Puji dan syukurpenulis panjatkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan penulisan makalah ini dengan baik
Makalah ini merupakan salah satu tugas yang kami susun untuk memenuhi tugas mata
kuliah sejarah peradaban islam . Adapun makalah ini menjelaskan mengenai sejarah
perkembangan Abbasiyah dari mulai bedirinya, sampai keruntuhannya..Yang mana
didalamnya memuat tentang salah satu perkembangan dan masa kejayan islam didunia.
Makalah ini mumgkin jauh dari sempurna,akan tetapi dalam makalah yang sederhana ini
diharapkan dapat bermanfa’at khususnya bagi kami yang menyusun umumnya bagi pembaca
sekalian.
Penyusun
1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR................................................................................................................1
DAFTAR ISI..............................................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN
A. Larat belakang................................................................................................................3
B. Tujuan penulisan...........................................................................................................3
C. Rumusan masalah...........................................................................................................4
BAB II PEMBAHASAN
B. Sistem Politik Pemerintahan dan Sistem Sosial pada masa dinasti abbasiyah..............6
BAB II PENUTUP
A. Kesimpulan..................................................................................................................28
B. Saran.............................................................................................................................29
Daftar Pustaka..........................................................................................................................30
2
BAB I
PEBDAHULUAN
A. Latar belakang
Sejarah tak ubahnya kacamata masa lalu yang menjadi pijakan dan langkah setiap
insan di masa mendatang. Seperti yang kita ketahui setelah tumbangnya kepemimpinan masa
khulafaurrasyidin maka berganti pula sistem pemerintahan Islam pada masa itu menjadi masa
daulah, dan dalam makalah ini akan disajikan sedikit tentang masa daulah Abbasiyah.
Dalam peradaban ummat Islam, Bani Abbasiyah merupakan salah satu bukti sejarah
peradaban ummat Islam yang terjadi. Bani Abbasiyah merupakan masa pemerintahan ummat
Islam yang memperoleh masa kejayaan yang gemilang. Pada masa ini banyak kesuksesan
yang diperoleh Bani Abbasiyah, baik itu dibidang Ekonomi, Politik, dan Ilmu pengetahuan.
Hal inilah yang perlu untuk kita ketahui sebagai acuan semangat bagi generasi ummat Islam
bahwa peradaban ummat Islam itu pernah memperoleh masa keemasan yang melampaui
kesuksesan negara-negara Eropa. Dengan kita mengetahui bahwa dahulu peradaban ummat
Islam itu diakui oleh seluruh dunia, maka akan memotifasi sekaligus menjadi ilmu
pengetahuan kita mengenai sejarah peradaban ummat Islam sehingga kita akan mencoba
untuk mengulangi masa keemasan itu kembali nantinya oleh generasi ummat Islam saat ini.
Dalam peradaban ummat Islam, Bani Abbasiyah merupakan salah satu bukti sejarah
peradaban umat Islam yang terjadi. Bani Abbasiyah merupakan masa pemerintahan ummat
Islam yang memperoleh masa kejayaan yang gemilang. Pada masa ini banyak kesuksesan
yang diperoleh Bani Abbasiyah, baik itu dibidang Ekonomi, Politik, dan Ilmu pengetahuan.
Hal inilah yang perlu untuk kita ketahui sebagai acuan semangat bagi generasi umat Islam
bahwa peradaban umat Islam itu pernah memperoleh masa keemasan yang melampaui
kesuksesan negara-negara Eropa.
B. Tujuan penulisan
3
C. Rumusan masalah
BAB II
4
PEMBAHASAN
Masa Daulah Abbasiyah adalah masa keemasan Islam, atau sering disebut dengan
istilah ‘’The Golden Age’’. Pada masa itu Umat Islam telah mencapai puncak kemuliaan, baik
dalam bidang ekonomi, peradaban dan kekuasaan. Selain itu juga telah berkembang berbagai
cabang ilmu pengetahuan, ditambah lagi dengan banyaknya penerjemahan buku-buku dari
bahasa asing ke bahasa Arab. Fenomena ini kemudian yang melahirkan cendikiawan-
cendikiawan besar yang menghasilkan berbagai inovasi baru di berbagai disiplin ilmu
pengetahuan. Bani Abbas mewarisi imperium besar Bani Umayah. Hal ini memungkinkan
mereka dapat mencapai hasil lebih banyak, karena landasannya telah dipersiapkan oleh
Daulah Bani Umayah yang besar. Menjelang tumbangnya Daulah Umayah telah terjadi
banyak kekacauan dalam berbagai bidang kehidupan bernegara; terjadi kekeliruan-kekeliruan
dan kesalahan-kesalahan yang dibuat oleh para Khalifah dan para pembesar negara lainnya
sehingga terjadilah pelanggaran-pelanggaran terhadap ajaran Islam, termasuk salah satunya
pengucilan yang dilakukan Bani Umaiyah terhadap kaum mawali yang menyebabkan ketidak
puasan dalam diri mereka dan akhirnya terjadi banyak kerusuhan .
