Anda di halaman 1dari 21

SEJARAH PENGEMBANGAN HADIS

Oleh:

Kelompok 2 Mipa 9

guru pembimbing : Muhammad Zakiuddin, M.pd

1.AYU ANNISA PUTRI

2.BALQIS ZAHRA RAMADANI

3.M.ABYYU ALIEF SRG

4.SYAHIRA NUR HAMIDAH

5.ZIDAN IRSA AL FARIS

MADRASAH ALIYAH NEGERI 1 MEDAN

TA : 2022/2023
Kata pengantar
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Penyayang, kami panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada kami, sehingga kami
dapat menyelesaikan makalah tentang sejarah pengembangan hadis

Sejarah pengembangan hadis ini telah kami susun dengan maksimal dan
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar
pembautan makalah ini. Untuk itu kami menyampaikan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.

Terlepas dari semua itu, kami meyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar kami dapat memperbaiki makalah ini.

Akhir kata kami berharap semoga makalah tentang sejarah pengembangan


hadis ini bisa kita fahami semu dan memberikan manfaat maupun inspirasi
terhadap pembaca.

MEDAN, Januari 2023

Penyusun

i
Daftar isi
Kata pengantar.............................i

Daftar isi........................................ii

BAB l

Sejarah pengembangan hadis


A. Perkembangan hadis pada masa Rasulullah Saw...............................1

B. Periode kedua abad l hijriah (10-40 H)..................................................5

C. Periode ketiga abad l hijriah (41-100 H)................................................8

D. Periode keempat abad ll hijriah (102-200 H).......................................10

E. Periode kelima abad lll hijriah................................................................14

BAB ll
A. kesimpulan......................…………………...............................................17
B. Daftar Pustaka.................................................................................18

ii

BAB l
A. Perkembangan hadis pada masa Rasulullah Saw.

ahli sejarah hadits menyebut periode masa Rasulullah shallallahu


alaihi wasallam merupakan masa turunnya wahyu dan
pembentukannya masyarakat Islam periode itu dimulai saat turunnya
wahyu pertama kali kemudian berlanjut dengan terbentuknya
komunitas muslim di Mekah dan masyarakat Islam di Madinah serta
berakhir dengan wafatnya Rasulullah shallallahu alaihi wasallam.

satu kebijakan Rasulullah shallallahu alaihi wasallam terhadap hadis


sikap Rasulullah shallallahu alaihi wasallam terhadap hadis-hadisnya
dan penulisan hadits para sahabat terkait hadis yang ada pada masanya
dapat diperhatikan dalam beberapa hadis berikut dalam hadis riwayat
muslim dari abu Sa'id Al hudri Rasulullah shallallahu alaihi wasallam
pernah melarang sahabat menulis selain Alquran dan memerintahkan
mereka untuk menghapusnya meskipun demikian Rasulullah shallallahu
alaihiwasallam tidak melarang untuk menyebarkannya dari mulut ke
mulut melalui hafalan mereka.
riwayat Ahmad dijelaskan bahwa abu Hurairah beserta sahabat yang
lain ketika sedang duduk sambil menulis apa yang pernah mereka
dengar dari Rasulullah shallallahu alaihi wasallam beliau keluar dan
memerintahkan untuk menghapusnya seraya meminta untuk
memurnikan penulisan Alquran saja agar bersih dari masuknya unsur-
unsur selain firman Allah.

sahabat pun memusnahkan tulisan-tulisan mereka itu dengan


membakarnya setelah itu mereka pun bertanya apakah mereka masih
diperkenalkan untuk menyampaikan keterangan dari Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam Rasulullah shallallahu alaihi wasallam pun
memperbolehkan dan memberi catatan bahwa barang siapa yang
berbohong atas namanya diancam dengan siksa api neraka.

