Anda di halaman 1dari 20

MANAJEMEN KEUANGAN

“RISK AND RATES OF RETURN”


Dosen : Masrul Huda, SE., M.Si

Disusun Oleh :
Millah Sucilia .R. (11160820000046)
Eriesta Meilani (11160820000073)

JURUSAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS ISLAM NEGERI SYARIF HIDAYATULLAHJAKARTA
Kata Pengantar

Puji syukur selalu kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas kasih dan

sayangnya memberikan pengetahuan, kemampuan dan kesempatan kepada penyusun

sehingga mampu menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “Risk and Rates Of

Return”. Makalah ini ditulis sebagai tugas mata kuliah Manajemen Keuangan

Penyusun menyadari dalam penulisan makalah ini masih ada kemungkinzn

kekurangan-kekurangan karena keterbatasan kemampuan penyusun, untuk itu masukan

yang bersifat membangun akan sangat membantu penyusun untuk memperbaiki

kekurangannya.

Ucapan terimakasih tidak lupa kami haturkan pada dosen pembimbing mata

kuliah ini Bapak Masrul Huda, SE., M.Si, untuk teman-teman dan semua pihak yang telah

membantu kami. Semoga makalah ini dapat berguna sebagai karya dari kita dan untuk

semua.

Ciputat, Oktober 2017

Penyusun
DAFTAR ISI

COVER…………………………………………………………………………………..i
KATA PENGANTAR ...................................................................................................... ii

DAFTAR ISI ................................................................................................................... iii

ABSTRAKSI.…………………………………………………………………………...iv

A. Definisi

1. Menurut Buku .............................................................................................................

2. Menurut Tokoh ...........................................................................................................

3. Menurut Saudara .........................................................................................................

B. Pokok – Pokok Bahasan Materi……..………………………………………………..

C. Ruang Lingkup Pembahasan………………………………………………………….

D. Tujuan Pembahasan…………………………………………………………………

E. Manfaat Pembahasan…………………………………………………………………

F. Skema Alur Pembahasan…………………………………………………………….

G. Rincian Pokok Pembahasan

1. ..................................................................................................................................3

2. ..................................................................................................................................6

3. ...................................................................................................................................9

4. ................................................................................................................................12

5. .................................................................................................................................14

6. ………………………………………………………………………………..
H. Contoh Kasus………………………………………………………………………

I. Ilustrasi Video…………………………………………………………………….
J. Kesimpulan Pembahasan………………………………………………………….
K. Sumber, Referensi, Daftar Pustaka………………………………………………..
ABSTRAK

Ada dua aspek yang perlu dipertimbangkan oleh manajemen perusahaan dalam
pengambilan keputusan keuangan, yaitu tingkat pengembalian (return) dan risiko (risk)
keputusan keuangan tersebut. Tingkat pengembalian adalah imbalan yang diharapkan
diperoleh di masa mendatang, sedangkan risiko diartikan sebagai ketidakpastian dari
imbalan yang diharapkan.

Setiap perusahaan pasti akan menginvestasikan hartanya pada perusahaan lain.


Akan tetapi, semua investasi dalam dunia bisnis memiliki risiko yang tinggi, perusahaan
akan menanggung ketidak pastian yang cukup besar tentang berapa dan kapan pendapatan
atau pengembalian yang akan mereka terima. Oleh sebab itu, risiko merupakan factor
yang penting dipertimbangkan dalam setiap investasi, karena besar kecilnya risiko yang
terkandung dalam suatu alternative investasi akan mempengaruhi hasil yang diharapkan
dari investasi tersebut. Berdasarkan latar belakang diatas maka penulis melakukan
menulis makalah dengan judul “Risiko dan Tingkat Pengembalian”. Adapun yang akan
dibahas dalam makalah ini adalah definisi risiko dan tingkat pengembalian, hubungan
antara risiko dan tingkat pengembalian, jenis risiko dan tingkat pengembalian, risiko
sistematis dan risiko tidak sistematis, cara mengelola risiko, dan pengambilan keputusan
dalam berbagai kondisi. Maksud diadakannya penelitian ini adalah untuk menganalisis
risiko dan tingkat pengembalian harta yang diinvestasikan perusahaan.

Penyusun menyadari dalam penulisan makalah ini masih ada kemungkinzn


kekurangan-kekurangan karena keterbatasan kemampuan penyusun, untuk itu masukan
yang bersifat membangun akan sangat membantu penyusun untuk memperbaiki
kekurangannya.
ABSTRACT
There are two aspects that need to be considered by company management in
making financial decision, that is return rate and risk (risk) of financial decision. The rate
of return is the expected future return, while risk is defined as the uncertainty of the
expected benefits.
Every company will surely invest his wealth in other companies. However, all
investments in the business world have a high risk, the company will bear a considerable
uncertainty about how and when the income or return will be received. Therefore, risk is
an important factor considered in every investment, because the size of the risk contained
in an alternative investment will affect the expected results of the investment. Based on
the above background then the author did write a paper with the title "Risk and Return
Rate". As will be discussed in this paper is the definition of risk and rate of return, the
relationship between risk and rate of return, the type of risk and the rate of return,
systematic risk and risk is not systematic, how to manage risk, and decision making under
various conditions. The purpose of this research is to analyze the risk and return rate of
property invested by the company.
The authors are aware that in writing this paper there are still possible
shortcomings due to the limited ability of the authors, for that constructive input will
greatly help the authors to correct the shortcomings.
A. Defisini Resiko dan Tingkat Pengembalian
1. Menurut buku
Risiko dapat dikatakan sebagai suatu peluang terjadinya kerugian atau
kehancuran. Lebih luas, risiko dapat diartikan sebagai kemungkinan
terjadinya hasil yang tidak diinginkan atau berlawanan dari yang diinginkan.
Return atau pengembalian adalah keuntungan yang diperoleh
perusahaan, individu dan institusi dari hasil kebijakan investasi yang
dilakukan.
2. Menurut Tokoh
Risiko merupakan besarnya penyimpangan antara tingkat pengembalian
yang diharapakan dengan tingkat pengembalian, semakin besar keuantungan
maka semakin besar risikonya (Abdul Halim 2005 : 42). David K. Eiteman,
Arthur I Stonehill dan Michael H. Moffet mengatakan bahwa risiko dasar
adalah the mismatching of interest rate bases for associated assets and
liabilities.
Menurut Ricky W. Griffin dan Ronald Ebert, risiko adalah uncertainty
about future event
Menurut R J Shook , return merupakan laba investasi, baik melalui bunga atau
dividen. Menurut Jogiyanto, return merupakan hasil yang diperoleh dari
investasi.
3. Menurut Menurut saudara
Risiko adalah suatu kesempatan terjadinya kerugian keuangan atau
variabilitas dari return yang dikaitkan dengan asset tertentu. Pengertian lain,
bahwa resiko adalah ketidakpastian bahwa suatu investasi akan memberikan
tingkat pengembalian yang diharapkan.