Bani Abbas telah mulai melakukan upaya perebutan kekuasaan sejak masa Khalifah
Umar bin Abdul Aziz (717-720 M) berkuasa. Khalifah itu dikenal memberikan toleransi
kepada berbagai kegiatan keluarga Syiah. Keturunan Bani Hasyim dan Bani Abbas yang
ditindas oleh Daulah Umayah bergerak mencari jalan bebas, dimana mereka mendirikan
gerakan rahasia untuk menumbangkan Daulah Umayah dan membangun Daulah Abbasiyah.
Di bawah pimpinan Imam mereka Muhammad bin Ali Al-Abbasy mereka bergerak
dalam dua fase, yaitu fase sangat rahasia dan fase terang-terangan dan pertempuran. Selama
Imam Muhammad masih hidup gerakan dilakukan sangat rahasia. Propaganda dikirim ke
seluruh pelosok negara, dan mendapat pengikut yang banyak, terutama dari golongan-
golongan yang merasa ditindas, bahkan juga dari golongan-golongan yang pada mulanya
mendukung Daulah Umayah. Setelah Imam Muhammad meninggal dan diganti oleh anaknya
Ibrahim, pada masanya inilah bergabung seorang pemuda berdarah Persia yang gagah berani
dan cerdas dalam gerakan rahasia ini yang bernama Abu Muslim Al-Khurasani. Semenjak
masuknya Abu Muslim ke dalam gerakan rahasia Abbasiyah ini, maka dimulailah gerakan
dengan cara terang-terangan, kemudian cara pertempuran, dan akhirnya dengan dalih ingin
mengembalikan keturunan Ali ke atas singgasana kekhalifahan, Abu Abbas pimpinan
5
gerakan tersebut berhasil menarik dukungan kaum Syiah dalam mengobarkan perlawanan
terhadap kekhalifahan Umayah. Abu Abbas kemudian memulai makar dengan melakukan
pembunuhan sampai tuntas semua keluarga Khalifah, yang waktu itu dipegang oleh Khalifah
Marwan II bin Muhammad. Begitu dahsyatnya pembunuhan itu sampai Abu Abbas menyebut
dirinya sang pengalir darah atau As-Saffah. Maka bertepatan pada bulan Zulhijjah 132 H (750
M) dengan terbunuhnya Khalifah Marwan II di Fusthath, Mesir dan maka resmilah berdiri
Daulah Abbasiyah.
Dalam peristiwa tersebut salah seorang pewaris takhta kekhalifahan Umayah, yaitu
Abdurrahman yang baru berumur 20 tahun, berhasil meloloskan diri ke daratan Spanyol.
Tokoh inilah yang kemudian berhasil menyusun kembali kekuatan Bani Umayah di seberang
lautan, yaitu di keamiran Cordova. Di sana dia berhasil mengembalikan kejayaan
kekhalifahan Umayah dengan nama kekhalifahan Andalusia.
Dalam beberapa hal Daulah Abbasiyah memiliki kesamaan dan perbedaan dengan
Daulah Umayah. Seperti yang terjadi pada masa Daulah Umayah, misalnya, para bangsawan
Daulah Abbasiyah cenderung hidup mewah dan bergelimang harta. Mereka gemar
memelihara budak belian serta istri peliharaan (hareem). Kehidupan lebih cenderung pada
kehidupan duniawi ketimbang mengembangkan nilai-nilai agama Islam . Namun tidak dapat
disangkal sebagian khalifah memiliki selera seni yang tinggi serta taat beragama.
B. Sistem Politik Pemerintahan dan Sistem Sosial pada masa dinasti abbasiyah
Khalifah pertama Bani Abbasiyah, Abdul Abbas yang sekaligus dianggap sebagai
pendiri Bani Abbas, menyebut dirinya dengan julukan Al-Saffah yang berarti Sang
Penumpah Darah. Sedangkan Khalifah Abbasiyah kedua mengambil gelar Al-Mansur dan
meletakkan dasar-dasar pemerintahan Abbasiyah. Di bawah Abbasiyah, kekhalifahan
berkembang sebagai system politik. Dinasti ini muncul dengan bantuan orang-orang Persia
yang merasa bosan terhadap Bani Umayyah di dalam masalah sosial dan politik
6
diskriminastif. Khalifah-khalifah Abbasiyah yang memakai gelar ”Imam”, pemimpin
masyarakat muslim bertujuan untuk menekankan arti keagamaan kekhalifahan. Abbasiyah
mencontoh tradisi Umayyah di dalam mengumumkan lebih dari satu putra mahkota raja.
Ada beberapa sistem politik yang dijalankan oleh Daulah Abbasiyah, yaitu:
a. Para Khalifah tetap dari keturunan Arab murni, sedangkan pejabat lainnya
diambil dari kaum mawalli.
b. Kota Bagdad dijadikan sebagai ibu kota negara, yang menjadi pusat kegiatan
politik, ekonomi, sosial dan ataupun kebudayaan serta terbuka untuk siapa
saja, termasuk bangsa dan penganut agama lain.
c. Ilmu pengetahuan dianggap sebagai sesuatu yang mulia, yang penting dan
sesuatu yang harusdikembangkan.
Sedangkan Sistem Sosial Pada masa ini, sistem sosial adalah sambungan dari masa
sebelumnya (Masa Dinasti Umaiyah). Akan tetapi, pada masa ini terjadi beberapa perubahan
yang sangat mencolok, yaitu:
b. Kerajaan Islam Daulah Abbasiyah terdiri dari beberapa bangsa ang berbeda-
beda (bangsa Mesir, Syam, Jazirah Arab dll.)
