Anda di halaman 1dari 25

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Biaya produksi telah menjadi perhatian semua perusahaan karena

berhubungan erat dengan kelancaran produksi. Kontinuitas produksi sangat

bergantung kepada kemampuan perusahaan untuk membiayai semua aktivitas

produksi. Alokasi biaya perusahaan sedemikian rupa diarahkan untuk

menciptakan efisiensi , yaitu suatu keadaan di mana benefit yang dihasilkan

melebihi dari besarnya biaya yang dikeluarkan. Bahkan bagi perusahaan yang

memiliki kemampuan pembiayaan yang besar dapat menggunakan teknologi

mutakhir untuk melakukan produksi dalam skala besar sehingga tercipta skala

ekonomis. Bagi perusahaan dengan kemampuan pembiayaan terbatas, dapat

mengusahakan sumber pembiayaan pihak ketiga seperti hutang bank, hutang

pada mitra usaha, dan penjualan saham. Sebaliknya bagi perusahaan tertentu,

kadangkala sulit mengendalikan biaya karena luasnya jaringan usaha sehingga

terjadi skala tidak ekonomis, yaitu suatu keadaan dimana tambahan biaya

melenihi dari benefit yang diperoleh perusahaan. Oleh sebab itu analisa biaya

produksi mendapat perhatian dalam kajian ekonomi mikro.

Biaya Produksi dalam pembahasan ini mengupas beberapa segmen

biaya, antara lain meliputi : batasan biaya, karakteristik biaya dalam jangka

pendek dan jangka panjang, jenis-jenis biaya, criteria analisis untuk

mendapatkan biaya minimum dalam aktivitas produksi, dan proses terjadinya

skala ekonomis dan skala tidak ekonomis

1
B. Rumusan Masalah

Dari latar belakang di atas dapat ditarik beberapa masalah :

1) Apa yang dimaksud Biaya Produksi ?

2) Apa saja konsep biaya produksi ?

3) Bagaimana fungsi dan kurva biaya produksi jangka pendek ?

4) Bagaimana fungsi dan kurva biaya produksi jangka panjang ?

C. Tujuan Penulisan

Makalah ini kami buat untuk memenuhi tugas mata kuliah Pengantar

Manajemen dan Bisnis serta untuk menambah wawasan tentang (i) pengertian

biaya produksi, (ii) konsep biaya produksi, (iii) fungsi dan kurva biaya

produksi jangka pendek (iv) fungsi dan kurva biaya produksi jangka panjang.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Biaya Produksi

Biaya produksi adalah keseluruhan biaya yang dikeluarkan oleh

perusahaan untuk mendanai aktivitas produksi. Bagi perusahaan modern

semua aktivitas produksi selalu mendapat perhatian manajemen untuk didanai

betapun kecil aktivitas produksi tersebut. pada saat yang sama manajemen

perusahaan juga mengevaluasi dampak dari aktivitas produksi yang telah

dibiayai terhadap peningkatan nilai perusahaan. Dalam kaitannya dengan

biaya ini, selalu melekat dengan obsesi perusahaan untuk meningkatkan nilai

perusahaan. Peningkatan nilai perusahaan adalah titik akhir dari mata rantai

mulai dari penggunaan input, proses produksi, hasil produksi, permintaan

konsumen, keuntungan perusahaan dan tanggung jawab social perusahaan.

Setiap mata rantai tersebut melekat dengan biaya. Semakkin besar kemampuan

perusahaan membiayai setiap mata rantai tersebut, semakin besar kemungkinan

perusahaan uhntuk meningkatkan nilai perusahaan. Sebaliknya, semakin kecil

kemampuan perusahaan untuk membeli bahan baku, membiayai proses

produksi, mengawasi hasil produksi, mengefektifkan permintaan konsumen,

mengatur keuntungan perusahaan , dan mewujudkan tanggung jawab social

perusahaan, maka semakin kecil pula kemungkinan perusahaan tersebut dapat

meningkatkan nilai perusahaan.

