Anda di halaman 1dari 8

60

IBADAH PRAKTIS

1. Memahami Makna Thaharah


a. Pengertian thaharah

Thaharah adalah suatu kegiatan bersuci dari hadas maupun najis sehingga
seseorang diperbolehkan untuk mengerjakan suatu ibadah yang dituntut dalam
keadaan suci seperti shalat. Atau mensucikan diri, pakaian dan tempat dari hadats
dan najis menurut syariat Islam. Bersuci dari hadas dan najis adalah syarat sahnya
sorang muslim mengerjakan ibadah tertentu. Seperti shalat tidak sah dikerjakan
kecuali dengan bersuci terlebih dahulu. Kegiatan bersuci dari najis meliputi suci
pakaian dan tempat. Thaharah merupakan masalah yang sangat penting dalam
agama dan merupakan pangkal pokok dari ibadah yang dilakukan seorang muslim
dalam menghubungkan diri dengan Allah.

Pembagian thaharah ada dua yakni bersuci dari hadats yakni berupa melakukan
wudhu’, mandi dan tayamum. Kemudian bersuci dari najis berupa menghilangkan
najis yang ada dibadan, tempat dan pakaian.

b. Hukum thaharah

Hukum thaharah adalah wajib, sebagaimana firman Allah Q.S Al-Baqarah ayat
222.

Artinya : ….. sesungguhnya Allah menyukai orang – orang yang taubat dan
menyukai orang – orang yang mensucikan diri.

Dan dalam hadits riwayat Muslim, Rasulullah SAW “ Allah tidak menerima
shalat yang tidak disertai dengan bersuci”.

c. Macam – macam thaharah


Thaharah atau bersuci terbagi kepada kepada 2 macam yaitu :
 Bersuci dari najis
 Bersuci dari hadats
d. Alat thaharah (bersuci)
 Air
 Tanah
61

 Batu
 Daun
Air adalah alat yang paling utama atau paling banyak dipergunakan untuk
membersihkan dan mensucikan. Firman Allah Q.S Al-Anfsl ayat 11 :
Artinya : ……..dan Allah menurunkan kepadamu hujan dari langit untuk mensucikan
kamu dengan dengan hujan itu.
Adapun pembagian air adalah sebagai berikut :
1) Air mutlaq
adalah air suci lagi mensucikan tidak makruh seperti : air hujan, air salju, air
embun, air laut , air telaga, dan air mata air.
2) Air musyammas
Adalah air yang terkena panas matahari / air yang dipanaskan dengan sinar
matahari di suatu wadah. Hukum air ini adalah suci lagi menyucikan tetapi
hukumnya makruh
3) Air musta’amal (terpakai)
Adalah air yang suci tetapi tidak mensucikan, air ini termasuk air yang suci lagi
mensucikan selama tidak berubah bau, rasa dan warnanya.
4) Air mutanajjas
Adalah air yang sudah terkena najis yang menyebabkan berubah bau, warna
dan rasanya. Dan volumenya urang dari dua qullah ( sekitar 216 liter).
Hukumnya bersuci dengan air ini tidak boleh sama sekali karena tidak suci dan
tidak menyucikan. Tetapi apabila volumenya lebih dari dua qullah dan tidak
merobah bau,rasa dan warna maka air tersebut boleh digunakan untuk bersuci.
e. Air yang bercampur dengan benda yang suci.
Adalah air yang bercampur dengan benda suci seperti gula,kopi tepung dan
sebagainya, hukumnya suci tetapi tidak mensucikan.
2. Macam – macam Hadats dan Najis serta Cara Mensucikannya.
 Hadast sesuatu yang mewajibkan berwudhu dan mandi. Hadats terbagi
kepada dua macam yaitu hadats kecil yaitu yang mewajibkan untuk
berwudhu dan hadats besar yaitu sesuatu yang mewajibkan untuk mandi.
 Yang mewajibkan wudhu adalah :
1) Sesuatu yang keluar dari dua jalan seperti kencing, buang air
besar, haid, nifas, air mani,madzi dan wadi
62

