Makalah Ini Disusun Untuk Memenuhi Tugas Kelompok Matakuliah Metodologi Islam
Disusun Oleh:
2021
DAFTAR ISI
HALAMAN DEPAN.......................................................................................................... 1
DAFTAR ISI....................................................................................................................... 2
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG............................................................................................. 3
B. LATAR MASALAH............................................................................................... 3
C. TUJUAN.................................................................................................................. 3
BAB II
PEMBAHASAN.................................................................................................................. 4
A. KESIMPULAN...................................................................................................... 10
B. DAFTAR PUSTAKA............................................................................................. 10
BAB I
PENDAHULUAN
Segala puji bagi Allah Swt. yang telah melimpahkan segala kasih sayangnya,
sehingga penulis dapat menyusun makalah ini dengan baik. Kedua, sholawat dan salam
semoga selalu tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Besar Muhamad Saw yang dengan
kehadiranya kegelapan kini berubah menjadi terang benderang. Tak lupa penulis ucapkan
terimakasih kepada dosen pengampu Matakuliah Metodologi Islam, yang penulis hormati ibu
dosen Nuhla Fuziyyatun Nafisah, M.Pd.
A. Latar Belakang
Islam adalah agama samawi (agama yang turun dari langit) yang Allah turunkan ke
dunia sebagai agama rahmatan lil ‘alamin (rahmat bagi seluruh alam). Pemeluk Agama Islam
sering disebut sebagai Umat Islam. Umat Islam memiliki sumber ajaran dalam menjalankan
ibadah dan mu’amalah mereka agar tidak menimbulkan murka Allah. Layaknya orang yang
perlu sumber ilmu terlebih dahulu untuk melakukan sesuatu agar berjalan sesuai harapan,
Umat Islam juga memerlukan sumber ilmu atau sumber ajaran terlebih dahuju agar bisa
menggapai sesuatu yang diimpikan, yakni Syurga yang kekal abadi.
Setiap aturan dan hukum memiliki sumber-sumbernya sendiri sebagai pedoman
danpelaksananya. Kehadiran agama Islam yang dibawa Nabi Muhammad SAW diyakini
dapat menjamin terwujudnya kehidupan manusia yang lebih baik, sejahtera lahir dan
batin.Untuk itu kita sebagai umat Islam yang taat harus mengetahui sumber-sumber ajaran
Islam yang ada, serta mengetahui isi kandunganya.Namun sumber-sumber tersebut tidak
hanya di jadikan sebagai pengetahuan saja, tetapi harus diterapkan dalam kehidupan sehari-
hari.
Tanpa adanya sumber ajaran dalam Islam, pemeluknya akan tersesat tak tau arah.
Sumber sumber ajaran tersebut berupa Al-Qur’an, Hadis, Ijma’, Qiyas, dan lain lain. Sumber
ajaran tersebut berfungsi sebagai pedoman Umat Islam dalam mengatasi suatu persoalan
dalam menjalankan Agama Islam. Sumber ajaran Islam utama dan sekunder apabila
digabungan dan diamalkan dengan baik tentu akan membawa manfaat bagi Islam dan akan
membawa kekuatan tersendiri. Namun, banyak Umat Islam yang belum mengetahui sumber
ajaran agamanya sendiri. Oleh karena itu amat penting bagi Umat Islam untuk mengetahui
sumber ajaran Agama Islam.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan sebelumya, maka muncul beberapa
persoalan yang perlu dikaji lebih lanjut, diantaranya adalah:
a. Apa yang disebut sumber ajaran Islam utama atau primer, dan apa saja yang
termasuk sumber ajaran Islam utama atau primer itu?.
b. Apa yang disebut sumber ajaran Islam pelengkap atau sekunder, dan apa saja
yang termasuk sumber ajaran Islampelengkap atau sekunder itu?.
C. Tujuan
Dari latar belakang dan rumusan masalah tersebut, muncul beberapa tujuan
penyusunan makalah ini yaitu sebagai berikut:
a. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan sumber ajaran Islam utama atau
primer, dan apa saja yang termasuk sumber ajaran Islam utama atau primer.
b. Menjelaskan apa yang dimaksud dengan sumber ajaran Islam pelengkap atau
sekunder, dan apa saja yang termasuk sumber ajaran Islampelengkap atau
sekunder.