selain hadis yang menunjukkan larangan penulisan hadits terdapat


pula hadis yang menunjukkan bahwa beberapa sahabat diperkenankan
untuk menuliskannya hal itu dapat kita lihat dari kasus Abdullah IBN
Amr IBN ash yakni seorang sahabat yang rajin menuliskan apa yang ia
dengar dari Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dan ia pernah ditegur
oleh seseorang sahabat atas apa yang ditulisnya itu mengingat nabi
shallallahu alaihi wasallam
juga manusia biasa yang dapat sedih dan gembira mendengar teguran
itu ia pun mengadu kepada Rasulullah shallallahu alaihi wasallam dan
bertanya tentang kebolehan dalam menuliskan hadis-hadisnyadi dalam
hadis lain Rasulullah shallallahu alaihi wasallam justru mengapresiasi
mereka yang menerima hadis kemudian menghafal dan
menyampaikannya kepada orang lain dengan doa agar Allah
memperindahnya.

mengingat banyak orang yang menyampaikan ilmu kepada orang yang


lebih paham dan banyak pula mencapai ilmu yang tidak berilmu dengan
kata lain mereka yang menyampaikan ilmu berdasarkan hadis rasulullah
shallallahu alaihi wasallam adalah mereka yang lebih pantas
menyampaikan ilmu karena lebih paham dengan mendasarkan apa
yang disampaikannya itu berdasarkan pada ilmu hadis nabi shallallahu
alaihi wasallam. 2

berakhirnya masa kerasulannya nabi Muhammad shallallahu alaihi


wasallam juga pernah menyampaikan tentang haram atau sucinya
darah harta dan kehormatan kaum muslimin sebagaimana sucinya hari
dikuasainya Mekkah atau fathu Makkah yang tidak boleh diambil secara
zalim selanjutnya beliau juga memerintahkan agar yang hadir
menyampaikan kepada yang tidak hadir ia menunjukkan perintah untuk
menyebarkan hadisnya.
pendapat ulama terkait penulisan hadis pada masa Rasulullah
shallallahu alaihi wasallam sebagai berikut.

1:larangan penulisan hadits telah dimasukkan oleh perintah untuk


menuliskannya.

2: larangan penulisan hadits adalah larangan yang bersifat umum


dengan pengecualian atas beberapa sahabat yang diizinkan atau
bahkan diperintahkan untuk menuliskannya.

3: larangan penulisan hadits ditunjukkan kepada mereka yang


dikhawatirkan akan mencampuradukkan dengan penulisan Alquran
yang tidak berlaku bagi mereka yang dapat menjaga kemurnian dalam
penulisan Alquran.

4: larangan penulisan hadis yang dimaksud adalah penulisan dalam


bentuk kodifikasi formal hadits dalam bentuk mushaf yang dapat terjadi
saingan Alquran yang ketika itu masih dalam proses penurunan dan
sekaligus pengkodifikasiannya sedangkan sekedar catatan-catatan yang
bersifat pribadi tidak dilarang.

5: larangan penulisan hadits berlaku sepanjang proses penurunan


Alquran belum selesai begitu selesai proses penurunannya
diperbolehkan menuliskan hadis karena tidak ada ilat hukum yang
melarangnya yakni ditakutkan akan bercampurnya hadis dengan
Alquran.

B. PERIODE KEDUA ABAD 1 HIJRIYAH (10-40H)

pada periode abad 1 Hijriyah dinamakan sebagai zaman kehati-


hatian dan penyederhanaan riwayat dimulai sejak wafatnya Rasulullah
yang dilanjut dengan masa kekhalifahan abu bakar hingga berakhirnya
kekhalifahan Ali bin Abi Thalib

1. KEBIJAKAN KHULAFAUR RASYIDIN

a. khalifah abu bakar dan umar bin Khattab

pada periode ini kedua khalifah menyerukan kepada umat Islam


agar sangat berhati-hati dalam meriwayatkan hadis. untuk itu keduanya
meminta para sahabat agar menyelidiki riwayat hadits yang beredar.
kebijakan ini diambil dengan maksud agar

1) terpelihara kemurnian Alquran

2) tercurahnya perhatian umat Islam pada pengkajian dan penyebaran


Alquran

3) tidak ceroboh dalam riwayatkan hadis.

selain hal tersebut ada hal yang perlu diingat bahwa pada periode itu
alfikasiannya dalam bentuk mushaf. oleh sebab itu tidak mengherankan
jika fokus kebijakan resmi kekhalifahan pada periode itu pada pada
pembukukan Alquran tidak pada hadist. akibat dari kebijakan tersebut
terhadap perkembangan hadis adalah

1) terbatasnya periwayatan hadits

2) belum berkembangnya hadis menjadi bidang kajian yang spesifik.


