Anda di halaman 1dari 40

RISIKO PASAR “MARKET RISK”

MAKALAH

Diajukan kepada Dosen Matakuliah Risk Management


Gus ganda Suria Manda,S.E.,MM. untuk Memenuhi Salah satu Tugas
Matakuliah Risk Management

Kelompok 5
Disusun oleh :

Tanti Julianti 1441173404197


Andi Wijaya 1441173404234
Sadiyatul Marwiyah 1441173404262
Elovani Meirida Sidabariba 1441173404266

7 AKB 4

PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
UNIVERSITAS SINGAPERBANGSA KARAWANG
2017
KATA PENGANTAR

Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat serta
hidayahnya, sehingga kami sebagai penyusun dapat menyelesaikan salah satu tugas
kelompok pada mata kuliah Risk Management dengan Judul “RISIKO PASAR
“MARKET RISK”.
Manajemen risiko adalah suatu pendekatan terstruktur/metodologi dalam
mengelola ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman; suatu rangkaian aktivitas
manusia termasuk: Manajemen risiko tradisional terfokus pada risiko-risiko yang
timbul oleh penyebab fisik atau legal (seperti bencana alam atau kebakaran, kematian,
serta tuntutan hukum. Manajemen risiko keuangan, di sisi lain, terfokus pada risiko
yang dapat dikelola dengan menggunakan instrumen-instrumen keuangan. Sasaran
dari pelaksanaan manajemen risiko adalah untuk mengurangi risiko yang berbeda-
beda yang berkaitan dengan bidang yang telah dipilih pada tingkat yang dapat
diterima oleh masyarakat.
Risiko pasar merupakan kondisi yang dialami oleh suatu perusahaan yang
disebabkan oleh perubahan kondisi dan situasi pasar di luar dari kendali
perusahaan.Risiko pasar sering disebut juga sebagai risio yang menyeluruh, karena
sifat umumnya adalah bersifat menyeluruh dan di alami oleh seluruh perusahaan.
Dalam penyusunan makalah ini, tidak sedikit hambatan yang penyusun hadapi
namun dengan semangat dan kerjasama penyusun dalam mengerjakan makalah ini
dapat terselesaikan tepat pada waktunya. Penyusun sangat menyadari bahwa dalam
penyusunan makalah ini masih jauh dari sempurna, oleh karena itu kami
mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun untuk lebih baik dalam
penulisan makalah selanjutnya.

Karawang, 26 Oktober 2017

Tim Penyusun,

i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.............................................................................................. i
DAFTAR ISI............................................................................................................. ii

BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang..................................................................................................1
1.2 Rumusan Masalah............................................................................................1
1.3 Tujuan Penulisan..............................................................................................2
1.4 Manfaat Penulisan............................................................................................2

BAB II KAJIAN TEORI


2.1 Teori-teori Dasar.............................................................................................3
2.2 Teori Khusus...................................................................................................4
2.2.1 Pengertian Risiko.................................................................................4
2.2.2 Pengertian Management Risiko............................................................4
2.2.3 Pengertian Risiko Pasar........................................................................5

BAB III PEMBAHASAN


3.1 Pengertian Risiko Pasar “Market Risk”..........................................................6
3.2 Bentuk-bentuk Risiko Pasar............................................................................7
3.2.1 General Market Risk............................................................................7
3.2.2 Specific Market Risk............................................................................12
3.3 Hubungan Foreign Exchange Risk dan Perbankan.........................................12
3.4 Faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Gejolak Harga di Pasar....................13

BAB IV STUDI KASUS


4.1 Studi Kasus Specifik Market Risk...................................................................14

BAB V PENUTUP
5.1 Kesimpulan......................................................................................................20

DAFTAR PUSTAKA................................................................................................21
LAMPIRAN-LAMPIRAN........................................................................................22

ii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Manajemen risiko adalah suatu pendekatan terstruktur/metodologi
dalam mengelola ketidakpastian yang berkaitan dengan ancaman; suatu
rangkaian aktivitas manusia termasuk: Manajemen risiko tradisional terfokus
pada risiko-risiko yang timbul oleh penyebab fisik atau legal (seperti bencana
alam atau kebakaran, kematian, serta tuntutan hukum. Manajemen risiko
keuangan, di sisi lain, terfokus pada risiko yang dapat dikelola dengan
menggunakan instrumen-instrumen keuangan. Sasaran dari pelaksanaan
manajemen risiko adalah untuk mengurangi risiko yang berbeda-beda yang
berkaitan dengan bidang yang telah dipilih pada tingkat yang dapat diterima
oleh masyarakat.
Risiko pasar muncul karena harga pasar bergerak dalam arah yang
merugikan organisasi.Misal, suatu perusahaan mempunyai portofolio sekuritas
saham yang dibeli dengan harga Rp 1 miliar.Misalkan harga saham jatuh,
sehingga nilai pasar saham tersebut turun menjadi Rp 800 juta.Perusahaan
tersebut mengalami kerugian karena nilai portofolio sahamnya turun sebesar
Rp 200 juta.Kerugian tersebut disebabkan karena harga saham bergerak
kearah yang kurang menguntungkan (dalam hal ini turun).
Risiko pasar merupakan kondisi yang dialami oleh suatu perusahaan
yang disebabkan oleh perubahan kondisi dan situasi pasar di luar dari kendali
perusahaan.Risiko pasar sering disebut juga sebagai risio yang menyeluruh,
karena sifat umumnya adalah bersifat menyeluruh dan di alami oleh seluruh
perusahaan. Contohnya krisis ekonomi dunia tahun 1930-an, krisis ekonomi
Indonesia 1997 dan 1998, coupd’tat yang terjadi di Filipina pada saat presiden
Marcos di ambil alih oleh kekuatan People Power hingga Corazon Aquino
menjadi presiden, Amerika Serikat pada kasus Subrime Mortgage 2007,
Thailand pada saat Bank Sentral Thailand melakukan devaluasi Bath yang
menyebabkan terjadinya kegoncangan pada ekonomi Thailand secara
keseluruhan, perang Teluk yang menyebabkan beberapa Negara di kawasan
Timur Tengah seperti Irak dan Kuwait mengalami kegoncangan ekonomi, dan
berbagai kasus yang menyeluruh lainnya.
Di sisi lain pelaksanaan manajemen risiko melibatkan segala Cara
yang tersedia bagi manusia, khususnya, bagi entitas manajemen risiko
(manusia, staff, dan organisasi). Situasi krisis keuangan global mengakibatkan
proses produksi dan investasi menjadi terbatas karena tingginya
ketidakpastian. Risiko yang disebabkan oleh perubahan nilai investasi
terhadap nilai tukar mata uang.

1.2 Rumusan Masalah


Berdasarkan latar belakang diatas, maka kami memperoleh perumusan
masalah diantaranya:
1. Apa pengertian Risiko Pasar?
2. Apa saja Bentuk-bentuk Risiko Pasar?
3. Apa Faktor yang Mempengaruhi terjadinya Gejolak Harga Pasar?

1
1.3 Tujuan Penulisan
1. Untuk Mengetahui Pengertian Risiko Pasar.
2. Untuk Mengetahui Bentu-bentuk dan sebab-sebab yang terjadi pada Risiko
Pasar beserta berbagai kompleksitasnya.
3. Untuk Mengetahui Faktor-faktor yang Mempengaruhi terjadinya gejolak
Harga Pasar.

1.4 Manfaat
Adapun Manfaat Makalah ini adalah dapat bermanfaat secara praktis
sebagai berikut:
1.4.1. Manfaat Teoritis
Hasil Makalah ini dapat menambah dan menerapkan ilmu
pengetahuan yang telah didapat serta memberikan suatu wawasan
untuk berfikir dan berbuat dalam menyusun makalah dengan berbagai
macam referensi, sebagai bahan masukan, dan dapat memberikan
kontribusi positif bagi perkembangan ilmu ekonomi khususnya dalam
Mata kuliah Risk Management.
1.4.2. Kegunaan Praktis
Adapun Manfaat Makalah ini adalah dapat bermanfaat secara
praktis sebagai berikut:
1. Bagi Tim Penyusun
Makalah ini merupakan media untuk memecahkan masalah
secara ilmiah dan memberikan sumbangan pemikiran bagi
kita, berdasarkan disiplin ilmu yang diperoleh khususnya
Mata kuliah Risk Management. Agar lebih memahami
Materi Pembelajaran pada bidang ilmu akuntansi sebagai
bekal dan sebagai salah satu tugas kelompok.
2. Bagi Tim Penyusun selanjutnya
Bagi Tim Penyusun selanjutnya dapat digunakan sebagai
pembanding untuk menyusun Makalah pada waktu yang
akan datang. Hasil Penyusunan ini pula diharapkan dapat
memberikan sumbangan pemikiran dan pengetahuan
mengenai Risiko pasar di lingkungan masyarakat.