7
politik, para sejarawan membagi masa pemerintahan dinasti Abbasiyah menjadi 5 periode,
yaitu:
1. Periode pertama (132 H-232 H / 750 M – 847 M) di sebut periode Persia pertama
Sebagaimana kita ketahui bersama bahwa pendiri dari Daulah Abbasiyah ini adalah Abu
Abbas As-Safah. Di awal pemerintahannya untuk mengukuhkan eksistensi kekhalifahan
Daulah Abbasiyah, maka Abu Abbas menerapkan kebijakan-kebijakan yang cukup tegas,
kebijakan itu adalah memusnahkan anggota keluarga daulah Bani Umayah, serta
menggunakan suatu agen rahasia yang berfungsi untuk mengawasi gerak dan gerik keturunan
Bani Umayah, bila perlu membunuhnya. Koordinator pelenyapan keluarga Bani Umayah itu
diserahkan kepada Abdullah pamannya Abu Abbas.
Perlakuan kejam itu tidak hanya kepada orang-orang Umayah yang masih hidup,
melainkan juga kepada mereka yang sudah meninggal, dengan cara mengeluarkan jenazah
mereka dan membakarnya. Sedangkan makam yang tidak digali, adalah makam Muawiyah
bin Abi Sufyan dan Umar bin Abdul Aziz Sehingga akhirnya menimbulkan banyak
pemberontakan, namun pemberontakan-pemberontakan yang ada dapat dipatahkan oleh Abu
Abbas. Setelah Abu Abbas meninggal dia diganti oleh Abu Jakfar Al-Mansur (754-775 M)
Abu Jakfar Al-Mansur adalah Khalifah Daulah Abbasiyah yang dikenal paling kejam.
Namun dialah yang paling berjasa dalam mengkonsolidasikan dinasti Abbasiyah sehingga
menjadi kuat dan kokoh, dia meletakkan dasar-dasar pemerintahan bani Abbasiyah dan tidak-
segan-segan melakukan tindakan tegas kepada pihak-pihak yang mengganggu
pemerintahannya.
Untuk menunjang langkah menuju masa kejayaan beberapa kebijakan penting yang
diambil oleh Al-Mansur yaitu memindahkan ibukota dari Kuffah ke Baghdad, sebuah kota
indah yang terdapat di tepi aliran sungai Tigris dan Eufrat. Sementara itu perbaikan juga
dilakukan di bidang administrasi pemerintahan yang disusun secara baik dan pengawasan
terhadap berbagai kegiatan pemerintah diperketat. Petugas pos-pos komunikasi dan surat-
menyurat ditingkatkan fungsinya menjadi lembaga pengawas terhadap para gubernur. Hal ini
dilakukan untuk mengantisipasi kemungkinan terjadinya gerakan separatis dan
pemberontakan. Tak urung gejala pemberontakan itu memang muncul di mana-mana,
misalnya beberapa daerah taklukan melepaskan diri. Namun demikian pemberontakan-
pemberontakan yang ada dapat dipatahkan oleh Khalifah Abu Jakfar Al-Mansur. Selain itu
8
salah satu kebijakan Al-Mansur adalah melakukan invasi dan perluasan daerah kekuasaan,
antara lain ke wilayah Armenia, Mesisah, Andalusia dan Afrika.
Puncak popularitas daulah ini berada pada zaman Khalifah Harun Al-Rasyid (786-809 M)
dan putranya Al-Makmun (813-833 M). Kedua penguasa ini lebih menekankan pada
pengembangan peradaban dan kebudayaan Islam ketimbang perluasan wilayah seperti pada
masa Daulah Umayah. Orientasi pada pembangunan peradaban dan kebudayaan ini menjadi
unsur pembeda lainnya antara dinasti Abbasiyah dan dinasti Umayah yang lebih
mementingkan perluasan daerah. Akibat kebijakan yang diambil ini, provinsi-provinsi
terpencil di pinggiran mulai terlepas dari genggaman mereka.
Ada dua kecenderungan yang terjadi. Pertama, seorang pemimpin lokal memimpin suatu
pemberontakan yang berhasil menegakkan kemerdekaan penuh seperti Daulah Umayah di
Andalusia (Spanyol) dan Idrisiyah (Bani Idris) di Marokko. Cara kedua, yaitu ketika orang
yang ditunjuk menjadi gubernur oleh Khalifah manjadi sangat kuat, seperti Daulah Aglabiah
(Bani Taglib) di Tunisia dan Tahiriyah di Khurasan.
Pada zaman Al-Mahdi, perekonomian meningkat. Irigasi yang dibangun membuat hasil
pertanian berlipat ganda dibanding sebelumnya. Pertambangan dan sumber-sumber alam
bertambah dan demikian pula perdagangan internasional ke timur dan ke barat dipergiat.
Kota Basra menjadi pelabuhan transit yang penting yang serba lengkap.
Tingkat kemakmuran yang paling tinggi adalah pada zaman Harun Al-Rasyid. Masa itu
berlangsung sampai dengan masa Al-Makmun. Al-Makmun menonjol dalam hal gerakan
intelektual dan ilmu pengetahuan dengan menerjemahkan buku-buku dari Yunani.