5

3) pengetahuan dan penghafalan hadits masih bersifat individual.


kebijakan yang dilakukan kedua khalifah tersebut tidak hanya sekedar
himbauan tanpa contoh nyata. berdasarkan riwayat hakim dari Aisyah
abu bakar membakar sahifah yang berisi 500 hadis yang pernah
dicatatnya dari Rasulullah saw.

sementara itu, abu Hurairah ketika ditanya bagaimana ia


meriwayatkan hadis pada masa Khalifah Umar ia menjawab bahwa
sekiranya ia banyak-banyak meriwayatkan hadis tentulah Umar akan
mencabutnya sendiri dengan cambuknya. maksud pernyataan tersebut
adalah lebih menunjuk ke hati-hatian Umar untuk menjaga kemurnian
Alquran bukan menolak hadis rasulullah pernyataan tersebut dapat
dilihat dari riwayat urwah yang menceritakan keinginan Umar untuk
menulis dan menghimpun hadis. namun setelah melakukan salat
istikharah selama 1 bulan Umar membatalkan keinginannya untuk
mengumpulkan hadis karena takut merusak kemurnian Alquran
sebagaimana terjadi pada kaum sebelumnya.

b. Khalifah usman bin affan dan ali bin abi talib

kebijakan pada masa kedua khalifah terakhir periode kedua abad 1


Hijriyah tidak jauh berbeda dengan khalifah pendahulunya yakni sangat
efektif dalam periwayatan hadits. sebagaimana diketahui bahwa
Khalifah Usman fokus pada penyempurnaan penulisan Alquran menjadi
mushaf sehingga hadis tidak menjadi perhatian utamanya.

sementara itu pada masa khalifah Ali dengan keadaan konflik internal
umat Islam yang tinggi juga menyita perhatian umat Islam sehingga
berdampak pada kajian hadits tidak menjadi prioritas kebijakan
Khalifah. namun demikian kehati-hatian khalifah Ali dalam penyebaran
hadits terlihat dalam salah satu khotbahnya yang meminta siapapun
yang menulis catatan agar menghapusnya mengingat banyak umat
sebelum kaum muslimin yang binasa karena mengikuti pembicaraan
para ulama dan meninggalkan kitab Tuhan mereka.

2. PERIWAYATAN HADIS DIKALANGAN UMAT ISLAM

di penghujung masa Khulafaur Rasyidin banyak sahabat besar yang


wafat dan para sahabat kecil banyak yang melakukan perawatan keluar
Madinah. hal itu membuat mereka sangat selektif dalam periwayatan
dan penerimaan hadits dengan memperhatikan rawi dan matan hadits.
kebanyakan mereka meriwayatkan dari mulut ke mulut secara lafziyah
maupun maknawiyah berdasarkan hafalan dan tulisan yang pernah ada.
diantara yang sedikit menuliskannya dan jejaknya masih dapat
disaksikan hari ini adalah shahifah yang ditulis oleh human bin
munabbih. catatan human tersebut diberi nama as-sahifah as-sahihah
(sahifah humam) yang berisikan hadis-hadis yang ditulisnya dari
gurunya langsung yakni abu Hurairah. naskah ini telah ditemukan oleh
prof. Dr. Hamidullah dalam bentuk manuskrip, masing-masing di Berlin
(jerman) dan damaskus (Syria). meskipun di penghujung masa khalifah
Ali bin Abi Thalib mulai ada upaya pemalsuan hadits terutama dari
mereka yang berkonflik secara. 7 umum tidak mempengaruhi
kemurnian haditss.
7

