Anda di halaman 1dari 20

MAKALAH

MANAJEMEN PERBANKAN SYARI’AH


“Pola Manajemen Bank Syariah”

Disusun Oleh:
1. Lara Patiloka 1611140198
2. Rapita Wandari 1811140205

Dosen Pengampu :
Umul Fadhilah Sari, MA.EK

PROGRAM STUDI PERBANKAN SYARI’AH


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS ISLAM
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI
BENGKULU
2018

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberikan
rahmat, taufiq dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Karya
Ilmiah ini dapat diselesaikan dengan baik. Dalam Karya Ilmiah ini kami
membahas “Pola Manajemen Bank Syariah” dengan tujuan agar mahasiswa
mengetahui dan mengenal beberapa isi dan makna yang terkandung di dalamnya.
Penulis menyadari bahwa Karya Ilmiah ini jauh dari kesempurnaan,
Sehingga kritik dan saran dari pembaca sangat diharapkan untuk perbaikan di
masa yang akan datang. Dan harapan kami semoga makalah ini dapat menambah
pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca, Untuk ke depannya dapat
memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik lagi.
Akhirnya penulis berharap semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi
penulis dan pembaca, Amin.

Bengkulu, Desember 2018

Penulis,

2
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL
KATA PENGANTAR.................................................................................... i
DAFTAR ISI.................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................... 1
B. Rumusan Masalah .............................................................................. 1
C. Tujuan Masalah................................................................................... 1

BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Manajemen dalam Islam................................................. 3
B. Pola Manajemen Bank Secara Umum............................................... 4
C. Unsur Manajemen Syari’ah dan Impikasinya di Bank syari’ah........ 5

BAB III PENUTUP


A. Kesimpulan ......................................................................................... 16
B. Saran ................................................................................................... 16

DAFTAR PUSTAKA

ii

i
3
ii

i
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam makalah ini kami berusaha menyampaikan sedikit banyak
mengenai Pola Managemen Bank Syari’ah. Harus kita ketahui terlebih dahulu
apa itu managemen. Managemen berasal dari kata to manage yang artinya
mengatur. Pengaturan itu harus di lakukan melalui proses dan di atur
berdasarkan urutan dari fungsi-fungsi managemen itu. Jadi dapat kita
simpulan bahwasannya managemen itu merupaka suatu proses untuk
mewujudkan tujuan yang di inginkan. Selanjutnya Bank syari’ah adalah
lembaga bank yang dikelola dengan dasar-dasar syari’ah. Dengan kata lain,
pengelolaan bank syari’ah harus didasarkan pada nilai, prinsip dan konsep
syari’ah.
Begitu pun dengan Managemen yang ada di dalam Bank Syari’ah,
Managemen di dalam Bnk berfungsi sebagai sarana pendorong tercapainya
tujuan dari Bank Syari’ah itu sendiri. Bukan hanya untuk pencapain ke
untungan semata melainkan untuk kemaslahatan umat. Untuk lebih jelasnya
kami telah menyiapkan penjelasan yang lebih rinci pada bab selanjutnya.
Penjelasan tersebut mencakup sebagian penjelasan mengenai Pola
Managemen Bank Syari’ah yaitu : Tujuan dari Managemen bank syari’ah,
aspek dan sifat manusia sebagai dasar managemen bank syari’ah, unsur dari
managemen bank syari’ah dan bagaimana implikasinya di dalam bank
syari’ah.

B. Rumusam Masalah
1. Apa Pengertian Manajemen dalam Islam?
2. Apa Pola Manajemen Bank Secara Umum?
3. Bagaimana Unsur Manajemen Syari’ah dan Impikasinya di Bank syari’ah?

C. Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Manajemen dalam Islam.
2. Untuk Mengetahui Pola Manajemen Bank Secara Umum.