Biaya produksi diharapkan bisa minimal, tetapi harus dipahami secara

integrative dengan hasil produksi. Dalam hal ini dimaksudkan bahwa

3
perbandingan antara hasil produksi harus melebihi dari biaya yang

dikeluarkan, dan sejauh dalam rasio perbandingan tersebut biaya diharapkan

bisa minimal. Biaya yang meningkat tidak selalu buruk, asal peningkatan biaya

tersebut berdampak terhadap peningkatan produksi yang lebih besar.1

B. Konsep Biaya dapat dilihat dari beberapa segi:

1) Segi pembagian ada biaya eksplisit atau biaya riel, yaitu biaya yang betul-

betul diluluskan perusahaan sampai tenaga kerja serta gedung, listrik dan

sebagainya. Sedangkan biaya implisit berupa biaya kesempatan (

Opportunity Cost )

2) Segi waktu ada biaya jangka pendek ( short run ) dan jangka panjang ( long

run ) yang sering Disebut teori biaya tradisional 2

C. Fungsi dan Kurva Biaya Produksi Jangka Pendek

Dalam biaya produksi ini dibagi menjadi biaya total, biaya rata –rata,

dan biaya marjinal.

1. Biaya Total

Biaya total adalah keseluruhan jumlah biaya produksi yang dikeluarkan.

Jenis – jenis biaya produksi :

a) Biaya Total ( TC )

Keseluruhan jumlah biaya produksi yang dikeluarkan dinamakan

biaya total. Kolom (5) dalam table di bawah ini menunjukkan biaya yang

dikeluarkan oleh produsen pada berbagai jumlah tenaga kerja yang

1
Agung Abdul Rasul, Ekonomi Mikro, Mitra Wacana Media, Jakarta, 2012, hal.137
2
Dr.Masyhuri, Ekonomi Mikro, UIN Malang, Malang, 2007, hal.173

4
digunakan. Biaya total didapat dari menjumlahkan biaya tetap total

(TFC) dan biaya berubah total (TVC). Dalam table, biaya total

ditunjukkan dalam kolom (5). Biaya ini dihitung dari menjumlahkan

angka di kolom (3) dan (4) yang secara berurutan menjelaskan tentang

biaya tetap total dan biaya berubah total. Dengan demikian, biaya total

dapat dihitung dengan rumus :


TC = TFC + TVC

TC : Total Cost (Biaya Total)

TFC : Total Fixed Cost (Biaya Tetap Total)

TVC : Total Variabel Cost (Biaya Berubah Total)

b) Biaya Tetap Total (TFC)

Keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh factor

produksi (input) yang tidak dapat diubah jumlahnya dinamakan biaya

tetap total. Misal, membeli mesin dan mendirikan bangunan pabrik.

Dalam table 10.1 besarnya biaya tetap total yang ditunjukkan dalam

kolom (3) adalah Rp 50000.

c) Biaya Berubah Total (TVC)

Keseluruhan biaya yang dikeluarkan untuk memperoleh factor

produksi yang dapat berubah jumlahnya disebut biaya berubah total.

Dimisalkan bahwa factor produksi yang dapat berubah jumlahnya adalah

tenaga kerja. Setiap tenaga kerja yang digunakan memperoleh

pendapatan sebesar Rp 50000. Bahan-bahan mentah merupakan variable

yang berubah jumlah dan nilainya dalam proses produksi. Semakin tinggi

produksi, semakin banyak bahan mentah yang diperlukan. Oleh sebab

5
itu, perbelanjaan atas bahan mentah diabaikan. Oleh sebab itu biaya

berubah biasanya merupakan perbelanjaan untuk membayar tenaga kerja

yang digunakan. Berdasarkan pada tabel 10.1, biaya berubah total

ditunjukkan pada kolom (4).

