Anda di halaman 1dari 11

Makalah Metodologi Islam

“Sumber Ajaran Islam”

Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Matakuliah Metodologi Islam

Dosen Pengampu : Nuhla Fauziyyatun Nafisah, M.Pd.

Disusun Oleh:

Khusnul Hanayati Zahrotu Sholihah (216151071)

Program Studi Tadris Bahasa Indonesia

Fakultas Adab dan Bahasa

Universitas Islam Negeri Raden Mas Said Surakarta

2021
DAFTAR ISI

HALAMAN DEPAN.......................................................................................................... 1

DAFTAR ISI....................................................................................................................... 2

BAB I PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG............................................................................................. 3

B. LATAR MASALAH............................................................................................... 3

C. TUJUAN.................................................................................................................. 3

BAB II

PEMBAHASAN.................................................................................................................. 4

BAB III PENUTUP

A. KESIMPULAN...................................................................................................... 10

B. DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 10
BAB I

PENDAHULUAN

Segala puji bagi Allah Swt. yang telah melimpahkan segala kasih sayangnya,
sehingga penulis dapat menyusun makalah ini dengan baik. Kedua, sholawat dan salam
semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhamad Saw yang dengan
kehadiranya kegelapan kini berubah menjadi terang benderang. Tak lupa penulis ucapkan
terimakasih kepada dosen pengampu Matakuliah Metodologi Islam, yang penulis hormati ibu
dosen Nuhla Fuziyyatun Nafisah, M.Pd.

A. Latar Belakang
Islam adalah agama samawi (agama yang turun dari langit) yang Allah turunkan ke
dunia sebagai agama rahmatan lil ‘alamin (rahmat bagi seluruh alam). Pemeluk Agama Islam
sering disebut sebagai Umat Islam. Umat Islam memiliki sumber ajaran dalam menjalankan
ibadah dan mu’amalah mereka agar tidak menimbulkan murka Allah. Layaknya orang yang
perlu sumber ilmu terlebih dahulu untuk melakukan sesuatu agar berjalan sesuai harapan,
Umat Islam juga memerlukan sumber ilmu atau sumber ajaran terlebih dahuju agar bisa
menggapai sesuatu yang diimpikan, yakni Syurga yang kekal abadi.
Setiap aturan dan hukum memiliki sumber-sumbernya sendiri sebagai pedoman
danpelaksananya. Kehadiran agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad SAW diyakini
dapat menjamin terwujudnya kehidupan manusia yang lebih baik, sejahtera lahir dan
batin.Untuk itu kita sebagai umat Islam yang taat harus mengetahui sumber-sumber ajaran
Islam yang ada, serta mengetahui isi kandunganya.Namun sumber-sumber tersebut tidak
hanya di jadikan sebagai pengetahuan saja, tetapi harus diterapkan dalam kehidupan sehari-
hari.
Tanpa adanya sumber ajaran dalam Islam, pemeluknya akan tersesat tak tau arah.
Sumber sumber ajaran tersebut berupa Al-Qur’an, Hadis, Ijma’, Qiyas, dan lain lain. Sumber
ajaran tersebut berfungsi sebagai pedoman Umat Islam dalam mengatasi suatu persoalan
dalam menjalankan Agama Islam. Sumber ajaran Islam utama dan sekunder apabila
digabungan dan diamalkan dengan baik tentu akan membawa manfaat bagi Islam dan akan
membawa kekuatan tersendiri. Namun, banyak Umat Islam yang belum mengetahui sumber
ajaran agamanya sendiri. Oleh karena itu amat penting bagi Umat Islam untuk mengetahui
sumber ajaran Agama Islam.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumya, maka muncul beberapa
persoalan yang perlu dikaji lebih lanjut, diantaranya adalah:
a. Apa yang disebut sumber ajaran Islam utama atau primer, dan apa saja yang
termasuk sumber ajaran Islam utama atau primer itu?.
b. Apa yang disebut sumber ajaran Islam pelengkap atau sekunder, dan apa saja
yang termasuk sumber ajaran Islampelengkap atau sekunder itu?.