9
Sebagai respon dari kenyataan tersebut Khalifah Al-Wasiq (842-847 M) mencoba
melepaskan diri dari dominasi tentara Turki tersebut dengan memindahkan ibukota ke
Samarra, tetapi usaha itu tidak berhasil mengurangi dominasi tentara Turki.
Salah satu faktor penting yang merupakan penyebab Daulah Abbasiyah pada periode
pertama ini berhasil mencapai masa keemasan ialah terjadinya asimilasi dalam Daulah
Abbasiyah ini. Berpartisipasinya unsur-unsur non Arab, terutama bangsa Persia, dalam
pembinaan peradaban Baitul Hikmah dan Darul Hikmah yang didirikan oleh Khalifah Harun
Al-Rasyid dan mencapai puncaknya pada masa Khalifah Al-Makmun.
10
Yaitu semangat ini yang memberikan motivasi bagi pemeluknya, semangat ini telah
ditanamkan Rosulullah SAW dan para sahabatnya dari zaman awal perkmbangan Islam
sampai masa kejayaan samanat ini bersumber dari al-Qur’an dan hadits yang menjadi dasar
dalam membentuk peradaban Islam.
2. Faktor Eksternal
Yaitu faktor yang secara eksplisit mendukung terjadinya masa keemasan paradaban
Islam antara lain:
11
4) Al-Hadi (169-170 H / 785 – 786 M)
Dia memerintah hanya berlangsung 13 bula saja. Al—Hadi tiba-tiba tewas dalam
suatu peristiwa yang misterius sebagian sejarawan mencatatnya sebagai sebuah
kudeta yang cepat dan efektif. Pada masa pemerintahannya perngaruh Persia
berkembang pesat. Perayaan hari besar lainya diselenggarakan dengan ragam busana
Persia.
12
Dalam perkembangan ini disesuaikan dengan kebutuhan umat yang semakin hari semakin
besar dan semakin banyaknya umat Islam dari berbagai Negara. Maka dibuatlah sebuah
rancanangan organisasi dari tingkatan yang randah sampai kepada jabatan dan fungsi-fungsi
special, seperti departeman politik, ekonomi, keuangan, keamanan, jabatan perdana mentri,
sekretaris Negara, hakim, polisi, mariner, pejabat pos, pejabat cabinet presiden, pejabat
kebiner parlemen dan sebagainya.
Gerakan ilmu pengetahuan mula-mula melalui bahasa Arab sebagai bahasa pemersatu,
kemudian ke gerakan filsafat yang akhirnya lahir ilmu-ilmu lain seperti logika, kimia, filsafat,
kedokteran dan sebagainya. Para ilmuan dan ulama’ bebas mempelajari dan meluaskan ilmu
pengetahuan. Mereka dieri berbagai fasilitas oleh khalifah, bahkan deberi kebebasan keluar
masuk Istana untuk menggali dan berdiskusi mengenai berbagai ilmu pengetahuan.
Dibangunnya lembaga Baitul Hikmah yang menjadi pusat studi ilmu pengetahuan yang
memunculkan berbagai cabang ilmu dan ahlinya.
Pada masa dinasti Abbasiyah wilayah kekuasaan Islam amat luas meliputi wilayah yang
telah dikuasai oleh dinasti Umayyah antara lain, Hijaz, Yman Utara, Palestina, Libanon,
Mesir, dan sebagainya. Wilayah kekuasaaan uslam dari Hindia sampai ke Spanyol di Eropa.
Tidak bersifat aran oriented (fanatic pada keturunan arab), tetapi disamping bercorak arab
murni juga telah dipengaruhi dengan corak pemikiran peradaban Persia, Romawi Timur,
Mesir, dan sebagainya. Jadi masa dinasti Abbasiyah ukhuwah Islam bersifat pluralitik, tidak
memandang suku bangsa, bahasa, dan ras. Sehingga kursi jabatan tidak hanya dipegang
keturunan Arab asli.
f. Perkembangan Ekonomi
13
industri dan pertanian ini diperdagangkan ke berbagai wilayah kekuasaan Abbasiyah dan
Negara lain.
Karena industralisasi yang muncul di perkotaan ini, urbanisasi tak dapat dibendung
lagi. Selain itu, perdagangan barang tambang juga semarak. Emas yang ditambang dari Nubia
dan Sudan Barat melambungkan perekonomian Abbasiyah.
Perdagangan dengan wilayah-wilayah lain merupakan hal yang sangat penting. Secara
bersamaan dengan kemajuan Daulah Abbasiyah, Dinasti Tang di Cina juga mengalami masa
puncak kejayaan sehingga hubungan perdagangan antara keduanya menambah semaraknya
kegiatan perdagangan dunia.
g. Gerakan penerjemahan
Meski kegiatan penerjemahan sudah dimulai sejak Daulah Umayyah, upaya untuk
menerjemahkan dan menskrinsip berbahasa asing terutama bahasa yunani dan Persia ke
dalam bahasa arab mengalami masa keemasan pada masa DaulahAbbasiyah. Para
ilmuandiutus ke daeah Bizantium untuk mencari naskah-naskah yunanidalam berbagai ilmu
terutama filasafat dan kedokteran.