2
BAB II
KAJIAN TEORI

2.1 Teori-teori Dasar/Umum


Teori dasar merupakan teori yang digunakan untuk mendukung dalam
pembuatan tugas Makalah. Teori-teori yang digunakan didapatkan dari
berbagai sumber buku dan jurnal yang menjadi acuan dalam pembuatan tugas
Makalah kelompok.
2.1.1 Ekonomi
Ekonomi Menurut Sadono sukirno (2013: 9) adalah suatu
bidang mengenai individu-individu dan masyarakat membuat pilihan,
dengan atau tanpa penggunaan uang, dengan menggunakan sumber-
sumber daya yang terbatas tetapi dapat digunakan dalam berbagai Cara
untuk menghasilkan berbagai jenis barang dan jasa dan
mendistribusikannya untuk kebutuhan konsumsi, sekarang dan di masa
datang, kepada berbagai individu dan golongan masyarakat.
Menurut Albert L. Meyers (Abdullah, 1992: 5) ilmu ekonomi
adalah ilmu yang mempersoalkan kebutuhan dan pemuasan kebutuhan
manusia. Kata kunci dari definisi ini adalah; pertama, tentang
“kebutuhan” yaitu suatu keperluan manusia terhadap barang-barang
dan jasa-jasa yang sifat dan jenisnya sangat bermacam-macam dalam
jumlah yang tidak terbatas.
Menurut Pendapat kami Ekonomi adalah suatu bidang dalam
permasalahan keuangan namun ruang lingkup yang mencakup luas,
karena ekonomi pada dasar suatu bidang yang kompleks dan luas. Dan
bersangkutan erat dengan sumber daya manusia dari sistem jual beli,
pendistrusian barang dan segala kebutuhan konsumtif masyarakat.
2.1.2 Bisnis
Menurut Raymond E Glos dalam bukunya yang berjudul
“Business: its nature and environment : An Introduction” yang dikutip
oleh Husein Umar, bisnis adalah seluruh kegiatan yang diorganisasikan
oleh orang-orang yang berkecimpung dalam bidang perniagaan dan
industri yang menyediakan barang dan jasa untuk kebutuhan
mempertahankan dan memperbaiki standard serta kualitas hidup
mereka (Husein Umar, 2005:3).
Pengertian Bisnis adalah seluruh aktivitas dan usaha untuk
mencari keuntungan dengan menyediakan barang dan jasa yang
dibutuhkan bagi sistem perekonomian, beberapa bisnis memproduksi
barang berwujud sedangkan yang lain memberikan jasa menurut
(Louis E. Boone, 2007:5).
Dari pengertian bisnis diatas, kami menyimpulkan bahwa bisnis
dapat didefinisikan sebagai kegiatan atau aktivitas terorganisir dalam
memenuhi kebutuhan orang atau masyarakat dengan menciptakan
barang atau jasa dalam rangka mendapatkan keuntungan serta
meningkatkan kualitas hidup.
2.1.3 Management

3
Pengertian manajemen menurut para ahli. Robbins dan Coulter
(1999:26) menyebutkan manajemen adalah proses pengkoordinasian
dan pengintegrasian kegiatan-kegiatan kerja agar diselesaikan secara
efektif dan efisien melalui orang lain. 2 kata penting yang saling terkait
di sini adalah pengkoordinasian orang lain dan efektif efisien.
Pengkoordinasian orang lain artinya melibatkan orang lain, sedangkan
efektif dan efisien untuk menunjukkan berdaya guna dan berhasil guna.
Pengkoordinasian orang lain tidak berarti kegiatan tidak dapat
dilakukan sendiri, hanya saja dalam pertimbangan efektifitas dan
efisiensi, perlu pelibatan orang lain. Lalu untuk dapat tercapai secara
optimal pelibatan tersebut, perlu dikelola atau ada proses atau upaya
pengkoordinasian yang disebut manajemen.
Menurut Ricky W. Griffin (2004:17) Manajemen adalah proses
perencanaan, pengorganisasian, pengkoordinasisasian, serta
pengontrolan setiap sumber daya yang ada guna mencapai tujuan
ataupun goals yang telah ditentukan dengan efektif dan efisien. Efektif
berarti tujuan dapat dicapai sesuai dengan rencana yang ada, dan
efisien berarti dilaksanakan dengan benar dan terorganisis yang sesuai
dengan jadwal yang telah ditentukan.
Menurut kami manajemen adalah kemampuan atau
keterampilan untuk memperoleh sesuatu dalam rangka pencapaian
tujuan melalui orang lain. Manajemen merupakan suatu ilmu dan juga
suatu seni. Sebagai suatu ilmu, manajemen harus memiliki landasan
keilmuan yang kokoh. Sebagai seni, maka manajemen dipraktekkan
berdasarkan keterampilan yang diterapkan untuk mencapai hasil yang
diinginkan. Dari batasan-batasan tersebut, dapat dikatakan bahwa
manajemen adalah ilmu dan seni yang mempelajari bagaimana
mengelola manusia melalui orang lain.

2.2 Teori Khusus


Teori-teori khusus digunakan untuk mendukung hasil Penyusunan
Makalah yang telah disusun. Teori-teori khusus harus berhubungan dengan
topik yang dibahas untuk menjelaskan atau mendefinisikan teori-teori yang
dipakai dalam pembahasan tugas pembuatan Makalah.
2.2.1 Pengertian Risiko
Pengertian Menurut Para Ahli Ricky W. Griffin dan Ronald
J.Ebert (1996:752) menyatakan Risiko adalah uncertainty About
Future events.
Adapun Joel G. Siegel dan Jae K.Shim (1999:400)
mendefinisikan risiko pada tiga hal yaitu, Pertama adalah keadaan
yang mengarahkan kepada seumpulan hasil khusus, dimana hasilnya
dapat diperoleh dengan kemungkinan yang telah diketahui oleh
pengambil keputusan, Kedua adalah variasi dalam keuntungan,
penjualan atau variable keuangan lainnya, dan Ketiga adalah
kemungkinan dari sebuah masalah keuangan yang mempengaruhi
kinerja operasi perusahaan atau posisi keuangan seperti risiko
ekonomi, ketidakpastian politik, dan masalah industry.

4
Menurut kami risiko adalah peluang (kemunginan) terjadi
bencana atau kerugian. Oleh karena itu, risiko dari sudut keuangan
dapat diartikan sebagai peluang dari kemungkinan terjadinya situasi
yang memburuk atau sebagai gambaran jika akan terjadi suatu yang
tidak diharapkan antara dilanjutan atau berhenti pada suatu tujuan yang
diharapkan.
2.2.2 Pengertian Management Risiko
Menurut ami Mangement Risiko adalah suatu bidag ilmu yang
membahas tentang bagaimana suatu organisasi menerapan ukuran
dalam memetakan berbagai permasalahan yang ada dengn menepatkan
berbagai pendekatan management secara komprehensif.

2.2.3 Pengertian Risiko Pasar


Menurut Irham Fahmi di dalam Buku Management Risiko
(2014: 69) bahwa Risiko Pasar merupakan Kondisi yang dialami oleh
suatu perusahaan yang disebabkan oleh perubhan kondisi dan situasi
pasar diluar dari kendali perusahaan. Risiko pasar sering disebut juga
sebgai risiko menyeluruh, karena sifat umumnya adalah bersifat
menyeluruh dan dialami oleh seluruh perusahaan. Contohnya krisis
ekonomi dunia tahun 1930-an, krisis ekonomi Indonesia 1997 dan
1998, coupd’tat yang terjadi di Filipina pada saat Presiden Marcos di
ambil alih oleh kekuatan People Power hingga Corazon Aquino
menjadi Presiden, Amerika Serikat pada kasus Subrime Mortgage
2007, Thailand secara Keseluruhan, perang Teluk yang menyebabkan
beberapa negara di kawasan Timur Tengah seperti Irak dan Kuwait
mengalami kegoncangan ekonomi, dan berbagai kasus yang
menyeluruh lainnya.
Menurut Drs.H.Masyhud Ali, M.B.A.,M.M di dalam buku
Management Risiko (2006:130) Market risk adalah Risisko kerugian
yang diderita Bank, sebagaimana antara lain dicerminkan dari posisi on
dan off balance sheet bank, akibat terjadinya perubhan market price
atau assets bank, interest rate dan foreign exchange rate, market
volatility dan market liquidity.
Adapun definisi lain yaitu, market risk adalah risiko yang
terkait pada terjadinya ketidakpastian atas earning suatu financial
institution atau bank dalam trading portofolio nya sebagai akibat dari
terjadinya perubahan marketconditions seperti: harga Assets, Interest
rate, Market volatility dan market liquidity.