C. Tujuan
Dari latar belakang dan rumusan masalah tersebut, muncul beberapa tujuan
penyusunan makalah ini yaitu sebagai berikut:
a. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan sumber ajaran Islam utama atau
primer, dan apa saja yang termasuk sumber ajaran Islam utama atau primer.
b. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan sumber ajaran Islam pelengkap atau
sekunder, dan apa saja yang termasuk sumber ajaran Islampelengkap atau
sekunder.
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Sumber Islam Utama


Sumber ajaran atau sumber hukum Islam primer sering disebut juga sebegai sumber
ajaran Islam utama. Sumber ajaran Islam utama lebih diutamakan oleh umat Islam dalam
menjalankan kehidupan sebagai seorang muslim muslimah. Sumber ajaran utama ini juga
wajib dijadikan rujukan Umat Islam dalam mencari sumber ilmu. Sumber utama atau primer
ini berupa Al-Qur’an dan Hadis Nabi Saw. Al-Qur’an adalah pegangan atau pedoman bagi
Umat Islam yang lemudian dilengkapi atau diperjelas di dalam Hadist.

B. Al Qur’an Sebagai Sumber Utama Ajaran Islam


Al-Qur’an ialah kalam Allah SWT yang merupakan mukjizat yang diturunkan
(diwahyukan) kepada Nabi Muhammad Saw. Ayat-ayatnya diturunkan secara berangsur-
angsur selama kurang lebih 23 tahun, atau tepatnya 22 tahun, 2 bulan, 22 hari, yakni sejak
beliau diangkat menjadi rasul pada usia 40 tahun hingga masa wafat beliau pada usia 63
tahun. Selama itu Al-Qur’an turun memberikan petunjuk, mengomentari peristiwa, dan
menjawab berbagai kasus pada waktu itu.1
Menurut Manna’u Khalil al-Qatthan bahwa kata Al-Qur’an (‫ )القرأن‬merupakan kata
benda (mashdar) dari kata kerja ‫قرأنا‬-‫قرأة‬-‫يقرأ‬-‫قرأ‬yang berarti membaca/bacaan. Kata ‫قرأنا‬
berwazan ‫ فعالن‬dan berarti ‫ مفعول‬yakni ‫ مقروء‬yang berarti “yang dibaca”.2 Menurut
pengertian dari Manna’u Khalil al-Qatthan, berarti Al-Qur’an adalah sesuatu yang berbentuk
bacaan untuk dibaca.
Al-Qur’an merupakan sumber utama dan pertama dalam pengambilan
hukum.Karena Al-Qur’an adalah perkataan Allah yang merupakan petunjuk kepada ummat
manusia dan diwajibkan untuk berpegangan kepada Al-Qur’an.3 Karena sumber utama dan
pertama itu, maka mempelajari Al-Qur’an sangar penting bagi setiap Muslim Muslimah.

 Hukum yang diatur di dalam Al-Qur’an yaitu:


1. “Dan barang siapa yang tidak memutuskan hukum menurut apa yang diturunkan
Allah, maka mereka adalah golongan orang-orang kafir”. (Al-Ma’idah ayat 44).
Tentu dalam hal ini yang bersangkutan dengan aqidah atau kepercayaan manusia.4
2. “Dan barang siapa yang tidak memutuskan hukum menurut apa yang diturunkan
Allah maka mereka adalah orang-orang yang dhalim”(Al-Ma’idah ayat 45).Dalam
hal ini urusan yang berkenaan dengan hak-hak sesama manusia atau habblum
minannass.5
3. “Dan barang siapa yang tidak memutuskan hukum menurut apa yang diturunkan
Allah maka mereka adalah golongan orang-orang fasik”. (Al-Maidah ayat 47).
Dalam hal ini yang berkenaan dengan ibadat dan larangan-larangan Allah atau
habblum minallah.6