1
3. Untuk Mengetahui Unsur Manajemen Syari’ah dan Impikasinya di Bank
syari’ah.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Manajemen dalam Islam


Manajemen dalam bahasa arab disebut dengan idarah. Iadarah
(manajemen) itu adalah suatu aktivitas khusus menyangkut kepemimpinan,
pengerahan, pengembangan personal, perencanaan, dan pengawasan terhadap
pekerjaan – pekerjaan yang berkenaan dengan unsur – unsur pokok dalam
suatu proyek. Tujuannya adalah agar hasil – hasil yang ditargetkan dapat
tercapai dengan cara yang efektif dan efisien. Secara istilah, sebagian
pengamat mengartikan bahwa manajemen sebagai alat untuk merealisasikan
tujuan umum. Oleh karena itu mereka mengatakan bahwa manajemen itu
adalah suatu aktifitas khusus menyangkut kepemimpinan, pengarahah,
pengembangan, personal, perencanaan dan pengawasan terhadap pekerja-
pekerja yang berkenaan dengan unsur pokok dalam suatu proyek. Tujuannya
adalah agar hasil-hasil yang ditargetkan dapat dicapai dengan cara yang
efektif dan efisian.1
Berangkat dari uraian di atas, secara implisit dapat diketahui, bahwa
hakikat manajemen yang terkandung dalam Al-Quran adalah merenungkan
atau memandang ke depan suatu urusan (persoalan), agar persoalan itu terpuji
dan baik akibatnya. Untuk menuju hakekat tersebut, diperlukan adanya
pengaturan dengan cara yang bijaksana.
Hakekat menejemen yang terkandung dalan Al-Quran ini, dengan
demikian erat kaitannya dengan pencapaian tujuan, pengambilan keputsan
dan pelaksanaan manajerial itu sendiri. Karena pada dasarnaya terbangunnya
konsep manajemen disandarkan pada ketiga dasar pemikiran tersebut
(pencapaian tujuan, pengambilan keputusan dan pelaksanaan manajemen). 2

B. Pola Manajemen Bank Secara Umum

1 Muhammad, manajemen bank syari’ah, UPP AMP YKPN,Jogjakarta, 2005. hlm.54


2 Muchdarsyah Sinungan,Manajemen Dana Bank, PT Bumi Aksara,Jakarta,2000. hlm.87

3
Dahlan Siamat (1995: 54) mengemukakan pola
menajemen bank yang sering dianut oleh bank umum antara
lain adalah sebagai berikut : 3
1. Manajemen Konservatif
Pola manajemen bank seperti ini sangat
mempertimbangkan risiko yang mungkin dihadapi setiap
tingkat kegiatan usahanya. Oleh karena itu bank yang
menganut pola tersebut sering kelebihan likuiditas yang
relatif besar. Manajemen bank yang konservatif biasanya
menitikberatkan kelebihan dananya dalam bentuk
cadangan sekunder terutama sekuritas yang diterbitkan
oleh bank sentral, dan dapat dijadikan sumber likuiditas
di samping sebagai sumber pendapatan meskipun relatif
rendah. Dalam mencapai tujuan, bank lebih
terkonsentrasi pada penggunaan dana sendiri.
Konsekuensi pola ini biasanya tidak dipacu untuk
mengerahkan usaha guna meningkatkan keuntungan
bank.
2. Manajemen Agresif
Pola manajemen yang agresif sangat berbeda
dengan pola konservatif. Pola manajemen agresif lebih
berorientasi untuk mengakselerasi pendapatan
operasional bank meskipun kemungkinan risiko yang
dihadapi relatif lebih tinggi pula. Ciri pola manajemen ini
anatara lain adalah penggunaan dana pihak ketiga yang
lebih besar dalam memenuhi kebutuhannya. Dalam
mengalokasikan dana sedapat mungkin menghindari
terjadinya kelebihan likuiditas. Sedangkan risiko bukanlah
merupakan suatu masalah utama yang perlu
dipertimbangkan.
3. Kombinasi Pola Manajemen Konservatif dan Agresif
3 Hafidhuddun, Didin dan Hendri Tanjung. Manajemen Syariah. Jakarta: Gema Insani
Press. 2003. hlm.13