Jumlah Jumlah B.Tetap B.Berubah Biaya Biaya B.Tetap B.Berubah B.Total

Pekerja Produksi Total Total Total Marjinal Ratarata Rata-rata Ratarata

(1) (2) (3) (4) (5) (6) (7) (8) (9)

0 0 50 0 50 - - - -

1 2 50 50 100 25 25 25 50

2 6 50 100 150 12,5 12,5 16,7 25

3 12 50 150 200 8,3 8,3 12,5 16,7

4 20 50 200 250 6,25 6,25 10 12,5

5 27 50 250 300 7,1 7,1 9,3 11,1

2. Biaya Rata – Rata

a) Biaya Tetap Rata – Rata (AFC)

Apabila biaya tetap total (TFC) untuk memproduksi sejumlah

barang tertentu dibagi dengan jumlah produksi, maka diperoleh biaya

tetap rata-rata. Rumus untuk menghitung biaya tetap rata-rata :

AFC : Average Fixed Cost (Biaya Tetap Rata- Rata)


𝑇𝐹𝐶
𝐴𝐹𝐶 = TFC : Total Fixed Cost (Biaya Tetap Total)
𝑄

Q : Quantity ( jumlah produksi)

Dalam tabel di atas, biaya tetap rata-rata ditunjukkan dalam

kolom (7), dan angka tersebut diperoleh dengan membagi nilai biaya

6
tetap total (3) dengan jumlah produksi (2) pada setiap jumlah tenaga

kerja yang digunakan.

b) Biaya Berubah Rata – Rata (AVC)

Apabila biaya berubah total (TVC) untuk memproduksi

sejumlah barang dibagi dengan jumlah produksi tersebut, nilai yang

diperoleh adalah biaya berubah rata-rata. Dapat dihitung dengan

rumus:

AVC:Average variable cost(biaya berubah rata-rata)


𝑇𝑉𝐶
𝐴𝑉𝐶 = TVC : Total variable cost (biaya berubah total)
𝑄

Q : Quantity (jumlah produksi)

Dalam table di atas, biaya berubah rata-rata ditunjukkan dalam

kolom (8) , dan angka tersebut diperoleh dengan membagi nilai biaya

berubah total (4) dengan jumlah produksi (2).

c) Biaya Total Rata – Rata (AC)

Apabila biaya total (TC) untuk memproduksi barang tertentu

dibagi dengan jumlah produksi tersebut, nilai yang diperoleh adalah

biaya total rata-rata. Nilainya dihitung dengan rumus :

𝑇𝐶 atau AC = AFC + AVC


𝐴𝐶 =
𝑄

Dalam table di atas, biaya total rata-rata ditunjukkan dalam

kolom (9). Untuk mendapatkan angka tersebut, ada dua cara yang

dapat digunakan. Yang pertama adalah dengan membagi total biaya

7
(5) dengan jumlah produksi (2). Cara yang kedua adalah dengan

menambahkan biaya tetap rata-rata (7) dan biaya berubah rata-rata (8).

3. Biaya Marginal (MC)

Kenaikan biaya produksi yang dikeluarkan untuk menambah

produksi sebanyak satu unit dinamakan biaya marjinal. Dengan demikian,

biaya marjinal dapat dicari dengan rumus :

MCn = TCn – TCn-1

Dimana, MCn : biaya marjinal produksi ke-n

TCn : biaya total pada waktu jumlah produksi adalah n

TCn-1: biaya total pada waktu jumlah produksi adalah n-1

Akan tetapi, pada umumnya pertambahan satu unit factor

produksi akan menambah beberapa unit produksi. Sebagai contoh, pada

table di atas, misalkan jumlah tenaga kerja bertambah dari 2 menjadi 3.

