1015 M)
16) Alawiyah di Tabiristan (864-928 M)
17) Sajiyyah di Azerbaijan (878-930 M)
18) Dulafiyah di Kurdistan (825-898 M)
19) Mazyadiyah di Hillah (1011-1150 M)

5. Perang Salib yang berlangsung beberapa gelombang atau periode dan menelan
banyak korban.
6. Serangan Bangsa Mongol ke kota bagdad

Khalifah Al-Muktasim, Khalifah Daulah Abbasiyah yang paling akhir, beserta seluruh
putra-putranya dan semua pembesar-pembesar kota Baghdad mati dibunuh semuanya oleh
tentara Mongol. Sebagian besar penduduk kota itu disembelih laksana binatang saja. Sesudah
itu mereka merampas harta benda penduduk dan melakukan perbuatan-perbuatan kejam dab
ganasnya tiada terperikan. Sekalian isi istana dan perbendaharaan negara mereka rampas
semuanya. Istana dan gedung-gedung yang indah, madrasah dan mesjid-mesjid yang
mengagumkan mereka rusak. Buku-buku pengetahuan yang tak ternilai harganya, mereka
lemparkan ke dalam sungai Tigris sehingga hitam lantaran tinta yang luntur. Mereka
membakar di sana-sini sehingga api mengamuk di seluruh kota. Peristiwa kekejaman ini

24
berlaku sampai 40 hari lamanya. Di atas bumi kota Baghdad, tak ada lagi yang kelihatan,
selain dari tumpukan bara hitam yang masih berasap.

d. Keruntuhan dinasti Abbasiyah

Puncak runtuhnya dinasti ini terjadi kira-kira 656 H/1258 M pada akhir kekhalifahan
Al-Mu’tasim Billah, diawali dari para pembangkang dan para pemberontak yang tidak rela
dan tidak terima dengan kepemimpinan bani Abbasiyah, kelompok-kelompok separatis pun
mulai ikut bermunculan. Ditambah lagi dari serangan bangsa Mongol yang kejam dan ingin
menguasai wilayah dinasti Abbasiyah. Dengan kematian Al-Muktasim lenyaplah Daulah
Abbasiyah dari bumi ini, berkubur dalam bumi kota Baghdad yang telah hangus di bawah
runtuhan gedung-gedung dan istana.Dalam masa lima abad lamanya, yakni sejak dari Abu
Abbas As-Safah memerintah pada 750 M sampai hari mangkatnya Al-Muktasim pada 1258
M, telah ada 37 orang Khalifah menduduki singgasana Daulah Abbasiyah.

C. Khalifah – khalifah yang memerintah selama kekuasaan daulah Abbasiyah

a. Bani abbas(750-932M)

1. Khalifah Abu Abbas As-Safah (750-754 M)

2. Khalifah Abu Jakfar al-Mansur (754-775 M)

3. Khalifah Al-Mahdi (775-785 M)

4. Khalifah Al-Hadi (785-786 M)

5. Khalifah Harun Al-Rasyid (786-809 M)

6. Khalifah Al-Amin (809-813 M)

7. Khalifah Al-Makmun (813-833 M)

8. Khalifah Al-Muktasim (833-842 M)

9. Khalifah Al-Wasiq (842-847 M)

25
10. Khalifah Al-Mutawakkil (847-861 M)

11. Khalifah Al-Muntasir (861-862 M)

12. Khalifah Al-Mustain (862-866 M)

13. Khalifah Al-Muktazz (866-869 M)

14. Khalifah Al-Muhtadi (869-870 M)

15. Khalifah Al-Muktamid (870-892 M)

16. Khalifah Al-Muktadid (892-902 M)

17. Khalifah Al-Muktafi (902-908 M)

18. Khalifah Al-Muktadir (908-932 M)

b. Bani Buwaihi (932-1075 M)

19. Khalifah Al-Kahir (932-934 M)

20. Khalifah Ar-Radi (934-940 M)

21. Khalifah Al-Mustaqi (940-944 M)

22. Khalifah Al-Muktakfi (944-946 M)

23. Khalifah Al-Mufi (946-974 M)

24. Khalifah At-Tai (974-991 M)

25. Khalifah Al-Kadir (991-1031 M)

26. Khalifah Al-Kasim (1031-1075 M)

c. Bani Saljuk (1075-1258 M)

27. Khalifah Al-Muqtadi (1075-1084 M)

26
28. Khalifah Al-Mustazhir (1074-1118 M)