4
Penggunaan antara pola manajemen bank yang
konservatif dengan pola manajemen agresif merupakan
tipe pola manajemen yang paling umum dianut oleh
hampir semua bank. Manajemen bank
mengkombinasikan antara gaya konservatif dan agresif
dalam pengambilan kebijakan dan penentuan strategi
usaha bank sehari-hari. Dalam keadaaan tertentu bank
kadang-kadang akan menjadi lebih konservatif atau
agresif tergantung pada keadaan intern bank, nasabah
yang dihadapi, kebijakan moneter pemerintah, situasi
persaingan dan keadaan umum perekonomian. 4

C. Unsur Manajemen Syari’ah dan Impikasinya di Bank syari’ah


Mananjemen sebagai suatu sistem yang didalamya terdapat unsur – unsur
yang saling terkait antara satu dengan yang lainya dalam rangka mencapai
sasaran. Unsur satu dengan unsur yang lain tidak dapat dipisahkan. Hal inilah
sebagai suatu konsep keutuhan. Islam memberikan dorongan kepada umatnya
untuk melihat sesuatu secara utuh (kaafah). Terkait dengan manajemen
sebagai suati sistem, maka didalamnya terdapat unsur – unsur yaitu: 5
1. Perencanaan
Semua dasar dan tujuan manajemen seperti tersebut diatas haruslah
terintergrasi, konsisten dan saling menunjang satu sama lain.[3] Untuk
menjaga konsistensi ke arah pencapaian tujuan manajemen maka setiap
usaha itu harus didahului oleh proses perencanaan yang baik. Allah
berfirman:
“Wahai orang – orang yang beriman bertaqwalah kepada Allah dan
rencanakanlah masa depanmu. Dan bertaqwakalah kepada Allah,
sesungguhnya Allah maha tahu atas apa – apa yang kalian perbuat”
Suatu perencanaan yang baik dilakukan melalui berbagai proses
kegiatan yang meliputi:
4 Hasymi Ali, Manajemen Bank,Bumi Aksara,Jakarta,1992. hlm.24
5 Hafidhuddun, Didin dan Hendri Tanjung. Manajemen Syariah. Jakarta: Gema Insani
Press. 2003. hlm.15

5
2. Forecasting
Forecasting adalah suatu peramalan usaha yang sistematis, yang
paling mungkin memperoleh sesuatu dimasa yang akan datang, dengan
dasar penaksiran dan menggunakan perhitungan yang rasional atas fakta
yang ada. Fungsi perkiraan adalah untuk memberi informasi sebagai dasar
pertimbangan dalam pengambilan keputusan.
a. Objective
Objective atau tujuan adalah nilai yang akan dicapai oleh seseorang
atau badan.
b. Policies
Policies dapat berarti rencana kegiatan (flan of action) atau juga
dapat diartikan suatu pedoman pokok (guiding principles) yang
diadakan oleh suatu badan usaha untuk menentukan kegiatan yang
berulang – ulang. Suatu policie dapat dikenal dengan dua macam sifat,
yaitu pertama merupakan prinsip – rinsip dan kedua sebagai aturan
untuk kegiatan – kegiatan. Oleh karena itu policies merupakan prinsip
yang menjadi aturan dalam kegiatan yang terus – menerus setidak –
tidaknya selama jangka waktu pelaksanaan rencana suatu organisasi.
Bidang kegiatan bank yang perlu dirumuskan dalam wujud kebijakan
dasar (basic policies) umumnya meliputi bidang – bidang penting bagi
aktifitas bank, yaitu sebagai berikut:
1) Tipe nasabah yang dilayani
Bank harus menetapkan tipe nasabah yang menjadi sasaran
bagi pemasaran produknya. Melalui beberapa pertimbangan, bank
dapat memutuskan untuk melayani usaha kecil dan menengah saja,
sedangkan usaha besar tidak. Dengan pertimbangannya sendiri
bank lain juga dapat memutuskan untuk melayani semua jenis
nasabah, baik usaha besar, usaha menengah, usaha kecil maupun
perorangan.
2) Jenis layanan yang disediakan bagi nasabah