2) Sesuatu yang tidak keluar dari dua jalan dubur dan qubul yakni :
 Hilang akal
 Menyentuh seorang wanita dengan sahwat
 Menyentuh kemaluan dengan tanpa penghalang
 Adapun hadats besar yang menyebabkan untuk mandi adalah :
1) Berjimak baik keluar mani ataupun tidak
2) Meninggal / mati
3) Haid/nifas
 Cara bersuci dari hadast adalah
a. Wudhu’
Salah satu cara untuk menghilangkan hadas kecil adalah dengan berwudhu.
Pembagian wudhu terdiri dari :
1) Rukun wudhu yang meliputi : niat, membasuh wajah, membasuh
ktangan hingga siku, menyapu kepala dan membasuh kedua kaki
sampai mata kaki dan tertib.
2) Sunnah – sunnah wudhu diantaranya : membaca basmalah ketika
akan berwudhu, bersiwak, membasuh kedua telapak tangan sampai
pergelangan, berkumur – kumur dan memasukkan air kedalam
hidung, mendahulukan yang kanan daripada yang kiri, menyela –
nyela anggota wudhu anggota wudhu, membasuh tiga kali, muwalat
(tidak terputus), menyapu kedua telinga, menggosok – gosok
anggota wudhu ketika membasuhnya, selesai berwudhu menghadap
kiblat dan berdo’a.
3) Yang membatalkan wudhu
a. Sesuatu yang keluar dari dubur atau kubul.
b. Tidur nyenyak hingga tidak sadar dan tidak tetap tempat
duduknya.
c. Hilang akal
d. Menyentuh kemaluan tanpa alas
4) Perkara yang sering dianggap membatalkan wudhu tetapi tidak
membatalkan wudhu :
a. Keluar darah tidak melalui dua jalan dubur dan kubul, seperti
karena luka
63

b. Memandikan mayat
c. Menyentuh istri tanpa pembatas atau penghalang
5) Perkara yang wajib dilakukan dengan berwudhu :
a. Shalat
b. Thawaf di Baitullah
Menyentuh / memegang mushaf Al-qur’an
 Mandi
Mandi yang bertujuan untuk menghilangkan hadas ( mandi junub ).
 Perkara yang mewajibkan mandi :
a. Keluar mani disertai syahwat.
b. Hubungan kelamin ( berjimak )
c. Haid dan nifas jika sudah berhenti
d. Meninggal / mati
 Rukun mandi
a. Niat
b. Meratakan seluruh anggota badan dengan air
 Sunnah – sunah mandi
a. Mencuci kedua tangan sebanyak tiga kali
b. Membasuh kemaluan
c. Berwudhu
d. Menuangkan air keatas kepala sebanyak tiga kali
Mengalirkan air keseluruh badan dengan memulai sebelah kanan
 Tayamum
Menyapu wajah dan kedua tangan dengan debu yang suciatas jalan
yang tertentu.
a. Sebab dilakukan tayammum
 Tidak ada air sama sekali atau ada air tetapi tidak
mencukupi untk dipakai bersuci
 Seseorang mempunyai luka atau sakit dan khawatir
dengan memakai air itu penyakitnya jadi bertambah atau
lama sembuhnya.
 Air terlalu dingin dan keras dugaannya akan timbul
bahaya disebabkan menggunakannya
64

 Air hanya tersedia sedikit sekali dan diperlukan di waktu


sekarang atau masa depan yang dekat, untuk minumnya
atau minum orang lain.
b. Rukun tayammum
 Niat
 Debu yang suci
 Menyapu seluruh wajah
 Menyapu kedua tangan sampai siku
c. Kaifiat tayammum
 Tanyammum menjadi batal oleh sesuatu yang
membatalkan wudhu
 Disebabkan adanya air
 Najis
a. Macam – macam najis dan cara mensucikannya
Najis adalah sesuatu yang kotor atau menjijikkan, najis harus
dibersihkan ketika hendak shalat. Najis dibagi kepada 3 :
1. Najis Berat (mughalazhah)
Yang termasuk najis berat adalah anjing dan babi
Tiga jenis ini termasuk yang diharamkan oleh Allah Swt karena
mengandung unsur najis yang harus dibersihkan ketika hendak
menunaikan shalat. Sedangkan cara mensucikannya adalah dibasuh
tujuh kali dan yang pertama kalinya disucikan dengan tanah. Hal ini
berdasarkan sabda Rasulullah yang artinya : “mensucikan bejanamu
yang dikilat anjimg adalah dengan membasuhnya tujuh kali,
pertama kalinya dengan tanah ( HR. Muslim,Ahmad, Abu Daud dan
al-Baihaqy)
2. Najis Pertengahan ( mutawassithah)
Adapun najis pertengahan ada 2 bagian :
a. Najis hukmiah
Adalah najis yang tidak dapat dilihat tetapi diyakini adanya.
Dengan kata lain tidak nyata zat, bau, warna dan rasanya seperti
air kencing yang mengenai pakaian, badan tempat dan
65