B. Pokok – Pokok Bahasan Materi


Pokok – pokok pembahasan yang akan dijelaskan dalam materi “Risk and Rates of
Return” adalah sebagai berikut :
1) Definisi risiko dan tingkat pengembalian.
2) Hubungan antara risiko dan tingkat pengembalian.
3) Jenis risiko dan tingkat pengembalian.
4) Risiko sistematis dan risiko tidak sistematis.
5) Mengelola risiko.
6) Pengambilan keputusan dalam berbagai kondisi.
C. Ruang Lingkup Pembahasan
Di dalam makalah “Risk and Rates of Return” ini membahas tentang pengertian risiko
dan tingkat pengembalian, hubungan antara risiko dan tingkat pengembalian, jenis –
jenis risiko dan tingkat pengembalian, perbedaan risiko sistematis dan tidak sistematis,
cara mengelola risiko, cara pengembilan keputusan dalam berbagai kondisi.
D. Tujuan Pembahasan
Adapun tujuan dari makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui dan menjelaskan definisi risiko dan tingkat pengembalian.
2. Mengetahui hubungan antara risiko dan tingkat pengembalian.
3. Mengetahui dan menjelaskan jenis risiko dan tingkat pengembalian.
4. Mengetahui dan menjelaskan perbedaan risiko sistematis dan risiko tidak
sistematis.
5. Menjelaskan cara mengelola risiko.
6. Mengetahui cara pengambilan keputusan dalam berbagai kondisi.
E. Manfaat Pembahasan
Makalah ini diharapakan dapat memberikan manfaat sebagi berikut :
1. Manfaat Akademis
Penulisan ini dapat berguna sebagai bahan informasi mengenai penerapan
ilmu pengetahuan dalam mata kuliah manajemen keuangan khususnya materi
tentang resiko suatu investasi dan tingkat pengembalian yang bisa didapatkan.
2. Manfaat Praktis
Sebagai bahan pertimbangan bagi para calon investor maupun perusahaan
yang akan menginvestasikan hartanya supaya dapat menjadi pertimbangan
dalam pemilihan investasi yang tepat.
F. Skema Alur Pembahasan

“RISK AND RATES OF


RETURN”

Hubungan antara Jenis risiko dan Perbedaan risiko


risiko dan tingkat tingkat sistematis dan risiko
pengembalian. pengembalian. tidak sistematis.

Analisis Tingkat
Cara pengambilan
Risiko dan Cara mengelola
keputusan dalam
Pengembalian risiko.
berbagai kondisi.
Saham

