Anda di halaman 1dari 3

Tugas Ke-3 MK Ilmu Hadits

Nama :Mohamad Yusuf Efendi


Kelas :A34
NIM :2281131667
Tema/Materi :Hadist Pra Kodifikasi
Hasil Resume : dapat dilihat di bawah ini.

HADIST PADA MASA ROSULULLAH


Hadist merupakan suatu informasi yang memiliki metodologi khusus dalam
menentukan keotentikan periwayatnya, metodologi yang pertama digunakan adalah
metodologi ulumul hadits, metode ini memiliki peran sebagai acuan para sahabat dalam
meriwayatkan dan mencatat hadis, namun di masa awal ini hasil dari rumusan dan kaidahnya
hanya sebatas di ingat oleh ulama hadis tanpa membukukan, penggunaanya berakhir sampai
abad ke-2.
beralih ke abad ke 3 mulailah ketentuan-ketentuan dan rumusan-rumusan hadis mulai
dibukukan meski masih bersifat parsial. Lalu di abad ke-4 dan 5 mulailah di tulis kitab-kitab
yang membahas khusus ilmu hadits yang bersifat komprehensif. Dan di abad-abad
selanjutnya sudah banyak bermunculan karya-karya dibidang ilmu hadist yang menjadi
refrensi para ulama hadist saat ini.
SHAHIFAH ATAU CATATAN HADITS PADA MASA ROSUL
Pada abad pertama para sahabat dan tabiin senior memiliki sikap ambiven tentang
penulisan hadist, khawatir akan menyaingi Al-Quran pada masa berikutnya, namun mereka
tetap menyimpan naskah-naskah yang dinamakan sebagai suhuf (berasal dari tunggalnya
shahifah).

Sayangnya keberadaan suhuf yang asli ini telah banyak yang hilang di masa khalifah
umar bin abdul aziz, walaupun ada sebagian yang masih survive seperti shahifah hammam bin
munabbih yang memperkenalkan sumber informasinya ketika meriwayatkan hadist dengan
sebutan sanad atau isnad, yakni guru yang melalui mereka seorang kolektor hadits sampai
kepada nabi Muhammad SAW.
CARA SAHABAT MENERIMA HADIST
Para sahabat adalah pioner tongkat estafet pertama dalam penyebaran hadits-hadits
nabi, adapun hadist yang diterima oleh sahabat cepat menyebar ke masyarakat dikarenakan
para sahabat berlomba mendapatkan hadist nabi kemudian langsung menyampaikan kepada
orang lain. Ada beberapa cara para sahabat menerima hadits yaitu:
1. Secara langsung dari nabi
a. Melalui peristiwa-peristiwa yang terjadi dari nabi dengan menjelaskan hukumnya di
kalangan kaum muslimin melalui saksi primer.
b. Melalui kejadian dan peristiwa yang di alami sahabat lalu mereka menyaksikan tindakan
yang dilakukan Rosulullah .
2. Secara Tidak Langsung
Dalam hal ini para sahabat mendengar, melihat atau menyaksikan segala sesuatu yang
berkaitan dengan Nabi SAW.Walaupun status mereka sebagai saksi sekunder.

