menjadi tujuh
periode sejak periode Nabi Muhammad SAW hingga sekarang yang akan
dipaparkan sebagai berikut.
Masa wahyu dan pembentukan hukum (pada zaman Rasulullah: 13 SH-11 SH)
Periode ini disebut Ash Al-Wahyi wa At-Taqwin yaitu masa turunnya
wahyu dan pembentukan masyarakat islam. Pada periode inilah, hadits lahir
berupa sabda (aqwal), afal dan taqrir Nabi yang berfungsi menerangkan alQuran untuk menegakkan syariat islam dam membentuk masyarakat islam.
Para sahabat menerima hadits secara lansung dan tidak langsung.
Penerimaan wahyu secara langsung misalnya, saat nabi memberi ceramah,
khotbah, atau penjelasan terhadap pertanyaan para sahabat. Adapun
penerimaansecara tidak langsung adalah mendengar dari sahabat-sahabat
lain atau dari utusan-utusan, baik dari utusan-utusan yang dikirim ke daerah
atau utusan-utusan yang dikirim kepada nabi.
Dalam menyampaikan hadits-haditsnya nabi menempuh beberapa cara
yaitu.
untuk
yang
berhubungan
dengan
keluarga
nabi
kepada umatnya.
e. Perbuatan langsung yang dilihat oleh para sahabat yaitu tentang
jalannya musyahadah, yaitu pada muamalah dan pellaksanaan ibadah.
Pada zaman Rasulullah terdapat hadist masih belum pernah dituliskan
karena:
a. Nabi sendiri pernah malarangnya, kecuali bagi sahabat-sahabat tertentu
yang diizinkan beliau sebagai catatan pribadi. Hal tersebut dilakukan jika
prasarana yang dilakukan untuk membukukan hadits sangat sederhana
yaitu dari pelepah kurma yang dikhawatirkan akan sulit membedakan
antara al-quran dan hadits.
b. Rasulullah berada ditengah-tengah umat islam sehingga dirasa tidak
perlu dituliskan pada masa tersebut.
c. Kemampuan baca tulis dikalangan para sahabat sangat minim pada
waktu itu.
d. Umat islam sedang dikonsentrasikan pada Al-quran.
e. Kesibukan umat islam dalam menghadapi perjuangan dawah islam.
Dalam mencari solusi yang kontra diatas para ulama berbeda pendapat.
Diantara mereka berpendapat bahwa hadits yang melarang penulisan
dihapus dengan hadits yang membolehkannya menulis hadits.lebih dari itu
al-Bukhari
berpendapat
hadits
larangan
penulisan
al-Quran
yang
hadits
tetap
diperbolehkan
bahkan
diperintahkan
dalam
Pernyataan
al-Dzahabiy
ini
didasarkan
akan
sifat
Abu
Bakar
ketika
demikian,
periwayatan hadits.
para
sahabat
sangat
kritis
dan
hati-hati
dalam
Nabi.
Meneliti secara cermat terhadap periwayat maupun isi riwayat hadits.
Mengikuti jejak Abu bakar yaitu dengan adanya saksi untuk bisa
menyerupai dengan ahli kitab yaitu Yahudi dan Nasrani yang menggatikan
kitab Allah dan menggatikan dengan kalam meraka dan menepatkan biograf
nabi mereka dalam Al-kitab. Ustman khawatir umat islam meninggalkan AlQuran dan hanya membaca hadits. Jadi Abu bakar dan Umar tidak berarti
melarang
pengkodikasian
Hadits
tetapi
melihat
yang
juga
kondisi
masa
berhati-hati
yang
dalam
Ulama besar berlomba-lomba membukukan hadits atas anjuran Abu Abbas as-Saffah dan
anak-anaknya dari khalifah-khalifah Abbasiyah. Akan tetapi tidak diketahui lagi, yang mulamula membukukan hadits sesudah Az-Zuhry itu, karena ulama tersebut yang dating sesudah azZuhry seluruhnya semasa.
Para pengumpul pertama hadis yang tercatat sejarah adalah :
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
10.
Hijriah.Kitab-kitab hadis yang telah dibukukan dan dikumpulkan dalam abad kedua ini,
jumlahnya cukup banyak. Akan tetapi, yang rnasyhur di kalangan ahli hadis adalah:
1.
2.
3.
4.
5.
6.
7.
8.
9.
Ulama pada abad kedua membukukan hadis dengan tidak menyaringnya. Mereka tidak
membukukan hadis saja, fatwa-fatwa sahabat, bahkan fatwa-fatwa tabiin juga juga dibukukan
bersama. Maka dalam kitab itu terdapat hadis marfu, mauquf, dan hadis maqthu.
Penulisan Hadist
Sejarah penulisan dimulai pada awal masa kenabian, awalnya Rasulullah melarang para
sahabatnya menulis hadist, seperti riwayat dari Abu Said Al Khudry.
Janganlah kalian menulis dari ku, dan barangsiapa yang telah menulis dari ku selain al Quran
maka hapuslah. (HR. Muslim).
Shahih-nya. Para ulama pada mulanya menerima hadist dari para rawi lalu menulis ke dalam
kitabnya, tanpa mengadakan syarat-syarat menerimanya dan tidak memerhatikan sahih-tidaknya.
Namun, setelah terjadinya pemalsuan hadis dan adanya upaya dari orang-orang zindiq untuk
rpengacaukan hadis, para ulama pun melakukan hal-hal berikut.
a. Membahas keadaan rawi-rawi dari berbagai segi, baik dari segi keadilan, tempat kediaman,
masa, dan lain-lain.
b. Memisahkan hadis-hadis yang sahih dari hadis yang dhaif yakni dengan men-tashih-kan
hadist
U1ama hadist yang mula-mula menyaring dan membedakan hadist-hadist yang sahih dari
yang palsu dan yang lemah adalah Ishaq ibn Rahawaih, seorang imam hadis yang sangat
termasyhur.
Pekerjaan yang mulia ini kemudian diselenggarakan dengan sempurna oleh Al-Imam AlBukhari. Al-Bukhari menyusun kitab-kitabnya yang terkenal dengan nama Al-jamius Shahil. Di
dalam kitabnya, ia hanya membukukan hadis-hadis yang dianggap sahih. Kemudian, usaha A1Bukhari ini diikuti oleh muridnya yang sangat alim, yaitu Imam Muslim.
Sesudah Shahih Bukhari dan Shahih Muslim, bermunculan imam lain yang mengikuti jejak
Bukhari dan Muslim, di antaranya Abu Dawud, At-Tirmidzi,dan An-Nasai. Mereka menyusun
kitab-kitab hadis yang dikenal dengan Shahih Al-Bukhari, Shahih Muslirn, Sunan Abu Dawud,
Sunan At-Tirmidzi,dan Sunan An-Nasai. Kitab-kitab itu kemudian dikenal di kalangan
masyarakat dengan judul Al-Ushul Al-Khamsyah.
Tokoh-tokoh hadis yang lahir dalam masa ini adalah:
1. `Ali Ibnul Madany
2. Abu Hatim Ar-Razy
3. Muhammad Ibn Jarir Ath- Thabari