G. Rincian Pokok – Pokok Pembahasan


1. Hubungan antara resiko dan tingkat pengembalian.
Di dalam pasar uang di mana saham dan obligasi di jual, para pemakai
uang, seperti perusahaan yang melakukan investasi harus bersaing satu sama lain
dalam mencari modal. Untuk memperoleh pembiayaan atas proyek yang akan
bermanfaat bagi pemegang saham perusahaan, perusahaan harus menawarkan
kepada investor, tingkat pengembalian yang mampu bersaing dengan alternatif
investasi lain yang tersedia bagi investor tersebut. Tingkat pengembalian dari
alternatif investasi terbaik berikutnya ini dikenal sbg biaya kesempatan dana
(opportunity cost of fund).
Dalam menjalankan sebuah bisnis, perusahaan kecil lebih berisiko dalam
tingkat pengembalian dari pada perusahaan besar. Mengapa? Karena pengalaman
bisnis perusahaan kecil mengandung risiko operasi yang lebih besar , mereka lebih
sensitif terhadap kecenderungan bisnis yang menurun dan beberapa beroperasi
dalam pasar yang kecil yang dengan cepat muncul dan kemudian dengan cepat
lenyap. Selain itu perusahaan kecil mengandalkan pembiayaan melalui utang
dibandingkan perusahaan yang besar. Perbedaan ini menciptakan variabilitas yang
lebih pada jumlah laba dan arus kas, yang diartikan sebagai risiko yang lebih
besar.
Dengan memikirkan forgoing (kehilangan peluang yang lebih baik), kita
harus mengharapkan adanya tingkat pengembalian yang berbeda untuk pemilik
dari berbagai surat-surat berharga tersebut. Jika pasar menghargai investor atas
risiko yang ditanggungnya, maka tingkat pengembalian harus meningkat
mengikuti peningkatan risiko. Hubungan antara risiko dengan tingkat
pengembalian adalah:
a. Bersifat linear atau searah
b. Semakin tinggi tingkat pengembalian maka semakin tinggi pula risiko
c. Semakin besar asset yang kita tempatkan dalam keputusan investasi maka
semakin besar pula risiko yang timbul dari investasi tersebut.
d. Kondisi linear hanya mungkin terjadi pada pasar yang bersifat normal.
Menurut Paul L. Krugman dan Maurice Obstfeld, bahwa pada
kenyataanya, seorang investor yang netral terhadap risiko cenderung mengambil
posisi agresif maksimum. Ia akan membeli sebanyak mungkin aset yang
menjanjikan hasil tinggi dan menjual sebanyak mungkin aset yang hasilnya lebih
rendah. Perilaku inilah yang menciptakan kondisi paritas suku bunga. Adapun
karakteristik tersebut secara umum dapat dibagi menjadi tiga, yaitu :
a. Takut pada Risiko (Risk Avoider)
Karakteristik ini di mana sang decision maker sangat hati-hati terhadap
keputusan yang diambilnya bahkan ia cenderung begitu tinggi melakukan
tindakan yang sifatnya mengindari risiko yang akan timbul jika keputusan
diaplikasikan. Karakter pebisnis yang melakukan tindakan seperti ini disebut
dengan safety player.
b. Hati-hati pada Risiko (Risk Indifference)
Karakteristik ini di mana sang decision maker sangat hati-hati atau begitu
menghitung terhadap segala dampak yang akan terjadi jika keputusan dia
plikasikan. Bagi kalangan bisnis, mereka menyebut orang dengan karakter
seperti ini secara ekstrem disebut sebagai tipe peragu.
c. Suka pada Risiko (Risk Seeker atau Risk Lover)
Karakteristik ini adalah tipe yang begitu suka pada risiko. Mereka terbiasa
dengan spekulasi dan itu pula yang membuat penganut karakteristik ini selalu
saja ingin menjadi pemimpin dan cenderung tidak ingin menjadi pekerja.
Mental risk seeker adalah mental yang dimiliki oleh pebisnis besar dan juga
pemimpin besar. Karakter ini yang paling mendominasi jika dilihat dari
kedekatannya pada risiko.
2. Jenis – Jenis Resiko dan Tingkat Pengembalian
 Jenis – Jenis Risiko
1) Pure Risk (Risiko Murni)
Suatu ketidakpastian terjadi, maka kejadian tersebut pasti menimbulkan
kerugian. Risiko murni dibagi 3 tipe risiko, yaitu:
a. Risiko aset fisik
Risiko yang berakibat timbulnya kerugian pada aset fisik suatu
perusahaan/organisasi. Contoh: kebakaran, banjir, gempa, tsunami,
gunung meletus, dll.
b. Risiko Karyawan
Risiko yang disebabkan karena apa yang dialami oleh karyawan yang
bekerja di suatu perusahaan atau organisasi. Contoh : kecelakaan kerja