BAB II
PEMBAHASAN
1
Ahmad Syaifudin, Mendidik Anak Membaca, Menulis, dan Mencintai Al-Qur’an, halaman 30
2
Terjemah Tafsir Al Tibyan Fi Ulumil Qur’an (Jakarta Gema Insani 2004), halaman 8
3
https://islam.nu.or.id/post/read/9215/4-sumber-hukum-dalam-aswaja
4
https://islam.nu.or.id/post/read/9215/4-sumber-hukum-dalam-aswaja K.H.Ahmad Nuril Huda Ketua PP Lembaga Dakwah
Nahdlatul Ulama
5
https://islam.nu.or.id/post/read/9215/4-sumber-hukum-dalam-aswaja K.H.Ahmad Nuril Huda Ketua PP Lembaga Dakwah
Nahdlatul Ulama
Adapun kandungan dalam al-Qur’an antara lain:7
1. Tauhid, yaitu kepercayaan terhadap ke-Esaan Allah dan semua kepercayaan
yangberhubungan dengan-Nya.
2. Ibadah, yaitu semua bentuk perbuatan sebagai manifestasi dari kepercayaan ajaran
tauhid.
3. Janji dan ancaman (al wa’d wal wa’iid), yaitu janji pahala bagi orang yang percaya
dan mau mengamalkan isi al-Qur’an dan ancaman siksa bagi orang yang mengingkari.
4. Kisah umat terdahulu, seperti para Nabi dan Rasul dalam menyiarkan risalah Allah
maupun kisah orang-orang shaleh ataupun orang yang mengingkari kebenaran al-
Qur’an agar dapat dijadikan pembelajaran bagi umat setelahnya.
Al-Quran mengandung tiga komponen dasar hukum, yaitu:8
1. Hukum I’tiqadiah, yakni hukum yang mengatur hubungan rohaniah manusia dengan
Allah SWT dan hal-hal yang berkaitan dengan akidah/keimanan. Hukum ini tercermin
dalam Rukun Iman. Ilmu yang mempelajarinya disebut Ilmu Tauhid, Ilmu
Ushuluddin, atau Ilmu Kalam.
2. Hukum Amaliah, yakni hukum yang mengatur secara lahiriah hubungan manusia
dengan Allah SWT, antara manusia dengan sesama manusia, serta manusia dengan
lingkungan sekitar. Hukum amaliah ini tercermin dalam Rukun Islam dan disebut
hukum syara/syariat. Adapun ilmu yang mempelajarinya disebut Ilmu Fikih.
3. Hukum Khuluqiah, yakni hukum yang berkaitan dengan perilaku normal manusia
dalam kehidupan, baik sebagai makhluk individual atau makhluk sosial. Hukum ini
tercermin dalam konsep Ihsan. Adapun ilmu yang mempelajarinya disebut Ilmu
Akhlaq atau Tasawuf.
6
https://islam.nu.or.id/post/read/9215/4-sumber-hukum-dalam-aswaja K.H.Ahmad Nuril Huda Ketua PP Lembaga Dakwah
Nahdlatul Ulama
7
Makalah Sumber Ajaran Islam IAIN Walisongo Semarang Disusun Oleh Syaifudin Hamzah Tahun 2013
8
Makalah Sumber Ajaran Islam IAIN Walisongo Semarang Disusun Oleh Syaifudin Hamzah Tahun 2013
9
https://sumbar.kemenag.go.id/v2/post/1952/pengertian-kedudukan-dan-fungsi-hadits.html
10
https://sumbar.kemenag.go.id/v2/post/1952/pengertian-kedudukan-dan-fungsi-hadits.html
Nabi atau pada masa Nabi, Nabi mengetahui apa yang dilakukan orang itu dan
mampu menyanggahnya, namun Nabi diam dan tidak menyanggahnya, maka hal itu
merupakan pengakuan dari Nabi.