C. PERIODE KETIGA ABAD | HIJRIAH (41-100H)

ahli sejarah hadits menamai periode ini dengan sebutan 'Asr Intisyar
ar-Riwayah ila Al-Amsar' (masa tersebarnya periwayatan hadits ke
berbagai negeri). pada masa itu penyebaran Islam sudah mencapai
Syam, Irak, Mesir dan Samarkand, bahkan pada tahun 93 H sudah ke
Spanyol. konsekuensi dan perluasan ini, sebagian sahabat besar pun
ditugaskan untuk menduduki jabatan pemerintahan di kota-kota
tersebut yang juga berpengaruh pada penyebaran hadis.

ada tiga hal yang menyebabkan umat Islam pada periode ini mulai
memperhatikan kajian hadis antara lain sebagai berikut.

1. Telah dibukukannya Al-Qur'an secara resmi oleh Khalifah Usman bin


Affan tanpa ada perselisihan di antara para sahabat tentang
keakuratannya.

2.kompleksitas permasalahan yang mereka hadapi seiring dengan


meluasnya wilayah Islam memerlukan petunjuk yang lebih banyak dari
hadis nabi SAW di samping Al-Qur'an.

3. banyaknya sahabat besar yang meninggal dunia, sementara masih


banyak yang hidup terpencar ke berbagai pelosok jazirah Arab. hal itu
memaksa para sahabat kecil dan tabi'in besar yang ingin mengetahui
hadis-hadis mendatangi mereka untuk menanyakan hadis-hadis yang
pernah mereka peroleh dari Rasulullah SAW.
8

Atas beberapa hal tersebut,pada periode ini terjadi penyebaran


periwayatan hadis-hadis ke seluruh wilayah jazirah Arab, sekaligus
perawatan keilmuan dalam rangka menelusuri hadits. meskipun
demikian, menurut Dr. Shubhiy ash-Shalih, pada periode ini dan
periode Khulafaur Rasyidin, kaum muslimin masih
berpegangan pada pendapat bahwa penulisan sesuatu selain Al-Qur'an,
termasuk hadis adalah terlarang karena dapat memalingkan umat dari
selain Al-Qur'an.

kaum muslimin memilih menyebarkan hadis melalui metode hafalan


yang ditransmisikan dari mulut ke mulut, baik secara lafziah maupun
maknawiyah. Namun demikian, para sahabat dan para tabi'in sangat
berhati-hati dalam meriwayatkan dan menerima hadis. Hal itu dapat
dimengerti karena faktor politik yang menyebabkan umat Islam mulai
terpecah-pecah menjadi beberapa golongan (Syi'ah, Khawarij, dan
golongan Jumhur) memicu orang-orang yang tidak bertanggung jawab
membuat keterangan-keterangan palsu yang disandarkan pada
Rasulullah SAW untuk membenarkan golongan mereka.

D.periode keempat abad II hijirah (10—200 H)

Sejarawan hadis menyebut periode ini dengan sebutan Masa


Penulisan dan Pembukuan Hadis. Disebut demikian, karena penulisan
dan pembukuan hadis secara resmi yang diselenggarakan berdasarkan
perintah resmi khalifah baru diadakan.
Khalifah pertama yang memelopori penulisan hadis Nabi saw. adalah
Khalifah Umar bin Abdul Aziz. Ada beberapa hal yang melatarbelakangi
Khalifah Umar meme- rintahkan penulisan hadis tersebut

1. Telah dibukukannya Al-Qur'an secara resmi di masa Khalifah Usman


bin Affan tanpa ada perselisihan antarpara sahabat dan telah
tersebarnya di kalangan umat Islam menghilangkan kekhawatiran
tercampurnya Al-Qur'an dengan hadis.

2. Banyaknya para sahabat yang meninggal dunia, baik karena faktor


usia maupun karena peperangan sehingga dikhawatirkan dapat
mengancam eksistensi hadis sebagai sumber ajaran Islam.

3. Kompleksitas permasalahan yang dihadapi umat Islam akibat


meluasnya wilayah Islam memerlukan petunjuk dari hadis-hadis
Rasulullah saw., di samping Al-Qur'an itu sendiri.

4. Banyaknya peredaran hadis maudu' (hadis palsu) di kalangan umat


Islam yang dapat merusak kemurnian ajaran Islam.