1
Ahmad Syaifudin, Mendidik Anak Membaca, Menulis, dan Mencintai Al-Qur’an, halaman 30
2
Terjemah Tafsir Al Tibyan Fi Ulumil Qur’an (Jakarta Gema Insani 2004), halaman 8
3
https://islam.nu.or.id/post/read/9215/4-sumber-hukum-dalam-aswaja
4
https://islam.nu.or.id/post/read/9215/4-sumber-hukum-dalam-aswaja K.H.Ahmad Nuril Huda Ketua PP Lembaga Dakwah
Nahdlatul Ulama
5
https://islam.nu.or.id/post/read/9215/4-sumber-hukum-dalam-aswaja K.H.Ahmad Nuril Huda Ketua PP Lembaga Dakwah
Nahdlatul Ulama
 Adapun kandungan dalam al-Qur’an antara lain:7
1. Tauhid, yaitu kepercayaan terhadap ke-Esaan Allah dan semua kepercayaan
yangberhubungan dengan-Nya.
2. Ibadah, yaitu semua bentuk perbuatan sebagai manifestasi dari kepercayaan ajaran
tauhid.
3. Janji dan ancaman (al wa’d wal wa’iid), yaitu janji pahala bagi orang yang percaya
dan mau mengamalkan isi al-Qur’an dan ancaman siksa bagi orang yang mengingkari.
4. Kisah umat terdahulu, seperti para Nabi dan Rasul dalam menyiarkan risalah Allah
maupun kisah orang-orang shaleh ataupun orang yang mengingkari kebenaran al-
Qur’an agar dapat dijadikan pembelajaran bagi umat setelahnya.
 Al-Quran mengandung tiga komponen dasar hukum, yaitu:8
1. Hukum I’tiqadiah, yakni hukum yang mengatur hubungan rohaniah manusia dengan
Allah SWT dan hal-hal yang berkaitan dengan akidah/keimanan. Hukum ini tercermin
dalam Rukun Iman. Ilmu yang mempelajarinya disebut Ilmu Tauhid, Ilmu
Ushuluddin, atau Ilmu Kalam.
2. Hukum Amaliah, yakni hukum yang mengatur secara lahiriah hubungan manusia
dengan Allah SWT, antara manusia dengan sesama manusia, serta manusia dengan
lingkungan sekitar. Hukum amaliah ini tercermin dalam Rukun Islam dan disebut
hukum syara/syariat. Adapun ilmu yang mempelajarinya disebut Ilmu Fikih.
3. Hukum Khuluqiah, yakni hukum yang berkaitan dengan perilaku normal manusia
dalam kehidupan, baik sebagai makhluk individual atau makhluk sosial. Hukum ini
tercermin dalam konsep Ihsan. Adapun ilmu yang mempelajarinya disebut Ilmu
Akhlaq atau Tasawuf.

C. Hadist Sebagai Hukum Utama Islam


 Pengertian Hadist
Hadits menurut bahasa yaitu sesuatu yang baru, menunjukkan sesuatu yang dekat atau waktu
yang singkat.Hadits juga berarti berita yaitu sesuatu yang diberitakan, diperbincangkan, dan
dipindahkan dari seorang kepada orang lain.Hadits menurut istilah syara’ ialah hal-hal yang
datang dari Rasulullah SAW, baik itu ucapan, perbuatan, atau pengakuan (taqrir).9
 Berikut ini adalah penjelasan mengenai ucapan, perbuatan, dan perkataan.10
1. Hadits Qauliyah( ucapan) yaitu hadits hadits Rasulullah SAW, yang diucapkannya
dalam berbagai tujuan dan persuaian (situasi).
2. Hadits Fi’liyah yaitu perbuatan-perbuatan Nabi Muhammad SAW, seperti pekerjaan
melakukan shalat lima waktu dengan tatacaranya dan rukun-rukunnya, pekerjaan
menunaikan ibadah hajinya dan pekerjaannya mengadili dengan satu saksi dan
sumpah dari pihak penuduh.
3. Hadits Taqririyah yaitu perbuatan sebagian para sahabat Nabi yang telah diikrarkan
oleh Nabi SAW, baik perbuatan itu berbentuk ucapan atau perbuatan, sedangkan ikrar
itu adakalanya dengan cara mendiamkannya, dan atau melahirkan anggapan baik
terhadap perbuatan itu, sehingga dengan adanya ikrar dan persetujuan itu. Bila
seseorang melakukan suatu perbuatan atau mengemukakan suatu ucapan dihadapan

6
https://islam.nu.or.id/post/read/9215/4-sumber-hukum-dalam-aswaja K.H.Ahmad Nuril Huda Ketua PP Lembaga Dakwah
Nahdlatul Ulama
7
Makalah Sumber Ajaran Islam IAIN Walisongo Semarang Disusun Oleh Syaifudin Hamzah Tahun 2013
8
Makalah Sumber Ajaran Islam IAIN Walisongo Semarang Disusun Oleh Syaifudin Hamzah Tahun 2013
9
https://sumbar.kemenag.go.id/v2/post/1952/pengertian-kedudukan-dan-fungsi-hadits.html
10
https://sumbar.kemenag.go.id/v2/post/1952/pengertian-kedudukan-dan-fungsi-hadits.html
Nabi atau pada masa Nabi, Nabi mengetahui apa yang dilakukan orang itu dan
mampu menyanggahnya, namun Nabi diam dan tidak menyanggahnya, maka hal itu
merupakan pengakuan dari Nabi.

