Anda di halaman 1dari 53

1

PENDAHULUAN

BAB I
ATH-THAHARAH

A. Pengertian Thaharah

Taharah menurut bahasa berasal dari kata (Thohur), artinya bersuci atau bersih.
Menurut istilah adalah bersuci dari hadas, baik hadas besar maupun hadas kecil dan bersuci dari
najis yang meliputi badan, pakaian, tempat, dan benda-benda yang terbawa di badan.
Taharah merupakan anak kunci dan syarat sah salat. Dalam kesempatan lain Nabi SAW
juga bersabda:



Nabi Bersabda: Kuncinya shalat adalah suci, penghormatannya adalah takbir dan perhiasannya
adalah salam.
Hukum taharah ialah WAJIB di atas tiap-tiap mukallaf lelaki dan perempuan. Dalam hal
ini banyak ayat Al qur`an dan hadist Nabi Muhammad saw, menganjurkan agar kita senantiasa
menjaga kebersihan lahir dan batin.
Firman Allah Swt :

)

Artinya: Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang bertobat dan mencintai orang-
orang yang suci lagi bersih. (QS Al Baqarh:222)

Selain ayat al qur`an tersebut, Nabi Muhammad SAW bersabda.

) (

Artinya : Kebersihan itu adalah sebagian dari iman.(HR.Muslim)

menurut bahasa, artinya kebersihan atau bersih dari berbagai kotoran, baik yang bersifat
hissiyah (nyata), seperti najis berupaair seni dan yang selainnya, maupun yang bersifat
maknawiyah, seperti aibdan perbuatan maksiat.
At-Tathir
Bermakna tanzhif (membersihkan), yaitu pembersihan pada tempat yang terkotori.
Menurut pengertian syariat (terminologi),
thaharah berartitindakan menghilangkan hadats dengan air atau debu yang bisamenyucikan. Juga
berarti upaya meglenyapkan najis dan kotoran. Berarti,thaharah menghilangkan sesuatu yang ada
di tubuh yang menjadi penghalang bagi pelaksanaan shalat dan ibadah semisalnya.

Ulama Fiqh menyatakan bahwa thaharah adalah membersihkan diridari segala hal baik
hadas maupun najis yang menghalangi seseoranguntuk melakukan sholat, dengan menggunakan
air atau tanah. Menurut Al-Hanafiah thaharah adalah bersih dari hadas dan najis. Pengertian
2

thaharah pun dikemukakan oleh Al-Malikiyah yakni suatu sifat yang menurut pandangan syara
membolehkan orang yang mempunyai sifat itumengerjakan sholat dengan pakaian yang
dikenakananya di tempat yang iagunakan untuk mengerjakan sholat, sedangkan menurut Asy-
Syafiiahadalah suatu perbuatan yang membolehkan seseorang mengerjakan sholatseperti
whudu, mandi dan menghilangkan najis serta hilangnya hadast,najis atau semisalnya seperti
tayamum dan mandi sunah


B. HIKMAH THAHARAH DALAM KEHIDUPAN

1. Thaharah termasuk tuntunan fitrah. Fitrah manusia cenderung kepada kebersihan dan
membenci kotoran serta hal-hal yang menjijikkan.
2. Memelihara kehormatan dan harga diri. Karena manusia suka berhimpun dan duduk
bersama. Islam sangat menginginkan, agar orang muslim menjadi manusa terhormat dan
punya harga diri di tengah kawan-kawannya.
3. Memelihara kesehatan. Kebersihan merupakan jalan utama yang memelihara manusia
dari berbagai penyakit, karena penyakit lebih sering tersebar disebabkan oleh kotoran.
Dan membersihkan tubuh, membasuh wajah, kedua tangan, hidung dan keudua kaki
sebagai anggota tubuh yang paling sering berhubungan langsung dengan kotoran akan
membuat tubuh terpelihara dari berbagai penyakit.
4. Beribadah kepada Allah dalam keadaan suci. Allah menyukai orang-orang yang gemar
bertaubat dan orang-orang yang bersuci
C. PEMBAGIAN NAJIS DAN MACAM-MACAM NYA
Dalam ajaran Islam, najis dibagi menjadi tiga macam, yaitu najis mugallazah,
mukhaffafah, dan mutawassitah.
a. Najis Berat (Mugallazah)
Najis berat adalah suatu materi (benda) yang kenajisannya ditetapkan berdasarkan dalil
yang pasti (qati). Yang termasukdalam kelompok ini adalah najis yang berasal dari anjing dan
babi. Cara menyucikannya adalh menghilangkan terlebih dahulu wujud benda najis itu,
kemudian dicuci dengan air bersih sebanyak tujuh kali dan salah satunya dengan tanah.
b. Najis Ringan (Mukhaffafah)
3

Najis ringan adalah najis yang berasal dari air kencing bayi laki-laki yang belum makan
apa-apa, kecuali air susu ibunya dan umurnya kurang dari 2 tahun. Cara menyucikan najis ini
cukup dengan memercikkan air pada benda yang terkena najis.
c. Najis Sedang (Mutawassitah)
Najis sedang adalah semua najis yang idak termasuk dua macam najis di atas
(mugallazah dan mukhaffafah). Najis mutawassitah ada dua, yaitu mutawassitah hukmiyyah dan
mutawassitah ainiyah.
1) mutawassitah hukumiyyah adalah najis yang diyakini adanya tetapi tidak ada bau, rasa,
ataupun wujudnya, seperti kencing yang sudah kering. Cara menyucikannya cukup
disiram air diatasnya.
2) mutawassitah ainiyah adalah najis yang masih ada wujud, bau, atau pun rasa. Cara
menyucikannya adlah dibasuh samapai hilang wujud, bau, ataupun rasa (kecuali jika
sangat susah dihilangkan).
Macam-macam air ada 4, yakni Air mutlak, Air musyammas, Air mustamal,
Air mutanajis. Perihal alat bersuci selain air yakni shaid yang berarti tanah. Ad a
y a n g berpendapat ia adalah tanah yang baik adapula yang mengatakan ia adalah setiap
debuyang yang baik. Menurut pendapat jumhur ulama, bahwa yang di maksud dengan
shaidadalah yang berada dipermukaan tanah, baik itu debu atau yang lain.

D. CARA MENSUCIKAN NAJIS

Berdasarkan firman Allah diatas dapat disimpulkan bahwa sarana yang dapat digunakan
untuk bersuci adalah sebagai berikut :
1. Air dapat digunakan untuk mandi, wudu, dan membersihkan benda-benda yang terkena
najis.

Sedangkan air untuk bersuci sendiri di bagi menjadi beberapa jenis berdasarkan fungsinya,
yaitu :
a. Air suci dan mensucikan
Adalah air yang dapat digunakan untuk bersuci, baik menghilangkan hadas maupun
najis, dan airnya tidak berubah warna maupun zatnya. Misal air hujan, air sungai, air
sumur, air laut, air salju, air embun dan air sumber lain yang keluar dari mata air.

b. Air suci tetapi tidak mensucikan
Air ini halal diminum, tetapi tidak dapat mensucikan hadas dan najis.
Yang termasuk air suci tetapi tidak mensucikan adalah:
1) Air yang berubah salah satu sifatnya, seperti: air teh, air kopi, air susu, dsb.
2) Air yang kurang dari 2 kollah(jika persegi panjang maka ukurannya adalah1
hasta/216 liter).
3) Air buah-buahan, seperti: air kelapa, perasan anggur dsb


4

c. Air suci tetapi makhruh hukumnya
Yaitu air yang terjemur sinar matahari dalam wadah selain emas dan perak

d. Air mutanajis
Adalah air yang terkena najis. Apabila airnya kurang dari 2 kollah, terkena najis,
maka hukumnya menjadi najis. Akan tetapi jika airnya lebih dari 2 kollah, maka
hukumnya tidak najis dan bisa digunakan untuk bersuci selama tidak berubah warna,
bau, maupun rasanya.

e. Tanah, boleh menyucikan jika tidak digunakan untuk sesuatu fardhu dan tidak
bercampur dengan sesuatu.

f. Debu, dapat digunakan untuk tayamum sebagai pengganti wudu atau mandi.

g. Batu bata, tisu atau benda atau benda yang dapat untuk menyerap bisa digunakan
untuk istinjak.

E. WUDHU DAN TATA CARA WUDHU SERTA YANG MEMBATALKAN NYA

Wudu menurut bahasa berarti bersih. Menurut istilah syara berarti membasuh anggota
badan tertentu dengan air suci yang menyucikan (air mutlak) dengan tujuan menghilangkan
hadas kecil sesuai syarat dan rukunnya. Firman Allah SWT dalam surat Al Maidah ayat 6.

()

Artinya : Hai orang-orang yang beriman, apabila kamu hendak mengerjakan solat, maka
basuhlah mukamu, kedua tanganmu sampai siku, dan sapulah kepalamu dan basuhlah kakimu
sampai mata kaki.(QS Al maidah :6)

Syarat Wudu :

Wudu seseorang dianggap sah apabila memenuhi syarat sebagai berikut.
a. Beragama Islam
b. Sudah mumayiz
c. Tidak berhadas besar dan kecil
d. memakai air suci lagi mensucikan
e. Tidak ada sesuatu yang menghalangi samp[ainya air ke anggota wudu, seperti cat,
getah dsb.

Rukun Wudu

Hal-hal yang wajib dikerjakan dalam wudu adalah sebagai berikut.
a. Niat berwudu di dalam hati bersamaan ketika membasuh muka. Lafal niat:
5


Artinya:Saya berniat wudu untuk menghilangkan hadas kecil karena Allah SWT.
a. Membasuh seluruh muka
b. Membasuh kedua tangan sampai siku
c. Mengusap atau menyapu sebagian kepala.
d. Membasuh kedua kaki sampai mata kaki, dan
e. Tertib (berurutan dari pertama sampai terakhir

Sunah Wudu
Untuk menambah pahala dan menyempurnakan wudu, perlu diperhatikan hal-hal yang
disunahkan dalam melakukan wudu, antara lain sebagai berikut.
a. Membaca dua kalimah syahadat ketika hendak berwudu
b. Membaca taawuz dan basmalah
c. Berkumur-kumur bagi seseorang yang sedang tidak berpuasa
d. Membasuh dan membersihkan lubang hidung
e. Menyapu seluruh kepala
f. Membasuh sela-sela jari tangan dan kaki
g. Mendhulukan anggota wudu yang kanan dari yang kiri.
h. Membasuh anggota wudu tiga kali.
i. Mengusap kedua telinga bagian luar dan dalam
j. Membaca doa sesudah wudu.

Doa sesudah wudu.

.

Artinya : Aku bersaksi bahwa tidak ada Tuhan selain Allah yang Maha Esa, yang tida sekutu
bagi-Nya, Dan aku bersaksi bahwa Muhammad adalah hamba-Nya dan utusan-Nya. Ya Allah
jadikanlah aku termasuk dalam golongan orang-orang yang bertobat, dan jadikanlah aku
termasuk dalam golongan orang-orang yang bersuci.

Hal yang membatalkan wudu.

Wudu seseorang dikatakan batal apabila yang bersangkutan telah melakukan hal-hal
seperti berikut :
a. Keluar sesuatu dari kubul (kemaluan tempat keluarnya air seni) atau dubur(anus), baik
berupa angin maupun cairan(kentut,kencing, tinja, darah, nanah, mazi, mani dan
sebagainya).

Firman Allah SWT dalam Al Quran Surah An Nisa:43.

Artinya : atau kembali dari tempat buang air .... (QS.An-Nisa :43)

b. Bersentuhaan kulit laki-laki dan perempuan tanpa pembatas.
Firman Allah SWT dalam Al Quran surah An Nisa :43.

Artinya : atau kamu telah menyentuh perempuan.


6

c. Menyentuh kubul atau dubur dengan tapak tangan tanpa pembatas.
Sabda Nabi Muhammad SAW :

(
)
Artinya : Dari Umi Habibah ia berkata saya telah mendengar Rosulullah SAW bersabda
:Barang siapa menyentuh kemaluannya hendaklah berwudu.(HR Ibnu Majjah dan disahkan
oleh Ahmad)
d. Tidur dengan nyenyak
e. Hilang akal.

F. TAYAMUM DAN TATA CARA TAYAMUM SERTA YANG MEMBATALKANNYA

Tayamum secara bahasa adalah berwudu dengan debu,(pasir, tanah) yang suci karena
tidak ada air atau adanya halangan memakai air.
Tayamum menurut istilah adalah menyapakan tanah atau debu yang suci ke muka dan
kedua tangan sampai siku dengan memenuhi syarat da rukunnya sebagai pengganti dari wudu
atau mandi wajib karena tidak adanya air atau dilarang menggunakan air disebabkan sakit.
Firman Allah SWT dalam surat An Nisa ayat 43.

)

Artinya : Dan jika kamu sakit atau sedang dalam musafir atau datang dari tempat buang air
atau kamu telah menyentuh perempuan, kemudian kamu tidak mendapat air, maka
bertayammumlah kamu dengan tanah yang baik (suci), sapulah mukamu dan tanganmu
sesungguhnya Allah Maha Pemaaf lagi Maha Pengampun. (QS An Nisa:43)

Tayammum merupakan pengganti dari berwudu. Apabila seseorang telah melaksanakan
salat dengan tayamum kemudian dia menemukan air, maka tidak wajib mengulang sekalipun
waktu salat masih ada.
Adapun syarat dan rukun, sunah serta hal-hal yang terkait dengan tayamum adalah
sebagai berikut.

Syarat Tayamum
Syarat tayamum adalah sebagai berikut :
b. Ada sebab yang membolehkan mengganti wudu atau mandi wajib dengan tayamum.
c. Sudah masuk waktu salat
d. Sudah berusaha mencari air tetapi tidak menemukan
e. Menghilangkan najis yang melekat di tubuh
f. Menggunakan tanah atau debu yang suci.

Rukun Tayamum
a. Niat
b. Mengusap debu ke muka
7

c. Mengusap debu ke dua tangan sampai siku
1) d.Tertib
Sunah Tayamum
Dalam melaksanakan tayamum, seseorang hendaknya memperhatikan sunah-sunah
tayamum sebagai berikut.:
a. Membaca dua kalimah syahadat ketika hendak bertayamum
b. Membaca taawuz dan basmalah
c. Menepiskan debu yang ada di telapak tangan
d. Merenggangkan jari-jari tangan
e. Menghadap kiblat
f. Mendahulukan anggota tubuh yang kanan dari yang kiri
g. Membaca doa (seperti doa sesudah wudu)

Hal yang membatalkan Tayamum
Tayamum seseorang menjadi batal karena sebab berikut :
a. a.Semua yang membatalkan wudu juga membatalkan tayamum
b. b.Keadaan seseorang melihat air yang suci yang mensucikan (sebelum salat)
c. c.Murtad (keluar dari agama Islam)

Praktik Tayamum
Ada beberapa hal yang perlu kamu ketahui dalam melakukan tayamum. Hal tersebut
perlu diperhatikan karena suatu saat kamu pasti akan melakukannya, seperti ketika kamu dalam
perjalanan, berada di daerah yang tidak ada air, atau sedang sakit yang tidak memperbolehkan
terkena air.
a. Carilah tempat yang mengandung debu/tanah yang suci.
b. Letakkan atau tempelkan kedua tangan pada tempat yang berdebu tersebut disertai niat
dalam hati. Lafal niat tayamum.

5 .



Artinya : Aku niat bertayamum untuk dapat mengerjakan salat fardu karena Allah Taala.

c. Mengusap kedua tangan sampai siku hingga merata dengan mendahulukan tangan kanan.
Usahakan mencari debu pada tempat yang berbeda.
d. Membaca doa sesudah tayamum, seperti doa sesudah wudu.

F. MANDI JINABAH
Mandi wajib disebut juga mandi besar, mandi junub, atau mandi janabat. Mandi wajib
adalah menyiram air ke seluruh tubuh mulai dari ujung rambut sampai ujung kaki dengan disertai
niat mandi wajib di dalam hati.
Firman Allah Swt :
5 . (

)

Artinya : .......dan jika kamu junub maka mandilah. (QS Al Maidah)

Adapun lafal niatnya adalah sebagai berikut :
8

6 .

Artinya : Aku niat mandi wajib untuk menghilangkan hadast besar karena Allah Taala.

Rukun mandi wajib
Ada beberapa hal yang menjadi rukun dalam melaksanakan mandi wajib, diantaranya
sebagai berikut :
a. Niat mandi wajib
b. Menyiramkan air keseluruh tubuh dengan merata.
c. Membersihkan kotoran yang melekat atau mengganggu sampainya air ke badan.