10

Untuk keperluan penulisan hadis secara resmi, pada tahun 100 Hijriah.
Khalifah Umar Ibn Abdul Azis menginstruksikan para Gubernur dan
alama untuk membukukan hadis secara resmi.

“Perhatikanlah apa yang dapat diperoleh dari hadis Rasul lalu tulisiah
karena aku: takut akan musnahnya ilmu disebabkan meninggalnya
ulama, dan jangan diterima selain hadis Rasul saw, dan hendaklah
disebarluaskannya ilmu dan diadakan majelis-majelis ilmu supaya orang
yang tidak mengetahuinya dapat mengetahuinya maka sesungguhnya
ilmu itu dirahasiakan

Instruksi tersebut langsung memerintahkannya untuk membukukan


hadis-hadis

yang dihafal para penghafal hadis di Madinah di antaranya adalah

1. Amrah binti Abdir Rahman Ibnu Sa'ad Ibnu Zurarah Ibnu 'Ades,
seorang ahli fuqaha, murid Aisyah ra. (20 H/642 M-98 H/716 M atau
106 H/ 724 M);

2 Al-Qasim Ibnu Muhammad Ibnu Abi Bakar As-Siddiq (107 H/725 M),
seorang pemuka tabiin dan salah seorang fuqaha Madinah yang tujuh.

Selain Muhammad Ibn Hazm, ada ulama hadis yang membukukan


hadis atas instruksi Khalifah yang terkenal sebagai ulama besar di Hijaz
dan Syam bernama Abu Bakr Muhammad Ibn Muslim Ibn Ubaidillah Ibn
Syihab az-Zuhriy yang lebih dikenal dengan Muhammad Ibnu Syihab az-
Zuhriy. 11

masa pembukuan hadis yang kedua terjadi pada masa Khalifah-


Khalifah Abbasiyah, di antaranya adalah Khalifah Abu Abbas as-Saffah
yang menganjurkan para ulama berikut untuk membukukan hadis Nabi
saw

1. Ibnu Juraij (80-150 H) di Mekah

2. Ibnu Ishaq (wafat 150 H) dan Malik bin Anas (93-179 H) di Madinah

3. Al-Rabi Ibnu Shabih (wafat 160 H). Said Ibnu Abi Arubah (wafat 156
H) dan Hammad Ibnu Salamah (wafat 176) di Basrah
4. Sufyan Ats-Tsaury (wafat 161 H.) di Kuffah 5. Al-Auza'i (wafat 95 H) di
Syam

6 Husyain Al-Wasithy (104-188 H)di Wasith 7. Ma'mar al-Azdy (95-153


H) di Yaman

8. Jarir Adh-Dhabby (110-188 H) di Rei

9. Ibn Mubarak (11-181 H) di Khurasan 10. Al-Laits Ibn Sa'ad (wafat 175
H) di Mesir

Semua ulama tersebut hidup semasa sehingga menjadikan sulit


ditentukan siapa penulis pertamanya. Namun, yang terpenting semua
muara keilmuannya diperoleh dari kedua penulis periode pertama,
yakni Muhammad Ibn Hazm dan Muhammad Ibn Syihab az-Zuhriy.

Kitab-kitab Hadis yang paling masyhur di kalangan ahli hadis yang


dibukukan pada abad kedua Hijriah di antaranya sebagai berikut.
12

1. Al-Muwatta' yang disusun Imam Malik bin Anas (95 H-179 H) atas
permintaan Abu Ja'far al-Manshur

2. Musnad asy-Syafi'i yang disusun oleh Imam Syafi'i yang merupakan


kumpulan hadis-hadis dari kitab al-Umm.