Dapat dilihat bahwa produksi bertambah dari 6 menjadi 12 unit dan biaya

produksi bertambah sebanyak Rp 50000, yaitu dari sebanyak Rp 150000

menjadi Rp 200000. Maka, biaya marjinalnya adalah Rp 50000 : 6 unit

= Rp 8333.3

D. Faktor – faktor Penentu Biaya Jangka Pendek

Biaya variable dan biaya total meningkat bersamaan dengan output

dalam jangka pendek. Laju peningkatan biaya ini bergantung pada proses

produksi itu sendiri, khususnya sejauh mana produksi melibatkan

3
Sadono sukirno, Mikroekonomi Teori Pengantar, Rajawali Pers, Jakarta, 2012 hal.209-212

8
pengembalian marjinal yang menurun (diminishing marginal return) pada

factor-faktor variable. Diminishing marginal return untuk tenaga kerja terjadi

apabila produk marjinal tenaga kerja turun. Bila tenaga kerja merupakan satu-

satunya factor yang variable, apa yang terjadi bila kita menaikkan tingkat

output perusahaan ? untuk menghasilkan lebih banyak output, perusahaan

harus memperkerjakan lebih banyka tenaga kerja. Jika produk marjinal tenaga

kerja menurun cepat Karena penambahan jumlah tenaga kerja (karena

diminishing return) pengeluaran yang sangat besar harus dilakukan untuk

memproduksi output dengan laju yang lebih cepat. Akibatnya, biaya variable

dan biaya total meningkat cepat jika tingkat output dinaikan. Dilain pihak, jika

produk marjinal hanya turun sedikit karena jumlah tenaga kerja meningkat,

biaya tidak akan naik begitu cepat bila tingkat output naik. 4

E. Bentuk Kurva Biaya Jangka Pendek

1) Kurva Biaya-Biaya Total

4
Robert S Pindyck, mikroekonomi, Indeks, Jakarta, 2007,Hal.244

9
Dalam gambar diatas digambarkan 3 jenis kurva yang termasuk dalam

golongan kurva-kurva biaya total rata-rata, yaitu:

 Kurva TFC yang menggambarkan biaya tetap total

 Kurva TVC yang menggambarakan biaya berubah total

 Kurva TC yang menggambarkan biaya total

Kurva TVC bentuknya adalah horizontal karena nilainya tidak berubah

walau berapapun banyaknya barang yang diproduksinya. Sedangkan kurva

TVC bermula dari titik 0 dan semakin lama semakin bertambah tinggi. Ini

menggambarkan bahwa (i) ketika tidak ada produksi , TVC =0 dan (ii) semakin

besar produksi semakin besar nilai biaya berubah total (TVC). Bentuk kurva

TVC yang pada akhirnya semakin tegak menggambarkan bahwa produksi

dipengaruhi oleh hukum hasil lebih yang semakin berkurang.

Hukum tersebut menimbulkan efek berikut ke atas kurva TVC : (i) pada

permulaannya,apabila jumlah factor berubah adalah sedikit, produksi marjinal

meningkat dan menyebabkan TVC berbentuk agak landau tapi, apabila (ii)

produksi semakin banyak, produksi marjinal semakin berkurang dan

menyebabkan kurva TVC semakin tegak.

Kurva TC adalah hasil dari penjumlahan kurva TFC dan TVC. Oleh

sebab itu, kurva TC bermula dari pangkal TFC, dan kalau ditarik garis tegak

diantara TVC dan TC, panjang garis tersebut sama dengan jarak diantara TFC

dengan sumbu datar. Di samping dengan menjumlahkan TFC dan TVC, kurva

10
TC dapat juga dibuat berdasarkan angka-angka total pada kolom (5) table di

atas.

2) Kurva Biaya Rata-Rata

Kurva biaya tetap rata-rata berbentuk menurun dari kiri atas ke

kanan bawah. Bentuk yang demikian disebabkan karena ia

menggambarkan bahwa semakin besar jumlah produksi, maka semakin

kecil biaya rata-rata.

Kurva-kurva AVC,AC, dan MC mendekati huruf U. bentuk

kurva yang seperti itu mencerminkan bahwa kegiatan produksi

dipengaruhi oleh hukum hasil lebih yang semakin berkurang,yaitu pada

waktu produksi masih sangat rendah pertambahan sejumlah tertentu

biaya produksi akan menyebabkan pertambahan yang besar terhadap

jumlah produksi, tetapi apabila produksi telah menjadi semakin banyak,

sejumlah tertentu biaya produksi akan menimbulkan pertambahan

produksi yang semakin sedikit. Sebagai akibat dari keadaan ini,pada

11
waktu jumlah produksi sedikit, kurva-kurva AVC, AC, dan MC

menurun, dan pada waktu jumlah produksi sudah semakin meningkat

kurva AVC, AC, dan MC arahnya menaik.