Sunah Mandi Wajib
Pada waktu mandi wajib disunahkan melakukan beberapa hal, antara lain :
a. Menghadap kiblat
b. Membaca basmalah
c. Berwudu sebelum mandi
d. Mendahulukan anggota badan yang kanan dari yang kiri, dan
e. Menggosok badan dengan tangan.

Beberapa Penyebab Diwajibkan Mandi Wajib

Berikut ini adalah hal-hal yang menjadi penyebab diwajibkannya mandi wajib:
a. Keluarnya air mani (sperma) dengan syahwat, baik ketika sedang tidur maupun dalam
keadaan terjaga. Akan tetapi, apabila ia bermimpi tidak disertai keluarnya mani, maka ia
tidak wajib mandi.
b. Selesainya haid bagi perempuan.
c. Selesai melahirkan.
d. Selesai nifas, yakni darah yang keluar sesudah melahirkan.
e. Meninggalnya seseorang (jenazah).

Praktek Mandi Wajib
Bagi perempuan yang sudah beranjak dewasa (mengalami haid) dan anak laki-laki
dewasa yang sudah mengalami mimpi basah, wajib melakukan mandi waji.
Perhatikanlah beberapa langkah yang harus diketahui dalam melakukan mandi wajib berikut :
a. Pastikan bahwa kamu benar-benar telah mengalami hadas besar.
b. Lakukan sesuai dengan rukun mandi wajib yang telah kamu pelajari.
c. Sempurnakan dengan sunah-sunah mandi wajib.

Istinja
Pengertian istinja Menurut bahasa, istinja berarti terlepas atau bebas. Sedangkan
menurut istilah, ialah membersihkan kedua pintu alat kelamin manusia yaitu dubur dan
qubul(anus dan penis) dari kotoran dan cairan (selain mani) yang keluar dari keduanya. Istinja
hukumnya wajib.
a. Hal-hal yang dilarang ketika buang air
- Dilarang menjawab suara adzan
- Dilarang menjawab salam
9

- Bila bersin hendaknya memuji Allah dalam hati saja, tidak boleh menjawab dengan
suara keras.
- Dilarang mengucapkan kalimat-kalimat dzikir.
- Dilarang makan minum dan sebagaimya

b. Alat-alat yang digunakan untuk istinja
- Air
- Batu (jika tidak ada air)
- Kertas atau tissue (jika tidak ada air)
- Daun-daunan yang tidak biasa dimakan (jika tidak ada air)

c. Tata cara istinja
- Ada air dapat dibersihkan dengan batu atau kertas sampai bersih. Membasuh tempat
keluarnya najis dengan air hingga bersih
- Jika tidak Sekurang-kurangnya dengan 3 buah batu atau 3 sisi sebuah batu. Jika tidak
ada batu dapat digunakan benda-benda lain asal keset atau keras.

BAB II
SHALAT

A. PENGERTIAN SHOLAT

Sholat berasal dari bahasa Arab As-Sholah ( ), sholat menurut Bahasa (Etimologi) berarti
Do'a dan secara terminology / istilah, para ahli fiqih mengartikan secara lahir dan hakiki.
Secara lahiriah shalat berarti beberapa ucapan dan perbuatan yang dimulai dengan takbir dan
diakhiri dengan salam, yang dengannya kita beribadah kepada Allah menurut syarat syarat
yang telah ditentukan (Sidi Gazalba,88).
Adapun scara hakikinya ialah berhadapan hati (jiwa) kepada Allah, secara yang
mendatangkan takut kepada-Nya serta menumbuhkan didalam jiwa rasa kebesarannya dan
kesempurnaan kekuasaan-Nyaatau mendahirkan hajat dan keperluan kita kepada Allah yang
kita sembah dengan perkataan dan pekerjaan atau dengan kedua-duanya.
(Hasbi Asy-Syidiqi, 59).
Dalam pengertian lain shalat ialah salah satu sarana komunikasi antara hamba dengan
Tuhannya sebagai bentuk, ibadah yang di dalamnya merupakan amalan yang tersusun dari
beberapa perkataan dan perbuatan yang dimulai dengan takbiratul ikhram dan diakhiri dengan
salam, serta sesuai dengan syarat dan rukun yang telah ditentukan syara
(Imam Bashari Assayuthi, 30).
Dari beberapa pengertian di atas dapat disimpulkan bahwa shalat adalah merupakan ibadah
kepada Tuhan, berupa perkataan dengan perbuatan yang diawali dengan takbir dan diakhiri
dengan salam menurut syarat dan rukun yang telah ditentukan syara. Juga shalat merupakan
penyerahan diri (lahir dan bathin) kepada Allah dalam rangka ibadah dan memohonrido-Nya.

B. RUKUN SHALAT

Rukun bisa juga disebut fardhu. Perbedaan antara syarat dan rukun adalah bahwa syarat
adalah sesuatu yang harus ada pada suatu pekerjaan amal ibadah sebelum perbuatan amal ibadah
10

itu dikerjakan, sedangkan pengertian rukun atau fardhu adalah sesuatu yang harus ada pada suatu
pekerjaan/amal ibadah dalam waktu pelaksanaan suatu pekerjaan/amal ibadah tersebut.
Rukun Shalat ada 13 yaitu :
1. 1.niat, yaitu menyengaja untuk mengerjakan sholat karena Allah SWT.
2. Berdiri bagi yang mampu. Bagi orang yang tidak mampu maka ia boleh mengerjakan
shalat dengan duduk, berbaring atau dengan isyarat.
3. Takbiratul Ihram
4. Membaca Surat Al-Fatihah.
5. Ruku dan thumaninah
6. Itidal dengan thumaninah
7. Sujud dua kali dengan thumaninah
8. Duduk di antara dua sujud dengan thumaninah
9. Duduk yang terakhir.
10. Membaca tasyahud pada waktu duduk akhir.
11. Membaca sholawat atas Nabi Muhammad SAW pada tasyahud akhir setelah membaca
tasyahud.
12. Mengucapkan salam
12. Tertib, maksudnya ialah melaksanakan ibadah sholat harus berututan dari tukun yang
pertama sampai yang terakhir.

Dari ketiga belas rukun sholat tersebut, dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis, yaitu :
1. Rukun qalbi, mencakup satu rukun yaitu niat.
2. Rukun qauli, mencakup lima rukun yaitu : takbiratul ihram, membaca al-fatihah,
membaca tasyahud akhir, membaca sholawat dan salam.
3. Rukun fili, mencakup enam rukun, yaitu berdiri, ruku, itidal, sujud, duduk diantara
dua sujud, duduk tasyahud akhir.Adapun rukun yang ketiga belas, yaitu tertib,
merupakan gabungan dari qauli dan fili.

C. SHALAT- SHALAT SUNNAH

1. Sholat Tathowwu' (

)

Yaitu sholat sunnah atau tambahan dari sholat-sholat fardhu 5 waktu.
Sholat Tathowwwu' ini memiliki 2 bentuk:

2. Sholat Tathowwu' Muthlaq (

)

Yaitu sholat sunnah yang batas dan ketentuannya tidak ditentukan oleh syara', dikerjakan dua
roka'at-dua roka'at, baik dikerjakan pada siang hari atau malam hari. Akan tetapi, hendaklah
sholat tathowwu' ini tidak dilakukan terus menerus seperti sunnah rowatib serta tidak mengarah
kepada bid'ah atau serupa dengan pelakunya.

3. Sholat Tathowwu' Muqoyyad (

)

Yaitu sholat yang batas dan ketentuannya telah ditentukan oleh syara'
11

Dalam hal ini antara lain, sholat-sholat sunnah rowatib, yaitu:
- Sholat Rotibah Fajar yaitu sholat 2 rokaat sebelum sholat Fajar.
- Sholat Rotibah Dzuhur yaitu sholat 2 atau 4 rokaat sebelum ataupun sesudah Zuhur.
- Sholat Rotibah Ashar yaitu sholat 4 rokaat sebelum sholat Ashar.
- Sholat Rotibah Maghrib yaitu 2 rokaat sesudah sholat Maghrib.
- Sholat Rotibah Isya' yaitu sholat 2 rokaat sesudah sholat Isya'.

o Ibnu Umar rodhiallohu anhuma berkata:
"Aku mengahafal 10 rokaat (sholat) dari Nabi sholallohu alaihi wa sallam. 2 rokaat sebelum
Dzuhur dan 2 rokaat sesudahnya, 2 rokaat setelah maghrib dirumahnya, 2 rokaat setelah isya'
dirumahnya, dan 2 rokaat sebelum shubuh disaat Nabi sholallohu alaihi wa sallam tidak boleh
dimasuki orang lain". (HR. Bukhori: 118, dan Muslim: 729)
Rosululloh sholallohu alaihi wa sallam bersabda:

"

"

"Barangsiapa yang menjaga 4 rokaat sebelum dzuhur dan 4 rokaat sesudahnya, maka Alloh akan
mengaharamkan api neraka baginya". (HR. Ibnu Majah: 1160, dishohihkan Al-Bani di Shohih
Ibnu Majah: 1/191)

Rosululloh sholallohu alaihi wa sallam bersabda:

"

"

"Alloh mengasihi seseorang yang sholat 4 rokaat sebelum 'Ashar". (HR. Abu Daud: 1271,
dishohihkan Al-Bani di Shohih Abu Daud: 1/237)

"

"

"dua rokaat fajar lebih baik dari dunia dan seisinya".(HR. Muslim)
Sholat-sholat lain yang disyari'atkan dalam bagian ini, antara lain ialah:

a. Sholat Malam/ Tahajjud/ Tarawih dibulan Romadhon dan witir:
'Aisyah rodhiallohu anha berkata: "Rosululloh sholallohu alaihi wa sallam sholat antara
selesai sholat 'Isya hingga fajar 11 rokaat dengan salam setiap dua rokaat dan witir 1 roka'at".
(HR. Muslim: 736)

b. Sholat Dhuha 2 rokaat sampai dengan 12 rokaat.
Rosululloh sholallohu alaihi wa sallam bersabda:

"

"

"Tidak ada yang selalu menjaga sholat dhuha kecuali orang-orang yang bertaubat. Itulah
Awwabin". (HR. Ibnu Khuzaimah: 2/228. lihat Al-'Ahadits Ash-Shohihah: 1994)
12



Diriwayatkan dari Anas bin malik rodhiallohu anhu berkata: Rosululloh sholallohu alaihi
wa sallam bersabda: barangsiapa sholat dhuha 12 rokaat, Alloh bangun baginya sebuah
istana dari emas didalam jannah. (HR. Tirmidzi: 435)

c. Sholat Tahiyyatul Masjid.

Rosululloh sholallohu alaihi wa sallam bersabda:

"

"

"Apabila salah seorang kalian masuk masjid, mak sholatlah 2 rokaat sebelum dia duduk". (HR.
Bukhori: 444 dan Muslim: 714)

d. Sholat Taubat.
Rosululloh sholallohu alaihi wa sallam bersabda: "Tidak ada seorang yang melakukan dosa,
kemudian ia bengun dan bersuci kemudian sholat dan meminta ampun kepada Alloh, kecuali
Alloh akan mengampuninya. Kemudian beliau membaca ayat ini:
"Dan (juga) orang-orang yang apabila mengerjakan perbuatan keji atau Menganiaya diri
sendiri, mereka ingat akan Alloh, lalu memohon ampun terhadap dosa-dosa mereka dan siapa
lagi yang dapat mengampuni dosa selain dari pada Alloh? dan mereka tidak meneruskan
perbuatan kejinya itu, sedang mereka mengetahui". (QS. Ali-Imron [3]: 135) (HR. Tirmidzi: 406,
dishohihkan Al-Bani: 1/128)

e. Sholat Tasbih (4 rokaat).
Caranya adalah:
Membaca Tasbih
(

) 15 kali setelah membaca surat, sebelum


ruku'.
Membaca Tasbih 10 kali diwaktu ruku'.
Membaca Tasbih 10 kali di waktu I'tidal
Membaca Tasbih 10 kali di waktu sujud.
Membaca Tasbih 10 kali di waktu duduk diantara dua sujud
Membaca Tasbih 10 kali di waktu sujud kedua.
Membaca Tasbih 10 kali di waktu duduk istirahat



f. Sholat Istihoroh.
Jabir bin Abdulloh rodhiallohu anhuma berkata: "Rosululloh sholallohu alaihi wa sallam
mengajarkan kami istikhoroh dalam segala perkara, sebagaimana beliau mengajarkan kami surat
Al-Qur'an. Beliau sholallohu alaihi wa sallam bersabda: "Apabila salah seorang kalian bercita-
13

cita dalam satu masalah, maka sholatlah 2 rokaat selain fardhu, kemudian berdo'alah Lalu
sebutlah hajatnya". (HR. Bukhori: 1162)

"

"


D. SUNNAH-SUNNAH SHALAT
Sunnah-sunnah shalat terbagi dua, yaitu sunnah abadh dan sunnah hai-at.
1. Sunnah abadh, yaitu amalan sunnah yang apabila tertinggal/tidak dikerjakan maka harus
diganti dengan sujud sahwi. Sunnah abadh ada 6 macam :
o Duduk tasyahud awal
o Membaca tasyahud awal
o Membaca doa qunut pada waktu shalat shubuh dan pada akhir sholat witir setelah
pertengahan ramadhan.
o Berdiri ketika membaca doa qunut.
o Membaca sholawat kepada Nabi pada tasyahud awal
o Membaca shalawat kepada keluarga Nabi pada tasyahud akhir.

2. Sunnah hai-at, yaitu amalan sunnah yang apabila tertinggal/tidak dikerjakan tidak
disunnahkan diganti dengan sujud sahwi. Yang termasuk sunnah hai-at adalah sebagai
berikut :
o Mengangkat kedua tangan ketika takbiratul ihram sampai sejajar tinggi ujung jari
dengan telinga atau telapak tangan sejajar dengan bahu. Kedua telapak tangan
terbuka/terkembang dan dihadapkan ke kiblat.
o Meletakkan kedua tangan di antara dada dan pusar, telapak tangan kanan memegang
pergelangan tangan kiri.
o Mengarahkan kedua mata ke arah tempat sujud
o Membaca doa iftitah
o Diam sebentar sebelum membaca surat Al-Fatihah
o Membaca taawuz sebelum membaca surat Al-Fatihah
Apabila kamu membaca Al Quran, hendaklah kamu meminta perlindungan kepada
Allah dari setan yang terkutuk. (QS. An-Nahl : 98)..
o Mengeraskan bacaan surat Al-Fatihah dan surat pada sholat maghrib, isya dan
shubuh.
o Diam sebentar sebelum membaca aamiiin setelah membaca Al-Fatihah.
o Membaca aamiiin setelah selesai membaca Al-Fatihah.
o Membaca surat atau beberapa ayat setelah membaca Al-Fatihah bagi imam maupun
bagi yang sholat munfarid pada rakaat pertama dan kedua, baik shalat fardhu maupun
sholat sunnah.
o Membaca takbir intiqal (penghubung antara rukun yang satu dengan yang lain)
o Mengangkat tangan ketika akan ruku, bangun dari ruku.
o Meletakkan kedua telapak tangan dengan jari-kari terkembang di atas lutut ketika
ruku.
14

o Membaca tasbih ketika ruku, yaitu subhaana robbiyal azhiimi, sebagian ulama
ada yang menambahkan dengan lafazh wabihamdih.
o Duduk iftirasyi (bersimpuh) pada semua duduk dalam sholat kecuali pada duduk
tasyahud akhir. Cara duduk iftirasyi adalah duduk di atas telapak kaki kiri, dan jari-
jari kaki kanan
o dipanjatkan ke lantai.
o Membaca doa ketka duduk di antara dua sujud.
o Meletakkan kedua telapak tangan di atas paha etika duduk iftirasyi maupun tawarruk.
o Meregangkan jari-jari tangan kiri dan mengepalkan tangan kanan kecuali jari
telunjuk pada duduk iftirasyi tasyahud awal dan duduk tawarruk.
o Duduk istirahat sebentar sesudah sujud jedua sebelum berdiri pada rakaat pertama
dan ketiga.
o Membaca doa pada tasyahud akhir yaitu setelah membaca tasyahud dan sholawat.
o Mengucapkan salam yang kedua dan menengok ke kanan pada salam yang pertama
dan menengok ke kiri pada salam yang kedua.

E. HAL-HAL YANG MEMBATALKAN SHOLAT
1.
Meninggalkan salah satu rukun sholat atau memutuskan rukun sebelum sempurna
dilakukan.
2. Tidak memenuhi salah satu dari syarat shalat seperti berhadats, terbuka aurat
3. Berbicara dengan sengaja.