Pada masa ini, ada yang namanya Baitul hikmah yaitu perpustakaan yang berfungsi
sebagai pusat pengembagan ilmu pengetahuan. Pada masa Harun Ar-Rasyid diganti nama
menjadi Khizanah al-Hikmah (Khazanah kebijaksanaan) yang berfungsi sebagai
perpustakaan dan pusat penelitian. Pada masa Al-Ma’mun ia dikembangkan dan diubah
namanya menjadi Bait al-Hikmah, yang dipergunakan secara lebih maju yaitu sebagai tempat
penyimpanan buku-buku kuno yang didapat dari Persia, Bizantium, dan bahkan dari Ethiopia
dan India. Direktur perpustakaannya seorang nasionalis Persia, Sahl Ibn Harun. Di bawah
14
kekuasaan Al-Ma’mun, lembaga ini sebagai perpustakaan juga sebagai pusat kegiatan study
dan riset astronomi dan matematika.
Lahirnya berbagai cabang ilmu dan ahlinya dilator belakangi oleh sikap para khalifah
Abbasiyah yang sangat cinta pada ilmu, sehingga pada masa itu ilmu pengetahuan
berkembang pesat. Selain itu pertumbuhan dan perkembangan ilmu pengetahuan juga
didukung dengan proses asimilasi pengetahuan dasar bangsa lain yang telah memunculkan
intelektual-intelektual muslim yang ahli dalam berbagai bidang, antara lain:
15
Washil Ibnu Atho’
Abu Huzail Al-Allat
Abu Hasan al-As’ari
a) Ilmu Kedokteran
Ar-Rozi, tokoh pertama yang membedakan antara penyakit cacar dan Measles.
Dia juga orang pertama yang menyusun kedoteran anak.
Ibnu Shina, dengan bukunya Al-Qinun Al-Thib yang dikenal de barat dengan
“The Canon Of Mediore”
16
Al Ibnu Rabban, dokter pertama yang terkenal dengan bukunya Firdaus Al-
Hikmah
b) Ilmu Filsafat
Al-Hindi, buku karangannya sebanyak 236 judul. Selain itu Ia juga menulis
ulasan-ulasan atas buku Aristotels yang berbeda, diantarany, pengantar atau menulis
logika menurut pikirannya endiri.
Al-Farabi, guru dari Ibnu Shina dan Ibnu Rusyd. Ia memiliki karya sebanyak 12
buah, diantaranya banyak tentang filsafat, logoka, jiwa, kenegaraan, etika dan
interpretasi terhadap filsafat Aristoteles.
Al-Ghozali (Hujjatul Islam), sebesar tokoh pemikir Islam dan sekaligus tokoh
pemikir kemanusiaan. Teorinya yang terkenal tentang kelemahan akal dalam
bukunya Tahafut Al-Falasifah.
Ibnu Rusyd, ahli filosof Aristoteles. Dia mengarang kitab Tahafufh Al-Tahafuth
sebagai bentuk bantahan terhadap karya Al-Ghazali Tahafut Al-Falasifah.
c) Ilmu Astronomi
Al-Battani, yang berhasil membuat daftar tabel Sinus, tangen, dan Kotangen dari
0-90 derajat secara cermat.
Al-Biruni, cendekiawan dan sainitis Islam terkemuka masa kejayaan Islam.
Sarjana yang paling besar sepanjang masa.
Al-fazhari, orang pertama yang mengerjakan astrolog
Al-farghani, karya yang utama yaitu al-mudkhila Ilmu Hayai Al-Aflal. .
17
Al-mashudi, sejarawan dan ahli georafi, kitabnya Muruj al-Dahab wa Madan al-
Jawahar adalah catatan tentang pengalaman pengembaraannya dan mengamatannya.
f) Ilmu Kimia
Jabir bin Hayyan, ahli kimia dari kuffah yang merupakan bapak modern . dia
mendirikan sebuah leboraturium di Kuffah dan ebrhasil menemukan beberapa bahan
kimia dan menulis sejumlah buku tentang kimia
2. Periode kedua (232 H – 331 H / 847M – 945 M) disebut masa pengaruh Turki
Pertama
Akibat adanya persaingan internal di kalangan tentara Turki, mereka memang mulai
melemah. Mulailah Khalifah Ar-Radi menyerahkan kekuasaan kepada Muhammad bin Raiq,
Gubernur wasit dari Basra. Di samping itu, Khalifah memberinya gelar Amirul Umara
(Panglima para panglima). Meskipun demikian, keadaan Bani Abbas tidak menjadi lebih
baik. Dari dua belas Khalifah pada periode ini, hanya empat orang yang wafat dengan wajar,
selebihnya, kalau tidak dibunuh, mereka digulingkan dengan paksa.