F. Hubungan Kurva MC dengan AVC dan AC

Dalam meengambarkan kurva-kurva biaya rata-rata perlunya disadari

dan diingat bahwa kurva AVC dan AC dipotong oleh kurva MC pada titik

terendah dari masing-masing kurva tersebut. Hal itu harus dibuat agar tidak

menyalahi hukum matematik yang menunjukan

1. Apabila MC < AVC, maka nilai AVC menurun (berarti kalau kurva MC

dibawah kurva AVC, maka kurva AVC menurun)

2. Apabila MC > dari AVC maka nilai AVC semakin besar (berarti kalau kurva

MC diatas AVC maka kurva AVC naik

Sebagai akibat keadaan yang dinyatakan dalam 1 dan 2 maka kurva

AVC dipotong oleh kurva MC dititik terendah dari kurva AVC. Dengan cara

12
yang sama dapat diartikan bahwa kurva AC dipotong oleh kurva MC pada titik

terendah pada kurva AC. Secara grafik hubungan diantara MC dengan AVC dan

AC adalah seperti yang ditujukan pada gambar.

G. Menggambarkan Kurva MC

Kurva MC menimbulkan sedikit masalah dalam menggambarkan,

karena ia menunjukkan pertamn=bahan biaya kalau produksi naik satu unit.

Dengan demikian ada dua tingkat produksi yang berkaitan dengan efek tersebut,

tingkat produksi sebelum dan sesudah kenaikan produksi. Disebabkan oleh hal

ini, titik-titik yang menggambarkan biaya merjian harus digambarkan diantara

kedua-dua tingkat produksi tersebut. Ini berarti, sebagai conoh, titik yang

menggambarkan biaya marjinal naik dari 0 unit menjadi 1 unit harus dibuat

ditengah-tengah unit produksi 0 dan 1 titik.

Contoh lain, untuk menggambarkan biaya marjinal pada waktu

produksi naik dari 6 unit menjadi 12 unit, harus dibuat diatas tingkat produksi

sebanyak 9 unit (karena unit produksi ke-9 adalah ditengah-tengah 6 unit dan 12

unit). Keadaan ini menggambarkan titik A. Menggambarkan contoh lain,

perhatikan cara menentukan titik pada MC pada ketika jumlah produksi

13
bertambah dari 33 unit menjadi 38 unit. Untuk kenaikan produksi ini MC = Rp

10000. Keadaan ini digambarkan oleh titik B. Gambar 10.4 secara khusus

menunjukkan kurva MC yang dilukis berdasarkan data biaya marjinal pada table

10.1.5

H. Biaya Produksi jangka Panjang

Dalam jangka panjang semua biaya adalah variable. Biaya relevan

adalah biaya total, biaya variable, biaya rata-rata, dan biaya marjinal. Perubahan

biaya total adalah sama dengan perubahan biaya variable dan sama dengan biaya

marjinal. S pada STC, SVC, SAC, dan SMC menunjukan dimensi waktu jangka

pendek (short run) sedangkan L pada LTC, LVC, LAC, dan LMC menunjukan

jangka panjang (long run).

a) Biaya Total

Biaya total adalah biaya yang dikeluarkan untuk memproduksi

seluruh output dan semuanya bersifat variable

LTC= VC

LTC = biaya total jangka panjang

LVC = biaya variable jangka panjang

5
Sadono sukirno, Mikroekonomi Teori Pengantar, Rajawali Pers, Jakarta, 2012 hal.209-212210-
217

14
b) Biaya Marjinal

Biaya Marjinal adalah tambahan biaya karena menambah produksi

sebanyak 1 unit. Perubahan biaya total sama dengan perubahan biaya

variable.