`Pernah kami berbicara pada waktu sholat, masing-masing dari kami berbicara dengan
temannya yang ada di sampingnya, sehingga turun ayat : Dan berdirilah untuk Allah
(dalam sholatmu) dengan khusyu. (HR. Jamaah Ahli Hadits kecuali Ibnu Majah dari
Zain bin Arqam).

4. Banyak bergerak dengan sengaja
5. Maka atau minum.
6. Menambah rukun fili, seperti sujud tiga kali.
7. Tertawa. Adapun batuk, bersin tidaklah membatalkan sholat
8. Mendahului imam sebanyak 2 rukun, khusus bagi makmum

F. WAKTU-WAKTU SHALAT

Waktu merupakan penyebab zahir diwajibkannya sholat. Penetapan kewajiban (al-ijab)
disandarkan kepada Allah, sedangkan kewajiban (al-wujub) disandarkan pada perbuatan hamba,
yaitu sholat. Allah berfirman : Dirikanlah sholat dari sesudah matahari tergelincir (QS. Al-
Isra(17):78).
Dari nash-nash diatas dapat di ketahui penjelasan mengenai waktu-waktu sholat yang di
wajibkan, dimulai dari sholat zuhur, karena ia merupakan kewajiban pertama yang di syariatkan
dan jibril melaksanakannya bersama Rasulullah.



15

1. Waktu Zuhur
Menurut ijma, permulaan waktu zuhur adalah ketika matahari bergeser dari
posisinya di tengah-tengah langit berdasarkan penglihatan mata. Sementara akhir waktu
sholat zuhur di persengketakan, apakah ia turut bersamaan dengan masuknya awal waktu
ashar atau tidak. Namun pendapat yang rajah menurut kami adalah waktu zuhur berakhir
seiring dengan masuknya awal waktu sholat ashar dengan rentang waktu uang kira-kira
cukup untuk menjalankan sholat empat rekaat.
Pendapat Imam malik yaitu mayoritas ulama (jumhur) yang menyatakan ketiadaan
isyitirak (pertautan) antara waktu sholat zuhur dan ashar.

2. Waktu Ashar
Permulaannya adalah ketika ukuran bayangan sesuatu sama panjang dengan
ukuran aslinya setelah tergelincirnya matahari. Ini adalah yang di sepakati para ulama,
sebagaimana dalam hadist Jibril. Adapaun akhir waktu ashar adalah tenggelamnya
matahari berdasarkan hadist narasi Abu Hurairah.

3. Waktu Maghrib
Masuk ditandai dengan tenggelamnya matahari. Hal ini disepakati oleh seluruh
ulama, merujk pada hadist Jibril dan hadist Salamah bin Al Akhwa bahwasanya nabi
sholat maghrib ketika matahari tenggelam dan menghilang oleh hijab. Sedangkan
mengenai akhir waktu maghrib, para ulama berselisih pendapat. Kalangan ulama mazhab
Maliki berpendapat sebagaimana yang di tetapkan dalam hadist narasi Ibnu abbas bahwa
Jibril sholat bersama dengan nabi dua hari ketika orang yang berpuasa berbuka.

4. Waktu Isya
Dimulai sejak hilangnya mega merah berdasarkan hadist jibril, sementara akhir
waktunya adalah sepertiga malam yang pertama. Ada juga yang mengatakan akhir
waktunya adalah pertengahan malam berdasarkan penuturan annas: Nabi mengakhirkan
sholat isya hingga pertengahan malam, kemudian beliau sholat, lalu bersabda orang-
orang telah sholat dan tidur, sementara kalian tengah menjalani sholat yang kalian tungu-
tunggu.

5. Waktu Subuh
Dimulai dari terbitnya fajar (hal ini telah di sapakati para ulama) dan berakhir
dengan terbitnya matahari, sebagaimna hadist narasi Ibnu ummar yang telah di sebutkan
diatas waktu sholat subuh adalah dari terbit fajar selama matahari belum terbit. Ini
adalah pendapat mayoritasahli fikih. Sedangkan menurut sebagian kalangan ulama
mazhab syafiI dan Maliki, akhir waktu sholat subuh adalah saat hari mulai terang.
Mereka berpegang pada hadist narasi rafi bin khadij bahwasanya nabi bersabda yang
artinya sholatlah subuh ketika terbit fajar sebab ia lebih besar pahalanya.






16

G. HAL-HAL YANG HARUS DI PERHATIKAN DALAM SHALAT

1. Menghadap ka'bah
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bila berdiri untuk sholat fardhu atau sholat
sunnah, beliau menghadap Ka'bah. Beliau memerintahkan berbuat demikian sebagaimana
sabdanya kepada orang yang sholatnya salah:
"Bila engkau berdiri untuk sholat, sempurnakanlah wudhu'mu, kemudian menghadaplah ke
kiblat, lalu bertakbirlah." (HR. Bukhari, Muslim dan Siraj).

Tentang hal ini telah turun pula firman Allah dalam Surah Al Baqarah : 115:
"Kemana saja kamu menghadapkan muka, disana ada wajah Allah."

Nabi shallallahu 'alaihi wasallam pernah sholat menghadap Baitul Maqdis, hal ini terjadi
sebelum turunnya firman Allah:
"Kami telah melihat kamu menengadahkan kepalamu ke langit. Kami palingkan kamu ke
kiblat yang kamu inginkan. Oleh karena itu, hadapkanlah wajahmu ke sebagian arah Masjidil
Haram." (QS. Al Baqarah : 144).
Setelah ayat ini turun beliau sholat menghadap Ka'bah.

2. Berdiri
Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam mengerjakan sholat fardhu atau sunnah berdiri karena
memenuhi perintah Allah dalam QS. Al Baqarah : 238. Apabila bepergian, beliau melakukan
sholat sunnah di atas kendaraannya. Beliau mengajarkan kepada umatnya agar melakukan sholat
khauf dengan berjalan kaki atau berkendaraan
."Peliharalah semua sholat dan sholat wustha dan berdirilah dengan tenang karena Allah. Jika
kamu dalam ketakutan, sholatlah dengan berjalan kaki atau berkendaraan. Jika kamu dalam
keadaa aman, ingatlah kepada Allah dengan cara yang telah diajarkan kepada kamu yang
mana sebelumnya kamu tidak mengetahui (cara tersebut)." (QS. Al Baqarah : 238).

3. Kewajiban menghadap sutrah
Sutrah (pembatas yang berada di depan orang sholat) dalam sholat menjadi keharusan
imam dan orang yang sholat sendirian, sekalipun di masjid besar, demikian pendapat Ibnu Hani'
dalam Kitab Masa'il,dari Imam Ahmad. Beliau mengatakan,

"Pada suatu hari saya sholat tanpa memasang sutrah di depan saya, padahal saya
melakukan sholat di dalam masjid kami, Imam Ahmad melihat kejadian ini, lalu berkata
kepada saya, 'Pasanglah sesuatu sebagai sutrahmu!' Kemudian aku memasang orang
untuk menjadi sutrah."

Syaikh Al Albani mengatakan, "Kejadian ini merupakan isyarat dari Imam Ahmad bahwa
orang yang sholat di masjid besar atau masjid kecil tetap berkewajiban memasang sutrah di
depannya."
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:

Janganlah kamu sholat tanpa menghadap sutrah dan janganlah engkau membiarkan
seseorang lewat di hadapan kamu (tanpa engkau cegah). Jika dia terus memaksa lewat di
17

depanmu, bunuhlah dia karena dia ditemani oleh setan." (HR. Ibnu Khuzaimah dengan sanad
yangjayyid (baik)

4. Niat
Niat berarti menyengaja untuk sholat, menghambakan diri kepada Allah Ta'ala semata,
serta menguatkannya dalam hati.
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Semua amal tergantung pada niatnya dan setiap orang akan mendapat (balasan) sesuai
dengan niatnya."

5. Takbiratul ihrom
Nabi shallallahu 'alaihi wasallam selalu memulai sholatnya (dilakukan hanya sekali
ketika hendak memulai suatu sholat) dengan takbiratul ihrom yakni mengucapkan Allahu Akbar
di awal sholat dan beliau pun pernah memerintahkan seperti itu kepada orang yang sholatnya
salah. Beliau bersabda kepada orang itu:
"Sesungguhnya sholat seseorang tidak sempurna sebelum dia berwudhu' dan melakukan
wudhu' sesuai ketentuannya, kemudian ia mengucapkan Allahu Akbar." (Hadits
diriwayatkan oleh Al Imam Thabrani dengan sanad shahih).

Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:
"Apabila engkau hendak mengerjakan sholat, maka sempurnakanlah wudhu'mu terlebih
dahulu kemudian menghadaplah ke arah kiblat, lalu ucapkanlah takbiratul ihrom."
(Muttafaqun 'alaihi).

6. Mengangkat kedua tangan
Disunnahkan mengangkat kedua tangannya setentang bahu ketika bertakbir dengan
merapatkan jari-jemari tangannya, berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Abdullah bin
Umar radiyallahu anhuma, ia berkata:
"Rasulullah shallallahu alaihi wasallam biasa mengangkat kedua tangannya setentang bahu
jika hendak memulai sholat, setiap kali bertakbir untuk ruku' dan setiap kali bangkit dari
ruku'nya." (Muttafaqun 'alaihi).

7. Bersedekap
Kemudian Nabi shallallahu 'alaihi wasallam meletakkan tangan kanan di atas tangan
kirinya (bersedekap). Beliau bersabda:
"Kami, para nabi diperintahkan untuk segera berbuka dan mengakhirkan sahur serta
meletakkan tangan kanan pada tangan kiri (bersedekap) ketika melakukan sholat."
(Hadits diriwayatkan oleh Al Imam Ibnu Hibban dan Adh Dhiya' dengan sanad shahih).

Dalam sebuah riwayat pernah beliau melewati seorang yang sedang sholat, tetapi orang ini
meletakkan tangan kirinya pada tangan kanannya, lalu beliau melepaskannya, kemudian orang
itu meletakkan tangan kanannya pada tangan kirinya. (Hadits riwayat Ahmad dan Abu Dawud
dengan sanad yang shahih).



18

8. Memandang tempat sujud
Pada saat mengerjakan sholat, Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam menundukkan
kepalanya dan mengarahkan pandangannya ke tempat sujud. Hal ini didasarkan pada hadits yang
diriwayatkan oleh Ummul Mukminin 'Aisyah radhiyallahu 'anha:

"Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam tidak mengalihkan pandangannya dari tempat
sujud (di dalam sholat)." (HR. Baihaqi dan dishahihkan oleh Syaikh Al Albani).

Dalam Zaadul Ma'aad (I/248) disebutkan bahwa makruh hukumnya orang yang sedang sholat
menolehkan kepalanya tanpa ada keperluan. Ibnu Abdil Bar berkata.
"Jumhur ulama mengatakan bawa menoleh yang ringan tidak menyebabkan shalat
menjadi rusak."
Juga dimakruhkan shalat dihadapan sesuatu yang bisa merusak konsentrasi atau di tempat
yang ada gambar-gambarnya, diatas sajadah yang ada lukisan atau ukiran, dihadapan dinding
yang bergambar dan sebagainya.

9. Membaca do'a Iftitah
Doa istiftah yang dibaca oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam bermacam-macam. Dalam
doa istiftah tersebut beliau shallallahu 'alaihi wasallam mengucapkan pujian, sanjungan dan
kalimat keagungan untuk Allah.
Beliau pernah memerintahkan hal ini kepada orang yang salah melakukan sholatnya dengan
sabdanya:
"Tidak sempurna sholat seseorang sebelum ia bertakbir, mengucapkan pujian,
mengucapkan kalimat keagungan (doa istiftah), dan membaca ayat-ayat al Qur-an yang
dihafalnya" (HR. Abu Dawud dan Hakim, disahkan oleh Hakim, disetujui oleh
Dzahabi).

Adapun bacaan doa istiftah yang diajarkan oleh Nabi shallallahu 'alaihi wasallam
diantaranya adalah:

10. Membaca al fatihah
Hukum Membaca Al-Fatihah
Membaca Al-Fatihah merupakan salah satu dari sekian banyak rukun sholat, jadi kalau
dalam sholat tidak membaca Al-Fatihah maka tidak sah sholatnya berdasarkan perkataan Nabi
shallallahu 'alaihi wa sallam "Barangsiapa yang sholat tanpa membaca Al-Fatihah maka
sholatnya buntung, sholatnya buntung, sholatnya buntungtidak sempurna" (Hadits Shahih
dikeluarkan oleh Al-Imam Muslim dan Abu 'Awwanah).

11. Membaca amin
Hukum Bagi Imam:
Membaca amin disunnahkan bagi imam sholat.
Dari Abu hurairah, dia berkata: "Dulu Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam, jika selesai
membaca surat Ummul Kitab (Al-Fatihah) mengeraskan suaranya dan membaca amin."
(Hadits dikeluarkan oleh Imam Ibnu Hibban, Al-Hakim, Al-Baihaqi, Ad-Daraquthni dan Ibnu
Majah, oleh Al-Albani dalam Al-Silsilah Al-Shahihah dikatakan sebagai hadits yang berkualitas
shahih).
19

Hukum Bagi Makmum:

Dalam hal ini ada beberapa petunjuk dari Nabi (Hadits), atsar para shahabat dan
perkataan para ulama.
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam berkata: "Jika imam membaca amiin maka hendaklah
kalian juga membaca amiin."
Hal ini mengisyaratkan bahwa membaca amiin itu hukumnya wajib bagi makmum.
Pendapat ini dipertegas oleh Asy-Syaukani. Namun hukum wajib itu tidak mutlak harus
dilakukan oleh makmum. Mereka baru diwajibkan membaca amiin ketika imam juga
membacanya. Adapun bagi imam dan orang yang sholat sendiri, maka hukumnya hanya sunnah.
(lihat Nailul Authaar, II/262).

12. Bacaan surat setelah al fatihah
Membaca surat Al Qur-an setelah membaca Al Fatihah dalan sholat hukumnya sunnah
karena Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam membolehkan tidak membacanya. Membaca
surat Al-Qur-an ini dilakukan pada dua roka'at pertama. Banyak hadits yang menceritakan
perbuatan Nabi shallallahu 'alaihi wasallam tentang itu.

Panjang pendeknya surat yang dibaca
Cara membaca surat
Tata cara bacaan Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam
13. Ruku'
Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam setelah selesai membaca surat dari Al-Qur-an
kemudian berhenti sejenak, terus mengangkat kedua tangannya sambil bertakbir seperti ketika
takbiratul ihrom (setentang bahu atau daun telinga) kemudian rukuk (merundukkan badan
kedepan dipatahkan pada pinggang, dengan punggung dan kepala lurus sejajar lantai).
Berdasarkan beberapa hadits, salah satunya adalah:

Dari Abdullah bin Umar, ia berkata: "Aku melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam
apabila berdiri dalam sholat mengangkat kedua tangannya sampai setentang kedua bahunya,
hal itu dilakukan ketika bertakbir hendak rukuk dan ketika mengangkat kepalanya (bangkit)
dari I'tidal dari ruku' :
Cara i'tidal dari ruku
Yang Dibaca Ketika I'tidal dari Ruku'
Cara I'tidal
Thuma-ninah dan Memperlama Dalam I'tidal

14. Sujud
Sujud dilakukan setelah i'tidal thuma-ninah dan jawab tasmi' (Rabbana Lakal Hamd...dst).
Caranya
Dengan tanpa atau kadang-kadang dengan mengangkat kedua tangan (setentang pundak
atau daun telinga) seraya bertakbir, badan turun condong kedepan menuju ke tempat sujud,
dengan meletakkan kedua lutut terlebih dahulu baru kemudian meletakkan kedua tangan pada
tempat kepala diletakkan dan kemudian meletakkan kepala kepala dengan
menyentuhkan/menekankan hidung dan jidat/kening/dahi ke lantai (tangan sejajar dengan
pundak atau daun telinga)
20

Dari Wail bin Hujr, berkat, "Aku melihat Rasulullah shallallahu 'alaihi wa sallam ketika
hendak sujud meletakkan kedua lututnya sebelum kedua tangannya dan apabila bangkit
mengangkat dua tangan sebelum kedua lututnya

15. Bangun dari sujud pertama
Setelah sujud pertama -dimana dalam setiap roka'at ada dua sujud- maka kemudian
bangun untuk melakukan duduk diantara dua sujud. Dalam bangun dari sujud ini disertai dengan
takbir dan kadang mengangkat tangan (Berdasar hadits dari Ahmad dan Al-Hakim).
"Nabi shallallahu 'alaihi wa sallam bangkit dari sujudnya seraya bertakbir"
(Hadits dikeluarkan oleh Al-Bukhari dan Muslim)

16. Duduk antara dua sujud
Duduk ini dilakukan antara sujud yang pertama dan sujud yang kedua, pada roka'at
pertama sampai terakhir. Ada dua macam tipe duduk antara dua sujud, duduk iftirasy (duduk
dengan meletakkan pantat pada telapak kaki kiri dan kaki kanan ditegakkan) dan duduk iq'ak
(duduk dengan menegakkan kedua telapak kaki dan duduk diatas tumit
Bacaannya
Thuma-ninah dan Lama

17. Menuju roka'at berikutnya
Pada masalah ini ada dua tempat/kondisi, yaitu bangkit menuju roka'at berikut dari posisi
sujud kedua -pada akhir roka'at pertama dan ketiga- dan bangkit dari posisi duduk tasyahhud
awal -pada roka'at kedua Bangkit/bangun dari sujud untuk berdiri (dari akhir roka'at pertama dan
ketiga) didahului dengan duduk istirahat atau tanpa duduk istirahat, bangkit berdiri seraya
bertakbir tanpa mengangkat kedua tangan. Ketika bangkit bisa dengan tangan bertumpu pada
lantai atau bisa juga bertumpu pada pahanya :
Tangan bertumpu pada satu pahanya
Tangan bertumpu pada lantai (tempat sujud)
Diselai duduk istiraha
Mengangkat tangan ketika takbir

18. Duduk tasyahhud awwal dan tasyahhud akhir

19. SALAM
Salam sebagai tanda berakhirnya gerakan sholat, dilakukan dalam posisi duduk tasyahhud
akhir setelah membaca do'a minta perlindungan dari 4 fitnah atau tambahan do'a lainnya.
"Kunci sholat adalah bersuci, pembukanya takbir dan penutupnya (yaitu sholat) adalah
mengucapkan salam."