6
Jenis layanan yang disediakan oleh bank biasanya berkaitan
erat dengan tipe nasabah yang ingin dilayani. Jenis nasabah
dilayani melalui beberapa produk seperti: tabungan, pinjaman,
transfer dana, tetapi nasabah lain memerulan jasa yang lebih terkait
dengan informasi dan pelayanan bisnis perusahaan seperti trus and
coporate sevices.
3) Daerah atau wilayah pelayanan
Pertimbangan wilayah pelayanan berkaitan dengan
perencanaan jaringan kerja, pembukaan kantor – kantor cabang
tersebut. Sentra – sentra ekonomi harus ditelaah terlebih dahulu,
yaitu seperti pertanian, industri, perdagangan dan sebagainya. Hal
ini berkaitan dengan kebijakan desentralisasi manajemen dan
pendelegasian wewenang.
4) Sistem penyampaian (delivery system) produk dan jasa bank
Kebijakan ini berkaitan dengan pola perluasan jangkauan
pemasaran dan penyampaian produk dan jasa bank. Sebagian bank
mengutamakan penggunaan jaringan organik yang dimilikinya
sendiri seperi kantor cabang, kantor kas dan sebagainya.
5) Distribusi aktiva produktif
Dalam menerapkan distribusi aktiva produktif perlu disusun
kebijakan alokasi dana, baik menurut sektor ekonomi, sektor
industri maupun daerah atau wilayah pemasaran.
6) Prefensi likuiditas
Hal ini adalah suatu yang sangat penting, karena erat kaitannya
dengan kepercayaan masyarakat kelanggengan bank. Sumber –
sumber dana inti (core fund) yang stabil memberikan pengaruh
yang kuat pada kemampuan likuiditas bank.
7) Persaingan
Kebanyakan bank sangat peka dan berlaku kompetatif dalam
merebutkan hati nasabah. Ketepatan dan kecepatan pelayanan
dengan biaya yang relatif murah adalah dambaan nasabah. Karena

7
itu bank harus tanggap dan berupaya menciptakan suasana
fanatisme nasabah melalui pelayanan prima agar mampu bersaing
dengan baik. Allah berfirman: “ dan bagi tiap – tiap sesuatu
mempunyai sasaran (tujuan) yang dihadapinya. Maka berlomba –
lombalah kalian dalam kebaikan dimana saja kalian berada. Allah
pasti akan mengumpulakan kalian semuanya. Sesungguhnya Allah
itu berkuasa atas segala sesuatu”.
8) Pengemabngan dan pelatihan staf
Pengembangan dan pelatihan staf haruslah merupakan
kebijakan utama manajemen bank. Allah menyuruh Nabi untuk
memperbaiki kondisi dan skill umat dengan cara memberikan
kepada mereka latihan – latihan atau training. Untuk menambah
keimanan dan keyakinan merekapun perlu melakukan training. Hal
ini dapat kita jumpai antara lain dalam surah al – anfal (8) : 65 dan
surah at – taubah (9): 33 sebagai berikut:

“Wahai Nabi, timbulkanlah hasrat orang beriman sampai


mereka mampu sekalipun untuk berperang. Dan sekiranya kalian
berjumlah dua ratus orang akan mampu mengalahkan seribu
orang dari orang – orang kafir, disebabkan karena orang – orang
kafir itu tidak memahami.”