5
BAB III
PEMBAHASAN

3.1 Pengertian Risiko Pasar (Market Risk)


Menurut Irham Fahmi di dalam Buku Management Risiko (2014: 69)
bahwa Risiko Pasar merupakan Kondisi yang dialami oleh suatu perusahaan
yang disebabkan oleh perubhan kondisi dan situasi pasar diluar dari kendali
perusahaan. Risiko pasar sering disebut juga sebgai risiko menyeluruh, karena
sifat umumnya adalah bersifat menyeluruh dan dialami oleh seluruh
perusahaan. Contohnya krisis ekonomi dunia tahun 1930-an, krisis ekonomi
Indonesia 1997 dan 1998, coupd’tat yang terjadi di Filipina pada saat Presiden
Marcos di ambil alih oleh kekuatan People Power hingga Corazon Aquino
menjadi Presiden, Amerika Serikat pada kasus Subrime Mortgage 2007,
Thailand secara Keseluruhan, perang Teluk yang menyebabkan beberapa
negara di kawasan Timur Tengah seperti Irak dan Kuwait mengalami
kegoncangan ekonomi, dan berbagai kasus yang menyeluruh lainnya.
Menurut Drs.H.Masyhud Ali, M.B.A.,M.M di dalam buku
Management Risiko (2006:130) Market risk adalah Risisko kerugian yang
diderita Bank, sebagaimana antara lain dicerminkan dari posisi on dan off
balance sheet bank, akibat terjadinya perubhan market price atau assets bank,
interest rate dan foreign exchange rate, market volatility dan market liquidity.
Adapun definisi lain yaitu, market risk adalah risiko yang terkait pada
terjadinya ketidakpastian atas earning suatu financial institution atau bank
dalam trading portofolio nya sebagai akibat dari terjadinya perubahan
marketconditions seperti: harga Assets, Interest rate, Market volatility dan
market liquidity.
Risiko pasar muncul adanya pergerakan harga pasar (adverse
movement) dari portofolio aset yang dimiliki oleh bank dan dapat merugikan
bank. Risiko ini hanya muncul jika bank memegang aset, namun tidak untuk
dimiliki atau dipegang hingga jatuh tempo, melainkan untuk dijual kembali.
Lazimnya, cakupan risiko pasar meliputi risiko nilai tukar, risiko komoditas,

6
dan risiko ekuitas. Risiko nilai tukar muncul ketika aset bank dinilai dalam
satu mata uang asing.
Satu-satunya risiko yang dihadapi oleh bank konvensional dan tidak
dihadapi oleh bank Islam adalah risiko suku bunga. Namun, karena
pemberlakuan dual banking system dalam sistem perbankan di Indonesia,
peningkatan tingkat bunga di bank konvensional bisa berdampak merugikan
pada bank Islam. Bank Islam bisa mengalami risiko likuiditas akibat penarikan
Dana nasabah. Nasabah menarik dananya dari bank Islam dan
memindahkannya ke bank konvensional untuk mendapatkan bunga lebih
tinggi dibandingkan bagi hasil dari bank Islam.
Risiko pasar adalah risiko dari suatu entitas yang mungkin mengalami
kerugian sebagai akibat dari fluktuasi pergerakan harga pasar, karena
perubahan harga (volatilitas) instrumen-instrumen pendapatan tetap,
instrumen-instrumen ekuitas, komoditas, kurs mata uang, dan kontrak-kontrak
di luar neraca terkait. Selain itu, risiko berasal dari risiko valuta asing umum
dan risiko komoditas seluruh bank (yaitu, di bidang perdagangan dan
pembukuan perbankan).

3.2 Bentuk-Bentuk Risiko Pasar


Risiko pasar secara umum ada 2 (dua) bentuk yaitu:
1. General market risk (risiko pasar secara umum)
General market risk ini di alami oleh seluruh perusahaan yang
disebabkan oleh suatu kebijakan yang dilakukan oleh lembaga terkait yang
mana kebijakan tersebut mampu memberi pengaruh bagi seluruh sektor
bisnis.Contohnya pada saat bank sentral suatu Negara melakukan
kebijakan tight money policy (kebijakan uang ketat) dengan berbagai
instrumennya seperti menaikkan suku bunga BI rate. Dimana kebijakan
menaikkan BI rate ini Akan membawa pengaruh secaramenyeluruh pada
seluruh sektor bisnis yang berhubungan dengan interest rate related
instrument (berbagai instrument yang berhubungan dengan suku bunga).
Bahwa salah satu pihak yang saling urgen dianggap Langsung
berhubungan dekat dengan interest rate related instrument adalah
perbankan.
Dengan begitu mereka mengambil kredit dan mendepositokan
sejumlah uangnya ke bank. Contoh pada saat BI rate dinaikkan maka suku
bunga kredit diperbankan Akan mengikuti kondisi tersebut yaitu turut
menaikkan suku bunga kredit, terutama jika perbankan tersebut
menerapkan perhitungan bunga secara sliding rate. Perhitungan berupa
kredit secara sliding rate adalah hitungan pada pembebanan bunga
terhadap nilai pokok pinjaman akan mengalami penurunan dari setiap
bulan ke bulan berikutnya, yang mana ini disesuaikan dengan menurunnya
besar nilai dari pokok pinjaman sebagai efek dari adanya pembayaran
cicilan pokok pinjaman yang dilakukan oleh seorang debitur.
 Kategori yang Masuk General Market Risk

7
Ada beberapa sebab yang menimbulkan terjadinya general
market risk (risiko pasar secara umum) yaitu:
a) Foreign Exchange Risk
Secara umum dalam ilmu keuangan dikenal dua bentuk
pasar yaitu pasar modal (capital market) dan pasar uang
(money market). Kedua bentuk pasar ini pada prinsipnya saling
memiliki keterkaitan satu sama lainnya. Di Negara Indonesia
pasar modal berada dalam pengawasan menteri keuangan
dalam hal ini melalui BAPEPAM-LK (Badan Pengawasan
Pasar Modal dam Lembaga Keuangan), sedangkan pasar uang
berada di bawah pengawasan Gubernur Bank Indonesia (BI).
Kedua jenis pasar ini saling membahu bekerjasama
dalam usahanya menciptakan kondisi ekonomi yang kondusif
dan dinamis sehingga dengan harapan nantinya akan mampu
untuk ikut mendorong pertumbuhan ekonomi Negara yang
bersangkutan secara sistematis. Independent Bank Indonesia
dalam menetapkan berbagai kebijakannya adalah dijamin oleh
pemerintah walapun kita menyadari secara penuh kalau
berbagai kebijakan tersebut belum tentu baik dan tepat.Karena
hasil pengalaman menyebutkan tidak seluruh kebijakan yang
dibuat oleh pemerintah merupakan bentuk manifestasi
keinginan para pebisnis.Mungkin saja keputusan tersebut lahir
karena sebab–sebab tertentu seperti misalnya tarik ulur politik
anatar berbagai elit politik di dalam begeri atau bahkan tekanan
dari dunia internasional yang menginginkan agar dilakukannya
pengkajian terhadap keputusan yang telah dijalankan selama
ini.
Adapun pengertian dari pasar keuangan (financial
Market) adalah tempat dimana disana dilaksanakan berbagai
aktivitas keuangan baik dalam bentuk penjual suratberharga
yang dilakukan oleh pasar modal dan juga penjualan mata uang
(currency) seperti yang dilakukan di pasar uang.
Untuk dimengerti bahwa kedua pasar ini saling
mempengaruhi dan dipengaruhi karena itu menjadi kewajiban
bagi pemerintah untuk selalu menjaga pasar ini berada dalam
kondisi yang diharapkan.
Pada bagian ini kita Akan lebih menfokuskan pada
pembahasan tentang foreign exchange risk yang merupakan
bagian dari money market (pasar keuangan). Saat ini aktivitas
perdagangan di foreign exchange mengalami peningkatan yang
signifikan di berbagai Negara di dunia. Menurut survey yang
diselenggarakan pada tahun 2004 antara lain oleh Bank for
international Settlements, volumeglobal foreign exchange
trading telah mencapai USD 1,9 triliun perhari. Keterlibatan
dan ketertarikan banyak pihak untuk ikut dalam bisnis foreign

8
exchange ini telah menciptakan dinamika bisnis dengan tingkat
perputaran yang tinggi.
Sejarah awal terjadinya foreign exchange ini berangkat
dan diterapkannya sistem floating exchange rate system pada
tahun 1970-an. Sehingga sejak saat itu kondisi mata uang di
dunia telah terintegrasi dalam satu bentuk pasar dimana secara
khusus kita dapat melihat bahwa penerapan sistem tersebut
memungkinkan banyak pihak bias ikut terlibat bermain dalam
pasar valas (valuta asing). Jual beli valas ini memberikan
keuntungan dengan konsep pada perolehan angka selisih pada
saat harga beli dan harga jual.
Pada pasar valas ini kita dapat menggabungkan mata
uang dalam dua bentuk kategori yaitu:
a. Hard currencies
Hard currencies (mata uang keras) mencakup
mata uang yang berasal dari Negara-negara yang
memiliki tingkat kestabilan moneter tinggi atau biasanya
berasal dari Negara maju dan sering berbagai pihak
menjadikan mata uang Negara tersebut sebagai ukuran
dalam mengkonversikan dengan mata uang
negaranya.Contohnya USD/JPY atau dollar Amerika
dengan Yen Jepang, USD/EUR atau dollar Amerika
dengan Euro, dan sebagainya.
b. Soft curriencies
Soft curriencies (mata uang yang lembut) adalah
jenis mata uang yang diterbitkan oleh suatu Negara
namun jarang dipakai sebagai standar acuan dalam
transaksi pasar bisnis internasional, dengan alasan
dianggap belum memiliki nilai kelayakan.
Pasar keuangan sangat bebas dari berbagai intervens,
karena:
1. Berbagai pihak dapat dengan mudah mengakses
seluruh data dan informasi tentnag keuangan dan
non keuangan. Ingin terjadi karena begitu
berkembangnya perang teknolog yang tersedia
terutama dengan munculnya internet. Dipakainya
internet sebagai salah satu sarana penghubung
menyebabkan dunia ini berada dalam kondisi
borndholders atau tanpa batas.
2. Maksudnya berbagai investor dari berbagai
Negara untuk ikut bermain valas. Para investor
dengan jumlah kepemilikan dan ayang besar dan
berbagai saran dan prasarana yang dimiliki
seperti perangkat teknologi dan para karyawan
yang memiliki kualitas dan kompetensi yang
tinggi.