sebagainya. Cara mensucikannya adalah degnan mengalirkan air


atau membasuhnya dengan air.
b. Najis ‘aimiyah
Adalah najis yang dapt dilihatdan masih nyata zat,warna dan
baunya seperti darah, buang air , muntah dan lain – lain. Cara
mensucikannya adalah dengan membasuh kemudian
menggosoknya dan menyiramnya dengan beberapa kali
sehingga hilang zat, bau, warna dan rasanya.
3. Najis Ringan (mukhaffafah)
Najis ringan yaitu kencing anak laki-laki yang belum makan
makanan selain air susu ibunya. Cara mensucikannya adalah dengan
memercikan atau menuangkan air sehingga meratai yang dikenai
najis. Bila air kencing itu masih ada, maka diperas dituang dengan
air dan diperas kembali sehingga bau, warna dan rasanya hilang.
3. Adab Bersuci
Thaharah (bersuci) merupakan aktivitas membersihkan diri dari najis maupun
hadats. Thahrah atau bersuci memiliki adab ( sopan santun ) yang harus kita
ketahui. Adapun adab dari thaharah adalah sebagai berikut :
1. Tidak boleh menghadap kiblat maupun membelakangi kiblat jika tidak ada
yang mendindingi atau membatas seperti sungai.
2. Mendahulukan kaki kiri ketika masuk kekamar mandi (WC)dan membaca do’a.
3. Membaca doa setelah buang air.
4. Tidak boleh membawa benda yang bertuliskan al-Qur’an atau nama – nama
yang dimuliakan seperti nama Allah dll.
5. Jangan berbicara ketika buang air besar/kecil.
6. Buang air hendaklah pada tempat yang jauh dan tertutu.
7. Jangan buang air dijalan yang dilalui orang dan yempat orang berteduh.
8. Jangan buang air pada air yang tenang atau tidak mengalir.
9. Jangan buang air dalam keadaan berdiri.
10. Jangan buang air kedalam lobang supaya jangan menyakiti atau menganiaya
apa yang ada didalamnya
11. Jangan buang air pada rumpun pohon berbuah baik sedang brbuah atau tidak.
66

4. Hikmah Thaharah

Dalam islam bersuci / thaharah memiliki posisi yang sangat bahkan menjadi bab

pertama dalam pembelajaran fiqih. Bersuci merupakan perintah agama yang bias

dikatakan selevel lebih tinggi dari sekedar bersih – bersih, sebab tak setiap yang

bersih adalah suci. Sebagaimananibadah – ibadah lainya, perintah bersuci ini

mengandung hikmah dalan kehidupan kita. Diantaranya :

a. Bersuci merupakan bentuk pengakuan Islam terhadap fitrah manusia. Manusia

memiliki kecenderungan alamiah untuk hidup bersih dan menghidari sesuatu

yang kotor.

b. Menjaga kemuliaan dan wibara umat Islam. Orang islam mencinti keidupn

bermasyarakat yang aman dan nyaman. Islam tidak menginginkan umatnya

tersingkir atau dijauhi dari pergaulan lantaran persoalan kebersihan.

c. Menjaga kesehatan, kebersihan merupakan bagian paling penting yang

memelihara seseorang dari terserang penyakit. Anjuran untuk membersihkan

badan,membasuh kaki,kedua tangan,hidung dan ksedua kaki, berkali – kali

saban hari relevan dengan kondisi dan aktivitas manusia. Sebab anggota –

anggota tubuh tersebut yang paling sering terpapar kotoran.

d. Menyiapkan diri dengan kondisi terbaik saat menghadap Allah, tidak hanya

bersihtapi juga suci. Dalam shalat, do’a dan munajatny seorang hamba memang

seyogyanya suci secara lahir dan batin, bersih jasmani dan rohani kaena Allah

mencintai orang – orang yang bertobat dan menyucikan diri.

Dalam persoalan bersuci sesungguhnya tanpa disadari mengandung muatan untuk

menghindari diri dari kuman penyakit. Karena itu syariah islam tidak hanya

mengatur ketentuan menyangkut media bersucinya, berupa air atau tanah tetapi

juga mengatur tata cara bersuci. Dalam membersihkan kotoran tertentu, diperlukan
67

hingga tujuh kali siraman dengan air mengalir yang diantaranya harus

membersihkan bagian yang terkena najisitu, dengan tanah. Najis dalam pengertian

luas adalah segala sesuatu kotoran yang berbahaya bagi tubuh, termasuk kuman

penyakit semacam Covid-19.

Agar tetap bersih dan menghindari berbagai penyakit. Berwudhu dengan benar

yang disunahkan dimulai dengan berkumur – kumur dan istinsyaq atau menghirup

air kedalam rongga hidung adalah cara yang baik untuk menjaga masuknya virus

kedalam tubuh. Kemudian membasuh muka,menyapu kepala yaitu menggosok –

gosokkan jari yang basah keseluruh bagian kepala adalah hal yang sangat penting

dan baik untuk membangkitkan seluruh bagian syaraf kepala, coba lakukan dengan

benar dan rasakan manfaatnya.

Secara keseluruhan aspek penting dalam berwudhu adalah menstabilkan suhu

badan pada temperaturnormal, sehingga tubuh akan tersa lebih segar. Maka sangat

wajar jika dalam menghadapi corona, berwudhu sangat dianjurkan.

Anda mungkin juga menyukai