“Dialah Allah yang menutus Rasul – Nya dengan membawah


Al Huda (Al – Qur’an) dan pola hidup yang haq agar dienul islam

8
tadi diatas pola – pola hidup lainya. Sekalipun orang musyrik
tidak senang.”
c. Programmes
Programmes adalah sederatan kegiatan yang digambarkan untuk
melaksanakan policies. Program itu merupakan rencana kegiatan yang
dinamis yang biasanya dilaksanaka secara bertahap, dan terikat denga
ruang (place) dan waktu (time). Program itu harus merupakan suatu
kesatuan yang terkait erat dan tidak dapat dipisahkan dengan tujuan
yang telah ditentukan dalam organisasi (closely integrated).
d. Schedules
Schedules adalah pembagian program yang harus diselesaikan
menurut urut – urutan waktu tertentu. Dalam keadaan terpaksa
schedules dapat berubah, tetapi tujuan dan program tidak berubah.
e. Prosedures
Prosedur adalah suatu gambaran sifat atau metode untuk
melaksanakan suatu kegiatan atau pekerjaan. Perbedaannya dengan
program adalah program menyatakan apa yang harus dikerjakan,
sedangkan prosedur membicarakan tentang bagaimana
melaksanakanya
f. Budget
Budget adalah suatu taksiran atau perkiraan biaya yang harus
dikeluarkan dan pendapatan yang diharapkan diperoleh dimasa yang
akan datang. Dengan demikian, budget dinyatakan dalam waktu, uang,
material dan unit – unit yang melaksanakan pekerjaan guna
memperoleh hasil yang diharapkan. 6
3. Perorganisasian
Perorganisasian diartikan sebagai keseluruhan proses pengelompokan
orang – orang, alat – alat, tugas, tanggung jawab, dan wewenang
sedemikian rupa sehingga tercipta suatu kesatuan yang dalap digerakkan
dalam rangka mencapai tujuan. Allah menciptakan manusia dalam satu

6 Hasymi Ali, Dasar-dasar Operasi Bank,PT Rineka Cipta,Jakarta,1995. hlm.117

9
komunitas, satu sama yang lainya saling berhubungan dan berinteraksi.
Kesemuanya ditugasi atau diamanahi sebagai khalifa di muka bumi ini.
Dalam menjalankan fungsi kekhalifahanya diharapkan dapat menciptakan
kemakmuran. Kemakmuran akan terwujud jika diantara manusia saling
tolong – menolong. 7
4. Struktur Organisasi
Disamping Dewan Komesaris dan Direksi, Bank Umum Syari’ah dan
BPR Syari’ah wajib memiliki Dewan Pengawas Syari’ah (DPS) yang
ditempatkan dikantor pusat bank tersebut. Oleh karena itu struktur
organisasi bank harus disesuaikan.
Sementara itu bank umum konvensional yang membuka kantor
cabang syari’ah, selain wajib memiliki DPS juga wajib membuka Unit
Usaha Syari’ah (UUS). UUS merupakan satuan kerja dikantor pusat bank
umum yang berfungsi sebagai kantor induk bagi kantor – kantor cabang
syari’ah, karena BPR konvensional tidak diperkenankan untuk memiliki
kantor cabang syari’ah, maka UUS tidak dikenal pada BPR.
Dalam pelaksanaan tugas sehari – hari, DPS wajib mengikuti fatwa
DSN yang merupakan otoritas tertinggi dalam mengeluarkan fatwa
mengenai kesesuaian produk dan jasa bank dengan ketentuan dan prinsip
syari’ah. Tugas utama DPS adalah mengawasi kegiatan usaha bank agar
tidak menyimpang dari ktentuan dan prinsip syariah yang telah difatwakan
oleh DSN. Selain itu DPS juga mempunyai fungsi:
a. Sebagai penasehat dan pemberi saran kepada direksi, pemimpin Unit
Usaha Syari’ah dan pemimpin kantor cabang syariah mengenai hal –
hal yang terkait dengan aspek syariah.
b. Sebagai mediator antara bank dan DSN dalam mengkomunikasikan
usul dan saran pengembangan produk dan jasa bank yang memerlukan
kajian dari fatwa DSN.