9
3. Berbagai pihak baik analisis ekonomi dan non
ekonomi serta para pelaku pasar dan juga
pemerintah sebagai regulator tidak pernah
mengetahui dengan pasti dimana “equilibrium
point” itu berada. Titik equilibrium bias saja
setiap saat berpindah-pindah sesuai dengan
berbagai situasi dang kondisi yang terjadi.
4. Setiap pihak memiliki berbagai bentuk data dan
informasi. Namun seluruh data dan informasi
tersebut bersifat masa lalu, dan tidak ada satu
pihakpun yang bias memperoleh data masa
depan. Karena itu sering sekali data masa itu
hanya bias dijadikan sebagai alat prediksi untuk
mengetahui apa yang terjadi di masa depan.
b) Interest rate risk
Risiko suku bunga adalah risiko yang di alami akibat
dari perubahan suku bunga yang terjadi di pasaran yang mampu
memberi pengauh bagi pendapatan perusahaan. Untuk
pembahasan yang lebih dalam tentang interest rate risk ini
dapat dilihat pada Bab khusus membahas tentang risiko suku
bunga.
c) Commodity position risk
Commodity position risk (risiko perubahan nilai
komoditi) adalah suatu siuasi dan kondisi dimana terjadinya
kerugian akibat perubahan harga barang komoditi di pasar yang
disebabkan oleh faktor-faktor tertentu, dimana kondisi ini Akan
semakin parah pada saat barang komoditi tersebut telah terikat
kontrak dalam suatu kontrak perjanjian (commodity contrack)
serta informasi tersebut telah sampai ke pasar.
Adapun pengertian commodity position risk dalam
perspektif perbankan Masyhud Ali mengatakan Commodity
position risk adalah risiko terjadinya potensial kerugian bagi
bank sebagai akibat dari perubahan yang memberi pengaruh
buruk dari commodity price terhadap posisi bank yang terkait
dengan kontrak komoditas. Lebih jauh Masyud Ali memberi
contoh pada perbankan adalah “dimana kerugian yang diderita
oleh investment bank yang melakukan trading atau commodity
derivative product sebagai akibat dari terjadinya volatility atas
harga dari suatu commodity tertentu.
Commodity position risk (risiko perubahan nilai
komoditi) adalah suatu siuasi dan kondisi dimana terjadinya
kerugian akibat perubahan harga barang komoditi di pasar yang
disebabkan oleh faktor-faktor tertentu, dimana kondisi ini Akan
semakin parah pada saat barang komoditi tersebut telah terikat
kontrak dalam suatu kontrak perjanjian (commodity contrack)
serta informasi tersebut telah sampai ke pasar.
Adapun pengertian commodity position risk dalam
perspektif perbankan Masyhud Ali mengatakan Commodity

10
position risk adalah risiko terjadinya potensial kerugian bagi
bank sebagai akibat dari perubahan yang memberi pengaruh
buruk dari commodity price terhadap posisi bank yang terkait
dengan kontrak komoditas. Lebih jauh Masyud Ali memberi
contoh pada perbankan adalah “dimana kerugian yang diderita
oleh investment bank yang melakukan trading atau commodity
derivative product sebagai akibat dari terjadinya volatility atas
harga dari suatu commodity tertentu.
Perbankan adalah lembaga mediasi yang bertugas
menjembatani pihak-pihak yang membutuhkan bantuan dengan
tujuan mngefektifikan dan mengefisienkan berbagai urusan.
Dalam konteks ini perbankan bias saja terserat dalam ruang
risiko pada saat pihak-pihak tersbut tidak dapat melaksanakan
tugasnya secara efektif.
Jual beli di bursa komoditi sebagai bersifat fluktuatif,
naik dan turun terjadi dalam waktu yang cepat. Kondisi ini
sering dijadikan keuntungan oleh pihak spekulan yaitu dengan
Cara membeli pada saat harga rendah dan menjual pada saat
harga tinggi, dimana jarak ini dilihat sebagai capital gain yaitu
keuntungan yang diperoleh dari selisih harga beli dan harga
jual. Kasus di lapangan sering sekali para spekulan melakukan
aksi ambil untung dengan informasi yang tidak
lengkap.Kondisi informasi yang tidak lengkap menciptakan
pasar yang tidak efisien.
Pasar tidak efisien adalah dimana suatu kondisi
berbagai informasi tidak dapat diperoleh dengan mudah dan
cepat.Adapun pengertian dari pasar efisien adalah suatu kondisi
dimana informasi tentang semua harga dapat diperoleh secara
terbuka dan cepat tanpa ada hambatan yang khusus.
Memang harus diakui mendapatkan berbagai informasi
bukan sesuatu yang mudah. Dan lebih jauh salah satu masalah
dalam informasi adalah menyangkut berbagai data dan
informasi yang ada seperti:
1. Seluruh informasi yang diterima adalah informasi masa
lalu termasuk informasi keuangan, karena catatan-
catatan akuntansi merupakan catatan masa lalu.
2. Data-data masa lalu tersebut bersifat time series
3. Data-data tersebut kemudian dipakai untuk diprediksi
guna mengetahui kondisi yang akan terjadi kedepannya,
artinya data-data tersebut sebagai alat prediksi
4. Perusahaan tidak pernah memiliki data masa depan
karena belum tercatat dan belum terjadi
Kondisi pasar tidak efisien ini memiliki ruang besar
untuk melakukan spekulasi (speculation).Dan spekulasi ini

11
tidak selamanya kita memperoleh kondisi seperti seperti yang
kita perkirakan.Ada waktu dimana itu benar-benar di luar
kendali dan rencana yang dibuat.
d) Equity position risk
Equity position risk (risiko perubahan kekayaan) adalah
suatu kondisi dimana kekayaan perusahaan (stock and share)
mengalami perubahan dari biasanyan sehingga perubahan
tersebut memberi dampak pada keuntungan dan kerugian
karyawan.
e) Politic risk
Stabilitas politik adalah sesuatu sangat penting bagi
suatu Negara. Stabilitas politik menjanjikan terciptanya
pembangunan yang berkelanjutan, namun jika pemimpin dan
pihak terkait di suatu Negara tidak mampu menciptakan iklim
kondusif dalam bidang politik maka artinya seluruh pemimpin
dan aparatur di Negara tersebut tidak memiliki semangat
kemimpinan. Jika kondisi ini terus terjadi maka Yang terjadi
adalah krisis kepemimpinan. Krisis kepemimpinan Akan
berakibat pada pencarian kepemimpinan di luar lembaga resmi,
yaitu memungkinkan orang-orang yang berasal dari masyarakat
atau oposisi Akan muncul sebagai pemimpin dan berusaha
mengambil alih kepemimpinan.
Pada prinsipnya pemimpin eksternal tersebut memiliki
bangunan konsep dan ideology dan kadang kala sering ditemui
memiliki konsep serta ideologi yang berbeda dengan
pemerintah yang berkuasa. Jika kelompok tersebut lama
semakin besar jumlah dan dukungannya maka akibatnya
pemerintah akan kewalahan dalam mengatasi perbedaan
ideology dan padangan tersebut.

2. Specific market risk ( risiko pasar secara spesifik)


Specific market risk adalah suatu bentuk risiko yang hanya dialami
secara khusus pada satu sektor atau sebagian bisnis saja tanpa bersifat
menyeluruh. Contohnya:
a. Pengumuman yang dikeluarkan oleh suatu lembaga penilai
dimana lembaga penilai tersebut memiliki reputasi yang baik dan
diakui oleh publik. Bahwa mereka mengumumkan PT.XYZ
memiliki kinerja yang rendah dan memiliki utang yang besar
serta laporan yang dipublikasikan selama ini kepada publik tidak
sesuai dengan sebenarnya. Sehingga atas berita tersebut saham
dan obligasi perusahaan tersebut langsung jatuh. Dan jatuhnya
saham serta obligasi perusahaan tersebut tidak diikuti oleh
perusahaan lain.
b. Salah satu perusahaan dimana pihak manajemen atau komisaris
perusahaan terlibat tindak kriminal yang luar biasa dan diekspose
oleh berbagai media. Sehingga opini publik telah terbentuk
bahwa perusahaan tersebut tidak baik dan jelek.

12
c. Produk yang dijual oleh perusahaan tersebut dianggap
mengandung bahan yang berbahaya atau bersifat haram. Contoh
suatu produk makanan yang mengandung lemak babi. Secara
Islam makanan yang mengandung lemak babi haram hukumnya.
Ketika hal itu diekspose oleh media Massa baik cetak maupun
elektronik Akan menyebabkan terjadinya penurunan drastis pada
penjualan produk perusahaan yang berpengaruh pada perusahaan
laba perusahaan.