yang menyebabkan terganggunya aktivitas perusahaan.
c. Risiko Legal
Risiko dalam bidang kontrak yang mengecewakan atau kontrak tidak
berjalan sesuai dengan rencana. Contoh : perselisihan dengan perusahaan
lain sehingga adanya persoalan seperti penggantian kerugian.
2) Speculative Risk (Risiko Spekulatif)
Suatu ketidakpastian akan terjadinya untung atau rugi. Risiko ini dapat
dikelompokkan menjadi 4 tipe yaitu:
a. Risiko Pasar
Risiko yang terjadi dari pergerakan harga pasar. Contoh: harga saham
mengalami penurunan sehingga menimbulkan kerugian.
b. Risiko kredit
Risiko yang terjadi karena counter party gagal memenuhi kewajibannya
kepada perusahaan. Contoh : timbulnya kredit macet, persentase piutang
meningkat.
c. Risiko likuiditas
Risiko karena ketidakmampuan memenuhi kebutuhan kas. Contoh:
kepemilikan kas menurun, sehingga tidak mampu membayar hutang
secara tepat, menyebabkan perusahaan harus menjual aset yang
dimilikinya.
d. Risiko operasional: risiko yang disebabkan pada kegiatan operasional
yang tidak berjalan lancar. Contoh: terjadi kerusakan pada komputer
karena berbagai hal termasuk terkena virus.
3) Static Risk (Risiko Statis)
Mungkin sifatnya murni atau spekulatif asalnya dari masyarakat yang
tidak berubah yang berada dalam keseimbangan stabil. Contoh : ketidakpastian
terjadinya sambaran petir.
4) Dynamic Risk (Risiko Dinamis)
Mungkin sifatnya murni atau spekulatif timbul dari perubahan yang terjadi
dalam masyarakat. Contoh : urbanisasi, perkembangan teknologi.
5) Subjective Risk (Risiko Subyektif)
Berkaitan dengan kondisi mental seseorang yang mengalami keragu-
raguan dan kecemasan akan terjadinya kejadian tertentu.
6) Objective Risk (Risiko Obyektif)
Probabilitas penyimpangan aktual dari yang diharapkan sesuai dengan
pengalaman.
 Sumber – Sumber Risiko
Sumber – sumber risiko yang ada di perusahaan dapat dibedakan lima jenis risiko
yaitu :
1) Business Risk
Resiko yang timbul dari sifat jenis usaha yang dijalankan oleh perusahaan.
Resiko ini berakibat pada arus kas perusahaan.
2) Financial Risk
Resiko yang timbul berkaitan dengan sumber pembiayaan untuk investasi.
3) Liquidity Risk
Resiko yang berkaitan dengan kecepatan asset dan kepastian harga asset
jika dicairkan menjadi uang kas pada saat dibutuhkan.
4) Exchange Rate Risk
Resiko ini akan terjadi jika investor membeli asset dalam mata uang yang
berbeda dengan mata uang negara asalanya.
5) Country Risk
Dinamakan juga political risk , yaitu suatu ketidakpastian yang mungkin
timbul akibat adanya perubahan di dalam lingkungan politik dan ekonomi suatu
negara.
 Jenis – Jenis Return
Beberapa jenis return berdasarkan bentuk dan polanya, antara lain :
1) Return on equity atau imbal hasil atas ekuitas merupakan pendapatan bersih
dibagi ekuitas pemegang saham.
2) Return of capital atau imbal hasil atas modal merupakan pembayaran kas yang
tidak kena pajak kepada pemegang saham yang mewakili imbal hasil modal yang
diinvestasikan dan bukan distribusi deviden. Investor mengurangi biaya
investasi dengan jumlah pembayaran.
3) Return on investment atau imbal hasil atas investasi merupakan membagi
pendapatan sebelum pajak terhadap investasi untuk memperoleh angka yang
mencerminkan hubungan antara investasi dan laba.
4) Return on invested capital atau imbal hasil atas modal investasi merupakan
pendapatan bersih dan pengeluaran bunga perusahaan dibagi total kapitalisasi
perusahaan.
5) Return realization merupakan return yang telah terjadi.
6) Return on network atau imbal hasil atas kekayaan bersih merupakan pemegang
saham yang dapat menentukan imbal hasilnya dengan membandingkan laba
bersih setelah pajak dengan kekayaan bersihnya.
7) Return on sales atau imbal hasil atas penjualannya merupakan untuk menentukan
efisiensi operasi perusahaan, seseorang dapat membandingkan presentase
penjualan bersihnya yang mencerminkan laba sebelun pajak terhadap variable
yang sama dari periode sebelumnya.
8) Return ekspektasi merupakan return yang diharapkan akan diperoleh oleh
investor di masa mendatang.
9) Total return merupakan return keseluruhan dari suatu investasi dalam suatu
periode tertentu.