7 Hasymi Ali, Manajemen Bank,Bumi Aksara,Jakarta,1992. hlm.29

10
c. Sebagai perwakilan DSN yang ditempatkan pada bank. DPS wajib
melaporkan kegiatan usaha serta perkembangan Bank Syariah yang
diawasinya kepada DSN sekurang – kurangnya sati kali dalam setehun.
Bank yang akan membentuk DPS dalam rangka perubahan kegiatan
usaha atau membuka kantor cabang syari’ah untuk pertama kalinya dapat
menyampaikan permohonan penempatan anggota DPS kepada DSN. 8
5. Perencanaan Organisasi
Perencanaan organisasi bank adalah pengelompokan yang logis dari
kegiatan – kegiatan bank, menurut hasil yang ingin dicapai yang
menunjukan dengan jelas tanggung jawab dan wewenang atas suatu
tindakan. Struktur organisasi tergantung pada besar – kecilnya bank (bank
size), keragaman layanan yang ditawarkan, keahliah personilnya dan
peraturan – peraturan perundang – undang yang berlaku. Tidak ada acuan
baku pada penyusunan struktur organisasi bagi bank dalam segala situasi
kebutuhan oprasinya. Bank mengorganisasikan fungsi – fungsi untuk
melayani nasabahnya atau menempatkan karyawan yang ada atau
karyawan yang sesuai dengan bakat dan kemampuannya dan
kemampuanya. Struktur organisasi setiap bank berikut tanggung jawab dan
wewenang para pejabatnya bervariasi satu sama lain. Oleh karena itu
struktur organisasi mencerminkan pandangan manajemen tentang
pandangan cara yang paling efektif untuk mengoprasikan bank. 9
Beberapa pendekatan yang lazim dalam menetapkan organisasi bank
adalah sebagai berikut:
a. Pendekatan fungsional
Pendekatan tradisional dalam menyusun organisasi bank adalah
melalui pengintergrasian fungsi-fungsi. Biasanya fungsi-fungsi itu
ditetapkan berdasarkan aktivitas-aktivitas yang tergambar dalam
neraca, seperti pembiayaan, investasi, kas, penerimaan dana-dana. Pada
bank dengan layanan tradisional, struktur organisasinya terbagi dalam

8 Hasymi Ali, Manajemen Bank,Bumi Aksara,Jakarta,1992. hlm.34


9 Hafidhuddun, Didin dan Hendri Tanjung. Manajemen Syariah. Jakarta: Gema Insani
Press. 2003. hlm.18

11
tiga fungsi dasar yaitu (1) fungsi pembiayaan, (2) fungsi operasi dan (3)
fungsi investasi. Sejalan dengan perkembangannya fungsi-sungsi
tersebut dapat dibagi-bagi lagi dalam beberapa kegiatan. Dalam
perbankan syariah, fungsi pembiayaan dapat dibagi dalam pembiayaan
piutang (debt financing) berdasarkan prinsip jual-beli (murabahah,
salam atau istishna), atau sewa-beli (ijarah), pembiayaan modal (equity
financing) berdasarkan prinsip mudharabah (trustee financing) atau
musyarakah (jount venture profit sharing). Fungsi operasi dapat dibagi
dalam tellers, pembukaan rekening (opening new account), penerimaan
simpanan (deposit), pemrosesan simpanan (deposit) dan layanan yang
berkaitan dengan simpanan (deposit related services) seperti pemindah
– bukuan, pengiriman uang (money transfer), inkaso (collections),
pembayaran tagihan (bill paying) dan lain, komputer service dan
akuntansi, personalia dan sundries.
b. Pendekatan pasar
Perbankan telah mengembangkan berbagai produk yang
merupakan kombinasi dari beberapa kegiatan dasar dalam satu paket,
untuk memperooleh keuntungan dan pendapatan fee. Produk dasar dari
bank meliput
1) Produk-produk pembiayaan (financing),
2) Produk-produk operasional yaitu produk dana dan pemindahan
dana (deposit related services) serta layanan lain (non deposit
functions) seperti safekeeping dan data processing
3) Produk-produk investasi (sertifikat pasar uang, wali amanat)
Produk-produk itu menghasilkan penciptaan paket-paket produk
termasuk paket-paket layanan yang berkaitan dengan jasa keuangan
(interrelated financial services) untuk menarik para investor.
Dewasa ini kecenderungan yang ada di dalam organisasi bank
adalah suatu konsep hubungan perbankan (relationship banking).
Konsep ini mengkaitkan usaha penawaran paket jasa-jasa yang
dipakai oleh tipe nasabah tertentu ke dalam struktur organisasi bank