3.3 Hubungan Foreign Exchange Risk (Risiko valuta Asing) dan Perbankan
Perbankan adalah lembaga mediasi yang menghubungkan mereka yang
kelebihan Dana (surplus) dan mereka yang kekurangan Dana (deficit).
Penempatan posisi ini menyebabkan banyak pihak menjadikan perbankan
sebagai bagian yang tidak dapat dipisahkan dalam ruang lingkup kerja dan
aktivitas bisnis mereka, artinya secara otomatis perbankan terseret dengan
sendirinya untuk masuk ke dalam risiko pasar (market risk).
Kondisi dan situasi terbentuknya market risk terjadi karena disebabkan
oleh berbagai faktor yang berada diluar kendali perusahaan atu perbankan.
Faktor-faktor tersebut antara lain seperti naik dan stabil, perubahan nilai tukar,
dan lain sebagainya. Lebih jauh perubahan tersebut telah mampu mendorong
untuk ikut berubahnya beberapa produk perbankan seperti deposito, tabungan,
giro, keputusan kredit, keputusan investasi, dan lain sebagainya.
Ada beberapa faktor yang menyebabkan perbankan mengalami FER:
1. Masih lemahnya independensi perbankan dalam permasalahan-
permasalahan FER baik secara finansial dan non finansial.
2. Lemahnya perangkat dan aturan perbankan dalam konsep risk
management banking.
3. Masih saja terjadi pemberian kredit dalam bentuk mata uang asing tapi
kurang memiliki dasar analisis yang kaut.
4. Penerimaan deposito dalam mata uang asing.
5. Masih ada saja perlakuan khusus pada nasabah tertentu.

3.4 Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Gejolak Harga di Pasar


Menurut Masyhud Ali ada 6 (enam) faktor yang mempengaruhi
terjadinya gejolak harga di pasar yaitu:
a. Faktor fundamental ekonomi
Merupakan faktor terkuat yang mempengaruhi harga pada jangka panjang.
Contoh: pada jangka pembedaan nilai tukar antar mata uang dua negara
mereflesikan perbedaan tingkat inflasi dan perbedaan kinerja ekonomi negara
tersebut.Terjadinya peristiwa besar dalam ekonomi dan politik Memiliki
dampak yang dramatis pada jangka pendek. Beberapa dampak dapat
dialokalisir, sementara peristiwa yang besar dapat memepengaruhi pasar
dunia.
b. Campur tangannya financial authorities

13
Berdampak jangka pendek, misalnya penurunana suku bunga atau
devaluasi mata uang jika terdapat dampak jangka panjang, hal ini menunjukan
adanya perubahan kebijakan ekonomi.
c. Perimbangan kekuatan permintaan dan penawaran
Memengaruhi Tingkat harga dalam jangka pendek, karena market makers
Akan melakukan adjustment.
d. Likuiditas pasar
Berdampak signifikan terhadap harga pasar,
Pasar yang likuid biasanya:
1. Memiliki banyak market maker
2. Tingkat Volume Bisnis yang tinggi
3. Margin perdagangan akan kecil (biaya Transaksi rendah)
Di lain pihak, pasar yang tidak likuid biasanya:
1. Memiliki margin yang lebar dan,
2. Perdagangan tidak aktif
Pasar yang Likuid dapat berubah menjadi tidak Likuid menjelang hari Libur
atau pengumuman kebijakan ekonomi.
e. Suburnya kegiatan arbitrage
Terjadi pada instrument yang diperdagangkan pada lebih dari satu pasar,
sehingga harga instrument bida berbeda anatara pasar yang satu dengan pasar
yang lain.
Contoh, saham yang diperjualbelikan dibursa efek London dan Bursa efek
New York. Jika harga di London lebih tinggi dibandingkan dengan harga di
New York, traders Akan menjual saham di London dan membeli di New
York, sehingga dapat langsung memperoleh Profit. Arbirage hanya terjadi
dalam waktu singkat, karena lancarnya aliran informasi real time dan
karakteristik pasar internasional.
3.5 Teknik Pengukuran Risiko Pasar
1. Deviasi Standar
Jika kita membicarakan distribusi normal, kita hanya memerlukan dua
parameter yaitu nilai rata-rata (atau disebut juga sebagai nilai yang
diharapkan) dan deviasi standarnya.Dengan dua parameter tersebut, kita
bisa melakukan banyak hal seperti menghitung probabilitas nilai tertentu.
2. Definisi Risiko Spekulatif Lainnya (Risiko Perubahan Kurs)
Kurs adalah suatu mata uang relatif terhadap mata uang lainnya.
Sebagai contoh, kurs Rp/$ barangkali dituliskan sebagai berikut ini: Rp
10.000/$. Kurs tersebut mempunyai arti bahwa satu dolar Amerika Serikat
nilainya sama dengan 10,000 rupiah.
Nilai absolute dari kurs tersebut barangkali tidak begitu penting.
Dengan kata lain, dalam kurs di atas, tidak berate bahwa Rupiah
merupakan mata uang yang lebih jelek karena lebih murah dibandingkan
dengan dolar AS. Perubahan kurs barangkali yang lebih penting
diperhatikan.Jika rupiah mempunyai kecenderungan melemah terhadap
dolar AS, maka kecenderungan tersebut bisa mengindikasikan sesuatu.

14
Mata uang suatu negara merupakan cerminan kondisi ekonomi
suatu Negara.Jika perekonomian suatu negara membaik, maka mata uang
Negara tersebut cenderung menguat tehadap mata uang negara lainnya.
Karena itu, jika mata uang suatu Negara melemah terhadap mata uang
Negara lain, maka ada kemungkinan bahwa kondisi Negara tersebut
melemah dibandingkan dengan sebelumya.
Jika suatu Negara menetapkan kurs mata uangnya terhadap mata
uang lain, maka perubahan kurs tidak lagi terjadi mekanisme pasar.
Perubahan kurs dilakukan oleh pemerintah secara resmi. Istilah menguat
atau melemahnya mata uang dengan sistem kurs yang tetap dan bebas bisa
dilihat pada tabel berikut :
Mata uang menguat Mata uang melemah
Sistem kurs Apresiasi Depresiasi
bebas
Sistem kurs tetap Revaluasi Devaluasi
Indonesia pernah mengalamidau sistem kurs yang berbeda.Sebelum
krisis pada tahun 1997, Indonesia menggunakan sistem kurs tetap.Perubahan
kurs dilakukan secara resmi oleh pemerintah.Biasanya pemerintah
mendevaluasikan rupiah tehadap dolar. Sebagi contoh, kurs sebelumnya
misalkan Rp 2.500/$. Kemudian pemerintah mendevaluasikan rupiah terhadap
dolar menjadi, misal, Rp 3.000/$. Perhatikan nilai rupiah menjadi turun (lebih
murah) terhadap dolar.Pemerintah mengumumkan secara resmi keputusan
tersebut.
Pada periode sesudah pertengahan tahun 1997, pemerintah Indonesia
memutuskan untuk mengambangkan nilai kurs rupiah.Dalam situasi tersebut,
nilai rupiah bergerak naik atau turun tergantung mekanisme pasar. Sebagai
contoh, jika perusahaan membutuhkan dolar untuk melunasi hutang dalam
dolar, permintaan terhadap dolar akan meningkat, yang menyebabkan naiknya
nilai dolar tehadap rupiah (atau turunnya rupiah terhadap dolar). Pada waktu
terjadi bom, rupiah jatuh nilainya terhadap dolar.Dalam kedua contoh tersebut,
Rupiah mengalami depresiasi tehadap dolar AS. Dalam situasi sebaliknya,
rupiah bisa menguat tehadap dolar (apresiasi), misal dari Rp 10.000/dolar
menjadi Rp 9.000/$. Perubahan tesebut ditentukan oleh mekanisme pasar,
bukannya oleh pemerintah.Bank Sentral bisa saja melakukan intervensi jika
mereka menginginkan kurs yang tertentu.Tetapi intervensi tersebut biasanya
dilakukan untuk melakukan mekanisme pasar.
3. Faktor-faktor yang Menyebabkan Perubahan Kurs
1. Perbedaan Inflasi
Inflasi suatu Negara yang lebih tinggi dibandingkan dengan Negara
lainnya menyebabkan kurs mata uang Negara tersebut melemah.
2. Perbedaan Tingkat Bunga
Tingkat bunga bisa dibedakan menjadi tingkat bunga nominal dan
tingkat bunga riil.Tingkat bunga nominal adalah tingkat bunga yang

15
bisa diobservasi.Tingkat bunga nominal bisa diketahui setelah kita
memperoleh informasi dari pemerintah.Tetapi tingkat bunga riil tidak
bisa diobservasi secara langsung.Tingkat bunga riil berpengaruh positif
terhadap nilai mata uang. Dengan kata lain, Negara mempunyai tingkat
bunga riil, maka mata uang Negara tersebut cenderung menguat.
Alasannya adalah, uang akan mengalir ke Negara dengan tingkat
keuntungan yang lebih tinggi.
3. Indepedensi Bank Sentral
Yang dimaksud indepedensi disini adalah kemampuan bertahan dari
tekanan (biasanya) pemerintah sedang berkuasa. Negara yang bank
sentral kurang independen akan gampang ditekan untuk mencetak uang
lebih banyak, yang mendorong tingkat inflasi dan menurunkan nilai
mata uang Negara tersebut.
4. Pertumbuhan Ekonomi
Negara yang mempunyai pertumbuhan ekonomi yang tinggi akan
menarik banyak investor. Banayak investor yang ingin masuk, yang
menyebabkan naiknya permintaan terhadap mata uang Negara tersebut.
5. Espektasi
Mata uang bisa dilihat dari sekuritas, sehingga bisa digunakan sebagi
alat investasi. Jika investor memperkirakan perusahaan tertentu akan
mempunyai prospek yang baik, maka saham perusahaan tersebut akan
meningkat, meskipun saat ini perusahaan tersebut tidak atau belum
mengalami perubahan yang signifikan. Tetapi karena investor
cenderung mengantisipasi, maka investor akan membeli tanpa
menunggu kenyataan yang terjadi di lapangan. Investor harus
bertindak cepat atas informasi yang diperolehnya, jika tidak, maka ia
akan kehilangan kesempatan untuk memperoleh keuntungan.
4. Eksposur Terhadap Perubahan Kurs
a. Eksposur Transaksi
Eksposur transaksi adalah eksposur yang terjadi karena perusahaan
memasuki kontrak tertentu, yang kemudian memunculkan
sejumlah nilai uang yang rentan terhadap perubahan kurs.