3. Resiko Sistematis dan Risiko Tidak Sistematis


1) Systematic Risk (Resiko Sistematis)
Resiko sistematis disebut juga dengan market risk atau resiko umum.
Resiko sistematis adalah resiko yang bisa didiversifikasikan atau resiko yang
sifatnya mempengaruhi secara menyeluruh. Contohnya krisis moneter pada
tahun 1997 di Indonesia yang telah menyebabkan banyak sekali perusahaan
yang bangkrut dan meningkatnya angka pengangguran. Selain itu terjadi pula
pada tahun 2008 yaitu saat dunia dilanda krisis finansial yang salah satunya
disebabkan oleh kredit subrime mortgage di Amerika Serikat (tahun 2008)
yang sudah terlalu tinggi, dan ternyata tidak bisa diatasi lagi.
2) Unsystematic Risk (Risiko Tidak Sistematis)
Unsystematic Risk disebut juga dengan resiko spesifik atau resiko yang
dapat didiversifikasikan. Resiko yang tidak sistematis yaitu hanya membawa
dampak pada perusahaan yang terkait saja. Jika suatu perusahaan mengalami
Unsystematic Risk maka kemampuan untuk mengatasinya masih akan bisa
dilakukan, karena perusahaan bisa menerapkan berbagai strategi untuk
mengatasinya. Contohnya jika harga sekuritas perusahaan jatuh, maka
perusahaan menerapkan berbagai strategi investasi.
3) Total Risk
Total Risk adalah gabungan atau penjumlahan antara Systematic Risk dan
Unsystematic Risk. Jadi, dari hasil penjumlahan dari unsystematic risk dan
systematic risk akan kita peroleh total risiko. Adapun rumus untuk menghitung
total risiko adalah:
Total risiko = unsystematic risk + systematic risk

4. Mengelola Risiko
Dalam aktivitas yang namanya risiko adalah pasti terjadi dan sulit untuk
dihindari sehingga bagi sebuah lembaga bisnis seperti perbankan sangat penting
untuk memikirkan bagaimana mengelola risiko tersebut.
Dalam mengelola risiko pada dasarnya ada 4 cara yaitu :
a) Memperkecil risiko, dengan cara tidak memperbesar setiap keputusan
yang mengandung risiko tinggi tapi membatasinya bahkan meminimalisirnya
agar risiko tersebut tidak menambah menjadi besar dan diluar kontrol
manajemen perusahaan.
b) Mengalihkan risiko,dengan cara mengalihkan risiko yang kita terima ters
ebut ke tempat lain seperti mengasurasikan bisnis guna menghindari terjadinya
risiko yang sifatnya tidak tentu waktunya.
c) Mengontrol risiko, dengan cara melakukan kebijakan mengantisipasi terh
adap timbulnya risiko sebelum terjadi, seperti memasang alarm terhadap mobil,
menempatkan satpam pada siang atau malam hari.
d) Pendanaan risiko, dengan cara menyediakan dana cadangan (reserve)
guna mengantisipasi timbulnya risiko di kemudian hari, seperti perubahan
terhadap nilai tukar dollar di pasaran maka kebijakan sebuah bank adalah harus
memiliki cadangan dalam bentuk dollar.
5. Analisis Tingkat Resiko dan Pengembalian Saham
Saham dapat didefinisikan tanda penyertaan atau kepemilikan seseorang atau
badan dalam suatu perusahaan atau perseroan terbatas. Wujud saham adalah selembar
kertas yang menerangkan bahwa pemilik kertas tersebut adalah pemilik perusahaan yang
menerbitkan surat berharga tersebut. Porsi kepemilikan ditentukan oleh seberapa besar
penyertaan yang ditanamkan di perusahaan tersebut (Darmadji dan Fakhruddin, 2003: 5
).
Penentuan kelayakan saham untuk dimiliki, diukur dengan besar kecilnya Excess
Return yaitu suatu hubungan antara tingkat pengembalian yang diharapkan dengan
tingkat pengembalian yang disyaratkan ( mengandung resiko yang minimal atau bebes
risiko) dari saham tersebut (Husnan,2005:253).
Dalam analisis dan pembahasan ini kita sebagai calon investor harus
memperhitungkan hal sebagai berikut :
Perhitungan Besarnya Dividen Yield
Dividen Yield merupakan perbandingan antara besarnya dividen yang diharapkan
dengan harga saham saat ini ( dalam hal ini harga saham pada bulan ). Dimana
perbandingan besarnya dividen Yield adalah :
dividen yang diharapkan
𝐷𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛 𝑌𝑖𝑒𝑙𝑑 = ℎ𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑠𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑠𝑎𝑎𝑡 𝑖𝑛𝑖

