Diajukan sebagai Salah Satu Tugas Terstruktur pada Mata Kuliah Hadist dan Ilmu
Hadist
MAKALAH
Oleh
BANDUNG
2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Segala ucapan, perbuatan, ketetapan bahkan apa saja yang dilakukan oleh Rasulullah
SAW menjadi uswah bagi para sahabat dan umat islam yang kita kenal sebagai hadits. Pada
masa Rasulullah masih hidup, hadits belum mendapat perhatian dan sepenuhnya seperti Al-
Qur’an. Para sahabt khususnya yang mempunyai tugas istimewa menghafal Al-Qur’an, selalu
mencurahkan tenaga dan waktunya untuk mengabadikan ayat-ayat al-Qur’an di atas alat-alat
yang mungkin dipergunakannya. Tetapi tidak demikian dengan al-Hadits, walaupun para
sahabat memerlukan petunjuk-petunjuk dan keterangan dari Nabi saw dalam menafsirkan dan
melaksanakan ketentuan-ketentuan dalam Al-Qur’an mereka belum membayangkan bahaya
yang dapat mengancam generasi mendatang selama hadits belum diabadikan dalam tulisan.
Baru setelah beberapa dekade usai wafatnya Nabi saw, muncul inisiatif-inisiatif untuk
menulis hadits. Penulisan hadits ini pun dilaksanakan melalu secara bertahap, seiring dengan
makin banyaknya sahabat yang wafat penulisan hadits makin dilakukan guna menghindari
adanya kerancuan pendapat bagi generasi umat islam setelahnya dalam memecahkan
permasalahan.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana perkembangan hadist pada masa Sahabat ?
2. Bagaimana perkembangan hadist pada masa Tabi’in ?
C. Tujuan
1. Mengetahui bagaimana perkembangan periwayatan hadits pada masa Sahabat.
2. Mengetahui bagaimana perkembangan periwayatan hadits pada masa Tabi’in.
BAB II
PEMBAHASAN
التكقبو اعىّن سيئا غري القران مفن كتب عىّن سيئا غري القر ان فلميح
Artinya: jangan menulis apa-apa selain Al-Qur’an dari saya, barang siapa yang menulis
dari saya selain Al-Qur’an hendaklah menghapusnya”. (Hr. Muslim dari Abu Sa;id Al-
Khudry).
Namun disamping itu, ada hadits yang membolehkan dalam penulisannya yaitu:
3. Masa Pemerintahan Usman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib
Sikap kehati-hatian sahabat Abu Bakar dan Umar bin Khattab, juga diikuti oleh
Ustman bin Affan dan Ali bin Abi Thalib. Dalam sebuah atsar disebutkan bahwa Ali
bin Abi Thalib tidak menerima hadist sebelum yang meriwayatkan itu disumpah. Pada
masa ini juga belum ada usaha secara resmi untuk menghimpun hadist dalam suatu
kitab halnya Al-Qur’an, hal ini disebabkan karena:
a. Agar tidak memalingkan perhatian umat Islam dalam mempelajari Al-Qur’an.
b. Para sahabat yang banyak menerima hadist dari Rasul SAW sudah tersebar ke
berbagai daerah kekuasaan Islam.
A. Simpulan
Adapun cara periwayatan hadits pada masa sahabat terbagi menjadi dua yaitu:
Periwayatan Lafdzi (Redaksi sama persis dengan Rasulullah) dan Periwayatan Maknawi
(Redaksi tidak sama persis akan tetapi makna&intinya sama). Pada masa sahabat belum
ada penulisan hadits secara resmi sebab dikhawatirkan bercampur dengan Al-Qur’an dan
umat islam lebih difokuskan untuk mempelajari Al-Qur’an. Begitu juga pada masa
Tabi’in, yang mengikuti jejak para sahabat, periwayatan haditsnya pun tidak jauh
berbeda. Hanya saja pada masa ini Al-Qur’an sudah dikumpulkan dalam satu mushaf.
Pada masa tabi’in timbul usaha yang lebih sungguh-sungguh untuk mencaridan
meriwayatkan hadits. Apalagi sejak semakin maraknya hadits-hadits palsu yang muncul
dari beberapa golongan untuk kepentingan politik.
DAFTAR PUSTAKA
Azami, Muhammad Mustafa. 2000. Studes in Early Hadith Literature. Ali Mustafa Ya’qub.
Jakarta: Pustaka Firdaus. .
Mudasir. 1999. Ilmu Hadis. Bandung: Pustaka Setia
Rumtianing, Irma, dkk. 2005. Pokok-pokok Ilmu Hadits. Ponorogo: STAIN Ponorogo Press.
Suparta. Munzier. 2002. Ilmu Hadits. Jakarta: PT Raja Grasindo Persada.