Anda di halaman 1dari 4

THAHARAH

Thaharah menurut syari'at Islam ialah suatu kegiatan bersuci dari hadas
maupun najis sehingga seseorang diperbolehkan untuk mengerjakan suatu
ibadah yang dituntut harus dalam keadaan suci seperti shalat dan membaca Al
Qur’an. Adapun kegiatan bersuci dari najis meliputi bersuci pakaian dan
tempat. Sedangkan bersuci dari hadas dapat dilakukan dengan cara
berwudhu,tayamum, dan mandi besar.

A. Bersuci dari najis


najis adalah segala sesuatu yang dianggap kotor yang menjadikan tidak
sahnya ibadah shalat. Najis dikelompokkan dalam 3 kategori, yakni
najis mukhaffafah, najis mutawassithah, dan najis mughalladhah.
Ketiga kategori najis tersebut masing-masing memiliki cara tersendiri
untuk menyucikannya. Namun sebelum membahas lebih jauh tentang
bagaimana cara menyucikan ketiga najis tersebut perlu diketahui istilah
“najis ‘ainiyah” dan “najis hukmiyah” terlebih dahulu. Najis ‘ainiyah
adalah najis yang memiliki warna, bau dan rasa. Sedangkan najis
hukmiyah tidak ada lagi adalah najis yang tidak memiliki warna, bau, dan
rasa. Dengan kata lain najis ‘ainiyah adalah najis yang masih ada
wujudnya, sedangkan najis hukmiyah adalah najis yang sudah tidak
ada wujudnya namun secara hukum masih dihukumi najis.

Adapun tata cara menyucikan najis sebagai berikut:


1. Najis mughalladhah dapat disucikan dengan cara membasuhnya
dengan air sebanyak tujuh kali basuhan di mana salah satunya
dicampur dengan debu. Namun sebelum dibasuh dengan air
mesti dihilangkan terlebih dulu ‘ainiyah atau wujud najisnya.
Dengan hilangnya wujud najis tersebut maka secara kasat mata
tidak ada lagi warna, bau dan rasa najis tersebut. Namun secara
hukum (hukmiyah) najisnya masih ada di tempat yang terkena
najis tersebut karena belum dibasuh dengan air. Untuk benar-
benar menghilangkannya dan menyucikan tempatnya barulah
dibasuh dengan air sebanyak tujuh kali basuhan di mana salah
satunya dicampur dengan debu. Pencampuran air dengan debu ini
bisa dilakukan dengan tiga cara:
1) Mencampur air dan debu secara berbarengan baru
kemudian diletakkan pada tempat yang terkena najis. Cara
ini adalah cara yang lebih utama dibanding cara lainnya.
2) Kedua, meletakkan debu di tempat yang terkena najis, lalu
memberinya air dan mencampur keduanya, baru kemudian
dibasuh.
3) Ketiga, memberi air terlebih dahulu di tempat yang terkena
najis, lalu memberinya debu dan mencampur keduanya,
baru kemudian dibasuh.

2. Najis mukhaffafah yang merupakan air kencingnya bayi laki-laki


yang belum makan dan minum selain ASI dan belum berumur
dua tahun, dapat disucikan dengan cara memercikkan air ke
tempat yang terkena najis. Cara memercikkan air ini harus
dengan percikan yang kuat dan air mengenai seluruh tempat yang
terkena najis. Air yang dipercikkan juga mesti lebih banyak dari air
kencing yang mengenai tempat tersebut. Setelah itu barulah
diperas atau dikeringkan. Dalam hal ini tidak disyaratkan air yang
dipakai untuk menyucikan harus mengalir.

3. Najis mutawassithah dapat disucikan dengan cara


menghilangkan lebih dahulu najis ‘ainiyah-nya. Setelah tidak ada
lagi warna, bau, dan rasan najis tersebut baru kemudian
menyiram tempatnya dengan air yang suci dan menyucikan.

B. BERSUCI DARI HADAS


Hadas adalah keadaan yang menyebabkan seseorang muslim menjadi
tidak suci. Hadas dibagi menjadi 2 kategori yaitu hadas kecil dan hadas
besar yang masing-masing memiliki cara tersendiri dalam
menyucikannya.

1. Hadas kecil dapat disucikan dengan berwudhu/ tayamum


A. Wudhu atau bersuci dari hadat kecil
Wudhu merupakan syarat sah shalat. Tanpa bersuci dari
hadats kecil, shalat yang dilakukan dalam situasi normal
(bukan rukhsah) tidak sah karena tidak memenuhi syarat.
Berikut adalah tata cara berwudhu:
1) Membaca basmalah
2) Membasuh kedua tangan
3) Berkumur 3x
4) Menghirup air kedalam hidung 3x
5) Melafalkan niat sembari membasuh wajah 3x
6) Membasuh tangan hingga siku 3x dimulai dengan
tangan kanan
7) Menyapu sebagian kepala 3x
8) Membasuh kedua telinga 3x
9) Membasuh kedua kaki hingga mata kaki 3x

B. Tayamum

Tayamum adalah pengganti dari wudhu yang seharusnya


menggunakan air dalam bersuci, lalu digantikan dengan
debu yang bersih. Ada beberapa sebab seseorang
diperbolehkan bertayamum diantaranya adalah dalam
keadaan sakit atau ketiadaan air.

Adapun tata cara tayamum adalah sebagai berikut:


1) Siapkan debu yang bersih
2) Dalam keadaan menghadap kiblat ucapkan basmalah
3) Letakkan kedua telapak tangan pada debu dengan
posisi jari merapat
4) Usapkan kedua telapak tangan pada wajah disertai
dengan niat dalam hati
5) Letakkan kembali telapak tangan pada debu
6) Tempelkan telapak tangan kiri pada punggung tangan
kanan, sekiranya ujung jari dari salah sau tangan tidak
melebihi ujung jari telunjuk dari tangan yang lain
7) Usapkan telapak tangan kiri ke punggung lengan
kanan sampai bagian siku lalu balikkan telapak tangan
kiri ke bagian dalam lengan kanan kemudian usap
hingga pergelangan.
8) Usapkan bagian jempol kiri ke bagian punggung
jempol kanan
9) Lanjutkan hal yang sama pada tangan kiri.
10) Terakhir pertemukan kedua telapak tangan dan
usap diantara jari-jari.

2. Hadas Besar dapat disucikan dengan mandi besar


Segala sesuatu atau kondisi yang menyebabkan seseorang harus
bersuci dengan mandi besar. Adapun beberapa hal yang
mengharuskan mandi besar adalah haid, keluar mani, jima’, dan
meninggal dunia.

Berikut adalah tata cara mandi besar:


1) Niat ( dilafalkan saat pertama kali menyiram air ke salah
satu anggota badan )
2) Meratakan air ke seluruh bagian luar dari anggota badan

Anda mungkin juga menyukai