Anda di halaman 1dari 11

SEJARAH PERKEMBANGAN

HADITS MASA RASULULLAH DAN


SAHABAT

Kelompok :
1. Zakiyudin fahmy
2. Mohammad sodiq
Hadits masa rasulullah

Larangan Diperbolehkanny Tanggapan


Terhadap Larangan
Menulis Hadis a Menulis Hadis
Pencatatan Hadis
Pada Masa Pada Masa Pada Masa
Rasulullah SAW Rasulullah SAW Rasulullah SAW
LARANGAN MENULIS HADIS PADA MASA RASULULLAH SAW

 Banyak hadis yang melarang para Sahabat untuk menulis


hadis, diantara hadis yang melarang penulisan hadis
adalah:
“Diriwayatkan dari Abu Sa’id Al-Khudri bahwa
Rasulullah SAW bersabda: janganlah engkau menulis
(hadis) dariku, barangsiapa menulis dariku selain dari
Al-Qur’an maka hapuslah. (HR. Muslim)”
Alasan pencatatan hadis pada masa Rasulullah
karena hawatir hadis tercampur dengan Al-
Qur’an yang saat itu masih proses penurunan.
DIPERBOLEHKANNYA MENULIS HADIS PADA MASA
RASULULLAH SAW
Adanya larangan tersebut berakibat banyak hadis yang tidak ditulis dan
seandainya Nabi tidak pernah melarang pun tidak mungkin hadis dapat
ditulis. Karena menurut M Suyudi Ismail hal ini disebabkan oleh
beberapa alasan berikut:
 Hadis disampaikan tidaklah selalu di hadapan sahabat yang pandai

menulis
 Perhatian Nabi dan para sahabat lebih banyak tercurah pada Al-Qur’an

 Meskipun Nabi mempunyai sekretaris tetapi mereka hanya diberi tugas

menulis wahyu yang turun dan surat-surat Nabi Sangat sulit seluruh
pernyataan, perbuatan, ketetapan, dan hal-hal orang yang masih hidup
dapat langsung dicatat oleh orang lain apalagi dengan alat sederhana.
TANGGAPAN TERHADAP LARANGAN PENCATATAN
HADIS PADA MASA RASULULLAH SAW
Menghadapi dua hadis yang tampak bertentangan di atas, ada beberapa pendapat berkenaan dengan
ini, yaitu:
 Larangan menulis hadis terjadi pada periode permulaan, sedangkan izin penulisannya diberikan

pada periode akhir kerasulan


 Larangan penulisan hadis itu ditujukan bagi orang yang kuat hafalannya dan tidak dapat menulis

dengan baik, serta dikhawatirkan salah dan bercampur dengan Al-Qur’an. Izin menulis hadis
diberikan kepada orang yang pandai menulis dan tidak dikhawatirkan salah dan bercampur dengan
Al-Qur’an.
 Larangan itu ditujukan bagi orang yang kurang pandai menulis dikhawatirkan tulisannya keliru,

sementara orang yang pandai menulis tidak dilarang menulis hadis


 Larangan hadis dicabut oleh izin menulis hadis karena tidak dikhawatirkan tercampurnya catatan

hadis dengan Al-Qur’an.


 Larangan itu bersifat umum, sedangkan izin menulis hadis bersifat khusus kepada para sahabat

yang dijamin tidak akan mencampurkan catatan hadis dan catatan Al-Qur’an
 Larangan ditujukan untuk kodifikasi formal sedangkan izin ditujukan untuk sekedar dalam bentuk

catatan yang dipakai sendiri


 Larangan berlaku ketika wahyu masih turun, belum dihafal dan dicatat. Adapun ketika wahyu yang

turun sudah dihafal dan dicatat, maka penulian hadis diizinkan.


ABU BAKAR AL-SHIDDIQ
 Menurut Muhammad bin Ahmad al-Dzahabiy (wafat 748 H/1347 M), Abu
Bakar merupakan shahabat Nabi yang pertama-tama menunjukkan kehati-
hatiannya dalam meriwayatkan hadits. Pernyataan al-Dzahabiy ini didasarkan
atas pengalaman Abu Bakar tatkala menghadapi kasus waris untuk seorang
nenek. Suatu ketika, ada seorang nenek menghadap kepada Khalifah Abu
Bakar, meminta hak waris dari harta yang ditinggalkan cucunya. Abu Bakar
menjawab, bahwa ia tidak melihat petunjuk al-Qur’an dan prektek Nabi yang
memberikan bagian harta waris kepada nenek. Abu Bakar lalu bertanya kepada
para shahabat. Al-Mughirah bin Syu’bah menyatakan kepada Abu Bakar,
bahwa Nabi telah memberikan bagian harta warisan kepada nenek sebesar
seperenam bagian. Al-Mughirah mengaku hadir tatkala Nabi menetabkan
kewarisan nenek itu. Mendengar pernyatan tersebut, Abu Bakar meminta agar
al-Mughirah menghadirkan seorang saksi. Lalu Muhammad bin Maslamah
memberikan kesaksian atas kebenaran pernyataan al-Mughirah itu. Akhirnya
Abu Bakar menetapkan kewarisan nenek dengan memberikan seperenam
bagian berdasarkan hadits Nabi saw yang disampaikan oleh al-Mughirah
tersebut.
UMAR BIN AL-KHATTHAB