16
b. Eksposur Akuntansi
Eksposur akuntansi terjadi karena laporan keuangan dengan mata
uang tertentu, kemudian dikonversikanke laporan keuangan dengan
mata uang lain, rentan (terekspos) terhadap perubahan kurs.
c. Eksposur Operasi
Eksposur operasi adalah operasi perusahaan yang rentan
(terekspos) terhadap perubahn kurs.
d. Eksposur Ekonomi
Eksposur operasi digabung dengan eksposur transaksi menjadi
eksposur ekonomi.Eksposur operasi adalah nilai perusahaan yang
rentan terhadap perubahan kurs.

BAB IV
STUDI KASUS

17
4.1 Specific Market Risk
Studi Kasus: PT GUDANG GARAM, Tbk
Salah satu perusahaan rokok terbesar di Indonesia yaitu
PT Gudang Garam sempat menjadi perusahaan yang juga
mendapat dampak dari pelemahan nilai tukar rupiah terhadap
dollar Amerika Serikat yang melanda Indonesia, seperti berita
yang dilansir oleh liputan6.com berikut ini.
Dampak Pelemahan Rupiah Mulai Terasa ke Emiten
Pelemahan mata uang rupiah dalam beberapa hari
terakhir mempengaruhi laba-laba perusahaan yang sudah
melantai di Bursa Efek Indonesia (BEI). Berdasarkan data
Bloomberg, nilai tukar rupiah pada hari ini, Rabu (21/8/2013)
sudah menyentuh ke level Rp 10.963 per dolar Amerika
Serikat (AS). Pergerakan nilai tukar rupiah yang terjadi hari ini
sangat mempengaruhi emiten-emiten yang sudah melantai di
bursa.
Kepala Strategi Riset dan Ekuitas Bahana Sekuritas me
Harry Su mengatakan, akibat dampak pergerakan pelemahan
rupiah, banyak emiten yang terkena dampak dari pelemahan
rupiah tersebut."Jelaslah, pelemahan rupiah itu sangat jelek
untuk pasar.Tapi emiten yang mempunyai utang berdasarkan
mata uang dolar AS," ujar Harry ketika ditemui dalam acara
Halal bi Halal Bahana Group dan Market Update di Graha Cimb
Niaga, Jakarta, Rabu (21/8/2013).
Menurut Harry, selain faktor pelemahan rupiah yang
mempengaruhi laba bersih di setiap emiten, dan juga
kenaikan suku bunga acuan Bank Indonesia (BI Rate). Adapun
saham yang sangat terpengaruh terhadap pelemahan nilai
tukar rupiah adalah, PT Indosat Tbk (ISAT). Saham
telekomunikasi tersebut terkena dampak 17,9% dari laba
bersih, sedangkan pengaruh BI Rate hampir sebesar 24% dari
raihan laba bersih.
Selain ISAT, laba bersih perusahaan PT Gudang Garam
Tbk (GGRM) juga megalami penurunan hingga 0,9%. Laba PT
Bakrie Telekomunikasi Tbk (BTEL) juga mengalami penurunan
hingga 5,9% dan laba bersih PT Gajah Tunggal Tbk (GJTL)
mengalami penurunan 5,9%.
Lanjut Harry, pelemahan rupiah juga menurunkan laba
bersih emiten, tapi juga memberikan dampak pada
keuntungan emiten. PT Timah Tbk (TINS) mengalami
penurunan keuntungan hingga 5,2%, sedangkan PT Astra
Agro Lestari Tbk (AALI) mengalami penurunan laba bersih
hingga 3,4%. "Pelemahan mata uang rupiah juga berdampak
pada PT Sarana Menara Nusantara Tbk (TOWR) mengalami
penurunan laba bersih hingga sebesar 3,9%," tegasnya.
Ditambahkannya, pelemahan rupiah yang semakin tajam,
memang mempengaruhi kinerja emiten, khususnya yang

18
berpendapatan mata uang dolar AS. Berdasarkan berita diatas
PT Gudang Garam menjadi salah satu perusahaan yang
mengalami penurunan laba bersihnya sebesar 0,9% akibat
melemahnya nilai rupiah.
Hal ini dialami oleh PT Gudang Garam karena
perusahaan membutuhkan bahan baku utama berupa
tembakau dan cengkeh yang berkualitas untuk produk
mereka, sementara kualitas panen tembakau dan cengkeh
lokal yang menjadi bahan baku utama tersebut sangatlah
bergantung pada cuaca, faktor cuaca yang kini sering tidak
menentu mengakibatkan penurunan kualitas panen kedua
bahan baku tersebut. Sehingga perusahaan terpaksa harus
mengimpor persediaan bahan Baku mereka dari luar negeri
agar kualitas atas produk yang dihasilkan tetap terjaga. Inilah
yang menyebabkan menurunnya pendapatan dan laba bersih
perusahaan.
Selain itu penurunan pendapatan dan laba bersih
Gudang Garam dapat disebabkkan juga oleh aturan
pemerintah, karena sebelumnya industri rokok diberatkan
dengan aturan pemerintah yaitu regulasi mengenai rokok, PP
Nomor 109 tentang Pengamanan Bahan yang Mengandung
Zat Adiktif berupa produk Tembakau bagi kesehatan yang
dikeluarkan pemerintah tahun 2012 kemarin yang mengacu
pada Framework Convention on Tobacco Control (FCTC) yang
dicanangkan oleh WHO pada tahun 2003, salah satu
aturannya yang berupa kenaikan bea pita cukai yang secara
terus menerus dan juga kewajiban menampilkan gambar -
gambar seram dari bahayanya rokok pada kemasan dan iklan
rokok.
Biaya pita cukai dan PPN Gudang Garam pada tahun
2013 mencapai 29 triliun, atau setara 67% dari total beban
biaya pokok penjualan Gudang Garam. Dan jika dibandingkan
dengan pendapatan penjualan, biaya pita cukai Gudang
Garam tahun 2013 setara dengan 54% hasil pendapatan
penjualan perusahaan. Artinya, 54% dari total pendapatan
penjualan Gudang Garam tahun 2013 digunakan untuk
membayar Bea pita cukai dan PPN. Dan jika dilihat dalam
beberapa tahun belakang, kontribusi biaya pita cukai dan PPN
tersebut nilainya selalu diatas 50% dari total pendapatan
penjualan Gudang Garam. Bagaimana pun itu perusahaan
harus tetap mengeluarkan Dana untuk membayar besarnya
biaya pita cukai sesuai aturan.
Serta kewajiban perusahaan menampilkan gambar-
gambar dari bahaya dan dampak negatif rokok pada kemasan
serta iklan produk secara tidak langsung akan mengurangi
minat para konsumen untuk merokok, hal ini tentu saja akan
menurunkan penjualan rokok, termasuk rokok Gudang Garam
itu sendiri, dan dampak lainnya dari ketatnya aturan

19
pemerintah dalam industri rokok adalah Gudang Garam harus
mengurangi dan menghemat biaya perusahaan yang lainnya.

ANALISIS
Specific market risk merupakan risiko yang hanya
dialami secara khusus pada sektor atau sebagian bisnis saja
tanpa bersifat menyeluruh (Agus Sucipto: Manajemen Risiko).
Kasus ini termasuk dalam kebijakan yang diberlakukan pada
sektor Industri, yaitu rokok. Sesuai dengan pembahasan studi
kasus diatas, PT Gudang Garam ikut merasakan dampak dari
penurunan nilai tukar rupiah yang berakibat menurunnya laba
bersih perusahaan yang akan berdampak pada membagian
deviden kepada para pemegang saham, serta peraturan
pemerintah yang dapat menurunkan penjualan produk serta
pendapatan perusahaan. Salah satu cara yang dilakukan oleh
PT Gudang Garam untuk menanggulangi risiko tersebut
adalah dengan melakukan kebijakan penawaran pensiun dini
kepada para karyawannya terutama karyawan borongan
sigaret kretek tangan (SKT) dan operasional dengan alasan
untuk mengantisipasi dampak buruk yang akan terjadi pada
perusahaan dimasa mendatang akibat bertambah ketatnya
peraturan industri rokok yang telah ditetapkan oleh
pemerintah.