 Kedudukan hadist:
Sumber kedua dalam menentukan hukum ialah sunnah Rasulullah SAW. Karena
Rasulullah yang berhak menjelaskan dan menafsirkan Al-Qur’an, maka As-Sunnah
menduduki tempat kedua setelah Al-Qur’an. Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat an-Nahl
ayat 44 dan al-Hasyr ayat 7, sebagai berikut;“Dan kami turunkan kepadamu Al-Qur’an agar
kamu menerangkan kepada ummat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka
supaya mereka memikirkan”. (An-Nahl : 44) “Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka
ambillah dia, dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah dan bertaqwalah
kepada Allah, sesungguhnya Allah sangat keras sikapnya”. (Al-Hasyr: 7). Kedua ayat
tersebut di atas jelas bahwa Hadits atau Sunnah menduduki tempat kedua setelah Al-Qur’an
dalam menentukan hukum.11
Hadits dalam hukum Islam dianggap sebagai mashdarun tsanin (sumber kedua)
setelah Al-Quran.Ia berfungsi sebagai penjelas dan penyempurna ajaran-ajaran Islam yang
disebutkan secara global dalam Al-Quran. Bisa dikatakan bahwa kebutuhan Al-Quran
terhadap hadits sebenarnya jauh lebih besar ketimbang kebutuhan hadits terhadap Al-
Quran.Kendatidemikian, seorang Muslim tidak dibenarkan untuk mengambil salah satu dan
membuang yang lainnya karena keduanya ibarat dua sisi mata uang yang tidak bisa
dipisahkan.12
Untuk mengeluarkan hukum Islam, pertama kali para ulama harus menelitinya di
dalam Al-Quran.Kemudian setelah itu, baru mencari bandingan dan penjelasannya di dalam
hadits-hadits Nabi karena pada dasarnya tidak satupun ayat yang ada dalam Al-Quran kecuali
dijelaskan oleh hadits-hadits Nabi.Dengan sinergi beberapa ayat dan hadits tersebut, seorang
ulama bisa memutuskan hukum-hukum agama sesuai dengan persoalan yang dihadapi,
tentunya dengan dukungan ilmu dan perangkat pengetahuan yang mumpuni terhadap
keduasumber tersebut.13

Menurut Abdul Wahab Khallaf, seorang ahli hukum Islam berkebangsaan Mesir,
hadits mempunyai paling tidak tiga fungsi utama dalam kaitannya dengan Al-Quran :14
1. Pertama, hadits berfungsi sebagai penegas dan penguat segala hukum yang ada dalam
Al-Quran seperti perintah shalat, puasa, zakat dan haji. Abdul Wahab
Khallafmengatakan,Artinya, “Adakalanya hadits berfungsi sebagai penegas dan
penguat terhadap hukum yang ada dalam Al-Quran.”
2. Kedua, hadits juga berfungsi sebagai penjelas dan penafsir segala hukum yangbersifat
global dalam Al-Quran, seperti menjelaskan tatacara shalat, puasa, zakat dan
haji.Artinya, “Adakalanya hadits berfungsi sebagai penjelas dan penafsir terhadap
hukum global/umum yang disebutkan dalam Al-Quran.”
3. Ketiga, hadits juga berfungsi sebagai pembuat serta memproduksi hukum yang belum
dijelaskan oleh Al-Quran seperti hukum mempoligami seorang perempuan sekaligus
dengan bibinya, hukum memakan hewan yang bertaring, burung yang berkuku tajam
dan lain sebagainya. Khallaf kembali mengatakan sebagai berikut“Adakalanya hadits
11
https://islam.nu.or.id/post/read/9215/4-sumber-hukum-dalam-aswaja
12
(Yunal Isra) https://islam.nu.or.id/post/read/84178/posisi-hadits-dalam-hukum-islam
13
https://islam.nu.or.id/post/read/84178/posisi-hadits-dalam-hukum-islam
14
https://islam.nu.or.id/post/read/84178/posisi-hadits-dalam-hukum-islam
berfungsi sebagai penetap dan pencipta hukum baru yang belum disebutkan oleh Al-
Quran.”

D. Sumber Ajaran Islam Sekunder atau Pelengkap


Sumber ajaran atau sumber hukum Islam sekunder sering disebut juga sebegai
sumber pelengkap ajaran Islam. Sumber ajaran Islam sekunder juga digunakan sebagai
rujukan oleh umat Islam dalam menjalankan kehidupan sebagai seorang muslim muslimah.
Sumber pelengkap atau sekunder ini berupa Ijtihad para ulama. Ijtihad digunakan apabila di
dalam Al-Qur’an dan hadist tidak terdapat dadil yang jelas mengenai suatu hal, melengkapi
sumber ajaran yang ada, dan lain sebagainya.