18
Faktor-faktor penting yang menyebabkan kemunduran Bani Abbas pada periode ini adalah
sebagai berikut,:
3. Periode ketiga (334 H- 447 H / 947 M – 1055 M) disebut masa kekuasaan dinasti
Buwaihi dalam pemerintahan khalifah Abbasiyah yang biasa disebut masa pengaruh
Persia Kedua
Posisi Daulah Abbasiyah yang berada di bawah kekuasaan Bani Buwaihi merupakan
ciri utama dari periode ketiga ini. Keadaan Khalifah lebih buruk ketimbang di masa
sebelumnya, lebih-lebih karena Bani Buwaihi menganut aliran Syiah. Akibatnya kedudukan
Khalifah tidak lebih sebagai pegawai yang diperintah dan diberi gaji. Sementara itu Bani
Buwaihi telah membagi kekuasaannya kepada tiga bersaudara. Ali menguasai wilayah bagian
selatan negeri Persia, Hasan menguasai wilayah bagian utara, dan Ahmad menguasai wilayah
Al-Ahwaz, Wasit dan Baghdad. Dengan demikian Baghdad pada periode ini tidak lagi
menjadi pusat pemerintahan Islam, karena telah dipindah ke Syiraz di mana berkuasa Ali bin
Buwaihi yang memiliki kekuasaan Bani Buwaihi.
Dalam bidang ilmu pengetahuan, Daulah Abbasiyah masih terus mengalami kemajuan
pada periode ini. Pada masa inilah muncul pemikir-pemikir besar seperti Al-Farabi (870-950
M), Ibnu Sina (980-1037 M), Al-Biruni (973-1048 M), Ibnu Misykawaih (930-1030 M) dan
kelompok studi Ikhwan As-Safa. Bidang ekonomi, pertanian, dan perdagangan juga
mengalami kemajuan. Kemajuan itu juga diikuti dengan pembangunan kanal, mesjid dan
rumah sakit. Patut dicatat pula bahwa selama masa Bani Buwaihi berkuasa di Baghdad, telah
terjadi beberapa kali bentrokan sosial aliran ahlu sunnah dan syiah, dan pemberontakan
tentara.
19
4. Periode keempat (447 H – 590 H / 1055 M – 1194 M) disebut masa kekuasaan
dinasti Saljuk dalam pemerintahan khalifah Abbasiyah yang biasa disebut masa
pengaruh Turki kedua
Dalam bidang politik, pusat kekuasaan juga tidak terletak di kota Baghdad. Mereka
membagi wilayah kekuasaan menjadi beberapa propinsi dengan seorang Gubernur untuk
mengepalai masing-masing propinsi tersebut. Pada masa pusat kekuasaan melemah, masing-
masing propinsi tersebut memerdekakan diri. Konflik-konflik dan peperangan yang terjadi di
antara mereka melemahkan mereka sendiri, dan sedikit demi sedikit kekuasaan politik
Khalifah menguat kembali, terutama untuk negeri Irak. Kekuasaan mereka tersebut berakhir
di Irak di tangan Khawarizm Syah pada tahun 590 H/ 1199 M.
5. Periode kelima (590 H – 656 H / 1194 M – 1258 M) disebut masa khalifah bebas dari
pengaruh dinasti lain akan tetapi kekuasaaanya hanya efektif di sekitar Bagdad yng
berimbas pada kemunduran dinasti abbasiah
20
periode kedua. Namun demikian, faktor-faktor penyebab kemunduran ini tidak datang secara
tiba-tiba. Benih-benihnya sudah terlihat pada periode pertama, hanya karena Khalifah pada
periode ini sangat kuat, benih-benih itu tidak sempat berkembang. Dalam sejarah kekuasaan
Bani Abbas terlihat bahwa apabila Khalifah kuat, para menteri cenderung berperan sebagai
kepala pegawai sipil, tetapi jika Khalifah lemah, mereka akan
berkuasa mengatur roda pemerintahan.
Dinasti Abbasiyah didirikan oleh Bani Abbas atau Al-Mansur 754 M, yang bersekutu
dengan Persia, karena persamaan nasib diantara kedua bangsa itu yang pada masa dinasti
Umayyah sama-sama tertindas. Dan setelah dinasti Abbasiyah berdiri kecenderungan untuk
berkuasa diantara kedua bangsa itu muncul.
Para menteri yang suka menghambur-hamburkan uang dan mengambil keuntungan dari
pungutan pajak uang rakyat, tanpa memberikannya pada khalifah Al-Muqtadir 903-932 M.
Sedangkan kebutuhan negara semakin meningkat, tentara dan penjaga sangatlah banyak.
Mereka menuntut gaji dan keadaan pun semakin kacau.
3. Konflik keagamaan
Sebab-sebab pecahnya dinasti dan pemisahan dinasti-dinasti kecil karena penguasa bani
Abbasiyah lebih mementingkan pada pembinaan peradaban dan kebudayaaan dari pada
politik, persaingan antar bangsa, terutama Arab, Persia, dan Turki. Luasnya wilayah
kekuasaan daulah Abbasiyah, sementara komunikasi pusat dengan daerah sulit dilakukan, dan
21
juga karena dipengaruhi oleh paham keagamaan seperti Sunni, Syi’ah, Mu’tazilah, dan
lainnya. Akibat dari beberapa faktor itulah banyak provinsi-provinsi tertentu di pinggiran
mulai lepas dari kekuasaan Abbasiyah, diantaranya ialah:
Pada masa khalifah Al-Ma’mun, terdapat jenderal yang bermata satu, yakni Thahir
ibn Al-Husain dari Khurasan yang secara gemilang berhasil mengalahkan balatentara Al-
Amin. Lalu, khalifah Al-Ma’mun mengangkatnya sebagai gubernur di sebelah timur
Baghdad, dengan pusat kekuasaannya di Khurasan pada tahun 820 M. Setelah Thahir
meninggal, para keturunannya yang memisahkan diri dari dinasti Abbasiyah dan memperluas
kekuasaan hingga India, dan memindahkan pusat ibukota ke Naisabur.