12
yang dingggap merupakan cara terbaik untuk penyampaian peket-
paket layanan perbankan.
c. Fungsi staf
Bagan struktur organisasi seperti digambarkan di atas adalah
organisasi lini (line function organization). Sebagaimana diuraikan
dalam awal bab ini, prinsip musyawarah sangat dianjurkan dalam
organisasi yang berdasarkan prinsip syariah. Oleh karena itu di dalam
proses perumusan kebijakan, pengambilan keputusan perlu dilakukan
secara musyawarah. Untuk keperluan tersebut, disamping organisasi
lini seperti digambarkan diatas dapat dibentuk wadah yang
menjalankan fungsi staf. Biasanya dalam organiasi bank juga terdapat
beberapa komite, seperti komite anggaran (budget committee), komite
kebijakan pembiayaan (committee of financing policy), Komite
pemutus pembiayaan (financing committee), komite aset & liabilitas
atau Assets & liability committee (ALCO), komite personalia
(personnel committee) dan lain-lain. Komite-komite tersebut biasanya
beranggotakan para officer senior dari berbagai bidang dipimpin oleh
direksi. Apabila keputusan telah diambil, maka adalah menjadi tugas
dan tanggung jawab pejabat lini untuk melaksanakan keputusan-
keputusan itu sebagaimana mestinya
d. Struktur personalia
Struktur organisasi bank melibatkan berbagai tingkat wewenang
dan tanggung jawab. Bank harus mempunyai Pengurus (board of
Directors) dan manajemen. Bank juga membentuk beberapa komite
yang terdiri dari para anggota direksi dan para personil yang terkait
dalam tingkat manajemen. Badan hukum bank-bank di Indonesia dapat
berbentuk Perseroan Terbatas (PT) atau Koperasi. Sebagaimana telah
digambarkan di atas, kekuasaan tertinggi dari organisasi berada pada
Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) pada Perseroan Terbatas, atau
Rapat Anggota (RAT) pada Koperasi. Untuk melaksanakan kekuasaan
organisasi, RUPS atau RAT membentuk Dewan Komisaris dan Direksi

13
(pada PT) atau Dewan Pengawas dan Dewan Pengurus (pada koperasi).
Disamping pada Bank Syariah, wajib pula dibentuk Dewan Pengawas
Syariah (DPS). Bank adalah badan usaha yang sangat diatur keberadaan
dan aktivitasnya oleh hukum dan peraturan perundang-undangan
(highly regulated). Sebelum diputuskan oleh RUPS atau RAT para
calon anggota Dewan Komisaris dan Direksi harus terlebih dahulu
mendapatkan persetujuan dari Bank Indonesia selaku bank sentral
setelah melalui proses penelitian integritas dan kompetensi (fit and
propre test). Sedang para calon anggota DPS harus terdiri dari para
pakar di bidang syariah muamalah yang ditunjuk oleh Dewan Syariah
Nasional (DSN). 10
6. Pengawasan
Kelancaran oprasi bank adalah kepentingan utama bagi manajemen
puncak (top management). Melalui pengawasan para menejer dapat
memastikan tercapai atau tidaknya harapan mereka. Pengawasan juga
dapat membanu mereka mengambil keputusan yang lebih baik.[5]
Kata pengawasan dipakai sebagai arti harfiah dari kata controlling.
Dengan demikian pengerian pengawasan meliputi segala kegiatan
penelitian, pengamatan dan pengukuran terhadap jalanya operasi
berdasarkan rencanayang telah ditetapkan, penafsiran dan perbandingan
hasil yang dicapai dengan standar yang diminta, melakukan tindakan
koreksi penyimpanan, dan perbandingan antara hasil (output) yang
dicapai dengan masukkan (input) yang digunakan. Ada beberapa hal yang
perlu diperhatikan dalam kegiatan dengan pengawasan, diantaranya
adalah: 11
a. Peroses pengawasan
1) Dari pengrtian diatas maka menurut prosesnya, pengawasan
meliputi kegiatan – kegiatan sebagai berikut:

10 Muchdarsyah Sinungan,Manajemen Dana Bank, PT Bumi Aksara,Jakarta,2000.


hlm.89
11 Muchdarsyah Sinungan,Manajemen Dana Bank, PT Bumi Aksara,Jakarta,2000.
hlm.93