LMC = biaya marjinal jangka panjang


𝜕𝐿𝑇𝐶
LMC = 𝜕𝑄 𝜕𝐿𝑇𝐶 = perubahan biaya total jangka panjang

𝜕𝑄 = perubahan output

c)Biaya Rata-Rata

Biaya rata-rata adalah biaya total dibagi jumlah output


𝐿𝑇𝐶
LAC = 𝜕𝑄

LAC = biaya rata rata jangka panjang

Q = jumlah output

A. kurva biaya rata-rata jangka panjang

I. Teorema Amplop (Emvelop Theorem)

Dalam menentukan tingkap produksi perusahaan harus memiliki 3 pilihan :

1. Memproduksi dengan pabrik ukuran kecil (small size plan), yang dalam

jangka pendek mempunyai kurva biaya rata-rata SAC1

2. Memproduksi dengan pabrik ukuran sedang (medium size plan), yang

dalam jangka pendek mempunyai kurva biaya rata-rata SAC2

15
3. Memproduksi dengan pabrik ukuran besar (lartge size plan), yang dalam

jangka pendek mempunyai kurva biaya rata-rata SAC3

Jika produsen berpandangan bahwa tingkat output yang memberikan

laba maksimum adalah x1, maka dalam jangka pendek dia memilih berproduksi

dengan pabrik ukuran kecil, tetapi jika menurutnya tingkat produksi yang

memberikan laba adalah x3, maka dalam jangka pendek pabrik yang dia pilih

adalah yang berskala menengah. Sebenernya dia bias saja memproduksi x3

dengan menggunakan pabrik kecil tetapi biaya produksi rata-ratanya menjadi

lebih besar (0C1 > 0C2).

Keputusan yang diambil menjadi sulit bila tingkat produksi yang

memberikan laba maksimum adalah x2. Bila pengusaha memprediksi pasar akan

terus membesar dia akan memilih pabrik skala menengah. Sebaliknya, bila

pengusaha memprediksi pasar makin kecil, dia memilih pabrik skala kecil.

Dalam kasus ini, pengambilan keputusan tidak lagi berlandaskan biaya rata-rata

saja, tetapi juga perkiraan tentang masa depan.

16
Dalam jangka pendek perusahaan hanya dapat memilih 1 pabrik saja

untuk berproduksi. Tetapi dalam jangka panjang pengusaha dapat menambah

atau mengurangi jumlah pabrik sesuai dengan tingkat produksi yang

direncanakan. Kemampuan tersebut memungkinkan perusahaan beroperasi

dengan biaya rata-rata minimum pada berbagai tingkat produksi. Kurva yang

menunjukan titik titik biaya rata-rata minimum pada berbagai tingkat produksi

disebut kurva amplop (envelope curve). Kurva ini merupakan kurva biaya rata-

rata jangka panjang atau long run average cost (kurva LAC). Besarnya biaya

perunit minimum ditunjukan dalam diagram diatas oleh garis tebal LAC yang

bersinggungan dengan kurva-kurva biaya rata-rata jangka pendek (sort run

average cost).

Dari penjelasan diatas dapat disimpulkan bahwa kurva LAC adalah

kurva yang menunjukkan biaya produksi unit per minimum pada berbagai

tingkat produksi. Kurva LAC bisa membentuk garis karena dalam jangka

panjang diasumsikan pilihan tingkat produksi, kombinasinya tidak terhingga.

J. Kurva Biaya Marginal Jangka Panjang

Teknik penurunan kurva biaya marginal jangka panjang(kurva LMC)

dapat dipahami dengan mengikuti penjelasan Diagram 6.6.

17
Diagram 6.6 menunjukkan bahwa tingkat produksi dibawah 0X1 unit

akan menghasilkan SAC yang lebih besar dari LAC, sehingga LTC lebih besar

dari STC. Kita dapat menyimpulkan bahwa biaya marginal jangka panjang

(LMC). Ketika ekspansi produksi dilanjutkan sampai 0X2, SAC sama dengan

LAC(titik A), sehingga SMC=LMC (titik B). Ekspansi lanjutan ke 0X3

menyebabkan SAC lebih besar dari LAC atau STC lebih besar dari LTC. Karena

itu SMC lebih kecil dari LMC. Sampai sini kita dapat menyimpulkan bahwa jika

produksi lebih kecil dari 0X2 LMC lebih besar dari SMC. Tetapi jika produksi

lebih besar dari 0X2, LMC lebih kecil dari SMC.