1. Mengapa perusahaan berhutang untuk menjalankan bisnis dan


operasionalnya?
Jawab:
Alasannya untuk perusahaan bisa memperoleh dan menambah modal kerja
serta biaya untuk operasional dengan lebih mudah dan cepat, apalagi
sebagai perusahaan rokok membutuhkan biaya operasional yang tinggi
karena banyak memperkerjakan tenaga kerja
2. Kepada siapa perusahaan berhutang tersebut?
Jawab:
PT Gudang Garam melakukan kredit berupa pinjaman jangka pendek
kepada sejumlah bank lokal dan asing, serta perusahaan mendapat
pinjaman modal dari para investor melalui penjualan saham perusahaan.
3. Bagaimana perusahaan melakukan pembayaran utang tersebut?
Jawab:
Untuk pembayaran kredit pinjaman jangka pendek kepada sejumlah bank
perusahaan berusaha untuk melunasinya sebelum jatuh tempo, sementara
untuk kepada investor pelunasannya dilakukan pembagian deviden kepada
pemegang saham ketika perusahaan mendapatkan laba
4. Apa saja risiko yang dihadapi oleh perusahaan?
Jawab:
a. Risiko Bisnis dan Risiko Pasar
Sesuai dengan pembahasan studi kasus, perusahaan ini yaitu PT
Gudang Garam merasakan dampak dari penurunan nilai tukar rupiah
yang berakibat menurunnya laba bersih perusahaan yang akan

20
berdampak pada membagian deviden kepada para pemegang saham,
serta peraturan pemerintah yang dapat menurunkan penjualan produk
serta pendapatan perusahaan.
b. Risiko Likuiditas
Karena perusahaan berhutang maka perusahaan memiliki risiko tidak
dapat melunasi seluruh utang dan kewajibannya kepada sejumlah bank
dan para investornnya.
c. Risiko Operasional
Perusahaan membutuhkan bahan aku yang berkualitas untuk
memproduksi produknya namun banyak kendala yang harus dihadapi
karena kualitas panen bahan Baku yang sering berubah yang tentu saja
Akan mengganggu proses produksi.
d. Risiko Peraturan Pemerintah
Sebagai perusahaan yang memproduksi rokok yang mempunyai
dampak Negatif pada kesehatan, tentu saja akan ada peraturan khusus
dari pemerintah untuk mengawasi penjualan produk rokok tersebut,
peraturan yang berupa pengetatan dalam iklan yang tentu akan
mempengaruhi penjualan produk mau tidak mau harus dihadapi oleh
perusahaan.
5. Bagaimana Cara agar perusahaan dapat mengembangkan usahanya tanpa
melakukan kredit atau berhutang?
Jawab:
Perusahaan dapat mengefisienkan pengeluaran dan memaksimalkan
kinerja operasional serta penggunaan asset perusahaan yang ada agar dapat
menyisihkan Dana untuk melakukan promosi produk seperti menjadi
sponsorship untuk acara-acara besar misalnya pertandingan olahraga
bertaraf internasional, selain demi penaikan penjualan produk Cara ini
dilakukan agar tetap bisa berpromosi ditengah ketatnya peraturan iklan dan
penjualan rokok oleh pemerintah.
Perusahaan juga dapat melakukan investasi dengan menanamkan modal
dan membeli saham perusahaan lain agar mendapatkan sebagian deviden
dari perusahaan tersebut untuk tambahan modal kerja.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Risiko pasar (Market Risk) didefinisikan sebagai risiko kerugian pada
posisi neraca dan rekening administratif yang diakibatkan oleh perubahan /
pergerakan variabel pasar seperti tingkat suku bunga, kurs valuta asing, saham
dan komoditi. Penurunan suku bunga di pasar sehingga mempengaruhi harga
dari seluruh instrumen keuangan yang terkait dengan pergerakan suku bunga.
Adapun Faktor-faktor yang Mempengaruhi Terjadinya Gejolak Harga di Pasar
a. Faktor fundamental ekonomi
b. Terjadinya peristiwa besar dalam ekonomi dan politik

21
c. Campur tangannya financial authorities
d. Perimbangan kekuatan permintaan dan penawaran
e. Likuiditas pasar
f. Suburnya kegiatan arbitrage

DAFTAR PUSTAKA
Boone, Louis E, David L Kurtz. 2007. Pengantar BisnisKontemporer, Edisi ke XI.
Jakarta: Salemba Empat.
Griffin, RickyW. 2004. Manajemen; edisi ketujuh jilid 2. Jakarta: Erlangga
Husein Umar, 2005, “Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis”, Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada
Fahmi Irham. 2014. Managemen Risiko; Edisi ke dua. Bandung: Penerbit Alfabeta.
Sadono Sukirno, 2013. Mikro Ekonomi Pengantar edisi 3. Jakarta: PT Raja Grafindo
Persada
Ali Masyhud. 2006,”Managemen Risiko”, Jakarta: PT RAJAGRAFINDO
PERSADA.

22
23
LAMPIRAN-LAMPIRAN

24
Persyaratan Risk-based Capital Market, ahli
Kegiatan, dan Risiko Bank
Holod Dmytro, Yuriy Kitsul, Gokhan¬ atas

PII:
DOI:
Referensi:

S0378-4266 (17) 30.205-4


10,1016 / j.jbankÞn.2017.08.019

JBF 5202
Untuk tampil di:

Jurnal Perbankan dan Keuangan

Tanggal diterima:

tanggal revisi:
tanggal diterima:

30 September 2016

7 Juli 2017
25 Agustus 2017

Silakan mengutip artikel ini sebagai: Holod Dmytro Yuriy Kitsul, atas Gokhan¬,
berbasis Risiko Pasar Persyaratan Cap-ital, ahli Aktivitas, dan Risiko Bank, Jurnal
Keuangan dan Perbankan (2017), doi: 10,1016 / j.jbankÞn.2017.08.019

Ini adalah Þle PDF diedit naskah yang telah diterima untuk publikasi. Sebagai
layanan untuk pelanggan kami kami menyediakan versi awal naskah. Naskah akan
menjalani kontrak copyediting, typesetting dan meninjau bukti dihasilkan sebelum
diterbitkan dalam bentuk Þnal. Harap dicatat bahwa selama proses produksi
kesalahan dapat ditemukan yang dapat mempengaruhi konten, dan semua hukum
disclaimers yang berlaku untuk jurnal berhubungan.

25
Pasar berbasis risiko persyaratan modal, kegiatan perdagangan, dan Bank
risiko
* ** *
Dmytro Holod Yuriy Kitsul , dan Gökhan Torna

Juli, 2017

Abstrak

Penelitian ini menyelidiki jika pasar berbasis risiko persyaratan modal (MRR)
dilaksanakan dalam 1998 dikurangi bank risiko yang terkait dengan aktivitas
perdagangan. Menyadari bahwa hanya Bank dengan aktivitas perdagangan yang cukup
tinggi dikenakan MRR (diatur), kami menerapkan pendekatan perbedaan dalam
perbedaan (DID) untuk menunjukkan bahwa pada periode post-MRR, bank-bank yang
tidak diatur mengalami peningkatan risiko terkait dengan kegiatan perdagangan,
sementara rekan-rekan mereka diatur menikmati ada perubahan yang cukup besar
dalam resiko yang terkait perdagangan. Kami menafsirkan koefisien DID negatif
dihasilkan sebagai bukti efek yang mengurangi risiko dari MRR. Efek ini menghilang
di Bank sudah memiliki modal yang cukup. Kami juga menunjukkan bahwa setelah
pelaksanaan MRR, bank-bank yang tidak diatur menunjukkan peningkatan yang
signifikan lebih besar dalam kontribusi buram aktivitas trading untuk bid-ask spread,
dibandingkan dengan bank-bank yang diatur, yang Asosiasi antara kegiatan
perdagangan dan Bid-ask spread benar-benar menolak. Hasil kami konsisten dengan
pandangan bahwa MRR secara signifikan mengurangi bahaya moral dan merugikan
pemilihan masalah yang terkait dengan aktivitas perdagangan yang buram.

Klasifikasi JEL: G00, G20, G21, G28


Kata kunci : Pasar berbasis risiko persyaratan modal modal peraturan; perdagangan
aktifitas sistematis risiko; risiko yang istimewa; informasi lingkungan.
*
College of Business, Stony Brook Universitas Stony Brook, NY 11794-3775, E-mail
dan ponsel: (untuk Dmytro Holod) Dmytro.Holod@stonybrook.edu, + 1 (631)-632-
7183; (Untuk Gökhan Torna) Gokhan.Torna@stonybrook.edu, + 1 (631)-632-5403.
* Federal Reserve Board-Divisi Urusan moneter, Washington, DC 20551, E-mail dan
telepon: yuriy.kitsul@frb.gov, + 1 (202)-452-2967. Pandangan yang dikemukakan dalam
makalah ini adalah penulis sendiri dan tidak selalu mencerminkan pandangan Dewan
Gubernur Federal Reserve System, Federal Reserve System atau staf mereka.