Tetapi sebelumnya itu kita harus mengetakui besarnya:


 Earning Pershare ( EPS )
Informasi yang tercantum dalam laporan laba rugi dalam laporan keuangan
diperlukan oleh para calon investor dan manajemen sebagai bahan untuk
menganalisis nilai bersih perlembar saham ( EPS ) yang merupakan unsur yang
penting dalam melakukan laporan keuangan. Informasi ini berguna bagi para
pemegang saham untuk menilai kinerja perusahaan tersebut. Jika hasil dari EPA
mendekati 10% maka pendapatan tersebut dinyatakan baik. Cara Menghitung
Earning Pershare (EPS) :

Laba Bersih Setelah Pajak (EAT)


𝐸𝑎𝑟𝑛𝑖𝑛𝑔 𝑃𝑒𝑟𝑠ℎ𝑎𝑟𝑒 =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ ℎ 𝐿𝑒𝑚𝑏𝑎𝑟 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝐵𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟
 Return On Equity (ROE)
Tingkat keuntungan modal sendiri atau Return On Equity (ROE) adalah
merupakan perbandingan antara tingkat pendapatan persaham (EPS) dengan nilai
buku perlembar saham.
Jumlah h Modal Sendiri
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐵𝑢𝑘𝑢 𝑃𝑒𝑟𝑙𝑒𝑚𝑏𝑎𝑟 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 =
𝐽𝑢𝑚𝑙𝑎ℎ ℎ 𝐿𝑒𝑚𝑏𝑎𝑟 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝐵𝑒𝑟𝑒𝑑𝑎𝑟
Selanjutnya kita mengetahui besarnya nilai buku perlembar saham, maka
besarnya tingkat keuntungan modal sendiri ( ROE ) dapat dihitung yaitu EPS
dibagi dengan nilai buku perlembar saham.
Laba Bersih Perlembar Saham (EPS)
𝑅𝑒𝑡𝑢𝑟𝑛 𝑂𝑓 𝐸𝑞𝑢𝑖𝑡𝑦 (𝑅𝑂𝐸) =
𝑁𝑖𝑙𝑎𝑖 𝐵𝑢𝑘𝑢 𝑃𝑒𝑟𝑙𝑒𝑚𝑏𝑎𝑟 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚
 Deviden Pay Out Ratio dan Flow Back Ratio
Deviden Pay Out Ratio dihitung berdasarkan pendapatan dividen perlembar
saham yang di bagikan kepada para pemegang saham. Berdasarkan data yang
telah dikeluarkan oleh Bursa Efek Indonesia, kita bisa melihat besarnya dividen
per lembar saham emiten. Perhitungan Deviden Pay Out Ratio adalah sebagai
berikut:
𝐷𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛
𝐷𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛 𝑃𝑎𝑦 𝑂𝑢𝑡 𝑅𝑎𝑡𝑖𝑜 =
Laba Bersih Perlembar Saham (EPS)
Dimana besarnya Flow Back Ratio merupakan hasil pengurangan angka 1
( 100% ) dengan besarnya Dividen pay Out Ratio. Perhitungan Flow Back Ratio
adalah sebagai berikut:
Flow back Ratio = 1 – Deviden Pay Out Ratio
 Besarnya Tingkat Pertumbuhan Dividen Saham Perusahaan (Rate Of Growth)
Besarnya tingkat Pertumbuhan dividen saham adalah merupakan bagian yang
sangat berpengaruh terhadap besarnya tingkat hasil atas saham yang
bersangkutan, yaitu terdiri dari tingkat pendapatan dividen dan selisih harga
saham yang bersangkutan (Capital Gains ). Rate of Growth ( g ) sangat
dipengaruhi oleh besarnya keuntungan yang diinvestasikan kembali untuk
pertumbuhan dan perkembangan perusahaan ( flow back Ratio ) dengan besarnya
tingkat keuntungan modal sendiri ( ROE ). Tingkat pertumbuhan dapat dihitung
sebagai berikut:
Growth(g) =Flow Back Ratio x Tingkat Keuntungan Modal Sendiri (ROE)
 Besarnya Dividen yang Diharapkan Pada Masa Mendatang
Penentuan besarnya dividen yang diharapkan pada masa mendatang dihitung
berdasarkan tingkat pertumbuhan dividen dikalikan dengan besarnya dividen
perlembar saham yang telah dibagikan pada tahun sebelumnya, selanjutnya hasil
perkalian tersebut ditambahkan dengan dividen perlembar saham yang telah
dibagikan kepada pemegang saham tersebut. Estimasi dividen yang akan diterima
pada tahun adalah :
Dividen yang diharapkan (D1) = Dividen periode lalu (1+Growth)1
Setelah Perhitungan dividen yang diharapkan, maka selanjutnya menghitung
besarnya Dividen Yield dengan cara :
𝐷𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝐷𝑖ℎ𝑎𝑟𝑎𝑝𝑘𝑎𝑛
𝐷𝑖𝑣𝑖𝑑𝑒𝑛 𝑌𝑖𝑒𝑙𝑑 =
Harga Saham Saat Ini
 Perhitungan Capital Gains Yield
Capital Gains Yield adalah pendapatan yang diperoleh pemegang saham dari
selisih antara harga jual denganharga beli saham. Untuk menghitung besarnya
Capital Gains Yield digunakan rumus:
𝐾𝑒𝑛𝑎𝑖𝑘𝑎𝑛 𝐻𝑎𝑟𝑔𝑎 𝑆𝑎ℎ𝑎𝑚 𝑦𝑎𝑛𝑔 𝐷𝑖ℎ𝑎𝑟𝑎𝑝𝑘𝑎𝑛
𝐶𝑎𝑝𝑖𝑡𝑎𝑙 𝐺𝑎𝑖𝑛𝑠 𝑌𝑖𝑒𝑙𝑑 =
Harga Saham Saat Ini
Untuk itu, sebelumnya kita perlu menghitung estimasi harga saham yang
diharapkan dengan cara :
Harga Saham yang Diharapkan (P1) = Harga Saham Saat Ini (1+Growth)1
 Perhitungan Tingkat Hasil Atas Saham (Total Return) / Tingkat Pengembalian
yang Diharapkan
 Bagi pemegang saham biasa hasil yang diharapkan terdiri dari dividen yield dan
capital gains yield. Jadi return dari suatu saham dapat dirumuskan sebagai berikut:
Total Return = Dividen Yield + Capital Gains Yield
 Penentuan Tingkat Pengembalian yang Disyaratkan Dari Saham
Risiko sebagai Beta merupakan perbandingan antara naik turunnya Index Harga
Saham Individu ( IHSI ) dengan naik turunya Index harga Saham Gabungan
(IHSG).
𝑛Σ(𝑥𝑦) − Σ𝑥Σ𝑦
𝛽=
nΣ𝑥 2 − (Σ𝑥)2
Tingkat Pengembalian bebas risiko diambil dari bank pemerintah (karena paling
aman), dimana tingkat bunga deposito tertinggi selama satu tahun dari bank Jatim,
sebesar 4,25% pertahun (Rf) Pengembalian saham ( RM ) ini merupakan tingkat
pengembalian yang disyaratkan (Rj) cara menghitungnya adalah:
Rj = Rf + (RM – Rf ) x βj
 Penetuan Kelayakan Saham
Apabila hasil Excess Return tersebut negatif, yang berarti tingkat pengembalian
yang diharapkan lebih kecil dari tingkat pengembalian yang disyaratkan maka
saham tersebut tidak layak untuk dimiliki. Dan sebaliknya apabila hasil Excess
Return tersebut positif, yang berarti tingkat pengembalian yang diharapkan lebih
besar dari tingkat pengembalian yang disyaratkan maka saham tersebut layak
untuk dimiliki. Berikut ini merupakan perhitungan Excess Return:
Excess Return = E(Rj) – R