H. HIKMAH DAN KEUTAMAAN SHALAT

Dari pelaksanaan solat, pelaku shalat dapat mengambil pelajaran bagaimana ia melangkah
di lingkungan kehidupannya diatas jalan yang lurus dan benar, sebab ia berhubungan langsung
dengan Allah SWT dan selalu berada dalam pengawasan Nya. Sehingga ia tidak akan lagi
21

berbuat zalim, tidak melampui batas, tidak mermpas hak orang lain, dan tidak menghancurkan
harga diri orang lain.
Salah satu rahmat Allah SWT yang terkandung dalam persyariatan shalat adalah Dia
menjadikan shalat sebagai pelebur dosa, dan Dia pun hanya membatasi nya sebanyak lima waktu
dalam sehari semalam namun menjadikan pahalanya setara dengan pahala shalat 50 waktu.
Dalam melaksanakan shalat, pelaku berarti telah melaksanakan perintah Allah SWT, bersyukur
kepadaNya atas penyucian dirinya dari dosa-dosa, bersyukur atas pahala yang telah di berikan
kepadanya dan atas anugerah Nya yang tiada pernah putus.
Diriwayat kan dari Abu Hurairah ra, bahwasanya nabi saw bersabda, bagaimana menurut
kalian jika ada sungai yang melewati depan pintu rumah salah seorang kalian sehingga ia bisa
mandi di dalam nya sebanyak lima kali, akan kah kalian bertanya masihkah ada daki/kotoran
yang tersisa di tubuh nya ? mereka (para sahabat) menjawab, tidak ada sedikit pun
daki/kotoran nya yang tersisa.beliau menukas, itulah perumpamaan shalat lima waktu yang
menjadi sarana Allah menghapus dosa-dosa.

I. TATA CARA SHALAT JENAZAH
Shalat jenazah tidak dengan rukukdan sujud serta tidak dengan adzan dan iqamah, dan cara nya
sebagai berikut:
a. Berdiri sebagaimana mesti nya akan mengerjakan shalat dengan niat hendak melakukan
shalat atas mayit dengan empat takbir menghadap kiblat karena Allah.
1. Lafaz niat shalat jenazah, untuk mayit laki-laki:
USHALLI ALAA HAADZAL MAYYITI ARBAA TAKBIRAATIN FARDHAL
KIFAAYATI (MAMUMAN/IMAMAN) LILLAAHI TAAALAA.
Artinya : aku berniat menshalati mayit ini dengan empat kali takbir, wajib kifayah
(sebagaiman makmum/sebagai imam) karena Allah taaalaa.
2. Lafaz niat shalat jenazah untuk mayit perempuan :
USHALLI ALLA HAADZIHIL MAYYITATI ARBAA TAKBIRAATIN
FARDHAL KIFAAYATI MAAMUMAM/IMAMAN LILLAAHI TAAALAA.

b. Meengangkat kedua belah tangan dengan posisi jari-jari terbuka rapat, kecuali ibu jari
sejajar dengan kedua bahu (ujung jari-jari sejajar dengan tenlinga) sambil mengucapkan
kalimat takbir ALLAHU AKBAR diikuti dengan niat dalam hati.

3. Setelah niat dan takbir tangan di turunkan kemudian di letakkan di atas puser dan di
bawah dada dengan tangan kanan di letakkan diatas tangan kiri, lalu langsung
membaca istiadzah dan Al-Fatihah.
4. Dilanjutkan dengan takbir kedxua sambil mengangkat tangan dengan gerakan sama
seperti takbir pertama tanpa niat, dalam posisi tetap berdiri, tanpa rukuk dan sujud.
Selesai bertakbir, kedua tangan kembali ke posisi semula, yaitu bersedekap, lalu
membaca sholawat.
5. Takbir ketiga dengan mengangkat tangan, tanpa rukuk dan sujud, kemudian berdoa
untuk mayit.
Keterangan:
Untuk jenazah perempuan maka dhamir HU diganti HA. Kalau jenazah nya dua
orang memakai HUMAA, lebih dari dua orang mamakai HUM bagi jenazah laki-
laki, dan HUNNA bagi peremppuan.
22

6. Setelah membaca takbir ke empat di teruskan dengan membaca doa untuk diri
sendiri dan diri si mayit.
7. Setelah membaca doa tersebut di atas, kemudian membaca salam.


BAB III
ZAKAT

A. Pengertian zakat
Zakat menurut lughat, ialah subur, bertambah. Menurut syara ialah, jumlah harta yang
dikeluakan untuk diberikan kepada golongan yang telah ditetapkan syara. Dari segi bahasa, kata
zakat merupakan mashdar (kata dasar) dari zaka yang berarti berkah, tumbuh, bersih, baik dan
bertambah. Dari segi istilah fikih, zakat adalah sebutan bagi sejumlah harta tertentu yang
diwajibkan oleh Allah SWT agar diserahkan kepada orang-orang yang berhak (mustahak).
Zakat menurut loghat artinya suci dan subur. Menurut istilah syara ialah: mengeluarkan
sebagian dari harta benda atas perintah Allah, sebagai shadaqah wajib atas mereka yang telah
ditetapkan menurut syarat yang telah ditentukan oleh hukum Islam. Secara harfiah zakat berarti
"tumbuh", "berkembang", "menyucikan", atau "membersihkan". Sedangkan secara terminologi
syari'ah, zakat merujuk pada aktivitas memberikan sebagian kekayaan dalam jumlah dan
perhitungan tertentu untuk orang-orang tertentu sebagaimana ditentukan.
Zakat adalah merupakan pembersihan dan pensucian terhadap jiwa seorang hamba Allah.
Firman Allah Taala:


Artinya: Ambillah Zakat dari sebagian harta mereka dengan zakat itu kamu memberikan
dan mensucikan mereka.


B. Macam-macam Zakat
Zakat dibedakan menjadi dua macam, yaitu : Zakat fitrah dan zakat maal (harta
kekayaan).

a. Zakat fitrah
Zakat fitrah diwajibkan Rosulullah saw saat iedul fitri selepas ramadhan, Abdullah bin Amr
r.a. berkata: Rosulullah saw mewajibkan zakat fitrah selepas ramadhan atas hamba sahaya,
merdeka, laki-laki, perempuan, kecil dan besar dari kaum muslimin" (HR: Bukhori, Muslim).
Yang dikeluarkan adalah satu sho' makanan pokok, Maka tidak boleh zakat fitrah dengan
dirham, ternak potong, pakaian atau makanan ternak dan barang-barang lainya, karena
menyelisihi perintah Rosullah SAW :


" Barang siapa melakukan amalan yang tidak ada perintahnya dari kami, maka ia tertolak"

Dan ukuran satu sho' adalah sama dengan dua kilo dan empat puluh gram gandum yang bagus
(2,40 kg), itu adalah ukuran gram Nabi saw yang ia tetapkan atas zakat fitrah. ( abdul aziz bin
abdullah bin baz, muhammad bin shaleh al-utsaimin, 2008)
23

Wajib mengeluarkan zakat fitrah sebelum sholat ied, dan yang utama adalah mengeluarkanya
pada hari ied sebelum pelaksanaan solat.
b. Zakat Maal
Zakat maal adalah zakat kekayaan. Dewasa ini sering diabaikan. Padahal hukumnya sama
wajib dengan zakat Fitrah. Setiap kekayaan kaum Muslimin ada zakatnya .
Yang termasuk Zakat maal adalah :
harta kekayaan
perdagangan
binatang ternak
pertanian
barang temuan.

C. YANG BERHAK MENERIMA ZAKAT

Ahlu zakat adalah: sasaran-sasaran yang kepada mereka zakat dibayarkan. Mereka itu ada
delapan golongan :
a. Fakir
Mereka yang hampir tidak memiliki apa-apa sehingga tidak mampu memenuhi kebutuhan pokok
hidup.
b. Miskin
" Tidak ada bagian bagi orang kaya, tidak pula bagi oarng yang kuat dan berpenghasilan"
c. Amil, yaitu orang-orang yang mendapat tugas dari penguasa negara untuk mengumpulkan
zakat dari para muzakki, dan membaginya kepada orang-orang yang berhak dan
menjaganya, mereka ini diberi zakat sepadan dengan pekerjaanya meski meraka kaya.
d. Muallaf, mereka adalah orang yang baru masuk Islam dan belum lagi kuat keimanannya,
sehingga perlu dipikat hatinya.
e. Budak, yakni keperluan memerdekakan budak. Yaitu hamba sahaya yang dijanjikan oleh
tuannya akan dibebaskan asal ia dapat membayar sejumlah tebusan. Tertentu.
f. Orang-orang yang berhutang, yaitu orang-orang yang tidak memiliki sesuatu yang dapat
menutupi hutangnya, mereka diberi dari zakat sesuatu yang dapat menutupi hutangnya baik
sedikit maupun banyak
g. Fi sabilillah, yakni jihad fi sabilillah, para mujahid dapat diberi zakat sejumlah yang dapat
menyukupi mereka dalam berjihad, dan digunakan untuk membeli peralatan jihad.. Jihad di
sini juga berarti untuk kepentingan di jalan Allah.Dan termasuk dalam sabilillah adalah:
menuntut ilmu syar'i, pelajar ilmu syar'i dapat diberi uang zakat agar bisa menuntut ilmu
dan membeli kitab yang diperlukan, kecuali jika ia memiliki harta yang dapat
mencukupinya dalam memenuhi kebutuhan itu.
h. Ibnu sabil, yaitu musafir yang perjalananya terputus, ia dapat diberi zakat agar dapat
sampai ke negerinya.

D. TATA CARA HAUL DAN NISHAB

Harta yang wajib dizakati antara lain, yaitu: emas, perak dan mata uang; harta
perniagaan; binatang ternak; buah-buahan dan biji-bijian yang dapat dijadikan makanan pokok;
dan barang tambang dan barang temuan.
1. Emas dan perak
24

Emas dan perak dibagi atas empat bagian, yaitu:
a. Emas dan perak yang disimpan, wajib dikeluakan zakatnya pada tiap-tiap setahun
seperempat puluh.
b. Emas dan perak yang ditambang, wajib dikeluarkan zakatnya pada tiap-tiap kali
diperoleh seperempat puluh.
c. Emas dan perak tanaman orang purba kala yang tidak beragama Islam yang dapat tergali,
wajib dikeluarkan zakatnya pada waktu diperoleh seperlima.
d. Emas dan perak perhiasan yang jadi pakaian perempuan dan anak-anak, tidak wajib
dizakati.

Nisab emas dan perak yaitu:

o Nisab emas beratnya dua puluh mitsqal, yaitu 89
2
/
7
gram, = 12


pound sterling (
+
96
gram). Zaktnya 2
1
/
2
atau seperempat puluhnya. o Nisab perak beratnya 200 dirham,
yaitu 625 gram. Jika lebih dari nisab yang tersebut walaupun sedikit, wajib juga
dikeluarkan zakatnya.

2. Binatang ternak
Binatang ternak yang wajib dizakati hanya lembu, kambing, dan unta. Adapun kerbau
dan sapi, maka termasuk bagian lembu, demikian juga biri-biri termasuk kambing.
Nisab zakat binatang ternak, yaitu:
a. Lembu
Nishab Sapi
Banyak Zakat yang Wajib Dikeluarkan
Dari sampai
5 9 ekor sapi 1 ekor domba
30 39 ekor sapi Seekor anak sapi jantan/betina (umur 1 tahun)
40 59 ekor sapi Seekor anak sapi betina (umur 2 tahun)
60 69 ekor sapi 2 ekor anak sapi jantan (umur 1 tahun)
70 -79 ekor sapi
Seekor anak sapi betina (umur 2 tahun ditambah
sekor anak sapi jantan (umur 1 tahun)

b. Kambing
Nishab Kambing
Banyak Zakat yang Wajib Dikeluarkan
Dari sampai
40 120 ekor 1 ekor kambing
121 200 ekor 2 ekor kambing
221 300 ekor 3 ekor kambing

c. Unta
Nishab Unta
Banyak Zakat yang Harus Dikeluarkan
Dari sampai
5 9 ekor unta 1 ekor domba
10 14 ekor unta 2 ekor unta
15 19 ekor unta 3 ekor unta
20 24 ekor unta 4 ekor unta
25 35 ekor unta Seekor anak unta betina (berumur 1 tahun lebih)
25

36 45 ekor unta Seekor anak unta betina (berumur 2 tahun lebih)
46 60 ekor unta Seekor anak unta betina (berumur 3 tahun lebih)
61 75 ekor unta 2 ekor anak unta betina (berumur 4 tahun lebih)
76 90 ekor unta 2 ekor anak unta betina (berumur 2 tahun lebih)
91 120 ekor unta 3 ekor anak unta betina (berumur 3 tahun lebih)
130 139 ekor
unta
Seekor anak unta betina (berumur 3 tahun lebih)
ditambah 2 ekor anak unta betina (berumur 2
tahun lebih)
140 149 ekor
unta
2 ekor anak unta betina (berumur 3 tahun lebih)
ditambah 2 ekor anak unta betina (berumur 2
tahun lebih)

3. Buah-buahan dan biji-bijian
Buah-buahan yang wajib dizakati hanya anggur dan kurma. Dan biji-bijian yang wajib
dizakati hanya biji-bijian yang menjadi makanan pokok dan tahan disimpan, seperti padi,
gandum, jagung dan kacang.
Nisab zakat buah-buahan dan biji-bijian yang sudah dibersihkan, ialah 5 wasaq = 700 kg.
Sedangkan yang masih ada kulitnya nisabnya 10 wasaq = 1.400 kg. Zakatnya 10%
(sepersepuluh) jika dialiri oleh air hujan, air sungai, atau air yang tidak berasal dari pembelian
(perongkosan). Tapi jika dialiri oleh air yang berasal dari perongkosan/pembelian maka zakatnya
5% (seperduapuluh).

4. Harta perniagaan
Harta dagangan yang mencapai 96 gram emas, wajib dikeluarkan zakatnya seperti zakat
emas, yaitu 2
1
/
2
. Jika harga emas 1 gram Rp. 100,- = 9.600,- wajib dikeluarkan zakatnya 2
1
/
2
% =
Rp. 240,-. Harta benda perdagangan perseroan, Firma, CV., atau perkongsian dan sebagainya,
tegasnya harta yang dimiliki oleh beberapa orang dan menjadi satu maka hukumnya sebagai
suatu perniagaan
Nishab dan zakatnya: jika barang yang diperniagakan itu dibeli dengan uang emas,
nishabnya dua puluh mistqal, yaitu 89
2
/
7
gram emas dan jika dibeli dengan uang perak,
nishabnya dua ratus dirham, yaitu 625 gram perak. Zakatnya seperempat puluh.
5. Zakat barang tambang dan barang temuan
Hasil tambang yang wajib dikeluarkan zakatnya ialah emas dan perak yang diperoleh dari
hasil pertambangan. Rikaz ialah harta benda orang-orang purba kala yang berharga yang
diketemukan oleh orang-orang pada masa sekarang, wajib dikeluarkan zakatnya. Barang rikaz itu
umumnya berupa emas dan perak atau benda logam lainnya yang berharga.
Nishab dan zakatnya: nishab barang-barang tambang dan harta temuan, dengan nisab emas
dan perak; yakni 20 mitsqal = 96 gram untuk emas dan 200 dirham (672 gram) untuk perak.
Zakatnya masing-masing 2
1
/
2
% atau seperempat puluh.