Dinasti ini didirikan oleh Ya’qub ibn Al-Laits Al-Shaffar yang suka merampok dan
menjadi kegemarannya, dia berhasil memperluas wilayahnya hampir ke seluruh Persia dan
kawasan pinggiran India. Dinasti ini yang dihancurkan oleh dinasti Thahiriyah.
Pendiri dinasti ini adalah Nashr ibn Ahmad dan dia seorang yang menganut ajaran
Zoroaster dari Balkh, dari saudaranya Ismail dan putranya Nashr II dinasti ini berhasil
memperluas wilayah antara Bukhara, Samarkand, Tabaristan, dan Karman. Dinasti ini juga
yang berhasil menakhlukkan dinasti Safariyah.
Ahmad ibn Thulun yang mendirikan dinasti ini, dan pada tahun 868 M Ahmad pergi
ke Mesir sebagai pimpinan tentara untuk gubernur Mesir, dan pada masa pemberontakan
Zang dia diminta untuk membantu khalifah Al-Muwaffaq mengatasinya. Dari sini dia
berusaha untuk memerdekakan diri dari dinasti Abbasiyah, dan mendirikan kedaulatan di
lembah sungai Nil, Mesir. Ibn Thulun membentuk organisasi militer yang sangat ketat dan
membangun pangkalan angkatan laut di Acre. Dinasti Thulun juga berjasa atas kesejahteraan
rakyat Mesir dan ilmu pengetahuan, tetapi kemunculan dinasti ini diikuti oleh dinasti-dinasti
22
di wilayah Turki dan banyak para penyusup dari Turki, pada akhirnya dinasti Thulun ini
sedikit demi sedikit mulai melemah dan berhasil direbut oleh Abbasiyah lagi.
Alptigin adalah seorang budak Turki yang dipromosikan sebagai gubernur di Khurasan
oleh penguasa Samaniyah, tetapi karena sudah tidak disukai oleh penguasa baru dia pergi ke
perbatasan sebelah timur kerajaan. Di sinilah dia memulai membentuk pasukan dan
mendirikan kerajaan yang kemudian berkembang menjadi dinasti Ghazwaniyah yang
kekuasaannya meliputi Afghanistan dan Punjab.
Dinasti ini dibangun oleh tiga bersaudara, yaitu Ali bin Buwaihi, Hasan bin Buwaihi,
dan Ahmad bin Buwaihi. Dinasti ini membentang antara Irak dan Iran, perjalanan dinasti
Buwaihi mengalami perkembangan pesat ketika dinasti Abbasiyah mulai melemah, dan
mengalami kemunduran dengan adanya dinasti Saljuk.
Dari kekacauan Sunni-Syiah, masuklah seorang kepala suku bernama Saljuk dari
Turkistan dan berfaham Sunni ke Bukhara, pelan-pelan Saljuk dan pasukannya
menakhlukkan Samaniyah, Ghazwaniyah, dan Khawarizm. Karena persenjataan pasukan
Turki yang semakin bertambah pesat, Saljuk memperluas wilayahnya sampai Asia barat. Dan
di bawah kekuasaan Maliksyah 1072-1092 M, wilayah kekuasaan Saljuk membentang dari
ujung Turki sampai Yerussalem, dan dari Konstantinopel hingga laut Kaspia.
Dinasti yang menganut Syi’ah ini didirikan oleh Hamdan ibn Hamdun dari suku
Taghlib, dinasti ini didirikan di Mesopotamia dan beribukota di Mosul. Kekuasaan ini
dipimpin oleh Syaif Ad-Daulah, dan dia mempunyai hubungan yang sangat baik dengan
penguasa Bizantium, sehingga Syaif Ad-Daulah bisa berhasil menguasai Suriah utara dan
merebut Aleppo dari kekuasaan Iksidiyah. Dinasti ini juga berhasil mengembangkan ilmu
pengetahuan. Tetapi putranya, Sa’id Ad-Daulah, merupakan seorang pengikut Fatimiyah di
Mesir, pada saat terjadi perpecahan dalam negeri dan terjadi perebutan antara kerajaan
23
Bizantium dan dinasti Fatimiyah. Sa’id Ad-Daulah menyerahkan kekuasaannya kepada
dinasti Fatimiyah
Pusat pemerintahan dinasti ini ada di kawasan Kairo, wilayah kekuasaannya meliputi
kawasan Mesir, Suriah, dan Yaman. Dinasti ini didirikan Shalahuddin Al-Ayyubi, dia telah
berhasil menakhlukkan kekhalifaan Fatimiyah dan mengusir tentara salib dari Baitul Maqdis,
dia juga yang mendorong kemajuan dibidang agama dan pendidikan. Berakhirnya dinasti ini
ditandai dengan meninggalnya Sultan terakhir, Malik Al-Asyraf Muzaffrudin.
5. Perang Salib yang berlangsung beberapa gelombang atau periode dan menelan
banyak korban.