6. Pengambilan Keputusan dalam Berbagai Kondisi


Tindak lanjut dalam bidang investasi yang terpenting adalah pengambilan
keputusan (decision making). Ada berbagai kondisi yang sering muncul dalam
pengambilan keputusan namun secara umum dapat dibagi menjadi tiga saja, yaitu:
a) Kondisi Pasti
Dalam kondisi pasti proses pengambilan keputusan yang dilakukan adalah
berlangsung tanpa ada banyak alternatif, keputusan yang diambil sudah jelas
pada fokus yang dituju. Ada beberapa teknik yang bisa dipergunakan sebagai
penyelesaian pengambilan keputusan dalam kondisi pasti ini, yaitu
menggunakan program linier atau secara aljabar linier, dan analisis jaringan
kerja.
b) Kondisi Tidak Pasti
Pada kondisi seperti ini proses lahirnya keputusan lebih sulit atau lebih kompleks
dalam artian keputusan yang dibuat belum diketahui nilai probabilitas atau hasil
yang mungkin diperoleh. Situasi seperti ini dimungkinkan sekali terjadi
dikarenakan minimnya informasi yang diperoleh baik informasi yang sifatnya
hasil penelitian maupun rekomendasi lisan yang bisa dipercaya. Hal ini dapat
menggunakan:
1) Metode Laplace → proses pengambilan keputusan dengan asumsi bahwa
probabilitas terjadinya berbagai kondisi adalah sama besarnya.
2) Metode Maximax → proses pengambilan keputusan dengan hanya
mengutamakan hasil yang paling optimistik dan mengabaikan sisi lain yang
mungkin terjadi.
3) Metode Maximin→ proses pengambilan keputusan dengan memilih
alternatif yang minimalnya paling besar.
4) Metode Regret → proses pengambilan keputusana dengan didasari pada
hasil keputusan yang maksimal berdasarkan data pada masa lalu sebagai
bahan perbandingannya.
5) Metode Realism→proses pengambilan keputusan dengan menggabungkan
metode maximax dan maximin.
H. Contoh Kasus
Skema Ponzi mungkin masih asing di telinga kita, tapi tanpa kita sadari
skema ini sebenarnya sudah ada Indonesia dari dulu. Sangat banyak investasi jenis
ini diiklankan melalui media masa. Istilah Ponzi diambil dari nama Charles Ponzi
seorang imigran Italia yang menjadi penasehat keuangan (financial advisor) di
Amerika Serikat. Pada tahun 1920-an, Ponzi diperkarakan dalam kasus penipuan
yang merugikan nasabahnya sekitar US $15 juta. Skema ini menawarkan investasi
dengan tingkat keuntungan jangka pendek yang sangat tinggi mulai dari 20%
hingga 50%.
Broker dalam skema Ponzi berusaha menarik sebanyak mungkin nasabah
untuk membayar nasabah sebelumnya. Jadi investor pertama akan dibayar dari
dana yang didapatkan dari nasabah kedua dan berikutnya. Keuntungan ekstra
tinggi yang didapatkan nasabah tersebut akan menjadi daya tarik bagi nasabah
tersebut untuk menambah lagi investasi mereka dan menarik investor baru untuk
menginvestasikan dana mereka. Akan menjadi masalah ketika jumlah investor
baru berkurang dan terjadi rush (penarikan besar-besaran). Ketika terjadi rush,
perusahaan tidak memiliki likuiditas yang cukup untuk membayar uang investor.
Skema inilah yang dipakai Madoff. Perusahaan sekelas BNP Paribas,
Nomura Holding dan Zurich’s Neue Private Bank ikut tertipu dengan nama harum
seorang Madoff. Kilaunya permata investasi yang ditawarkan dalam kasus ini
juga telah membawa kebangkrutan kepada beberapa organisasi sosial
seperti Robert I. Lappin Charitable Foundation, the Picower Foundation, dan
the JEHT Foundation. Sulit juga mengatakan kasus reksadana Antaboga di Bank
Century memakai skema ini. Tapi pada prinsipnya kasus reksadana tersebut sama
memberikan imingan keuntungan yang tinggi bagi investor seperti layaknya
skema Ponzi.
Ketidak hati-hatian dalam berinvestasi juga dilakukan perusahaan sekelas
Lehman Brother. Kebangkrutan perusahaan keuangan yang memiliki asset
sebesar US $600 billion ini merupakan kebangkrutan terbesar dalam sejarah
Amerika Serikat. Penyebabnya adalah krisis Subprime Mortgages yang melanda
Amerika Serikat. Subprime Mortgages betul-betul menjadi virus yang mematikan
bagi industri keuangan Amerika Serikat.
Subprime Mortgage adalah kredit perumahan yang diberikan kepada
orang-orang yang memiliki risiko gagal bayar tinggi. Mereka adalah yang
berpenghasilan sangat rendah, memiliki sejarah gagal bayar kredit, pernah
mengalami kebangkrutan dan orang-orang yang pernah memiliki kredit diatas
batas kemampuan mereka. Pasar ini pada awalnya sangat menarik ketika
perusahaan keuangan memiliki kelebihan likuiditas dan kredit perumahan (prime
mortgage) mengalami kejenuhan pasar. Mereka yang tergolong subprime lenders
ditawari kredit perumahan baik itu pembukaan kredit baru atau pembaharuan
kredit (refinancing). Bulan-bulan pertama mereka masih bisa mencicil kredit, tapi
bulan-bulan berikutnya mereka tidak lagi bisa membayar cicilan pokok dan bunga
yang relatif lebih besar dibandingkan pinjaman lain.
Krisis inilah yang membawa Lehman Brothers dan perusahaan keuangan
lainnya seperti perusahaan keuangan raksasa Countrywide terjun bebas kedalam
krisis keuangan yang semakin dalam. Mereka tidak saja ekspansi pada pemberian
kredit subprime mortgage, tapi juga ikut dalam perdagangan sekuritas yang
underlying asset-nya adalah subprime mortgage. Majalah Time memasukkan dua
punggawa perusahaan keuangan ini kedalam sepuluh besar dari 25 orang yang
patut dipersalahkan dalam krisis keuangan Amerika Serikat dan dunia.
Kasus ketidakhati-hatian investasi di Indonesia juga tidak kalah menarik.
Dalam satu dasawarsa ini, beberapa bank besar mengalami kredit macet yang
nilanya triliyunan rupiah. Sebenarnya, gejolak di industri perbankan kita bukanlah
hal yang baru dan asing. Tahun 1992, salah satu contohnya, Bank Summa harus
mengalami kalah kliring yang berujung pada terjadinya rush. Kekurangan
likuiditas akibat ekspansi dana yang tidak tepat telah membawa kehancuran pada
bank ini. Dana nasabah yang mayoritas dalam bentuk tabungan (sumber jangka
pendek) diinvestasikan pada industri properti yang aliran kasnya bersifat jangka
panjang. Kasus ini mirip dengan Northern Rock di Inggris yang bahkan lebih
berani lagi, menggunakan fasilitas pinjaman antar bank (wholesale market) yang
notabennya untuk menjaga likuiditas sebuah bank untuk diinvestasikan pada
kredit perumahan. Kasus Northen Rock akhirnya memaksa pemerintah Inggris
menasionalisasi bank yang berpusat di Newcastle tersebut. Walaupun tidak
sampai dilikuidasi seperti Bank Summa, tapi penyebab kebangkrutannya sama
yaitu ketidak-hatian ketika melakukan investasi jangka panjang dengan
menggunakan sumber dana jangka pendek.
Industri keuangan kita mungkin tidak akan lupa dengan nama Dicky
Iskandardinata. Mantan direktur utama Bank Duta pada era 1990-an ini terlibat
perdagangan valuta asing yang merugikan bank tersebut hampir Rp 800 milyar,
angka yang terbilang cukup besar di masa itu. Investasi derivatif yang
dilakukannya telah membawa bencana kepada perusahaan. Dengan modus yang
berbeda Dicky kembali menampar industri keuangan Indonesia. Dengan
menggunakan L/C fiktif, Dicky dan teman-temannya berhasil menaklukkan
jajaran direksi Bank BNI untuk mengucurkan mega kredit yang nilainya triliyunan
rupiah. ECW Neloe, mantan direktur utama Bank Mandiri, saat ini harus
menjalani hidupnya dipenjara akibat kesalahan dalam pengucuran kredit. Hal ini
menyiratkan, walaupun jajaran direksi perbankan yang notabenenya memiliki
keahlian investasi yang bagus, mereka juga harus jatuh dalam jurang investasi
yang salah.

Apa yang bisa dipelajari?

Ada beberapa pelajaran yang bisa diambil dari kasus-kasus di atas.