3. Mukhtaliful Hadis susunan Imam Syafi'i yang berisi cara-cara


menerima hadis sebagai hujjah dan cara mengompromikan hadis yang
sekilas tampak kontradiktif

4. Al-Siratun Nabawiyah karangan Ibnu Ishaq yang berisi perjalanan


hidup Nabi Muhammad saw. dan keterlibatannya dalam peperangan.
13

E. PERIODE KELIMA ABAD ||| HIJRIAH

Pada periode kelima abad ||| Hijriah disebut sebagai masa


pemurnian,pembenaran dan penyempurnaan yang dimulainya pada
akhir pemerintahan Dinasti Abbasiyah angkatan pertama (Khalifah Al-
Ma'mun) sampai akhir pemerintahan Dinasti Abbasiyah angkatan kedua
(Khalifah Al-muqtadir).

sistem penulisan hadits pada periode ini dapat diklasifikasikan


menjadi 3 yaitu kitab Shahih, Sunan dan Musnad

1. Kitab Sahih

Pada pada sistem penulisan kitab Sahih, hadis hadis disusun dengan
cara menghimpun hadis-hadis yang berkualitas Sahih dan tidak
memasukkan hadis-hadis yang tidak Sahih. Bentuk penyusunannya
tergolong bentuk musanaf, materi hadis yang dihimpun mencakup
hukum, aqidah, akhlak sejarah dan tafsir. kitab-kitab hadis yang dapat
digolongkan pada sistem ini adalah _Al-Jami'us Sahih_ susunan Imam
Bukhari (lebih dikenal dengan sahih Bukhari) dan _Al-Jami'us Sahih_
susunan imam muslim (lebih dikenal dengan sahih Muslim).

2. Kitab Sunan

pada sistem penulisan kitab Sunan,hadis-hadis disusun dengan cara


menghimpun hadis-hadis yang berkualitas sahih dan daif. hadis yang
daif dihimpun dengan syarat tidak sampai berkualitas mungkar dan
terlalu lemah, di samping penyusunnya juga menerangkan kedaifannya.

14

adapun bentuk penyusunan kitab Sunan juga dapat digolongkan ke


dalam bentuk musanaf, materi hadis yang dihimpun hanya mencakup
masalah hukum (fikih) dan semacamnya.kitab-kitab hadis yang dapat
digolongkan pada sistem ini adalah as-sunan yang disusun oleh Abu
Daud, At-Tirmidzi, An-Nasa'i, Ibnu Majah, dan Ad-Darimi.

3.kitab musnad

Pada sistem penulisan kitab musnad,hadis-hadis disusun dengan cara


menghimpun seluruh hadis yang di terima penyusun.penyusun
menerbitkan susunannya dengan kabilah mendahulukan Bani Hasyim).

Banyaknya kitab hadis yang di hasilkan sejak pembukuan sampai


dengan abad ketiga H ini.

A.al-kutub al-khamsah
Kelima kitab yang disepakati sebagai lima kitab standar hadis, yaitu
sahih Bukhari,sahih hadis yang ke 6. Diantaranya ada yang berpendapat
sebagai berikut.

1. Ibnu Thahir al-maqdisy: sunnah Ibnu Majah

2.ibnu Atsir dll:al-muwatta' susunan imam Malik

3.ibnu hajar al-asqallaniy:Sunnah ad-darimiy

4.ahmad Muhammad Syakir:Al-muntaqa susunan Ibnu jarud

15

C.al-kutub as-sab'ah

Sebagian ulama menambah standar kitab hadis dengan menambahkan


satu kitab hadis sehingga menjadi 7 kitab standar hadis, kitab ke-7 yang
dimaksudkan adalah musnad Ahmad, karya imam Ahmad bin hanbal
16

KESIMPULAN

Dari mateti diatas kita dapat menyimpulkan bahwa wahyu yang


diturunkan Allah SWT kepadanya dijelaskan melalui perkataan,
perbuatan, dan pengakuan atau penetapan Rasulullah SAW. Sehingga
apa yang disampaikan oleh para sahabat dari apa yang mereka dengar,
lihat, dan saksikan merupakan pedoman. Rasulullah memiliki sifat
kesempurnaan dan keutamaan yang berbeda dengan manusia lainnya.
17

DAFTAR PUSTAKA

Buku Al-Qur'an Dan Hadist untuk kelas x madrasah aliyah

Lilis Fauziyah RA. - Andi setiawan


18

Anda mungkin juga menyukai