HADITS PADA MASA SAHABAT


Periode sejarah perkembangan hadits khususnya pada masa khulafa al-rasyidun
dikenal dengan periode membatasi hadits dan menyedikitkan riwayat, dikarenakan fokus
perhatian para sahabat kepada pemeliharaan dan penyebaran Al-Quran, sehingga
periwayatan hadits pun kurang dapat perhatian. Berikut uruaian tentang periwayatan hadits
oleh para sahabat antara lain:
1. Abu-Bakar Ash-Shiddiq
Pada pemerintahan Abu Bakar periwayatan hadist dilakukan dengan sangat hati-hati
hal ini ditunjukan dengan tindakan konkrit beliau yaitu membakar catatan-catatan hadits yang
dimilikinya, hal ini dilakukanya karena beliau khawatir berbuat salah dalam meriwayatkan
hadis, sehingga tidak mengherankan jika hadits yang diriwayatkanya tidak banyak.
2. Umar Ibn-Khattab
Sikap kehati-hatian Umar bin khattab dalam menjaga keontetikan hadits ini sama
halnya dengan Abu Bakar. Hal ini dibuktikan ada seorang sahabat bernama Abu Salamah
menanyai Abu Hurairah, Apakah ia banyak meriwayatkan hadits dimasa umar, lalu menjawab
“sekiranya aku meriwayatkan hadits dimasa Umar bin Khattab seperti aku meriwayatkanya
kepadamu, niscaya Umar akan mencambukku dengan cambuknya.”
Umar bin khattab adalah sahabat yang sangat berhati-hati dalam meriwayatkan
hadits, beliau tidak mau meriwayatkan hadits apabila tidak disaksikan oleh sahabat lainya. Hal
ini dilakukan umar karena pada masa pemerintahan beliau naskah Al-Quran masih sedikit
sehingga yang ditakutkan umat islam yang baru memeluk islam tidak bisa membedakan
antara Al-Quran dan Hadits.
3. Utsman bin Affan
Pada masa pemerintahan Utsman periwayatan hadits tidak sekeras masa khalifah
sebelumnya, hal ini disebabkan pribadi utsman yang tidak sekeras khalifah sebelumnya, juga
serta wilayah islam yang semakin luas yang menyebabkan kesulitan pengendalian kegiatan
periwayatan hadits.
4. Ali bin Abi Thalib
Khalifah Ali bin Abi Thalib dalam meriwayatkan hadits tidak jauh berbeda dengan para
khalifah sebelumnya, artinya Ali tetap berhati-hati dalam meriwayatkan hadits. Hal ini
dibuktikan dengan sebuah Atsar yang menyatakan bahwa Ali r.a tidak menerima hadits
sebelum yang meriwayatkanya di sumpah.
Ali bin Abi Thalib merupakan sahabat yang cukup banyak meriwayatkan hadits
diantaranya diriwayatkan berbentuk lisan dan juga bentuk tulisan (catatan). Ali juga
merupakan periwayat hadist terbanyak jika dibandingkan dengan ketiga khalifah sebelumnya.
CARA SAHABAT MENYAMPAIKAN HADITS
Hadist nabi yang disampaikan oleh sahabat kepada periwayat lebih banyak berbentuk lisan.
Dalam hal ini transfer hadist dari sahabat dapat ditempuh dengan dua cara:
1. Periwayatan Secara Lafal
Periwayatan secara lafal adalah periwayatan yang redaksi atau matanya persis yang
diperoleh dari Rosulullah SAW. Maksudnya para sahabat yang meriwayatkan hadist harus
sesuai dengan lafadz yang disampaikan oleh Nabi SAW.
2. Periwayatan Secara Makna

Periwayatan Secara Makna adalah periwayatan hadits dengan perubahan dari segi
lafal, mereka yang meriwayatkan hadits ini menyampaikan dengan Bahasa mereka sendiri.
HADITS PADA MASA THABIIN
Periwayatan hadist dari para thabiin ini tidak jauh beda dengan dilakukan oleh para
sahabat , yang membdakan adalah persoalan yang di hadapi sudah berbeda dengan para
sahabat dimana pada masa ini Al-Quran sudah di susun dalam satu mushaf, sehingga pilihan
mereka harus belajar kepada para ahli hadis yang menyebar di berbagai wilayah kekuasaan
islam. Adapun pusat pembinaan hadist dilakukan di kota-kota seperti Madinah, Makkah,
Kuffah, Syam, mesir, Maghrib dan Andalas.
PERGOLAKAN POLITIK DAN PEMALSUAN HADITS

Pergolakan ini terjadi pada masa sahabat yaitu ketika kekuasaan dipegang oleh Ali
bin Abi Thalib dengan terpecahnya umat islam menjadi beberapa kelompok, sehingga dari
pergolakan politik tersebut memberi pengaruh terhadap perkembangan hadis berikutnya.
Pengaruh negatifnya berupa munculnya beberapa hadits palsu (Maudhu’) , sedang pengaruh
positifnya berupa lahirnya rencana dan usaha yang mendorong diadakanya kodifikasi sebagai
upaya penyelamatan pemalsuan dan pemusnahan dampak dari pergolakan politik pada masa
itu.
:

Anda mungkin juga menyukai