Pertama, sebelum melakukan investasi pada instrumen finansial baik itu di pasar
uang ataupun pasar modal, pelajari dulu apa itu investasi. Dalam investasi, ada
dua hal yang sangat mendasar diketahui, yaitu keuntungan (return) dan resiko
(risk). Dua unsur ini berhubungan lurus, sehingga dikenal istilah high risk, high
return. Jika seseorang mengharapkan keuntungan yang lebih besar, maka
kompensasinya dia harus bersiap dengan resiko yang lebih besar.
Ketika seseorang membeli obligasi perusahaan, keuntungan (coupon)
yang didapatkan biasanya lebih tinggi daripada keuntungan obligasi pemerintah.
Tapi bersiap-siap mengahadapi risiko yang lebih besar seperti gagal bayar (default
risk) dan risiko tingkat suku bunga. Kalau kita membaca beberapa iklan investasi
di media masa yang menawarkan keuntungan tinggi dengan risiko rendah adalah
sesuatu yang mustahil. Tidak ada dalam investasi prinsip low risk, high return,
atau bisa dikatakan mustahil.
Keuntungan adalah kombinasi keuntungan bebas risiko seperti tingkat
suku bunga obligasi pemerintah ditambah dengan premi risiko dari sebuah
instrumen investasi. Jadi kalau saat ini, jika ada investasi yang menawarkan
keuntungan ekstra tinggi seperti 25% atau lebih dalam jangka pendek, harus
disikapi dengan kehati-hatian. Mungkin investor sebelumnya mendapatkan
keuntungan ekstra tinggi, namun bisa jadi investasi ini merupakan praktek skema
Ponzi, dimana keuntungan tersebut dibayar dengan dana yang didapat dari
investor sesudahnya.
Kedua, seseorang atau lembaga yang memiliki keinginan berinvestasi
harus punya tujuan (goal) terhadap apa yang diinvestasikan. Akan kelihatan aneh
ketika seseorang membeli produk derivatif (turunan) dengan tujuan menyimpan
uang semata. Karena produk ini, seperti opsi dan produk berjangka, nilai
investasinya relatif lebih fluktuatif. Kalau seorang investor memiliki tujuan
hedging (berjaga-jaga) dan spekulasi terhadap gejolak harga sebuah produk
investasi ataupun komoditas, produk derivatif adalah pilihan yang tepat.
Dalam kasus Reksadana Antaboga yang melibatkan Bank Century
misalnya, mayoritas nasabah sepertinya cenderung bertujuan spekulasi dengan
menanamkan uang mereka pada reksa dana Antaboga yang disinyalir tidak
memiliki izin Bapepam. Kalau tujuannya memang spekulasi keuntungan tinggi,
produk semacam ini mungkin bisa dianggap sebagai pilihan. Kembali kepada
konsep investasi, megharapkan keuntungan ekstra harus bersiap dengan risiko
ekstra juga, seperti gagal bayar.
Ketiga, prinsip kehati-hatian terhadap suatu produk investasi harus selalu
dijadikan landasan sebelum mengambil keputusan investasi. Analisis keuntungan
dan risiko harus selalu beriringan dalam berinvestasi. Pemilihan instrument
investasi yang tepat akan meminimalisir kegagalan. Simpanan di bank misalnya,
baik itu tabungan atau deposito, bisa dijadikan sebagai salah satu alternatif
investasi bagi mereka yang betul-betul ingin menghindari risiko, apalagi dengan
adanya penjaminan simpanan oleh pemerintah melalui Lembaga Penjamin
Simpanan (LPS). Obligasi pemerintah juga memiliki risiko yang sangat rendah,
bahkan kadang dikelompokkan sebagai investasi bebas risiko. Ditingkat
selanjutnya, instrument pasar modal seperti saham dan obligasi risikonya relatif
berfluktuasi, tapi juga menjanjikan keuntungan yang berfluktuasi juga.
Namun, instrumen-instrumen yang memiliki legalitas dari pemerintah
seperti deposito, saham, obligasi, reksadana dan lain-lain tetap bisa dicarikan
celah bagi sekelompok orang untuk melakukan penipuan. Konsultasi dengan
konsultan keuangan (financial advisor) adalah salah satu alternatif untuk
menghindari penipuan dan kegagalan investasi akibat ketidakpahaman tentang
investasi. Selanjutnya, kehati-hatian juga bisa diwujudkan dengan diversifikasi
investasi, dimana seluruh dana tidak hanya diinvestasikan pada satu asset, tapi
harus disebar kebeberapa asset. Tujuannya tak lain adalah untuk menyebar risiko.
Istilah “don’t put your eggs in one basket (jangan letakkan telur-telurmu dalam
satu keranjang” sebagai dasar diversifikasi merupakan istilah yang tidak akan
pernah bisa terpisahkan dalam investasi.
Jadi, kegagalan investasi bisa dialami siapa saja. Ketidakhati-hatian
adalah kunci kegagalan tersebut. Masyarakat betul-betul harus mempelajari
terlebih dulu sebuah produk investasi yang ditawarkan. Keuntungan yang tinggi
pasti akan dihadapkan dengan risiko yang lebih tinggi pula. Kenyataan, kalau
istilah “tidak ada makan siang yang gratis (no free lunch)” bukan hanya sebuah
ungkapan semata dalam bisnis dan investasi. (FA)

I. Ilustrasi Video Sesuai dengan Objek Pembahasan


J. Kesimpulan Pembahasan
Risiko adalah tingkat ketidakpastian akan terjadinya sesuatu atau
tidak terwujudnya sesuatu tujuan, pada suatu kurun atau periode waktu tertentu
(time period). Dan cara mengelola resiko, yaitu memperkecil resiko, mengalihkan
resiko, mengontrol resiko, pendanaan resiko. Dalam manajemen investasi, tingkat
keuntungan disebut dengan return. Return dari suatu aset adalah tingkat
pengembalian atau hasil yang diperoleh akibat melakukan
investasi. Return merupakan salah satu faktor yang memotivasi investor untuk
berinvestasi karena dapat menggambarkan secara nyata perubahan harga.
Return dan risiko mempunyai hubungan yang positif, semakin besar risiko
(risk) yang ditanggung, semakin besar pengembalian (return) yang harus
dikompensasikan. Sebaliknya, semakin kecil return yang diharapkan, semakin
kecil risiko yang ditanggung.
K. Sumber, Referensi, Daftar Pustaka
Keown, Arthur J. Manajemen Keuangan. PT Indeks. Jakarta: 2004 /edisi
kesepuluh/jilid 2
https://ejournal.stiesia.ac.id/jirm/article/view/771
http://repository.widyatama.ac.id/xmlui/bitstream/handle/123456789/3209/Bab
%202.pdf?sequence=7
http://repository.unikama.ac.id/409/6/6.%20Resiko%20dan%20Tingkat%20Pen
gembalian.pdf
http://kushinamaoleen.blogspot.co.id/2013/06/contoh-makalah-manajemen-
keuangan-risk.html
https://www.academia.edu/18369664/Manajemen_Keuangan_-
_Risk_and_Return

Anda mungkin juga menyukai