1. Ijtihad Sebagai Sumber Ajaran Sekunder Agama Islam


"ijtihad"menurut bahasa adalah mengeluarkan tenaga atau kemampuan. Ijtihad
adalah mengeluarkan segala tenaga dan kemampuan untuk mendapatkan kesimpulan hukum
dari Al-Qur’an dan Sunnah Rasulullah SAW.15Ijtihad secara bahasa berasal dari kata
“jahada” yang berarti “mengerahkan segala kemampuan”.Sedangkan Ijtihad secara
terminologi berarti mengerahkan segala kemampuan secara maksimal untuk mengeluarkan
hukum syar’i dari dalil-dalil syara, yaitu Alquran dan hadist.Orang yang menetapkan hukum
dengan jalan ini disebut mujtahid.Hasil dari ijtihad merupakan sumber hukum ketiga setelah
Alquran dan hadist. Ijtihad dapat dilakukan apabila ada suatu masalah yang hukumnya tidak
terdapat di dalam Alquran maupun hadist, maka dapat dilakukan ijtihad dengan
menggunakan akal pikiran dengan tetap mengacu pada Alquran dan hadist.16
 Diantara sumber hukum yang menetapkan bahwa ijtihad merupakan dasar sumber
hukum (tasyri’) adalah Al Qur’an, as sunnah, dan secara akal (aqliyah).17

1. Al Qur’an. Allah swt. berfirman dalam surah  an Nisa’ Ayat 59 “Wahai orang-
orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan Ulil
Amri (pemegang kekuasaan) diantara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda
pedapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al Qur’an) dan
Rasul (sunnahnya) .jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang
demikian itu, lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (Q.S. an Nisa’:59)

2. As Sunah. Dialog antara Rasullullah SAW. dan Muaz bin Jabal pada waktu ia
diutus ke Yaman dapat dijadikan sumber ijtihad.Bagaimana engkau dapat
memutuskan, jika kepadamu diserahkan urusan peradilan? Ia (Muaz) menjawab,
“Saya akan memutuskannya dengan kitabullah”. Bertanya lagi Nabi saw.“Jika
tidak engkau jumpai dalam kitabullah?”.Ia menjawab, “Dengan sunah
Rasulullah saw.” Lalu, Nabi bertanya, “Apabila engkau tidak dapati dalam
sunnah Rasulullah?” Muaz menjawab, “Saya lakukan ijtihad bir-ra’yi.
“Berkatalah Muaz, maka Nabi menepuk dadaku dan bersabda, “Segala puji bagi
Allah yang telah memberi taufik kepada utusan Rasulullah, sebagaimana
Rasulullah telah meridhainya.” (H.R. at-Tirmidzi: 1249).

3. Aqliyah (secara nalar/akal)Allah swt. menjadikan syariat islam sebagai syariat


terakhir yang dapat berlaku bagi semua orang, tempat, dan pada segala zaman. Al-
15
KH A Nuril Huda Ketua PP Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU) https://islam.nu.or.id/post/read/10335/fasal--
tentang-ijtihad
16
Makalah Sumber Ajaran Islam IAIN Walisongo Semarang Disusun Oleh Syaifudin Hamzah Tahun 2013
17
Qur’an dan as-Sunnah merupakan kitab yang bersifat universal dan global
sehingga masih banyak hal yang tidak dispesifikasikan dalam Al-Qur,an. Hal itu,
berarti manusia menghendaki adanya ijtihad untuk dapat mengurai dan
menyelesaikan persoalannya yang tidak didapatkan didalam Al-Qur’an ataupun
as-Sunnah. Oleh sebab itu, ijtihad secara nalar (rasional) untuk saat ini sangat
diperlukan