26

BAB IV
PUASA

A. PENGERTIAN PUASA
Puasa adalah tindakan sukarela dengan berpantang dari makanan, minuman, atau
keduanya, perbuatan buruk dan dari segala hal yang membatalkan puasa untuk periode waktu
tertentu. Puasa mutlak biasanya didefinisikan sebagai berpantang dari semua makanan dan cairan
untuk periode tertentu, biasanya satu hari (24 jam), atau beberapa hari. Puasa lain mungkin
hanya membatasi sebagian, membatasi makanan tertentu atau zat. Praktik puasa dapat
menghalangi aktivitas seksual dan lainnya serta makanan. Puasa, sering dilakukan dalam rangka
menunaikan ibadah, juga dilakukan di luar kewajiban ibadah untuk meningkatkan kualitas hidup
spiritual seseorang yang melakukannya. Hal semacam ini sering ditemukan dalam diri pertapa.

B. PENETAPAN AWAL DAN AKHIR PUASA
Menentukan Awal & akhir Puasa dengan Ilmu Hisab (Falak) atau Ru'yah (melihat hilal
dengan mata telanjang)?
Berikut adalah ulasan lengkap berdasar analisis komparatif antara ulama klasik dan kontemporer
Salah satu diskusi yang marak di bicarakan oleh berbagai kalangan umat islam setiap
tahun adalah metode penetapan awal dan akhir bulan Ramadhan. Apakah harus dengan ruyah
(melihat hilal dengan mata telanjang) ataukah boleh menggunakan Ilmu Hisab (Falak), yaitu
Metode perhitungan yang didasarkan pada peredaran bulan dan matahari.
Fakta dilapangan membuktikan bahwa seringkali umat Islam terpecah dan bersitegang
gara-gara berbeda pendapat mengenai masalah ini sehingga menjadi sebuah pertunjukan yang
sangat tidak elok. Padahal masalah ini bukanlah barang baru dalam khazanah fiqh Islam. Para
ulama klasik seperti Ibnu Taimiyah, Ibnu as Subki, Ibnu Abidin, Ibnu Rusyd, al Mundiry dan
lain-lain telah membincang tema ini dan mereka belum menemukan titik temu.
Pada prinsipnya para Ulama sepakat bahwa ketika bulan sabit (hilal) telah nampak, maka
wajib bagi umat islam untuk memulai puasa Ramadhan pada hari besok, akan tetapi mereka
berbeda sikap mengenai boleh tidaknya menetapkan jatuhnya awal puasa dengan menggunakan
ilmu hisab tanpa harus melakukan ruyah pada akhir bulan Syaban. Di sinilah letak polemik
antara pihak yang sepakat dan pihak yang menolak metode ini.
Sebagai langkah mencari kebenaran, penulis akan membeberkan ragam pendapat beserta
dalil-dalilnya secara obyektif mudah-mudahan para pembaca mendapatkan sebuah perspektif
baru.
Menurut hemat penulis, minimal ada 2 pendapat populer yang dikemukakan oleh Ahli Ilmu
tentang boleh tidaknya menggunakan Ilmu hisab dalam menetapkan bulan Ramadhan:
Pendapat pertama: menolak metode Ilmu Hisab dalam penetapan awal dan akhir
Ramadhan
Pendapat ini didukung oleh Mayoritas ulama, baik dari generasi klasik (baca: salaf) diantaranya
27

Ibnu Taimiyah (Majmu Fatawa, Ibnu Taimiyah, juz: 25, hal: 25), Ibnu Abidin (Hasyiyah Ibnu
Abidin, juz: 3, hal: 408) Ibnu Rusyd (Bidayah al Mujtahid, Ibnu Rusyd Juz: 2 ,hal: 557), dan dari
kalangan Ulama kontemporer diantaranya: Abdul Azis bin Baz (Majmu Fatawa, Bin Baz, juz:
15, hal: 111), Bakr Abu Zaid (majalah Majma al Fiqh al Islami, Edisi 3, 1408 H, Juz: 2, hal:
821), Sholih al Luhaidan (majalah al Buhuts al Ilmiyah, Edisi 27, hal 95) dan lain-lain.
Dibawah ini diantara Dalil yang dijadikan argumen pendapat ini:
- Firman Allah Taala:


Artinya: Barang siapa menyaksikan Bulan, maka hendaknya ia berpuasa (QS. Al Baqarah:
185)
Sebagian pendukung pendapat ini mengatakan bahwa makna menyaksikan bulan dalam
ayat diatas adalah ruyah hilal. Kesimpulan ini tampaknya kurang tepat karena Ahli tafsir dari
kalangan Sahabat dan Tabiin tak satupun mengatakan demikian (Tafsir At Thabari, juz: 2, hal:
193-198).
- Sabda Rasulullah Shalallahu alaihi wasallam-:


Artinya: Bila kalian melihat Hilal maka berpuasalah, dan jika melihatnya maka berbukalah.
HR. Bukhari dan muslim. (Shahih Bukhari, hadist no: 1879 dan Shahih Muslim, hadist no:2457).
Hadist ini menunjukkan bahwa penentuan awal dan akhir bulan Ramadhan didasarkan
dengan melihat hilal.
- Konsensus Ulama (baca: Ijma)
Para Ulama yang mendukung pendapat ini mengklaim bahwa penentuan awal Ramadhan dengan
ru'yah telah menjadi konsensus ulama, hal ini sebagaimana yang dikatakan oleh Ibnu Taimiyah:

-
- .

Artinya: Kita secara dogmatis mengetahui dari ajaran islam bahwa menggunakan informasi
Ahli ilmu hisab dalam menentukan permulaan puasa, haji, masa Iddah, masa ila atau
hukum-hukum yang ada kaitannya dengan hilal, bahwa ia sudah melihat tanggal atau
sebaliknya , maka tidak diperbolehkan. Dalil-dalil yang diriwayatkan dari Rasulullah
28

Shalallahu alaihi wasallam tentang hal itu sangat berlimpah. Dan telah menjadi ijma seluruh
Umat Islam. ((Majmu Fatawa, juz: 25, hal: 132).
C. PUASA-PUASA SUNNAH
Sungguh, puasa adalah amalan yang sangat utama. Di antara ganjaran puasa disebutkan
dalam hadits berikut,

Setiap amalan kebaikan yang dilakukan oleh manusia akan dilipatgandakan dengan
sepuluh kebaikan yang semisal hingga tujuh ratus kali lipat. Allah Taala berfirman
(yang artinya), Kecuali amalan puasa. Amalan puasa tersebut adalah untuk-Ku. Aku
sendiri yang akan membalasnya. Disebabkan dia telah meninggalkan syahwat dan
makanan karena-Ku. Bagi orang yang berpuasa akan mendapatkan dua kebahagiaan
yaitu kebahagiaan ketika dia berbuka dan kebahagiaan ketika berjumpa dengan
Rabbnya. Sungguh bau mulut orang yang berpuasa lebih harum di sisi Allah daripada
bau minyak kasturi (HR. Muslim no. 1151).
Adapun puasa sunnah adalah amalan yang dapat melengkapi kekurangan amalan wajib.
Selain itu pula puasa sunnah dapat meningkatkan derajat seseorang menjadi wali Allah yang
terdepan (as saabiqun al muqorrobun). Lewat amalan sunnah inilah seseorang akan mudah
mendapatkan cinta Allah. Sebagaimana disebutkan dalam hadits qudsi,

Hamba-Ku senantiasa mendekatkan diri pada-Ku dengan amalan-amalan sunnah


sehingga Aku mencintainya. Jika Aku telah mencintainya, maka Aku akan memberi
petunjuk pada pendengaran yang ia gunakan untuk mendengar, memberi petunjuk pada
penglihatannya yang ia gunakan untuk melihat, memberi petunjuk pada tangannya yang
ia gunakan untuk memegang, memberi petunjuk pada kakinya yang ia gunakan untuk
berjalan. Jika ia memohon sesuatu kepada-Ku, pasti Aku mengabulkannya dan jika ia
memohon perlindungan, pasti Aku akan melindunginya (HR. Bukhari no. 2506).
1. Puasa Senin Kamis
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

29

Berbagai amalan dihadapkan (pada Allah) pada hari Senin dan Kamis, maka aku suka
jika amalanku dihadapkan sedangkan aku sedang berpuasa. (HR. Tirmidzi no. 747.
Shahih dilihat dari jalur lainnya).
Dari Aisyah radhiyallahu anha, beliau mengatakan,

- - .


Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam biasa menaruh pilihan berpuasa pada hari
senin dan kamis. (HR. An Nasai no. 2360 dan Ibnu Majah no. 1739. Shahih)
2. Puasa Tiga Hari Setiap Bulan Hijriyah
Dianjurkan berpuasa tiga hari setiap bulannya, pada hari apa saja.
Dari Abu Hurairah radhiyallahu anhu, ia berkata,


Kekasihku (yaitu Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam) mewasiatkan padaku tiga
nasehat yang aku tidak meninggalkannya hingga aku mati: [1] berpuasa tiga hari setiap
bulannya, [2] mengerjakan shalat Dhuha, [3] mengerjakan shalat witir sebelum tidur.(
HR. Bukhari no. 1178)
Namun, hari yang utama untuk berpuasa adalah pada hari ke-13, 14, dan 15 dari bulan Hijriyah
yang dikenal dengan ayyamul biid. Dari Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma, beliau berkata,


Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam biasa berpuasa pada ayyamul biidh ketika
tidak bepergian maupun ketika bersafar. (HR. An Nasai no. 2345. Hasan).
3. Puasa Daud
Cara melakukan puasa Daud adalah sehari berpuasa dan sehari tidak. Rasulullah
shallallahu alaihi wa sallam bersabda,


Puasa yang paling disukai oleh Allah adalah puasa Nabi Daud. Shalat yang paling
disukai Allah adalah Shalat Nabi Daud. Beliau biasa tidur separuh malam, dan bangun
pada sepertiganya, dan tidur pada seperenamnya. Beliau biasa berbuka sehari dan
berpuasa sehari. (HR. Bukhari no. 3420 dan Muslim no. 1159)
30

4. Puasa di Bulan Syaban
Aisyah radhiyallahu anha mengatakan,

Nabi shallallahu alaihi wa sallam tidak biasa berpuasa pada satu bulan yang lebih
banyak dari bulan Syaban. Nabi shallallahu alaihi wa sallam biasa berpuasa pada
bulan Syaban seluruhnya. (HR. Bukhari no. 1970 dan Muslim no. 1156).
Dalam lafazh Muslim, Aisyah radhiyallahu anha mengatakan,
.


Nabi shallallahu alaihi wa sallam biasa berpuasa pada bulan Syaban seluruhnya.
Namun beliau berpuasa hanya sedikit hari saja. (HR. Muslim no. 1156)
Yang dimaksud di sini adalah berpuasa pada mayoritas harinya (bukan seluruh harinya)
sebagaimana diterangkan oleh Az Zain ibnul Munir. Para ulama berkata bahwa Nabi shallallahu
alaihi wa sallam tidak menyempurnakan berpuasa sebulan penuh selain di bulan Ramadhan
agar tidak disangka puasa selain Ramadhan adalah wajib.
5. Puasa Enam Hari di Bulan Syawal
Nabi shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

Barangsiapa yang berpuasa Ramadhan kemudian berpuasa enam hari di bulan Syawal,
maka dia seperti berpuasa setahun penuh. (HR. Muslim no. 1164)
6. Puasa di Awal Dzulhijah
Dari Ibnu Abbas, Rasulullah shallallahu alaihi wa sallam bersabda,

.
Tidak ada satu amal sholeh yang lebih dicintai oleh Allah melebihi amal sholeh yang
dilakukan pada hari-hari ini (yaitu 10 hari pertama bulan Dzul Hijjah). Para sahabat
bertanya: Tidak pula jihad di jalan Allah? Nabi shallallahu alaihi wa sallam
menjawab: Tidak pula jihad di jalan Allah, kecuali orang yang berangkat jihad dengan
jiwa dan hartanya namun tidak ada yang kembali satupun. (HR. Abu Daud no. 2438, At
Tirmidzi no. 757, Ibnu Majah no. 1727, dan Ahmad no. 1968. Shahih). Keutamaan
sepuluh hari awal Dzulhijah berlaku untuk amalan apa saja, tidak terbatas pada amalan
31

tertentu, sehingga amalan tersebut bisa shalat, sedekah, membaca Al Quran, dan amalan
sholih lainnya. Di antara amalan yang dianjurkan di awal Dzulhijah adalah amalan puasa.
7. Puasa Arofah
Puasa Arofah ini dilaksanakan pada tanggal 9 Dzulhijjah. Abu Qotadah Al Anshoriy
berkata,


Nabi shallallahu alaihi wa sallam ditanya mengenai keutamaan puasa Arofah? Beliau
menjawab, Puasa Arofah akan menghapus dosa setahun yang lalu dan setahun yang
akan datang. Beliau juga ditanya mengenai keistimewaan puasa Asyura? Beliau
menjawab, Puasa Asyura akan menghapus dosa setahun yang lalu (HR. Muslim no.
1162). Sedangkan untuk orang yang berhaji tidak dianjurkan melaksanakan puasa
Arofah. Dari Ibnu Abbas, beliau berkata,

- -


Nabi shallallahu alaihi wa sallam tidak berpuasa ketika di Arofah. Ketika itu beliau
disuguhkan minuman susu, beliau pun meminumnya. (HR. Tirmidzi no. 750. Hasan
shahih).
8. Puasa Asyura
Keutamaan puasa Asyura sebagaimana disebutkan dalam hadits Abu Qotadah di atas.
Puasa Asyura dilaksanakan pada tanggal 10 Muharram. Namun Nabi shallallahu alaihi wa
sallam bertekad di akhir umurnya untuk melaksanakan puasa Asyura tidak bersendirian, namun
diikutsertakan dengan puasa pada hari sebelumnya (9 Muharram). Tujuannya adalah untuk
menyelisihi puasa Asyura yang dilakukan oleh Ahlul Kitab.
Ibnu Abbas radhiyallahu anhuma berkata bahwa ketika Nabi shallallahu alaihi wa
sallam melakukan puasa hari Asyura dan memerintahkan kaum muslimin untuk melakukannya,
pada saat itu ada yang berkata,

- -

- - .
Wahai Rasulullah, hari ini adalah hari yang diagungkan oleh Yahudi dan Nashrani.
Lantas beliau mengatakan, Apabila tiba tahun depan insya Allah (jika Allah
menghendaki)- kita akan berpuasa pula pada hari kesembilan. Ibnu Abbas mengatakan,
Belum sampai tahun depan, Nabi shallallahu alaihi wa sallam sudah keburu
meninggal dunia. (HR. Muslim no. 1134).
32

D.SUNNAH-SUNNAH BERPUASA
1. Sahur, walaupun hanya seteguk air. Hendaknya dilakukan pada akhir malam agar
menjadi kekuatan bagi yang berpuasa. Sebagaimana disebut dalam sebuah hadis
Bersahurlah, sesungguhnya sahur itu penuh keberkahan(lihat attachment hadis no. 1).
Dalam hadis lain juga disebutkan Sahur itu penuh keberkahan, maka jangan kalian
tinggalkan sekalipun dengan seteguk air, karena sesungguhnya Allah dan para
malaikatNya mengirim salawat atas orang-orang yang bersahur (attachment hadis no. 2).
Sementara hadis yang menganjurkan agar kita bersahur pada akhir malam adalah riwayat
Thabrani, Ada 3 hal akhlak para Rasul: segera berbuka, mengakhirkan sahur dan
meletakkan tangan kanan di atas tangan kiri pada waktu salat.(hadis no.3).
2. Segera berbuka, sebelum melaksanakan salat Maghrib. Disunnatkan berbuka dengan
kurma basah atau kurma kering atau manis-manisan, atau air dan hendaknya
mengutamakan bilangan ganjil dalam memakan buah tersebut. Sebagaimana hadis
Bahwasanya Rasulullah, berbuka dengan anggur basah sebelum salat dan jika tidak ada
maka dengan anggur kering dan jika tidak ada dengan air.
3. Berdoa saat buka:
Ya Allah, sesungguhnya karena Engkaulah aku berpuasa (allhumma laka shumtu)
Atas rizkimu aku berbuka (wa al rizqika afthartu)
Hanya kepadamu aku bertawakkal (wa alayka tawakkaltu)
Kepadamu aku beriman (wa bika mantu)
Wahai Dzat Yang Maha luas keutamaannya (y wsial fadhli)
Ampunilah aku (ighfir l)
Segala puji bagi Allah (alhamdu lillh)
Yang telah menolongku sehingga aku berpuasa (alladz anan fa shumtu)
Yang memberiku rizki sehingga aku berbuka (wa razaqan fa afthartuMenyediakan
bebuka bagi orang yang berpuasa.
4. Bersuci dari junub, haid, dan nifas sebelum subuh.
5. Menjaga lisan dan semua anggota badan dari perbuatan tidak terpuji. Sebagaimana dalam
hadis Jika seseorang berpuasa, maka hendaklah dia tidak melakukan perbuatan tercela
dan jika diganggu maka hendakalh ia berkata Aku sedang berpuasa'.
6. Meninggalkan syahwat yang tidak membatalkan puasa, seperti menikmati hal-hal yang
menggoda telinga, penglihatan dan penciuman, karena hal itu tidak sesuai dengan hikmah
puasa.
7. Tidak berbekam baik untuk dirinya ataupun orang lain dan hendaknya tidak mencicipi
masakan dan menghindari berciuman.
8. Berbuat baik terhadap keluarga dan kerabat serta memperbanyak shadaqah bagi fakir
miskin.
9. Menyibukkan diri dengan belajar dan membaca al-Quran serta memperbanyak berdzikir
dan shalawat atas Nabi saw serta perbuatan baik lainnya.
10. Itikaf terutama pada 10 hari terakhir, dengan harapan agar ibadah yang ia lakukan
bertepatan dengan Lailatul Qadar.