6. Serangan Bangsa Mongol ke kota bagdad
Khalifah Al-Muktasim, Khalifah Daulah Abbasiyah yang paling akhir, beserta seluruh
putra-putranya dan semua pembesar-pembesar kota Baghdad mati dibunuh semuanya oleh
tentara Mongol. Sebagian besar penduduk kota itu disembelih laksana binatang saja. Sesudah
itu mereka merampas harta benda penduduk dan melakukan perbuatan-perbuatan kejam dab
ganasnya tiada terperikan. Sekalian isi istana dan perbendaharaan negara mereka rampas
semuanya. Istana dan gedung-gedung yang indah, madrasah dan mesjid-mesjid yang
mengagumkan mereka rusak. Buku-buku pengetahuan yang tak ternilai harganya, mereka
lemparkan ke dalam sungai Tigris sehingga hitam lantaran tinta yang luntur. Mereka
membakar di sana-sini sehingga api mengamuk di seluruh kota. Peristiwa kekejaman ini
24
berlaku sampai 40 hari lamanya. Di atas bumi kota Baghdad, tak ada lagi yang kelihatan,
selain dari tumpukan bara hitam yang masih berasap.
Puncak runtuhnya dinasti ini terjadi kira-kira 656 H/1258 M pada akhir kekhalifahan
Al-Mu’tasim Billah, diawali dari para pembangkang dan para pemberontak yang tidak rela
dan tidak terima dengan kepemimpinan bani Abbasiyah, kelompok-kelompok separatis pun
mulai ikut bermunculan. Ditambah lagi dari serangan bangsa Mongol yang kejam dan ingin
menguasai wilayah dinasti Abbasiyah. Dengan kematian Al-Muktasim lenyaplah Daulah
Abbasiyah dari bumi ini, berkubur dalam bumi kota Baghdad yang telah hangus di bawah
runtuhan gedung-gedung dan istana.Dalam masa lima abad lamanya, yakni sejak dari Abu
Abbas As-Safah memerintah pada 750 M sampai hari mangkatnya Al-Muktasim pada 1258
M, telah ada 37 orang Khalifah menduduki singgasana Daulah Abbasiyah.
a. Bani abbas(750-932M)
25
10. Khalifah Al-Mutawakkil (847-861 M)
26
28. Khalifah Al-Mustazhir (1074-1118 M)
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dinamakan khilafah bani Abbasiyah karena para pendiri dan penguasanya adalah
keturunan al Abbas paman Nabi Muhammad SAW. Dinasti ini didirikan oleh Abdullah al-
Saffah ibn Muhammad ibn Ali ibn Abdullah ibn Abbas. Berdirinya Dinasti ini tidak terlepas
dari keamburadulan Dinasti sebelumnya, dinasti Umaiyah. Pada mulanya ibu kota negera
adalah al-Hasyimiyah dekat kufah. Namun untuk lebih memantapkan dan menjaga setabilitas
Negara al-Mansyur memindahkan ibu kota Negara ke Bagdad. Dengan demikian pusat
pemerintahan dinasti Abasiyah berada di tengah-tengah bangsa Persia. Al-Mansyur
melakukan konsolidasi dan penertiban pemerintahannya. Dia mengangkat sejumlah personal
untuk menduduki jabatan di lembaga eksekutif dan yudikatif.
27
Kemajuan dinasti Abbasiyah juga dilatar belakangi oleh sikap para khalifah yang
sangat menjunjung tinggi ilmu pengetahuan, adanya persamaan terhadap seluruh warga
negara (tidak memandang suku, bangsa, ras) serta keterbukaan terhadap budaya asing yang
masuk sehingga pada awal periode dinasti ini telah mengalami kemajuan sehingga mencapai
puncaknya pada masa khalifah Harun Ar-Rosyid.
Kemajuan daulah abbasiyah dilatar belakangi oleh para khalifahnya yang sangat
mencintai ilmu pengetahuan. Sebagai terobosan, maka di bangunlah suatu perpustakaan besar
yang berfungsi selain sebagai pusat pendidikan ilmu agama dan ilmu pengetahuan juga
sebagai tempat penelitian para ilmuan pada masanya adapun perpustakaan tersebut di beri
nama baitul hikmah.
Bidang-bidang ilmu pengetahuan keagamaan berkembang pada masa ini yaitu: ilmu
hadist, ilmu tafsir, ilmu fiqih, tasawuf. Sedangkan dalam bidang-bidang ilmu pengetahuan
umum yang berkembang pada masa dinasti abbasiyah yaitu filsafat, ilmu kalam, ilmu
kedokteran, ilmu kimia, ilmu hisab, sejarah, ilmu bumi dan astronomi.
B. Saran
28
Dengan selesainya makalah ini kami mengucapkan banyak terima kasih kepada semua
pihak yang ikut andil dalam penulisan makalah ini. Tak lupa kami menyadari bahwa dalam
penulisan makalah ini masih jauh dari kesempurnaan, untuk itu saran dan kritik yang
membangun selalu kami tunggu dan kami perhatikan.
Daftar Pustaka
29
Yatim, Badri. 2008. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Rajawali Press.
http://pandidikan.blogspot.com/2010/04/sejarah-dinasti-abbasiyah.html
http://priayangterinspirasi.wordpress.com/2011/12/04/makalah-spi-dinasti-abbasiyah/
30