Kedudukan hadist:
Sumber kedua dalam menentukan hukum ialah sunnah Rasulullah SAW. Karena
Rasulullah yang berhak menjelaskan dan menafsirkan Al-Qur’an, maka As-Sunnah
menduduki tempat kedua setelah Al-Qur’an. Allah berfirman dalam Al-Qur’an surat an-Nahl
ayat 44 dan al-Hasyr ayat 7, sebagai berikut;“Dan kami turunkan kepadamu Al-Qur’an agar
kamu menerangkan kepada ummat manusia apa yang telah diturunkan kepada mereka
supaya mereka memikirkan”. (An-Nahl : 44) “Apa yang diberikan Rasul kepadamu maka
ambillah dia, dan apa yang dilarangnya bagimu maka tinggalkanlah dan bertaqwalah
kepada Allah, sesungguhnya Allah sangat keras sikapnya”. (Al-Hasyr: 7). Kedua ayat
tersebut di atas jelas bahwa Hadits atau Sunnah menduduki tempat kedua setelah Al-Qur’an
dalam menentukan hukum.11
Hadits dalam hukum Islam dianggap sebagai mashdarun tsanin (sumber kedua)
setelah Al-Quran.Ia berfungsi sebagai penjelas dan penyempurna ajaran-ajaran Islam yang
disebutkan secara global dalam Al-Quran. Bisa dikatakan bahwa kebutuhan Al-Quran
terhadap hadits sebenarnya jauh lebih besar ketimbang kebutuhan hadits terhadap Al-
Quran.Kendatidemikian, seorang Muslim tidak dibenarkan untuk mengambil salah satu dan
membuang yang lainnya karena keduanya ibarat dua sisi mata uang yang tidak bisa
dipisahkan.12
Untuk mengeluarkan hukum Islam, pertama kali para ulama harus menelitinya di
dalam Al-Quran.Kemudian setelah itu, baru mencari bandingan dan penjelasannya di dalam
hadits-hadits Nabi karena pada dasarnya tidak satupun ayat yang ada dalam Al-Quran kecuali
dijelaskan oleh hadits-hadits Nabi.Dengan sinergi beberapa ayat dan hadits tersebut, seorang
ulama bisa memutuskan hukum-hukum agama sesuai dengan persoalan yang dihadapi,
tentunya dengan dukungan ilmu dan perangkat pengetahuan yang mumpuni terhadap
keduasumber tersebut.13
Menurut Abdul Wahab Khallaf, seorang ahli hukum Islam berkebangsaan Mesir,
hadits mempunyai paling tidak tiga fungsi utama dalam kaitannya dengan Al-Quran :14
1. Pertama, hadits berfungsi sebagai penegas dan penguat segala hukum yang ada dalam
Al-Quran seperti perintah shalat, puasa, zakat dan haji. Abdul Wahab
Khallafmengatakan,Artinya, “Adakalanya hadits berfungsi sebagai penegas dan
penguat terhadap hukum yang ada dalam Al-Quran.”
2. Kedua, hadits juga berfungsi sebagai penjelas dan penafsir segala hukum yangbersifat
global dalam Al-Quran, seperti menjelaskan tatacara shalat, puasa, zakat dan
haji.Artinya, “Adakalanya hadits berfungsi sebagai penjelas dan penafsir terhadap
hukum global/umum yang disebutkan dalam Al-Quran.”
3. Ketiga, hadits juga berfungsi sebagai pembuat serta memproduksi hukum yang belum
dijelaskan oleh Al-Quran seperti hukum mempoligami seorang perempuan sekaligus
dengan bibinya, hukum memakan hewan yang bertaring, burung yang berkuku tajam
dan lain sebagainya. Khallaf kembali mengatakan sebagai berikut“Adakalanya hadits
11
https://islam.nu.or.id/post/read/9215/4-sumber-hukum-dalam-aswaja
12
(Yunal Isra) https://islam.nu.or.id/post/read/84178/posisi-hadits-dalam-hukum-islam
13
https://islam.nu.or.id/post/read/84178/posisi-hadits-dalam-hukum-islam
14
https://islam.nu.or.id/post/read/84178/posisi-hadits-dalam-hukum-islam
berfungsi sebagai penetap dan pencipta hukum baru yang belum disebutkan oleh Al-
Quran.”
1. Al Qur’an. Allah swt. berfirman dalam surah an Nisa’ Ayat 59 “Wahai orang-
orang yang beriman! Taatilah Allah dan taatilah Rasul (Muhammad), dan Ulil
Amri (pemegang kekuasaan) diantara kamu. Kemudian, jika kamu berbeda
pedapat tentang sesuatu, maka kembalikanlah kepada Allah (Al Qur’an) dan
Rasul (sunnahnya) .jika kamu beriman kepada Allah dan hari kemudian. yang
demikian itu, lebih utama (bagimu) dan lebih baik akibatnya.” (Q.S. an Nisa’:59)
2. As Sunah. Dialog antara Rasullullah SAW. dan Muaz bin Jabal pada waktu ia
diutus ke Yaman dapat dijadikan sumber ijtihad.Bagaimana engkau dapat
memutuskan, jika kepadamu diserahkan urusan peradilan? Ia (Muaz) menjawab,
“Saya akan memutuskannya dengan kitabullah”. Bertanya lagi Nabi saw.“Jika
tidak engkau jumpai dalam kitabullah?”.Ia menjawab, “Dengan sunah
Rasulullah saw.” Lalu, Nabi bertanya, “Apabila engkau tidak dapati dalam
sunnah Rasulullah?” Muaz menjawab, “Saya lakukan ijtihad bir-ra’yi.
“Berkatalah Muaz, maka Nabi menepuk dadaku dan bersabda, “Segala puji bagi
Allah yang telah memberi taufik kepada utusan Rasulullah, sebagaimana
Rasulullah telah meridhainya.” (H.R. at-Tirmidzi: 1249).
2. Macam-macam Ijtihad
1. Ijma’
Ijma’ menurut bahasa artinya sepakat, setuju atau sependapat. Sedangkan menurut
istilah yaitu kebulatan pendapat ahli ijtihad umat Nabi Muhammad SAW sesudah
beliau wafat, tentang hokum suatu perkara dengan cara musyawarah.