14
2) Menetukan strandar sebagai ukuran pengawasan
3) Pengukuran dan pengamatan terhadap jalanya operasi berdasarkan
rencana yang telah ditetapkan.
4) Penafsiran dan perbandingan hasil yang dicapai dengan standar
yang diminta.
5) Melakukan tindakan koreksi terhadap penyimpangan
6) Perbandingan hasil akhir (output) dengan masukan (input) yang
digunakan.
b. Sistem Informasi Manajemen
Laporan – laporan ynag dihasilkan dari pengawasan itu harus
disusun dalam suatu format yang sistematis, agar dapat dengan segera
dan mudah digunakan sebagai bahan pengambilan keputusan secara
cepat dan tepat. Kemajuan teknologi informasi telah memungkinkan
sistem informasi manajemen memiliki kesanggupan memberikan
bebagai jenis informasi dengan cepat dan akurat serta memberikan
fleksibelitas dalam cara penyajiannya. Melalui laporan ini para
menejer dapat memperoleh informasi atau data yang tidak termuat
dalam laporan reguler, yang dibutuhkan untuk menghadapi keadaan
tertentu.
c. Program Audit Internal
Pada dasarnya para menejer puncak (top management) merupakan
pengawasan tertinggi bagi seluruh bawahan. Untuk memudahkan
pelaksanaan fungsi pengawasan ini setiap organisasi perusahaan besar
selalu mengadakan suatu badan khusus (special staff) dengan program
audit internal yang oleh Bank Indonesia disebut SKAI. 12

12 Hasymi Ali, Dasar-dasar Operasi Bank,PT Rineka Cipta,Jakarta,1995. hlm.124

15
BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dari penjelasan di atas dapat kita simpulkan bahwa tujuan dari
managemen bank syari’ah adalah :
1. Memperoleh profit yang optimal,
2. Menyediakan akhir cair dan kas yang memadai,
3. Sebagai penyimpan cadangan,
4. Mengelola kegitan-kegiatan lembaga ekonomi dengan kebijakan yang
pantas bagi seseorang yang bertindak sebagai pemelihara dana orang lain
5. Memenuhi kebutuhan masyarakat akan pembiayaan
Sedangkan Aspek dan Sifat Manusia Sebagai Dasar Manajemen Bank
Syari’ah seharusnya adalah Kebutuhan fitrah manusia sebagai dasar
managemen yaitu Manusia sebagai makhluk moral spiritual, yang
membedakan antara kebaikan dan kejahatan, memiliki dorongan bawaan
untuk mencapai realitas di luar pengertian akal. Fungsi dari moral spiritual ini
diperankan oleh hati. Dalam hal ini, hati berfungsi memberikan pertimbangan
kepada nafsu, apakah jenis kebutuhan yang diinginkannya itu halal atau
haram, bermanfaat ataukah membahayakan dirinya, jumlah kebutuhan yang
diinginkannya itu wajar ataukah berlebihan, dan cara mendapatkannya itu
layak ataukah tidak untuk diperturutkan dan dilaksanakan. Yang terakhir
adalah mengenai unsur manajemen bank syari’ah yaitu : 1) Perencanaan., 2)
Forecasting, 3) Objective, 4) Policies.

B. Saran
Demikian makalah ini kami tuliskan semoga menambah wawasan dan
bermanfaat bagi kita semua, Mohon maaf atas segala kekurangan yang
pembaca dapati, harapannya ada saran dan kritik yang membangun guna
meningkatkan kualitas tulisan kami.

16
DAFTAR PUSTAKA

Hafidhuddun, Didin dan Hendri Tanjung. Manajemen Syariah. Jakarta: Gema


Insani Press. 2003

Hasymi Ali, Manajemen Bank,Bumi Aksara,Jakarta,1992.

Muhammad, manajemen bank syari’ah, UPP AMP YKPN,Jogjakarta, 2005.

Hasymi Ali, Dasar-dasar Operasi Bank,PT Rineka Cipta,Jakarta,1995.

Muchdarsyah Sinungan,Manajemen Dana Bank, PT Bumi Aksara,Jakarta,2000.

17

Anda mungkin juga menyukai