33

D. HAL HAL YANG MEMBATALKAN PUASA
Menahan diri dari segala yang membatalkan puasa dari mulai terbit fajar sampai
terbenam matahari dengan berniat.
Oleh karena itu mulai dari terbit fajar shadiq sebagai pertanda masuknya waktu shalat
Subuh, seorang yang berpuasa sudah harus menahan diri dari hal-hal yang membatalkannya
sampai matahari terbenam di penghujung siang. Jikalau tidak, berarti puasanya batal. Ini
berdasarkan firman Allah Swt.:


dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang
hitam, yaitu fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang)
malam
Maknanya diizinkan untuk mengkonsumsi makan dan minum sampai terbit fajar dan
tidak lagi diizinkan untuk makan dan minum setelah itu sampai terbenam matahari.
Dan sunnah Rasul Saw.:
:

"

Rasul Saw. Bersabda; apabila malam sudah datang dari arah sini (timur) dan malam
beranjak dari arah sini, mataharipun tenggelam, maka sudah masuk waktu untuk
berbuka bagi orang-orang yang berpuasa.
Dalam tulisan ini, mari kita kupas hal- hal yang membatalkan puasa:
1. Makan dan minum.
Umat islam telah bersepakat (ijma`) bahwa apabila ada orang yang makan dan minum
dengan sengaja dan Ia mengetahui bahwa perbuatan itu adalah haram, maka puasanya batal,
karena menahan diri dari makan dan minum adalah faktor esensi dari pelaksanaan ibadah puasa.
Sedangkan perbuatannya bertentangan dengan pelaksanaan puasa tanpa ada udzur. Seperti yang
dipaparkan di dalam Al Qur`an:



dan makan minumlah hingga terang bagimu benang putih dari benang hitam, yaitu
fajar. Kemudian sempurnakanlah puasa itu sampai (datang) malam
34

Jikalau seandainya ada sisa-sisa makanan di sela-sela gigi, kemudian terkena air ludah
tanpa bermaksud mengkonsumsi sisa-sisa makanan yang ada, puasa tidak batal, dengan syarat
apabila saat itu sulit untuk memisahkan mana air ludah dan mana sisa-sisa makanan yang
terkonsumsi. Ketika itu diberikan dispensasi dan tidak dianggap menyengaja mengkonsumsinya.
Apabila ada yang makan dan minum karena lupa (tanpa sengaja), maka puasanya tidak
batal. Berdasarkan hadits dari Abi Hurairah Ra.

Dari Abu Hurairah Radliallahu Anhu dari Nabi Shallallahu Alaihi Wasallam bersabda:
Jika seseorang lupa lalu dia makan dan minum (ketika sedang berpuasa) maka
hendaklah dia meneruskan puasanya karena hal itu berarti Allah telah memberinya
makan dan minum (HR. Bukhari).
2. Memasukkan sesuatu benda ke dalam rongga tubuh melalui lobang yang terbuka.
Benda yang dimaksud adalah setiap benda yang bisa ditangkap oleh indra manusia
normal, besar ataupun kecil, meskipun sesuatu yang biasanya tidak dimakan, seperti benang dan
jarum.
Rongga yang dimaksud adalah: bagian otak dan semua bagian organ tubuh yang berada
setelah kerongkongan sampai kepada lambung dan usus-usus. Beda halnya dengan sesuatu yang
masuk ke dalam rongga tidak melalui lobang yang terbuka, seperti melalui pori-pori, dll.
Lobang yang terbuka adalah: mulut, kedua lobang hidung, kedua lobang telinga, qubul
(kemaluan), dubur (anus), dll.
Syarat sesuatu yang dimasukkan itu bias membatalkan puasa adalah, apabila dimasukkan
dengan sengaja, bukan karena terpaksa/tidak bisa dihindari, seperti halnya debu atau lalat yang
masuk tanpa disadari.
Jikalau ada yang memasukkan sesuatu dari lobang-lobang yang terbuka dengan sengaja
dan tanpa paksaan dari orang lain, maka puasanya batal. Ia wajib mengganti (qadha`) puasa di
hari lain di luar bulan Ramadhan.
Jikalau ada yang memakai obat tetes mata, puasanya tidak batal, meskipun ia merasakan
adanya rasa pahit dan semisalnya di dalam rongga. Karena tempat masuknya adalah mata, bukan
lobang yang terbuka.
Jikalau ada yang diinjeksi (suntik) saat berpuasa, puasanya tidak batal, karena suntik
tidak dimasukkan pada lobang terbuka, tapi di tempat yang memang tidak ada lobang yang
menyalurkan ke dalam rongga, yaitu kulit.
35

Air ludah selama masih berada di dalam mulut meskipun tertelan kembali, tidak
menyebabkan batal puasa. Karena hal tersebut sulit untuk menghindarinya bagi setiap orang
yang masih hidup. Tetapi Jikalau air ludah sudah dikeluarkan dari mulut, kemudian ditelan
kembali, maka puasanya batal. Begitu juga ketika air ludah yang masih ada di dalam mulut tetapi
sudah bercampur dengan najis dan tertelan, seperti ada orang yang gusinya berdarah dan ia tidak
mencucinya atau meludahkannya, maka puasanya batal.
Seseorang yang berwudhu` boleh untuk berkumur-kumur dan memasukkan air ke
hidungnya di siang hari, akan tetapi tidak boleh sampai ke pangkal hidung, apalagi masuk ke
dalam. Jikalau Ia memasukkan air sampai ke pangkal hidung dan air masuk ke dalam atau
berkumur-kumur sehingga air masuk ke dalam kerongkongan, puasanya batal.
Jikalau ada orang yang menyuntikkan sesuatu melalui dubur (anus), kadarnya sedikit
atapun banyak, maka itu membatalkan puasanya. Karena ia telah memasukkan suatu benda ke
dalam lobang yang terbuka dengan sengaja, meskipun zat yang dimasukkan tidak sampai ke usus
dan lambung.
Jikalau ada perempuan yang meneteskan sesuatu ke dalam lobang air seni atau
kemaluannya meskipun tidak sampai ke kantong kemih, maka puasanya batal, karena Ia telah
memasukkan suatu benda ke dalam lobang yang terbuka dengan sengaja.Termasuk meskipun ia
cuma memasukkan jari tangan ke dalam lobang kemaluannya.
3. Muntah disengaja.
Jikalau seseorang memasukkan tangannya atau memasukkan sesuatu ke dalam
kerongkongannya yang menyebabkan ia merasa mual dan muntah, maka puasanya batal.
Jikalau tidak disengaja, tapi ia tidak sanggup menahan muntah; karena pusing, karena
kecapean, karena bau yang tidak menyenangkan, karena perjalanan, dll..maka puasanya tidak
batal.

):


Orang-orang yang tidak sanggup menahan muntahan, maka ia tidak wajib mengqadha
puasanya dan orang orang yang sengaja menyebabkant muntah, maka ia mesti
mengqadha puasanya.
Karena muntahan kalau sudah naik dari lambung, maka ia akan turun naik di dalam
rongga, atau ada bagian dari muntahan yang kembali ke dalam lambung. Itu artinya ada benda
yang masuk ke dalam rongga melalui lobang yang terbuka.
Jikalaupun muntahan keluar semuanya tidak ada lagi yang masuk kembali, maka
puasanya tetap batal sebagaimana yang dijelaskan oleh hadits.

36

4. Berhubungan badan suami-istri dengan sengaja.
Berhubungan badan suami istri pada siang hari membatalkan puasa, meskipun pergaulan
itu tidak menyebabkan keluarnya sperma. Kepada pasangan suami-istri dibolehkan
melakukannya di malam hari, tanpa berpengaruh terhadap puasa mereka selama dilakukan
sampai sebelum terbit fajar. Sebagaimana yang dijelaskan oleh ayat:

Dihalalkan bagi kalian pada malam hari berpuasa untuk bergaul dengan istri-istri kalian.
Para ahli tafsir mengartikan kalimat rafats di dalam ayat dengan jima` (pergaulan suami istri) Di
dalam ayat yang sama dijelaskan:

Maka sekarang gaulilah mereka (istri-istri kalian)


Di dalam ayat yang sama juga dijelaskan:

Kemudian sempurnakanlah puasa kalian sampai malam dan jangan kalian gauli
mereka di saat kalian sedang beri`tikaf di masjid-masjid
Mubasyarah bermakna: bergaul suami-istri.
Berdasarkan penjelasan ayat maka dipahami bahwa bergaul suami-istri secara hubungan
badan (seksual) membatalkan puasa. Jikalau bermesraan dengan istri tidak pada kemaluan
(hubungan seks) atau sekedar mencumbui istri tapi menyebabkan keluar sperma, maka puasanya
batal. Tetapi jikalau tidak menyebabkan keluar sperma, maka puasa mereka tidak batal.
Adapun orang-orang-orang yang masih dalam keadaan junub sampai masuknya waktu
fajar; karena malam hari melakukan hubungan suami-istri atau malamnya mimpi basah, maka
puasa mereka tidak batal. Mereka bisa mandi junub setelah fajar terbit dan menyempurnakan
shaum mereka.
5. Istimna (berupaya mengeluarkan mani)
Yang dimaksud dengan istimna` adalah perbuatan yang sengaja mengeluarkan sperma
tanpa melakukan hubungan badan. Seperti bercumbu, onani dengan tangan sendiri atau dengan
tangan istri, atau dengan sentuhan pada kemaluan. Semua perbuatan itu membatalkan, karena
ada upaya mengeluarkannya dengan sengaja.
Adapun jikalau sperma keluar bukan karena keinginan, seperti karena mimpi, berfantasi
sesuatu yang indah atau melihat lawan jenis yang menarik, sehingga menyebabkan keluarnya
37

sperma tanpa menyentuh kemaluan, maka puasanya tidak batal. Karena Ia tidak berupaya
mengeluarkan sperma dengan sengaja secara langsung dari kemaluannya.
Adapun jikalau sekedar berciuman suami istri di saat berpuasa, tidak menyebabkan
batalnya puasa. Hanya saja makruh hukumnya berciuman jikalau berciuman itu dapat
membangkitkan syahwat, karena akan dapat menyebabkan seseorang sulit mengendalikan diri
dan bisa membatalkan puasanya. Sebaiknya tidak melakukannya sama sekali di saat berpuasa.

- -

"
Nabi Saw mencium dan bermesraan (bukan pada kemaluan) dengan istri beliau di saat
beliau sedang berpuasa dan beliau adalah orang yang paling kuat mengendalikan
syahwat
6. Haid dan nifas.
Jikalau seorang perempuan dari pagi hari dalam keadaan suci, kemudian di siang hari Ia
mulai haid atau nifas, maka puasanya langsung batal. Ketika itu Ia mesti langsung membatalkan
puasanya, karena Ia tidak lagi menjadi mukallaf untuk berpuasa. Dan ia justru berdosa jikalau
menahan diri dari hal-hal yang membatalkan puasa jikalau berniat berpuasa. Karena diantara
syarat sahnya puasa adalah bersih dari haid dan nifas.
Puasa yang dibatalkannya tadi wajib diqadha` (diganti) di luar bulan Ramadhan,
sedangkan shalatnya selama masa haid dan naifas tidak wajib di qadha`.
7. Hilang akal dan murtad (keluar dari agama islam).
Apabila seseorang hilang akal, karena gila, dll. atau keluar dari agama islam di siang hari,
maka puasanya batal. Karena mereka ketika itu tidak lagi dihitung sebagai ahli ibadah, tidak lagi
sah pelaksanaan ibadah dari mereka, termasuk puasa. Karena syarat orang-orang yang dituntut
untuk berpuasa adalah berakal dan beragama islam. Sedangkan kedua syarat itu; berakal dan
dalam keadaan islam tidak terpenuhi oleh seorang yang gila dan seorang yang murtad.
Inilah hal-hal yang menyebabkan membatalkan puasa, yang mesti dihindari oleh seorang
yang sedang berpuasa.
E. HIKMAH DAN KEUTAMAAN PUASA

Ada beberapa sasaran yang perlu dicapai oleh setiap mukmin yang menjalankan ibadah puasa
Ramadhan, khususnya dalam konteks memikul amanah perjuangan menyebarkan dan
menegakkan nilai-nilai kebenaran Islam yang menjadi kewajiban setiap muslim.

1. MEMANTAPKAN AQIDAH YANG KUKUH
Tujuan utama puasa adalah mempersiapkan hati manusia untuk :
1. Bertaqwa.
2. Lebih merasa sensitif.
38

3. Melembutkan hati.
4. Merasa takut kepada Allah.

Taqwa membangkitkan kesedaran dalam hati sehingga ia mahu menunaikan
kewajiban.Taqwa juga menjaga hati seseorang sehingga ia tidak mahu merosakkan nilai-nilai
ibadah puasa dengan maksiat meskipun hanya dengan getaran hati untuk berbuat maksiat.
Ketaqwaan kepada Allah swt merupakan bukti nyata dari kukuhnya aqidah seseorang dan
oleh kerananyalah puasa ditaklifkan kepada siapa sahaja yang beriman kepada Allah swt agar
keimanan itu dapat menjelma menjadi ketaqwaan yang sempurna.
Oleh yang demikian, taqwa menjadi puncak ketinggian rohani seorang muslim sehingga
orang bertaqwalah yang berada pada tingkatan yang paling mulia di sisi Allah swt sebagaimana
firman Allah swt :
Sesungguhnya orang yang paling mulia di antara kamu di sisi Allah adalah yang paling
bertaqwa di antara kamu. Sesungguhnya Allah Maha Mengetahui lagi Maha Mengenal.
(QS Al Hujuraat :13)

Dalam konteks kehidupan masyarakat yang rosak, tujuan puasa ini menjadi sangat
penting. Kukuhnya iman menjadi modal utama bagi manusia untuk dapat memperbaiki
akhlaknya dan dari iman yang kukuh di dalam hati akan terwujud manusia yang berakhlak mulia.
Oleh kerana itu, Sayyid Qutb dalam tafsir Fi Zilalil Quran menyatakan :
Apabila berlaku kerusakan pada suatu generasi manusia, maka untuk memperbaikinya
bukan dengan memperketatkan hukuman terhadap mereka melainkan dengan jalan
memperbaiki pendidikan dan hati mereka serta menghidupkan rasa taqwa di dalam hati
mereka.