Selanjutnya yang harus kita ingat adalah LMC akan memotong LAC

pada saat LAC minimum. Hal itu terjadi jika ekspansi produksi sampai ke 0X4

(titik C). Karena itu kurva LMC harus menelusuri titik-titik B dan C (perhatikan

garis putus-putus LMC)

K. Skala Produksi Ekonomis dan Tidak Ekonomis

Skala produksi ekonomis (economies of scale) adalah interval tingkat

produksi dimana penambahan output akan menurunkan biaya produksi jangka

panjang per unit. Sebaliknya, skala produksi tidak ekonomis (diseconomies of

scale) adalah interval tingkat produksi dimana penambahan tingkat produksi

justru menaikkan biaya produksi jangka panjang per unit. Hal tersebut

menunjukkan bahwa dalam jangka panjang juga berlaku hukum LDR. Karena

itu kurva LAC umumnya berbentuk huruf U, seperti ditunjukkan oleh Diagram

6.7.

18
Pada diagram diatas kurva LAC mencapai minimum di titik

A,kemudian naik lagi. Gerak menurun sampai titik A disebabkan efisiensi skala

produksi. Sebaliknya setelah titik A efisiensi skala produksi tidak terjadi lagi.

Penambahan jumlah output menaikkan biaya produksi per unit. Sebelum di titik

A, kurva LMC berada dibawah kurva LAC, karena pada saat itu nilai MP

(Marginal Product) lebih besar dari AP(Average Product). Besarnya nilai MP

menyebabkan nilai LAC bergerak menurun. Hal yang sebaliknya terjadi setelah

di titik A.

Ada beberapa faktor penyebab terjadinya efisiensi&inefisiensi jangka

panjang, yaitu:

1) Teknologi Produksi

Dalam jangka panjang salah satu sumber peningkatan efisiensi

adalah kemajuan teknologi. Bahkan dalam jangka panjang terjadi

percepatan kemajuan teknologi. Ini mempercepat penurunan LAC. Tetapi

percepatan kemajuan teknologi dapat meningkatkan biaya rata-rata jangka

panjang per unit, jika perusahaan tidak mampu beradaptasi dengan

kemajuan teknologi, baik karena kendala manajemen maupun Sumber Daya

Manusia (SDM)

19
2) Manajemen

Peningkatan kemampuan manajemen memungkinkan teknologi

yang sudah ada lebih diefisiensikan penggunaannya, sehingga kurva LAC

menurun. Tetapi jika kemampuan manajerial tidak mengikuti kemajuan

teknologi akan terjadi inefisiensi. Misalnya, tingkat kemampuan

manajemen untuk mengelola pabrik tekstil dengan alat tenun bukan mesin

(tradisional) tidak perlu tinggi. Karenanya industri tekstil tradisional dapat

dikelola dengan manajemen keluarga yang bersifat tertutup. Tetapi jika

industri tekstil ditingkatkan skalanya menjadi sangat besar dan

menggunakan peralatan sangat modern, apalagi bila tujuan pasarnya adalah

pasar ekspor, maka manajemen keluarga yang tertutup hanya akan

menyebabkan inefisiensi.

3) Sumber Daya Manusia (SDM)

Masalah yang berkaitan dengan SDM adalah jumlah dan mutu SDM.

Pada awalnya penggunaan teknologi tinggi dapat meningkatkan efisiensi

karena jumlah dan mutu SDM cukup tersedia. Tetapi pada saat skala

produksi diperluas, yang terjadi justru inefisiensi karena jumlah dan mutu

SDM tidak dapat disediakan dengan cepat. Apalagi bila teknologi yang

digunakan adalah teknologi yang diimpor. Misalnya, di Indonesia hanya ada

satu pabrik bahan kimia cair(methanol) berskala produksi 1.000.000 ton per

tahun. Jika untuk menjalankan pabrik dibutuhkan 100 doktor teknik kimia

mungkin kita tidak akan kekurangan, karena doktor sejumlah itu dapat

diambil dari perguruan tinggi yang ada di Indonesia. Tetapi jika dalam lima

20
tahun kemudian produksi ditingkatkan menjadi 10 pabrik berskala sama,

akan terjadi kelangkaan SDM, karena untuk menjalankan pabrik dibutuhkan

1.000 doktor kimia. Padahal dalam waktu 5 tahun jumlah doktor kimia yang

ada di Indonesia mungkin belum mencapai 500 orang. Kelangkaan ini yang

menyebabkan pabrik tidak dapat berjalan secara efisien.