2. Macam-macam Ijtihad
1. Ijma’
Ijma’ menurut bahasa artinya sepakat, setuju atau sependapat. Sedangkan menurut
istilah yaitu kebulatan pendapat ahli ijtihad umat Nabi Muhammad SAW sesudah
beliau wafat, tentang hokum suatu perkara dengan cara musyawarah.
2. Qiyas
Qiyas diartikan sebagai suatu upaya untuk membandingkan suatu perkara dengan
perkara yang lain yang mempunyai pokok masalah atau sebab akibat yang sama.
Contohnya adalah pada surat Al isra ayat 23 dikatakan bahwa perkataan ‘ah’, ‘cis’,
atau ‘hus’ kepada orang tua tidak diperbolehkan karena dianggap meremehkan atau
menghina, apalagi sampai memukul karena sama-sama menyakiti hati orang tua.
3. Istihsan
Istihsan yaitu proses perpindahan dari suatu qiyas kepada qiyas lainnya yang lebih
kuat atau mengganti argument dengan fakta yang dapat diterima untuk mencegah
kemudharatan.Contohnya, menurut aturan syarak, kita dilarang mengadakan jual
beli yang barangnya belum ada saat terjadi akad.Akan tetapi menurut Istihsan,
syarak memberikan rukhsah (kemudahan atau keringanan) bahwa jual beli
diperbolehkan dengan sistem pembayaran di awal, sedangkan barangnya dikirim
kemudian.
4. Mushalat Murshalah
Menurut bahasa artinya kesejahteraan umum.Sedangkan menurut istilah adalah
perkara-perkara yang perlu dilakukan demi kemaslahatan manusia.Contohnya, dalam
Al Quran maupun Hadist tidak terdapat dalil yang memerintahkan untuk
membukukan ayat-ayat Al Quran.Akan tetapi, hal ini dilakukan oleh umat Islam
demi kemaslahatan umat.
5. Sududz Dzariah
Menurut bahasa berarti menutup jalan, sedangkan menurut istilah adalah tindakan
memutuskan sesuatu yang mubah menjadi makruh atau haram demi kepentingan
umat.Contohnya adalah adanya larangan meminum minuman keras walaupun hanya
seteguk, padahal minum seteguk tidak memabukan.Larangan seperti ini untuk
menjaga agar jangan sampai orang tersebut minum banyak hingga mabuk bahkan
menjadi kebiasaan.
6. Istishab
Istishab yaitu melanjutkan berlakunya hukum yang telah ada dan telah ditetapkan di
masa lalu hingga ada dalil yang mengubah kedudukan hukum tersebut.Contohnya,
seseorang yang ragu-ragu apakah ia sudah berwudhu atau belum. Di saat seperti
ini, ia harus berpegang atau yakin kepada keadaan sebelum berwudhu sehingga ia
harus berwudhu kembali karena shalat tidak sah bila tidak berwudhu.
7. Urf
Urf yaitu perbuatan yang dilakukan terus-menerus (adat), baik berupa perkataan
maupun perbuatan.Contohnya adalah dalam hal jual beli. Si pembeli menyerahkan
uang sebagai pembayaran atas barang yang telah diambilnya tanpa mengadakan
ijab kabul karena harga telah dimaklumi bersama antara penjual dan pembeli.
BAB III

A. KESIMPULAN
Mempelajari agama islam adalah fardhu ‘ain yang wajib bagi setiap muslim dan
muslimah. Sumber ajaran agama islam terdiri dari sumber ajaran islam primer dan
sekunder. Sumber ajaran agama islam primer berupa al qur’an dan hadist, sedangkan
sumber ajaran islam sekunder yaitu ijtihad.

B. DAFTAR PUSTAKA
 http://wawai.id/syiar/sumber-hukum-islam-primer-dan-sekunder/
 Ahmad Syaifudin, Mendidik Anak Membaca, Menulis, dan Mencintai Al-Qur’an,
halaman 30
 Terjemah Tafsir Al Tibyan Fi Ulumil Qur’an (Jakarta Gema Insani 2004), halaman 8
 https://islam.nu.or.id/post/read/9215/4-sumber-hukum-dalam-aswaja
 https://islam.nu.or.id/post/read/9215/4-sumber-hukum-dalam-aswaja K.H.Ahmad
Nuril Huda Ketua PP Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama
 Makalah Sumber Ajaran Islam IAIN Walisongo Semarang Disusun Oleh Syaifudin
Hamzah Tahun 2013
 https://sumbar.kemenag.go.id/v2/post/1952/pengertian-kedudukan-dan-fungsi-
hadits.html
 https://islam.nu.or.id/post/read/9215/4-sumber-hukum-dalam-aswaja
 (Yunal Isra) https://islam.nu.or.id/post/read/84178/posisi-hadits-dalam-hukum-islam
 https://islam.nu.or.id/post/read/84178/posisi-hadits-dalam-hukum-islam KH A Nuril
Huda Ketua PP Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU)
https://islam.nu.or.id/post/read/10335/fasal--tentang-ijtihad

Anda mungkin juga menyukai