2. MENGUATKAN JIWA

Dalam pentas kehidupan, tidak sedikit kita dapati manusia yang didominasi oleh hawa
nafsunya lalu manusia itu menurut apa sahaja yang menjadi keinginannya meskipun keinginan
itu merupakan sesuatu yang bathil dan mengganggu serta merugikan orang lain.
Oleh yang demikian, di dalam Islam ada perintah untuk memerangi hawa nafsu dalam
ertikata berusaha untuk dapat mengendalikannya, bukan membunuh nafsu yang membuatkan
kita tidak mempunyai keinginan terhadap sesuatu yang bersifat duniawi.
Manakala dalam peperangan ini, apabila manusia mengalami kekalahan, malapetaka besar
akan berlaku kerana manusia yang kalah dalam peperangan melawan hawa nafsu itu akan
mengalihkan penuhanan dari kepada Allah swt sebagai Tuhan yang benar kepada hawa nafsu
yang cenderung mengarahkan manusia kepada kesesatan.

Allah memerintahkan kita memperhatikan masalah ini dalam firmanNya :

Maka pernahkah kamu melihat orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai
tuhannya dan Allah membiarkannya sesat berdasarkan ilmuNya. (QS Al Jaathiyah :23)

Dengan ibadah puasa, maka manusia akan berhasil mengendalikan hawa nafsunya yang
membuatkan jiwanya menjadi kuat, bahkan dengan yang demikian, manusia akan memperolehi
39

darjat yang tinggi seumpama malaikat yang suci dan ini akan membuatnya mampu mengetuk
dan membuka pintu-pintu langit hingga segala doanya dikabulkan oleh Allah swt.
Rasulullah saw bersabda :

Ada tiga golongan orang yang tidak ditolak doa mereka: orang yang berpuasa hingga
berbuka, pemimpin yang adil dan doa orang yang dizalimi. (HR Tirmizi)

3. MEMANTAPKAN HUBUNGAN DENGAN ALLAH
Salah satu nilai tarbiyah dari ibadah puasa adalah usaha untuk memantapkan hubungan dengan
Allah swt.
Ini adalah kerana setiap muslim yang berpuasa mestilah melaksanakannya kerana Allah dan
dilakukan dengan ketentuan-ketentuan yang datang dari Allah swt. Sesuatu yang biasanya halal
untuk dilakukan atau dinikmati, pada saat berpuasa, seorang muslim diharamkan oleh Allah swt
dan ia tunduk sahaja kepada Pencipta meskipun ia boleh melakukannya atau memiliki
sepenuhnya untuk dinikmati. Ini menunjukkan hubungan yang baik dengan Allah swt yang
terjelma dalam bentuk kepatuhan kepadaNya dan untuk itu, seorang muslim mampu
mengendalikan dan mengatasi tuntutan dari dalam dirinya yang bersifat fizikal seperti makan,
minum dan keperluan seksual.
Terjalinnya hubungan yang rapat dengan Allah swt merupakan modal yang sangat penting
bagi manusia, bahkan tidak hanya untuk memikul amanah perjuangan tapi juga untuk mampu
menjalani kehidupan di dunia ini dengan sebaik-baiknya.
Hubungan manusia yang jauh dengan Allah swt akan hanya menimbulkan pelbagai persoalan
dan permasalahan dalam kehidupan ini, sedangkan masalah yang timbul tidak mampu diatasi.
Padahal apabila manusia merasa dekat dengan Allah dan ia merasa sentiasa diawasi oleh
Allah swt, niscaya ia tidak berani menyimpang dari ketentuanNya dan apabila penyimpangan itu
sudah berlaku, iapun cepat-cepat mengakui kesalahannya hingga memiliki kesediaan untuk
menjalani hukuman akibat kesalahan yang dilakukannya, bukan dalam senario yang
bertentangan di mana walaupun ia sudah salah tapi masih lagi merasa tidak bersalah dan mencari
seribu dalih untuk menghindarkan diri dari hukuman dan berusaha untuk menutup kesalahan
yang telah dilakukannya.

4. MENGENALI NILAI KENIKMATAN
Dalam hidup ini, sebenarnya sudah begitu banyak kenikmatan yang Allah berikan kepada
manusia, namun ramai pula manusia yang tidak pandai mensyukurinya.
Dapat satu tidak terasa nikmat kerana menginginkan dua, dapat dua tidak terasa nikmat
kerana menginginkan tiga dan begitulah seterusnya.
Padahal jika manusia mahu memperhatikan dan merenungkan, apa yang diperolehinya
sebenarnya sudah sangat membanggakan kerana begitu ramai orang yang memperolehi sesuatu
namun ianya tidak lebih banyak atau tidak lebih mudah dari apa yang kita perolehi.
Maka dengan puasa, manusia bukan hanya disuruh untuk memperhatikan dan merenungkan
tentang kenikmatan yang sudah diperolehinya, tapi juga disuruh merasakan secara langsung
betapa besar sebenarnya nikmat yang Allah berikan kepada kita.
Perkara ini sebenarnya dirasai kerana baru beberapa jam sahaja kita tidak makan dan minum,
namun sudah benar-benar terasa penderitaan yang kita alami dan pada saat kita berbuka puasa,
terasa betul besarnya nikmat dari Allah meskipun hanya berupa sebiji kurma atau seteguk air.
40

Di sinilah letak peri pentingnya ibadah puasa bagi mendidik kita untuk menyedari betapa
tinggi nilai kenikmatan yang Allah berikan agar kita seterusnya menjadi orang yang pandai
bersyukur dan tidak mengecilkan erti kenikmatan dari Allah meskipun dari segi jumlah memang
sedikit dan kecil.
Rasa syukur memang akan membuatkan nikmat itu bertambah banyak, samada dari segi
jumlah atau paling tidak dari segi rasanya.

Allah swt berfirman :
Dan (ingatlah juga), tatkala Tuhanmu memaklumkan: Sesungguhnya jika kamu bersyukur,
pasti Kami akan menambah (nikmat) kepadamu, dan jika kamu mengingkari (nikmat-Ku),
maka sesungguhnya azab-Ku sangat pedih. (QS Ibrahim :7)

5. MEMANTAPKAN HUBUNGAN DENGAN SESAMA MUSLIM

Puasa Ramadhan adalah ibadah yang dilakukan oleh kaum muslimin secara serentak di
seluruh dunia.
Kaum muslimin merasakan satu perkara yang sama, iaitu lapar dan dahaga dan sama-sama
berjuang untuk mampu menahan dan mengendalikan diri dari melakukan sesuatu yang tidak
dibenarkan oleh Allah swt meskipun peluang untuk itu sangat besar.
Nilai kebersamaan ini diharapkan mampu menghasilkan hubungan yang baik dengan sesama
muslim.
Semangat kebersamaan merupakan modal yang sangat berharga bagi usaha perjuangan di
jalan Allah swt, apalagi Dia amat mencintai orang yang berjuang secara bersama-sama dengan
kerjasama yang baik.
Firman Allah swt :
Sesungguhnya Allah mencintai orang-orang yang berperang dijalan-Nya dalam suatu
barisan yang teratur seakan-akan mereka seperti suatu bangunan yang tersusun
kukuh.(QS As Shaff : 4)

Salah satu ladang dakwah dan perjuangan yang perlu mendapat perhatian besar dari
seluruh komponen kaum muslimin adalah masjid-masjid yang sudah dibangunkan dengan bagus
dan tersergam indah dengan pengeluaran dana yang besar, namun keadaan pemakmurannya
belum begitu rancak berbanding dengan kemegahan fizikal bangunannya.
Untuk dapat memakmurkan masjid sehingga berfungsi sebagai pusat pembangunan
masyarakat Islam, diperlukan kebersamaan antara sesama umat Islam, samada sebagai pengurus
pentadbiran masjid ataupun ahli jamaah biasa.
Oleh itu, perlu terjalin kerjasama yang harmoni antara pengurus pentadbiran masjid dengan
ahli jamaahnya, bahkan perlu terjalin pula kerjasama antara sebuah masjid dengan masjid yang
lain, bukan hanya sesebuah masjid itu berjalan sendiri dengan segala persoalan yang
dihadapinya.

6. MENGINGATI DAN MERASAKAN PENDERITAAN ORANG LAIN

Merasai lapar dan dahaga juga memberikan pengalaman kepada kita bagaimana beratnya
penderitaan yang dirasai oleh orang lain.
41

Ini adalah kerana pengalaman lapar dan dahaga yang kita rasakan akan segera berakhir hanya
dengan beberapa jam, sementara penderitaan orang lain entah bila akan berakhir.
Dari sini, semestinya puasa akan menumbuhkan dan memantapkan rasa kebersamaan kita
kepada kaum muslimin lainnya yang mengalami penderitaan yang hingga kini masih belum
dapat diatasi seperti penderitaan saudara-saudara kita di Palestin, Syria, Myanmar, Chechnya,
Iraq dan lain-lain.
Oleh kerana itu, sebagai simbol dari rasa kebersamaan itu, sebelum Ramadhan berakhir, kita
diwajibkan untuk menunaikan zakat agar dengan demikian setahap demi setahap kita dapat
mengatasi permasaalahan-permasaalahan umat yang menderita.
Bahkan zakat itu tidak hanya bagi kepentingan orang yang miskin dan menderita, tapi juga
bagi kita yang mengeluarkannya agar dengan demikian, hilang kekotoran jiwa kita yang
berkaitan dengan harta seperti gila harta, kikir dan sebagainya.

Allah swt berfirman :
Ambillah zakat dari sebahagian harta mereka, dengan zakat itu kamu membersihkan dan
mensucikan mereka dan mendoalah untuk mereka. Sesungguhnya doa kamu itu (menjadi)
ketenteraman jiwa bagi mereka. Dan Allah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui. (QS
At Taubah :103)

7. MEMANTAPKAN JIWA KETABAHAN
Perjuangan dalam bidang apapun, ketabahan jiwa merupakan sesuatu yang sangat dituntut
pada diri para pejuang.
Demikian pula dengan perjuangan Islam dengan segala dimensinya yang luas. Namun kita
perlu sedari bahwa ketabahan tidak muncul dengan sendirinya, bahkan setiap orang masing-
masing perlu memperolehi kefahaman dan mendapatkan latihan bagi memiliki ketabahan.
Ibadah puasa adalah salah satu bentuk ibadah yang memberikan pendidikan dan latihan untuk
memiliki ketabahan sehingga seorang muslim yang telah berpuasa semestinya menjadi orang
yang memiliki daya tahan yang kuat dalam mempertahankan nilai-nilai kebenaran yang datang
dari Allah swt meskipun dalam keadaan yang sukar seperti lapar dan dahaga.
Oleh kerana itu, ketika situasi menjadi begitu genting dalam perjuangan yang dilakukan oleh
Rasulullah saw, khususnya sesudah wafatnya Khadijah ra, seorang isteri dan pendukung
perjuangan serta wafat pula Abu Talib yang sering memberikan perlindungan kepada Nabi dari
gangguan orang-orang kafir, maka Allah swt menegaskan kepada Nabi Muhammad saw untuk
bertahan dan meneruskan perjuangan, walauapapun yang berlaku.
Ini adalah kerana, jika kita berbicara tentang kesukaran, generasi terdahulu juga mengalami
kesukaran, bahkan kesukaran yang lebih berat lagi sehingga Nabi Muhammad saw diperintah
bersama para sahabatnya agar jangan memiliki sikap atau perasaan yang berlebihan dalam
ertikata merasa sangat sukar dalam perjuangan yang dilalui oleh mereka.

Allah swt berfirman :
Maka tetaplah kamu pada jalan yang benar, sebagaimana diperintahkan kepadamu dan
(juga) orang-orang yang bertaubat bersamamu dan janganlah kamu melampaui batas.
Sesungguhnya Dia Maha Melihat apa yang kamu kerjakan. (QS Hud :112)

42

Dengan yang demikian, ibadah Ramadhan pada tahun ini sepatutnya menjadi momentum
yang sangat penting untuk memperbaiki keadaan peribadi, keluarga, masyarakat dan bangsa
menuju ridha Allah swt.
Ramadhan sudahpun memasuki hari-hari sepuluh yang terakhir dan tidak lama lagi akan
berakhir.
Rasanya belum banyak yang dapat kita lakukan untuk memaksimumkan bulan Ramadhan
bagi peningkatan ketaqwaan kita, namun walauapapun, Ramadhan tetap akan berakhir dan kita
berharap semoga Ramadhan yang akan datang dapat kita jumpai lagi dengan tekad untuk dapat
mengisinya dengan sesuatu yang lebih baik.
Kita juga berharap semoga dengan berakhirnya Ramadhan, kita akan kembali kepada
fitrah atau kesucian diri kita masing-masing sebagaimana bayi yang baru dilahirkan iaitu dalam
keadaan tidak berdosa dan memiliki tauhid yang mantap.
Allah swt memang telah menjanjikan sedemikian melalui sabda Rasul-Nya saw :
Allah swt mewajibkan puasa Ramadhan dan aku mensunnahkan solat malam harinya.
Barangsiapa berpuasa dan solat malam dengan mengharap pahala (keridhaan) Allah,
maka dia keluar dari dosanya seperti bayi yang baru dilahirkan oleh ibunya. (HR
Ahmad).

Apabila kita telah kembali kepada fitrah dalam ertikata terhapusnya dosa-dosa dan bersih
tauhid kita dari segala bentuk kemusyrikan, maka kita termasuk orang-orang yang berjaya dalam
menunaikan ibadah Ramadhan tahun ini.
Kejayaan ibadah Ramadhan dalam bentuk terhapusnya dosa-dosa merupakan sesuatu
yang tidak dapat dilihat oleh pancaindera kita, namun kesan yang konkrit dan nyata yang
menjadi kayu pengukur kejayaan ibadah Ramadhan dapat dinilai apabila kita mampu memenuhi
sasaran-sasaran yang telah dihuraikan sebelum ini yang akan meningkatkan pengertian sebenar
penghambaan kita kepada kepada Allah swt.
Ya Allah, jadikanlah puasa kami benar-benar memberi kekuatan untuk kami
meningkatkan rasa penghambaan kami kepadaMu. Terimalah puasa kami dan amal-amal soleh
kami di bulan Ramadhan ini sehingga ianya akan menjadi kegembiraan kami apabila bertemu
denganMu di akhirat kelak.
















43

BAB V
HAJI DAN UMRAH

A.PENGERTIAN HAJI DAN UMRAH
Asal mula arti haji menurut lughah atau arti bahasa (etimologi) adalah al-qashdu atau
menyengaja. Sedangkan arti haji dilihat dari segi istilah (terminology) berarti bersengaja
mendatangi Baitullah (kabah) untuk melakukan beberapa amal ibadah dengan tata cara yang
tertentu dan dilaksanakan pada waktu tertentu pula, menurut syarat-syarat yang ditentukan oleh
syara, semata-mata mencari ridho Allah. Adapun umrah menurut bahasa bermakna ziarah.
Sedangkan menurut syara umrah ialah menziarahi kabah, melakukan tawaf di sekelilingnya,
bersayu antara Shafa dan Marwah dan mencukur atau menggunting rambut
.
B. SYARAT SAH HAJI

1. Syarat-Syarat Melakukan Haji
Adapun syarat-syarat wajib melakukan ibadah haji dan umrah adalah:
a) islam
Beragama Islam merupakan syarat mutlak bagi orang yang akan melaksanakan ibadah haji
dan umrah. Karena itu orang-orang kafir tidak mempunyai kewajiban haji dan umrah. Demikian
pula orang yang murtad.
b) Baligh
Anak kecil tidak wajib haji dan umrah. Sebagaimana dikatakan oleh nabi Muhammad SAW:
yang artinya Kalam dibebaskan dari mencatat atas anak kecil sampai ia menjadi baligh, orang
tidur sampai ia bangun, dan orang yang gila sampai ia sembuh.
c).Berakal
Orang yang tidak berakal, seperti orang gila, orang tolol juga tidak wajib haji
d) Merdeka
Budak tidak wajib melakukan ibadah haji karena ia bertugas melakukan kewajiban yang
dibebankan oleh tuannya. Padahal menunaikan ibadah haji memerlukan waktu. Disamping itu
budak itu termasuk orang yang tidak mampu dari segi biaya, waktu dan lain-lain.
e) Kemampuan(Isthithoah)
Kemampuan yang dimaksud adalah kemampuan dalam hal kendaraan, bekal,
pengongkosan, dan keamanan di dalam perjalanan. Demikian pula kesehatan badan tentu saja
bagi mereka yang dekat dengan makkah dan tempat-tempat sekitarnya yang bersangkut paut
dengan ibadah haji dan umrah, masalah kendaraan tidak menjadi soal. Dengan berjalan kaki pun
bisa dilakukan.Pengertian mampu, istithaah atau juga as-sabil (jalan, perjalanan), luas sekali,
mencakup juga kemampuan untuk duduk di atas kendaraan, adanya minyak atau bahan bakar
untuk kendaraan.
Di dalam hadist yang diriwayatkan oleh Ad-Daru Quthni Anar ra. Terdapat percakapan
sebagai berikut: yang artinya Rasulullah SAW ditanya: Apa yang dimaksud jalan (as-sabil,
mampu melakukan perjalanan) itu ya Rasulullah? Beliau menjawab: Yaitu bekal dan kendaraan
Sedangkan yang dimaksud bekal dalam Fat-Hul Qorib disebutkan: Dan diisyaratkan
tentang bekal untuk pergi haji (sarana dan prasarananya) hal mana telah tersebut di atas tadi,
hendaklah sudah (cukup) melebihi dari (untuk membayar) hutangnya, dan dari (anggaran)
pembiayaan orang-orang, dimana biaya hidupnya menjadi tanggung jawab orang yang hendak
44

pergi haji tersebut. Selama masa keberangkatannya dan (hingga sampai) sekembalinya (di tanah
airnya).
Dan juga diisyaratkan harus melebihi dari (biaya pengadaan) rumah tempat tinggalnya
yang layak buat dirinya, dan (juga) melebihi dari (biaya pengadaan) seorang budak yang layak
buat dirinya (baik rumah, dan budak disini, apabila benar-benar dibuktikan oleh orang tersebut).