L. Sudut Kemiringan Kurva Biaya Rata-Rata Jangka Panjang (kurva LAC)

Ada 3 kemungkinan sudut kemiringan kurva LAC(LAC shape), 2

diantaranya ditunjukkan dalam diagram 6.8.

Diagram 6.8.a menunjukkan sudut kemiringan LAC mengarah ke

kanan atas. Ini terjadi karena terlalu cepat terjadinya hukum LDR, sehingga

setelah titik X1 perusahaan mengalami skala produksi tidak ekonomis.

Kurva LAC seperti ini bisa terjadi pada perusahaan yang memiliki fungsi

produksi skala hasil menurun (DRS). Diagram 6.8.b menunjukkan sudut

kemiringan LAC ke kiri bawah. Pada kurva LAC ini tersirat juga terjadinya

hukum LDR, tetapi terjadinya sangat lambat. Perusahaan mengalami

inefisiensi, sehingga skala produksi tidak ekonomis lagi saat jumlah

21
produksi sudah sangat besar (0X2). Kurva LAC seperti ini terjadi bila fungsi

produksi perusahaan memiliki karakter skala hasil menarik (IRS).6

6
Rahardja Prathama, Teori Ekonomi Mikro, FE Universitas Indonesia, Jakrta, 2004

22
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Biaya produksi adalah biaya yang harus dikeluarkan pengusaha atau

produsen untuk membeli faktor-faktor produksi dengan tujuan

menghasilkan output atau produk. Faktor-faktor produksi itu sendiri adalah

barang ekonomis (barang yang harus dibeli karena mempunyai harga) dan

termasuk barang langka (scarce),sehingga untuk mendapatkannya

membutuhkan pengorbanan berupa pembelian dengan uang.

Jenis-Jenis Biaya produksi:Biaya tetap (Fixed Cost) , Biaya Variabel

(Variable Cost) ,Biaya Semi Variable. Kapasitas adalah suatu tingkat

keluaran, suatu kuantitas keluaran dalam periode tertentu, dan merupakan

kuantitas tertinggi yang mungkin selama periode waktu itu. Skala ekonomis

merupakan fenomena turunnyabiaya produksiper unit dari suatu perusahaan

yang terjadi bersamaan denganmeningkatnya jumlah produksi(output).

Sedangkan Skala tidak ekonomis terjadi ketika ukuran perusahaan

berlebihan. Maksimalisasi laba (keuntungan) dan penawaran.Untuk

meneruskan analisis sampai pada keuntungan maksimal kurva-kurva biaya

ini menjelaskan hampir semua jenis perusahaan.

23
B. Saran

Demikian yang dapat kami paparkan mengenai materi teori biaya

produksi yang menjadi pokok bahasan dalam makalah ini, tentunya masih

banyak kekurangan dan kelemahan karena keterbatasan pengetahuan dan

kurangnya rujukan atau referensi yang ada hubungannya dengan materi ini.

Kami selaku penyusun berharap kepada para pembaca untuk

memberikan kritik dan saran yang membangun demi sempurnanya makalah

ini pada kesempatan berikutnya. Semoga makalah ini berguna bagi

penyusun pada khususnya juga bagi para pembaca.

24
Daftar Pustaka

Sukirno,Sadono.2012.Mikro Ekonomi Teori Pengantar. Jakarta : PT Raja Grafindo

Pustaka.

Pindyck,Robert.2007.Mikroekonomi Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta : Indeks.

Outlines,Schaum’s . 2006.Mikroekonomi Edisi Bahasa Indonesia. Jakarta :

Erlangga.

Abdul Rasul,Agung dkk.2013. Ekonomi Mikro.Jakarta : Mitra Wacana Media.

Rahadja,Prathama.2004.Teori Ekonomi Mikro. Jakarta : FE Universitas Indonesia.

25

Anda mungkin juga menyukai