29. Khalifah Al-Mustasid (1118-1135 M)

30. Khalifah Ar-Rasyid (1135-1136 M)

31. Khalifah Al-Mustafi (1136-1160 M)

32. Khalifah Al-Mustanjid (1160-1170 M)

33. Khalifah Al-Mustadi (1170-1180 M)

34. Khalifah An-Nasir (1180-1224 M)

35. Khalifah Az-Zahir (1224-1226 M)

36. Khalifah Al-Mustansir (1226-1242 M)

37. Khalifah Al-Muktasim (1242-1258 M)

BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Dinamakan khilafah bani Abbasiyah karena para pendiri dan penguasanya adalah
keturunan al Abbas paman Nabi Muhammad SAW. Dinasti ini didirikan oleh Abdullah al-
Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn Abbas. Berdirinya Dinasti ini tidak terlepas
dari keamburadulan Dinasti sebelumnya, dinasti Umaiyah. Pada mulanya ibu kota negera
adalah al-Hasyimiyah dekat kufah. Namun untuk lebih memantapkan dan menjaga setabilitas
Negara al-Mansyur memindahkan ibu kota Negara ke Bagdad. Dengan demikian pusat
pemerintahan dinasti Abasiyah berada di tengah-tengah bangsa Persia. Al-Mansyur
melakukan konsolidasi dan penertiban pemerintahannya. Dia mengangkat sejumlah personal
untuk menduduki jabatan di lembaga eksekutif dan yudikatif.

27
Kemajuan dinasti Abbasiyah juga dilatar belakangi oleh sikap para khalifah yang
sangat menjunjung tinggi ilmu pengetahuan, adanya persamaan terhadap seluruh warga
negara (tidak memandang suku, bangsa, ras) serta keterbukaan terhadap budaya asing yang
masuk sehingga pada awal periode dinasti ini telah mengalami kemajuan sehingga mencapai
puncaknya pada masa khalifah Harun Ar-Rosyid.

Meskipun dinasti Abbasiyah merupakan kelanjutan dari pemerintahan Bani Umayyah


yang telah hancul di Damaskus, akan tetapi terdapat beberapa perbedaan karakteristik antara
kekuasaan mereka. Dintaranya perbedaan itu salah jika dinasti Umayyah para bangsawannya
cenderung hidup mewah dan bergelimang harta, mereka gemar memelihara budak berlian
serta istri periharaan (harem). Kehidupan lebih cenderung ada kehidupan duniawi ketimbang
mengembangkan nilai-nilai agama Islam. Dinasti Umayyah sengat bersifat Arab Oriented.
Artinya dalam segala hal masih mempertahankan dan mengagungkan ke-Arab-an murni.
Sedangkan dinasti Abbasiyah disamping para khlaifah yang sangat mengagungkan ilmu juga
tidak bersifak Arab Oriented, mereka masih terpengaruh dengan corak pemikiran dan
peradaban Persia, Romawi Timur, Mesir dan sebagainya

Kemajuan daulah abbasiyah dilatar belakangi oleh para khalifahnya yang sangat
mencintai ilmu pengetahuan. Sebagai terobosan, maka di bangunlah suatu perpustakaan besar
yang berfungsi selain sebagai pusat pendidikan ilmu agama dan ilmu pengetahuan juga
sebagai tempat penelitian para ilmuan pada masanya adapun perpustakaan tersebut di beri
nama baitul hikmah.

Bidang-bidang ilmu pengetahuan keagamaan berkembang pada masa ini yaitu: ilmu
hadist, ilmu tafsir, ilmu fiqih, tasawuf. Sedangkan dalam bidang-bidang ilmu pengetahuan
umum yang berkembang pada masa dinasti abbasiyah yaitu filsafat, ilmu kalam, ilmu
kedokteran, ilmu kimia, ilmu hisab, sejarah, ilmu bumi dan astronomi.

Pada beberapa dekade terakhir, daulah Abbasiyah mulai mengalami kemunduran,


terutama dalam bidang politiknya, dan akhirnya membawanya pada perpecahan yang menjadi
akhir sejarah daulah abbasiyah. Selain dari itu serangan seragan dari luar seperti halnya
serangan yang dilakukan oleh bangsa mongol turut berperan dalam mengakhiri masa ke
khilafahan daulan Abbasiyah.

B. Saran

28
Dengan selesainya makalah ini kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang ikut andil dalam penulisan makalah ini. Tak lupa kami menyadari bahwa dalam
penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu saran dan kritik yang
membangun selalu kami tunggu dan kami perhatikan.

Daftar Pustaka

 Armstrong, Karen. 2002. Islam : Sejarah Singkat. Yogyakarta : Penerbit Jendela


 Hassan, Hassan Ibrahim.1989. Sejarah dan Kebudayaan Islam. Yogyakarta.
 Hasimy, A. 1993. Sejarah Kebudayaan Islam. Jakarta : Bulan Bintang
 Nizar, Samsul. 2007. Sejarah Pendidikan Islam. Jakarta : Kencana
 Sunanto, Musyifah. 2003. Sejarah Islam Klasik. Jakarta : Kencana
 Syalabi, A. 1983. Sejarah dan Kebudayaan Islam Jilid 2. Jakarta: Pustaka Alhusna.
 Watt, W. Mongtomery.1990. Kejayaan Islam. Yogyakarta : Tiara Wacana

29
 Yatim, Badri. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Rajawali Press.

 http://pandidikan.blogspot.com/2010/04/sejarah-dinasti-abbasiyah.html

 http://priayangterinspirasi.wordpress.com/2011/12/04/makalah-spi-dinasti-abbasiyah/

30

Anda mungkin juga menyukai