C. WAJIB HAJI

Wajib haji dan umrah adalah ketentuan-ketentuan yang wajib dikerjakan dalam ibadah
haji dan umrah tetapi jika tidak dikerjakan haji dan umrah tetap sah namun harus mambayar dam
atau denda
Adapun Wajib-wajib haji adalah :

a. Ihram dari miqat
Dalam melaksanakan ihram ada ketentuan kapan pakaian ihram itu dikenakan dan dari
tempat manakah ihram itu harus dimulai. Persoalan yang membicarakan tentang kapan dan
dimana ihram tersebut dikenakan disebut miqat atau batas yaitu batas-batas peribadatan bagi
ibadah haji dan atau umrah.

Macam-macam miqat menurut Fah-hul Qarib
1. Miqat zamani (batas waktu) pada konteks (yang berkaitan) untuk memulai niat ibadah
haji, adalah bulan Syawal, Dzulqadah dan 10 malam dari bulan dzilhijjah (hingga
sampai malam hari raya qurban). Adapun (miqat zamani) pada konteks untuk niat
melaksanakan Umrah maka sepanjang tahun itu, waktu untuk melaksanakan ihram
umrah.
2. Miqat makany (batas yang berkaitan dengan tempat) untuk dimulainya niat haji bagi hak
orang yang bermukim (menetap) di negeri makkah, ialah kota makkah itu sendiri. Baik
orang itu penduduk asli makkah, atau orang perantauan. Adapun bagi orang yang tidak
menetap di negeri makkah, maka:
- Orang yang (datang) dari arah kota Madinah as-syarifah, maka miqatnya ialah
berada di (daerah) Dzul Halifah
- Orang yang (datang) dari arah negeri Syam (syiria), Mesir dan Maghribi, maka
miqatnya ialah di (daerah) Juhfah
- Orang yang (datang) dari arah Thihamatil Yaman, maka miqatnya berada di
daerah Yulamlam.
o Orang yang (datang) dari arah daerah dataran tinggi Hijaz dan daerah dataran
tinggi Yaman, maka miqatnya ialah berada di bukit Qaarn.
- Orang yang (datang) dari arah negeri Masyrik, maka miqatnya berada di desa
Dzatu Irq.

b. Melempar Jumrah
Wajib haji yang ketiga adalah melempar jumrah Aqabah, yang dilaksanakan pada
tanggal 10 Dzulhijjah, sesudah bermalam di Mudzalifah. Jumrah sendiri artinya bata kecil atau
kerikil, yaitu kerikil yang dipergunakan untuk melempar tugu yang ada di daerah Mina. Tugu
yang ada di Mina itu ada tiga buah, yang dikenal dengan nama jamratulAqabah, Al-Wustha, dan
ash-Shughra (yang kecil). Ketiga tugu ini menandai tepat berdirinya Ifrit (iblis) ketika
45

menggoda nabi Ibrahim sewaktu akan melaksanakan perintah menyembeliih putra tersayangnya
Ismail a.s. di jabal-qurban semata-mata karena mentaati perintah Allah SWT
.Di antara ketiga tugu tersebut maka tugu jumratul Aqabah atau sering juga disebut
sebagai jumratul-kubra adalah tugu yang terbesar dan terpenting yang wajib untuk dilempari
dengan tujuh buah kerikil pada tanggal 10 Dzulhijjah

c. Mabit di Mudzalifah
Wajib haji yang kedua adalah bermalam (mabit) di mudzalifah pada malam tanggal 10
Dzulhijjah, sesudah menjalankan wuquf di Arafah.

d. Mabid di Mina
Wajib haji keempat adalah bermalam (mabid) di mina pada hari Tasyrik, yaitu pada
tanggal 11, 12, 13 Dzulhijjah.

e. Thawaf Wada
Thawaf Wada yakni thawaf yang dilaksanakan ketika akan meninggalkan Makkah
menuju tempat tinggalnya.

Sedangkan wajib umrah adalah sebagai berikut:
Ihram dari tempat yang telah ditentukan (miqat makani). Sedang miqat zamaninya tidak
ditentukan karena ibadah umrah dapat dikerjakan sepanjang tahun.
Menjauhkan diri dari segala yang diharamkan bagi orang yang sedang melaksanakan
umrah atau haji
.
D. TATA CARA HAJI DAN UMRAH

Sebelum masuk Mekah
Calon haji keluar dari negeri nya, dan sebelum sampai di Mekah, rambu-rambu haji
pertama yang ia temui adalah ihram. Ihram berarti niat memasuki ibadah haji atau umrah, atau
kedua duanya sekaligus, pada waktu tertentu dan tempat tertentu. Waktu nya adalah selama
musim haji, terhitiung sejak satu syawal hingga akhir 10 zullhijjah.
Sebelum masuk ikhram berikut yang dilakukan :
1. Mandi atau wudhu
2. Sebelum ikhram, sebaiknya muhrim juga berhubungan badan dengan isterinya demi
mengurangi beban keterhalngannya selama masa tersebut.
3. Memotong kuku
4. Mencabut bulu ketiak
5. Memakai izar (kain bawahan)
6. Shalat dua rakaat
7. Mengumandangkan talbiah

Ihram
Ikhram dalam haji seperti takbiratul ikhram dalam shalat. Kedua nya sama-sama
mengharamkan apa yang sebelumnya mubah. Ketika seseorang telah berikhram, maka selama itu
ia tidak boleh berbuat rafats, pasiq, berbantah-bantahan, bermusuhan dengan teman, maupun
dalam melakukan apa saja yang biasa ia lakukan sebelum nya, seperti berhubungan dengan
46

isterinya, memakai pakaian berjahit, sorban, sepatu, juga menutup kepla maupun wajah,
memakai wangi-wangian, dan mencukur rambut maupun kumis dan jenggot.

Sesampai di Mekah
Sesampai di mekah, ia di sunahkan untuk mandi. Jika sudah siang, ia di sunah kan masuk
lewat babul mala sambil menghadap kiblat dan bertalbiah hingga sampai ke Babusalam.

Tawaf
Kemudian, mulai lah tawaf dari sisi kanan mu dari pintu yang terdekat, sementara kakbah
harus berada di sisi kiri mu (berlawanan arah putaran jarum jam). Sambil menggamit kain atasan
di bawah ketiak kanan dan melempar kedua ujung nya kesisi kiri, berjalan cepat-cepat pada tiga
putaran pertama sambil menggoyang goyang kan kedua pundak nya seolah olah ia berjalan
dengan lagak dan gaya yang indah.

Sai antara Shafa dan Marwa
Setelah itu, pergi ke shafa dan marwa. Mula-mula naik keatas bukit shfa dan memandang
baitullah, seraya memekikkan tahlil, takbir, dan shalawat pada nabi. Lalu berdoa sesuai
keinginan nya sambil mengangkat kedua tangan lebar-lebar. Setelah itu turun ke marwa dengan
berjalan seperti biasa.


Menetap di Mekkah setelah Sai
Kemudian tinggal lah di Mekah, tetap dalam keadaan ikhram. Selama tinggal di mekah
tawaf lah di setiap waktu, sebab hal itu lebih baik dari pada shalat tahyatul masjid bagi warga
non-makki.

Hari Tarwiyah
Tanggal 8 zulhijjah disebut juga hari tarwiyah. Disebut demikian karena pada hari
tertsebut Ibrahim melakukan pemikiran mendalam (tarwiyah) untuk mengkaji apkah mimpi
penyembelihan Ismail benar-benar dari Allah ataukah dari setan.

Bertolak dari Arafah
Ketika matahari terbenam, imam bertolak membubar kan diri bersama orang-orang dari
arafah menuju musdalifah dengan pelan-pelan, mengingat kerumunan jemaah yang sangat padat.

Mabit di Mina
Ketika fajar merekah dan sebelu matahari terbit, imam bersama rombongan bertolak
menuju Mina dan bermalam (mabit) di sana kemudian melempar jamrah.

Penyembelihan hewan kurban dan mencukur rambut
Setelah melempar jumrah, orang yang ikhram dengan niiat haji saja bisa langsung
menyembelih domba dan membagi-bagikan dagingnya pada fakir miskin.

Pergi ke Mekah
Seusai melempar jamrah, menyembelih hewan kurban,dan mencukur rambut di Mina.

47

Kembali ke Mina
Begitu selesai melakukan tawaf ziarah, kembalilah ke Mina untuk mabit (bermalam) di
sana.

Kembali ke Mekah setelah mabit di Mina
E. MIQAT HAJI
Terbagi dua yaitu:
1. Miqat zamani
Miqat zamani haji adalah bulan syawal, zulkaedah, dan 10 hari pertama bulan zulhijjah.

2. Miqat makani
Dalam konteks miqat makani, jamaah haji terbagi antara makki dan non-makki. Adapun
miqat makani yang di tetap kan syara ada 5, yaitu sebagai berikut.
1. Dzul hulaifah
2. Juhfah
3. Yalamlam
4. Qarn al manazil
5. Dzatu Irq

F. HAL-HAL YANG MEMBATALKAN HAJI
Diadaptasi dari 'Abdul 'Azhim bin Badawi al-Khalafi, Al-Wajiz Fi Fiqhis Sunnah Wal
Kitabil 'Aziz, atau Al-Wajiz Ensiklopedi Fikih Islam dalam Al-Qur'an dan As-Sunnah Ash-
Shahihah, terj. Ma'ruf Abdul Jalil (Pustaka As-Sunnah), hlm. 503 -- 504.
Ibadah haji bisa batal disebabkan oleh salah satu dari kedua hal berikut:

a. Jima, senggama, bila dilakukan sebelum melontar jamrah aqabah
Adapun jima yang dilakukan pasca melontar jamrah aqabah dan sebelum thawaf
ifadhah, maka tidak dapat membatalkan ibadah haji, sekalipun yang bersangkutan
berdosa. Namun sebagian di antara mereka berpandapat bahwa ibadah haji tidak bisa
dianggap batal karena melakukan jima, sebab belum didapati dalil yang menegaskan
kesimpulan ini.

b. Meninggalkan salah satu rukun haji.
Manakala ibadah haji kita batal disebabkan oleh salah satu dari dua sebab ini, maka pada
tahun berikutnya masih diwajibkan menunaikan ibadah haji, bila mampu.

G. HIKMAH DAN KEUTAMAAN HAJI DAN UMRAH
Pertama, menyaksikan tempat kelahiran nabi Muhammad saw dan mengetahui tempat-
tempat kehidupan beliau yang di berkahi, memanjakan mata dengan melihat masjidil haram dan
kakbah sambil mengenang gambaran jihad perjungan Rasulullah.
Kedua
saat menyaksikan mekah dan kakbah jamaah haji akan teringat kepada keberjahan al-
khalil Ibrahim dan putra ntya, Ismail serta ibundanya.
Ketiga
ibadah haji mengandung unsur penunjukan status kehambaan dan kesahajaan dengan
merendah kan diri di hadapan sang Maha pencipta.
48

Empat
di dalam ibadah haji terpapar jelas persamaan seislam dalam wujud yang paling
signifikan dan makna yang paling agung.
Lima
haji memenuhi kebutuhan seorang muslim setelah ibadah-ibadah shalat yang ia tunaikan
setiap harinya, setelah bulan Ramadan yang ia puasai setiap tahunnya, dan setelah ibadah
zakat yang ia tunaikan setelah sempurna nishab nya.
Enam
haji menyirat kan sebuah kekuatan efektif bagi kesatuan suara umat islam dari segala
penjuru dunia, dan sebuah pemandangan indah dan menawan.
Tujuh
di dalam pawai akbar yang menyatukan masa untuk menunaikan satu kewajinban ini,
kaum muslimin menyatukan segala bentuk kemaslahatan dan berbagi nasihat

































49

DAFTAR PUSTAKA


Ash Shiddieqy, Teungku Muhammad Hasbi, Pedoman Haji, PT. Pustaka Rizki Putra, Semarang, 1999.

Asy-Syekh Muhammad bin Qasim Al-Ghazy, Fath-Hul Qarib, Al-Hidayah, Surabaya, 1991.

Drs. H. Amir Abyan, MA DKK. Fiqih. PT. Karya Putra Semarang. 1997

Muhammad Azzam, Abdul Azis. Fiqh Ibadah. Amzah.Jakarta, 2013.

Pasha, Mustafa Kamal, Fikih Islam, Citra Karsa Mandiri, Yogyakarta, 2003.


































50

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
PENDAHULUAN
BAB 1 Thaharah
a. DefinisiHikmah
b. Pembagian Najis dan Macam-macamnya
c. Cara Mensucikan Najis
d. Wudhu dan Tata cara Wudhu serta yang membatalka
e. Tayamum dan Tata cara Tayamum serta yang membatalkan
f. Haid, Nifas, Hamil dan Radhaah (menyusui)
g. Mandi Jinabah
BAB II SHALAT
a. Definisi Sholat
b. Rukun Sholat
c. Sholat-sholat Sunnah
d. Sunnah Sholat
e. Yang Membatalkan sholat
f. Waktu-waktu Sholat
g. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam persiapan sholat
h. Hikmah dan Keutamaan Sholat
i. Tata Cara Sholat Janazah

BAB III ZAKAT
a. Definisi Zakat dan Sedekah
b. Macam-macam Zakat.
c. Yang berhak menerima Zakat
d. Tata cara Haul dan Nisab
e. Hal-hal yang harus diperhatikan dalam Masalah Zakat.
f. Hikmah dan Keutamaan Zakat
51

g. Kekuatan Sedekah

BAB IV PUASA
a. Definisi Puasa
b. Penetapan Awal dan Akhir Puasa
c. Puasa-puasa sunnah
d. Sunnah-sunnah puasa
e. Hal hal yang membatalkan puasa
f. Hikmah dan Keutamaan Puasa.
g. Kekuatan Puasa

BAB V HAJI DAN UMRAH
a. Definisi Haji dan Umrah
b. Syarat Sah Haji
c. Wajib Haji
d. Tata cara Haji dan umrah
e. Miqat Haji
f. Hal hal yang membatalkan Haji
g. Hikmah dan Keutamaan Haji dan umrah
DAFTAR PUSTAKA














52

KATA PENGANTAR
Puji dan syukur kami ucapkan kepada Allah SWT atas limpahan rahmat dan
hidayah-Nya kepada kita semua, dan tidak lupa shalawat beriringan salam kita hanturkan kepada
Nabi besar Muhammad SAW, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas paper pada mata
kuliah Fiqih Ibadah ini tepat waktu.
Makalah dengan judul FIQIH IBADAH ini. Makalah ini merupakan laporan yang
dibuat sebagai bagian dalam memenuhi kriteria mata kuliah.
Penulis menyadari bahwa makalah ini masih ada kekurangan di sebabkan oleh
kedangkalan dalam memahami teori, keterbatasan keahlian, dan tenaga penulis. Dengaan
kerendahan hati, kami memohon maaf. Semoga makalah ini dapat berguna dan bermanfaat bagi
kita semua, khususnya bagi pembaca sekalian dan penulis sendiri.








Pekanbaru, 10 SEPTEMBER 2014

Penulis
53

TUGAS PAPER
MATA KULIAH FIQIH IBADAH
DOSEN PEMBIMBING : Dr.H. DAHARMI ASTUTI ,Lc,M.Ag.




DI SUSUN OLEH :

SITI MULYANI : 132410122
KELAS : 3A



PROGRAM STUDI
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
FAKULTAS AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS ISLAM RIAU
2014

Anda mungkin juga menyukai