Thaharah
a. Pengertian Thaharah
2. Istinja’
a. Pengertian Istinja’
Apabila tidak ada air, bilas menggunakan batu. Dalam hadis telah
ditentukan bahwa untuk menghilangkan najis pertama-tama dengan
menggunakan air, kemudian yang basah dikeringkan dengan
sesuatu yang kering dan suci.
Istinja secara bahasa berarti terlepas atau selamat,
sedangkan menurut pengertian syariat adalah bersuci setelah buang
air besar atau buang air kecil. Secara legkapnya, istinja adalah
menghilangkan sesuatu yang keluar dari kubul atau dubur dengan
menggunakan air suci lagi mensucikan atau batu yang suci atau
benda-benda lain yang memiliki fungsi sama dengan air dan batu.
Selain istinja, ada lagi istilah istijmar, yaitu menghilangkan najis
dengan batu atau sejenisnya. Istinja dan istijmar, adalah cara bersuci
yang diajarkan syariat Islam kepada orang yang telah buang hajat.
Dan hukum istinja adalah wajib bagi setiap orang yang baru buang air
besar ataupun buang air kecil, dengan air atau media lainnya. Istinja
yang baik adalah dengan air, bilas pula dengan batu.
3
(istijmar).
3. Jenis-Jenis Air
b. Air Musyammas
Air musyammas adalah air yang dipanaskan di bawah terik sinar matahari dengan
menggunakan wadah yang terbuat dari logam selain emas dan perak, seperti besi atau
tembaga. Air ini hukumnya suci dan menyucikan, hanya saja makruh bila dipakai untuk
bersuci.
Secara umum air ini juga makruh digunakan bila pada anggota badan manusia atau
hewan yang bisa terkena kusta seperti kuda, namun tak mengapa bila dipakai untuk
mencuci pakaian atau lainnya. Meski demikian air ini tidak lagi makruh dipakai bersuci
apabila telah dingin kembali.
d. Air Mutanajis
Air mutanajis adalah air yang terkena barang najis yang volumenya kurang dari dua
qullah atau volumenya mencapai dua qullah atau lebih namun berubah salah satu
sifatnya—warna, bau, atau rasa—karena terkena najis tersebut. Air sedikit apabila
terkena najis maka secara otomatis air tersebut menjadi mutanajis meskipun tidak ada
sifatnya yang berubah. Sedangkan air banyak bila terkena najis tidak menjadi mutanajis
bila ia tetap pada kemutlakannya, tidak ada sifat yang berubah. Adapun bila karena
terkena najis ada satu atau lebih sifatnya yang berubah maka air banyak tersebut
menjadi air mutanajis. Air mutanajis ini tidak bisa digunakan untuk bersuci, karena
dzatnya air itu sendiri tidak suci sehingga tidak bisa dipakai untuk menyucikan.Wallahu
a’lam.
7
5. Berwudhu
Wudhu adalah salah satu cara untuk menghilangkan hadast kecil. Pada umumnya
berwudhu dilakukan sebelum melaksanakan ibadah. Hal itu dilakukan karena ketika
ibadah diharuskan dalam keadaan suci dan bersih.
9
Perintah melakukan wudhu sebelum melaksanakan shalat tercantum pada surah Al-
Maidah ayat 6, yang berbunyi.
Artinya:
“Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan shalat, maka
basuhlah mukamu dan tanganmu sampai dengan siku dan usaplah kepalamu dan
(basuh) kedua kakimu sampai dengan kedua mata kaki.” (Al-Maidah: 6).
A. Rukun Wudhu
Dikutip dari buku Fiqh Islam karangan H. Sulaiman Rasjid. Di dalam buku ini dijelaskan
bahwa fardhu wudhu ada enam, di antaranya:
1. Niat
Hendaklah berniat menghilangkan hadast atau sengaja berwudhu. Bacaan niat wudhu
sebagai berikut :
Artinya:
Saya berniat berwudhu untuk menghilangkan hadast kecil fardu (wajib) karena Allah
ta’ala.
2. Membasuh muka
Berdasarkan Surah Al-Maidah ayat 6 bahwa batas muka yang wajib dibasuh adalah dari
tempat tumbuh rambut kepala sebelah atas sampai kedua tulang dahu sebelah bawah;
lintangnya dari telinga ke telinga; seluruh bagian muka yang tersebut tadi wajib
dilebihkan sedikit agar kita yakin terbasuh semuanya. Menurut ahli fiqh, “sesuatu yang
hanya dengan dia dapat disempurakan yang wajib, maka hukumnya juga wajib.”
1. Ketika berwudhu mendahulukan anggota badan bagian kanan daripada kiri. Rasulullah
S.A.W suka dengan anggota badan bagian kanan daripada anggota badan yang bagian
kiri.
Artinya:
“Dari aisyah r.a. Ia berkata, “Rasulullah SAW, suka mendahulukan anggota kanan ketika
memakai sandal, bersisir, bersuci, dan dalam segala halnya.” (Hadist Riwayat
Bukhari:163)
2. Membasuh setiap anggota tiga kali, berarti membasuh muka tiga kali, tangan tiga kali,
dan seterusnya.