Kebijakan Umar melarang para sahabat Nabi memperbanyak periwayatan hadits, sesungguhnya
tidaklah bahwa Umar sama sekali melarang para shahabat meriwayatkan hadits. Larangan umar
tampaknya tidak tertuju kepada periwayatan itu sendiri, tetapi dimaksudkan: [a] agar masyarakat
lebih berhati-hati dalam periwayatan hadits, [b] agar perhatian masyarakat terhadap al-Qur’an tidak
tergangu. Hal ini diperkuat oleh bukti-bukti berikut ini:
 Umar pada suatu ketika pernah menyuruh umat islam untuk mempelajari hadits Nabi dari para
ahlinya, karena mereka lebih menetahui tentang kandungan al-Qur’an.
 Umar sendiri cukup banyak meriwayatkan hadits Nabi, Ahmad bin Hanbal telah meriwayatkan
hadits Nabi yang berasal dari riwayat Umar sekitar tiga ratus hadits. Ibnu Hajar al-Asqalaniy telah
menyebutkan nama-nama shahabat dan tabi’in terkenal yang telah meneriam riwayat hadits Nabi
dari Umar. Ternyata jumlahnya cukup banyak.
 Umar pernah merencanakan menghimpun hadits nabi secara tertulis. Umar meminta pertimbangan
kepada para shahabat. Para shahabat menyetujuinya. Tetapi satu bulan umar memohon petunjuk
kepada Allah dengan jalan melakukan shalat istikharah, akahirnya dia mengurungkan niatnya itu.
Dia khawatir himpunan hadits itu akan memalingkan perhatian umat Islam dari al-Qur’an. Dalam
hal ini, dia sama sekali tidak nenampakkan larangan terhadap periwayatan hadits. Niatnya
menghimpun hadits diurungkan bukan karena alas an periwayatan hadits, melainkan karena factor
lain, yakni takut terganggu konsentrasi umat islam terhadap al-Qur’an.
USMAN BIN AFFAN
pada zaman ‘Usman bin Affan, kegiatan umat Islam dalam
periwayatan hadits tidak lebih banyak dibandingkan bila
dibandingkan dengan kegiatan periwayatan pada zaman ‘Umar
bin Khatthab. Usman melalui khutbahnya telah menyampaikan
kepada umat Islam berhati-hati dalam meriwayatkan hadits. Akan
tetapi seruan itu tidak begitu besar pengaruhnya terhadap para
perawi tertentu yang bersikap “longgar” dalam periwaytan
hadits. Hal tersebut terjadi karena selain pribadi ‘Usman tidak
sekeras pribadi ‘Umar, juga karena wilayah Islam telah makin
luas. Luasnya wilayah Islam mengakibatkan bertambahnya
kesuliatan pengendalian kegiatan periwayatan hadits secara ketat.
ALI BIN ABI THALIB
Dilihat dari kebijaksanaan pemerintah, kehati-hatian dalam
kegiatan periwayatan hadits pada zaman khalifah ‘Ali bin
Abi Thalib sama dengan pada zaman sebelumnya. Akan
tetapi situasi umat Islam pada zaman Ali telah berbeda
dengan siatuasi pada zaman sebelumnya. Pada zaman Ali,
pertentang politik dikalangan umat Islam telah makin
menajam. Peperangan antara kelompok pendukung Ali
dengan pendukung Mu’awiyah telah terjadi. Hal ini
membawa dampak negative dalam bidang kegiatan
periwayatan hadits. Kepentingan politik telah mendorong
terjadinya pemalsuan hadits
KESIMPULAN
 Larangan penulisan hadis pada masa Rasulullah
dikarenakan adanya kekhawatiran bahwa hadis
akan bercampur dengan al-Qur’an yang masih
berada dalam tahap proses penurunan.
 Larangan menulis hadis itu bersifat umum,
sedangkan izin menuliskannya bersifat khusus
bagi orang yang memilili keahlian tulis menulis
sehingga terjaga dari kekeliruan. Seperti pada
Abdullah bin ‘Amr bin ‘Ash
kebijaksanaan para khulafa al-Rasyidin tentang periwayatan hadits
adalah sebagai berikut:
 Seluruh khalifah sependapat tentang pentingnya sikap hati-hati
dalam periwayatan hadits
 Larangan memperbanyak hadits, terutama yang ditekankan oleh
khalifah ‘Umar, tujuan pokoknyaialah agar periwayat bersikap
selektif dalam meriwayatakan hadits dan agar masyarakat tidak
dipalingkan perhatiannya dari al-Qur’an
 Penghadiran saksi atau mengucapkan sumpah bagi periwayat
hadits merupakan salah satu cara untuk meneliti riwayat hadits.
Periwayat yang dinilai memiliki kredibilitas yang tinggi tidak
dibebani kewajiabn mengajukan saksi atau sumpah
 Masing-masing khalifah telah meriwayatkan hadits. Riwayat
hadits yang disampaikan oleh ketiga khalifah yang pertama
seluruhnya dalam bentuk lisan. Hanya ‘Ali yang meriwayatkan
hadits secara tulisan disamping secara lisan

Anda mungkin juga menyukai