2. Qiyas
Qiyas diartikan sebagai suatu upaya untuk membandingkan suatu perkara dengan
perkara yang lain yang mempunyai pokok masalah atau sebab akibat yang sama.
Contohnya adalah pada surat Al isra ayat 23 dikatakan bahwa perkataan ‘ah’, ‘cis’,
atau ‘hus’ kepada orang tua tidak diperbolehkan karena dianggap meremehkan atau
menghina, apalagi sampai memukul karena sama-sama menyakiti hati orang tua.
3. Istihsan
Istihsan yaitu proses perpindahan dari suatu qiyas kepada qiyas lainnya yang lebih
kuat atau mengganti argument dengan fakta yang dapat diterima untuk mencegah
kemudharatan.Contohnya, menurut aturan syarak, kita dilarang mengadakan jual
beli yang barangnya belum ada saat terjadi akad.Akan tetapi menurut Istihsan,
syarak memberikan rukhsah (kemudahan atau keringanan) bahwa jual beli
diperbolehkan dengan sistem pembayaran di awal, sedangkan barangnya dikirim
kemudian.
4. Mushalat Murshalah
Menurut bahasa artinya kesejahteraan umum.Sedangkan menurut istilah adalah
perkara-perkara yang perlu dilakukan demi kemaslahatan manusia.Contohnya, dalam
Al Quran maupun Hadist tidak terdapat dalil yang memerintahkan untuk
membukukan ayat-ayat Al Quran.Akan tetapi, hal ini dilakukan oleh umat Islam
demi kemaslahatan umat.
5. Sududz Dzariah
Menurut bahasa berarti menutup jalan, sedangkan menurut istilah adalah tindakan
memutuskan sesuatu yang mubah menjadi makruh atau haram demi kepentingan
umat.Contohnya adalah adanya larangan meminum minuman keras walaupun hanya
seteguk, padahal minum seteguk tidak memabukan.Larangan seperti ini untuk
menjaga agar jangan sampai orang tersebut minum banyak hingga mabuk bahkan
menjadi kebiasaan.
6. Istishab
Istishab yaitu melanjutkan berlakunya hukum yang telah ada dan telah ditetapkan di
masa lalu hingga ada dalil yang mengubah kedudukan hukum tersebut.Contohnya,
seseorang yang ragu-ragu apakah ia sudah berwudhu atau belum. Di saat seperti
ini, ia harus berpegang atau yakin kepada keadaan sebelum berwudhu sehingga ia
harus berwudhu kembali karena shalat tidak sah bila tidak berwudhu.
7. Urf
Urf yaitu perbuatan yang dilakukan terus-menerus (adat), baik berupa perkataan
maupun perbuatan.Contohnya adalah dalam hal jual beli. Si pembeli menyerahkan
uang sebagai pembayaran atas barang yang telah diambilnya tanpa mengadakan
ijab kabul karena harga telah dimaklumi bersama antara penjual dan pembeli.
BAB III
A. KESIMPULAN
Mempelajari agama islam adalah fardhu ‘ain yang wajib bagi setiap muslim dan
muslimah. Sumber ajaran agama islam terdiri dari sumber ajaran islam primer dan
sekunder. Sumber ajaran agama islam primer berupa al qur’an dan hadist, sedangkan
sumber ajaran islam sekunder yaitu ijtihad.
B. DAFTAR PUSTAKA
http://wawai.id/syiar/sumber-hukum-islam-primer-dan-sekunder/
Ahmad Syaifudin, Mendidik Anak Membaca, Menulis, dan Mencintai Al-Qur’an,
halaman 30
Terjemah Tafsir Al Tibyan Fi Ulumil Qur’an (Jakarta Gema Insani 2004), halaman 8
https://islam.nu.or.id/post/read/9215/4-sumber-hukum-dalam-aswaja
https://islam.nu.or.id/post/read/9215/4-sumber-hukum-dalam-aswaja K.H.Ahmad
Nuril Huda Ketua PP Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama
Makalah Sumber Ajaran Islam IAIN Walisongo Semarang Disusun Oleh Syaifudin
Hamzah Tahun 2013
https://sumbar.kemenag.go.id/v2/post/1952/pengertian-kedudukan-dan-fungsi-
hadits.html
https://islam.nu.or.id/post/read/9215/4-sumber-hukum-dalam-aswaja
(Yunal Isra) https://islam.nu.or.id/post/read/84178/posisi-hadits-dalam-hukum-islam
https://islam.nu.or.id/post/read/84178/posisi-hadits-dalam-hukum-islam KH A Nuril
Huda Ketua PP Lembaga Dakwah Nahdlatul Ulama (LDNU)
https://islam.nu.or.id/post/read/10335/fasal--tentang-ijtihad