26
1. Pendahuluan
Komite Basel Banking Supervision diamandemen kemauan modal di tahun
1996 memerlukan Bank terus tambahan modal untuk memperhitungkan risiko pasar,
dengan maksud menyediakan Bank dengan lapisan tambahan perlindungan terhadap
gerakan-gerakan yang tak terduga dari nilai aset dalam akun perdagangan mereka.
Aturan-aturan risiko pasar ini mulai diberlakukan untuk pertama kalinya di Amerika
Serikat di kuartal pertama tahun 1998 dan melanggar tanah baru dalam peraturan
modal. Dalam menanggapi krisis keuangan 2007-08, regulator perbankan federal
Komite dan AS memperkenalkan serangkaian beberapa baru atau direvisi modal
peraturan lainnya, misalnya, undang-undang Dodd Frank, Basel II.5, Basel III. Menurut
standar modal yang baru saja diusulkan untuk risiko pasar oleh Komite Basel, Bank
akan tunduk pada persyaratan modal yang sulit untuk posisi mereka perdagangan (lebih
dari 20% tambahan peningkatan pasar berbasis risiko persyaratan modal (Heltman
2016)). Selain itu, standar modal yang diusulkan memerlukan bank untuk
meningkatkan sistem manajemen risiko internal atau menggunakan model manajemen
risiko standar yang diperbarui.

Meskipun penekanan regulasi yang signifikan pada persyaratan modal untuk


mengatasi Bank eksposur risiko pasar selama dua dekade terakhir, ada sedikit
penelitian akademis efektivitas pasar berbasis risiko persyaratan modal (MRR). Hal ini
mengejutkan terutama karena tidak hanya revisi yang dibangun di atas dan
diperpanjang MRR 1998 tetapi juga telah ada sejumlah besar oposisi dan kritik dari
industri perbankan tentang tujuan dan efektivitas MRR (Fox, 1995; Elstein, 1996).
Dalam tulisan ini, kita membahas sebuah putuskan oleh menyelidiki Apakah MRR
1998 memiliki dampak yang cukup besar pada risiko bank yang terkait dengan
perdagangan eksposur. Menggunakan tingkat ambang peraturan kegiatan perdagangan
untuk menentukan apakah bank itu subjek (diatur) atau tidak (tidak diatur) untuk MRR
subjek, kami menerapkan pendekatan perbedaan dalam perbedaan (DID), dengan
demikian berfokus pada 1 perbedaan antara efek kegiatan bank risiko antara bank
diatur dan tidak diatur sebelum dan setelah pengenalan MRR perdagangan. Pendekatan
DID berfokus pada rentang waktu sempit di sekitar murni eksogen, peraturan shock
MRR tahun 1998 memungkinkan kita untuk mengisolasi efek memusingkan lain faktor
struktural, persyaratan modal baru dan turmoils keuangan yang mungkin telah
1
mempengaruhi secara keseluruhan risiko profil Bank. Untuk yang terbaik dari
pengetahuan kita, kertas kami adalah yang pertama untuk langsung menguji pertanyaan
penelitian penting tersebut.

Estimasi OLS tetap efek dalam rangka DID pada 10,660 kuartalan pengamatan
dari 623 unik publik diadakan US bank perusahaan holding (BHCs) selama periode
sampel kita antara 1994:Q2 dan 2001:Q1 menghasilkan hasil sebagai berikut.
Dibandingkan dengan periode pra-1998, bank-bank yang tidak tunduk pada MRR
berpengalaman peningkatan risiko yang terkait dengan perdagangan aktivitas di masa
pasca 1998, sementara rekan-rekan mereka diatur menikmati tidak cukup perubahan-
atau bahkan sedikit penurunan – di risiko terkait perdagangan. Kami menafsirkan
koefisien DID negatif dihasilkan sebagai bukti dari efek yang mengurangi risiko dari
MRR. Menariknya, menanggapi diferensial MRR antara bank-bank yang diatur dan tak
teregulasi menghilang ketika hanya memiliki modal yang cukup Bank dianggap,
menyarankan bahwa kendala peraturan baru adalah kemungkinan mengikat bagi bank-
bank baik dikapitalisasi. Kami juga menunjukkan bahwa sementara bank-bank yang
tidak diatur mengalami peningkatan yang signifikan dalam saham bid-ask spread yang

27
terkait dengan perdagangan aktivitas selama periode pasca 1998, tepi diatur tidak. Hal
ini menunjukkan bahwa selain peraturan biaya modal yang diperlukan untuk menutupi
risiko pasar, diperlukan pengungkapan informasi pribadi tentang perdagangan
portofolio dikurangi kegelapan yang terkait dengan aktivitas perdagangan. Temuan ini
menunjukkan bahwa persyaratan modal berbasis risiko pasar secara signifikan
mengurangi bahaya moral dan merugikan pemilihan masalah yang terkait dengan
aktivitas perdagangan buram Bank.

1
Periode sampel dimulai dari tanggal diamati pertama dari perdagangan aset dan kewajiban dalam
pengajuan peraturan dari 1994:Q2 dan berakhir di 2001: Q1 sebelum resesi 2001 yang mengambil tempat
di antara Maret 2001 dan November 2001, menurut NBER.

Hasil bertahan serangkaian tes ketahanan luas. Pertama, meskipun kami dengan
hati-hati membatasi periode sampel kami sampai waktu yang sempit span di sekitar
MRR shock peraturan dalam kerangka DID, lain pasar dan perkembangan peraturan,
misalnya, Jasa Keuangan
Modernisasi Act (juga dikenal sebagai undang-undang Gramm-Leach-Bliley 
GLBA), efektif November 1999, mungkin telah mempengaruhi profil risiko bank; oleh
karena itu, kami menemukan mungkin disebabkan oleh sebagian atau keseluruhan GLBA,
daripada MRR. Kami melakukan beberapa tes subsampling membahas masalah ini, dan
menunjukkan bahwa tes ini tidak menggolongkan temuan-temuan utama kami. Kedua,
kita memperluas periode sampel kami sampai dengan 2006 (sebelum krisis keuangan
global 2007-2008) dan menunjukkan bahwa hasil kami sebagian besar terus. Mungkin
juga mungkin bahwa Asosiasi kami diamati antara pelaksanaan risiko MRR dan bank
mungkin didorong oleh bank-spesifik ex-ante perbedaan antara bank diatur dan tidak
diatur. Kami menerapkan yang cocok skor kecenderungan dan menunjukkan bahwa hasil
kami tetap tidak berubah. Akhirnya, temuan bertahan beberapa tes plasebo mana kita
hanya berfokus pada salah satu pra-MRR atau posting - MRR periode dan sewenang-
wenang menetapkan tanggal efektif dari pedoman MRR.
Hasil kami memiliki implikasi kebijakan penting. Menemukan bahwa bank-
bank yang diatur, kegiatan perdagangan tidak mempunyai kontribusi risiko seperti itu
untuk bank-bank yang tidak diatur selama periode post-MRR dalam sampel kami
menunjukkan bahwa peraturan persyaratan modal memiliki efek yang diinginkan. Fakta
bahwa menanggapi diferensial MRR antara bank-bank yang diatur dan tak teregulasi
menghilang di Bank sudah memiliki modal yang cukup dapat mengarah ke peran moral
hazard insentif di Bank dengan bantal ekuitas yang lebih kecil, sehingga
menggarisbawahi pentingnya modal peraturan. Hasil kami juga menyarankan bahwa
MRR meningkatkan lingkungan informasi bank, yang bisa dihubungkan tidak hanya
untuk pengurangan risiko istimewa melalui tambahan modal bantal, tetapi juga upaya
pemantauan diperpanjang. Unit-unit pengelolaan risiko independen internal
dalam organisasi perbankan serta pengawasan pengawasan eksternal oleh lembaga
regulator dan pengungkapan publik informasi berharga, pribadi berkaitan buram
aktivitas perdagangan yang diperlukan oleh aturan risiko pasar tampaknya akhirnya
membantu mengurangi pilihan buruk masalah selama periode post-MRR.
2. latar belakang
2.1. terkait sastra
Di AS, upaya peraturan pertama untuk mengikat risiko portofolio bank untuk
posisi modal datang pada tahun 1989 setelah mengadopsi serangkaian persyaratan
modal dan standar (berlaku 1988 Accord Basel, juga dikenal sebagai Basel I) yang
dirilis oleh Komite Basel. Selain itu persyaratan modal berbasis risiko ini, Lembaga

28
Penjamin seperti Bank walinya undang-undang federal (lembaga pengatur) disahkan
pada tahun 1991 untuk memperkenalkan berbasis risiko asuransi deposito. Mengganti
premi asuransi tetap
dengan premi berbasis risiko terkait dengan rasio modal dan sistem rating
seragam pengawasan, pihak yang berwenang tlah mengejar tujuan mencegah
pengambilan risiko yang berlebihan dan insentif moral hazard (risiko pergeseran dari
bank ke deposit asuransi), persyaratan modal penguatan, dan sistem pengendalian
internal meningkatkan bank (Aggarwal dan Jacques, 2001;
Inisiatif regulasi dan pengawasan tersebut untuk mengelola risiko bank tidak
selalu memerlukan ahli bank untuk memperhitungkan risiko pasar pernah ketika
mempertahankan tingkat modal. Setelah persetujuan resolusi diubah pada tahun 1995
oleh komite Basel, regulator sebagai diperlukan bank untuk menyelaraskan modal
untuk kegiatan ahli dengan eksposur mereka untuk risiko pasar, efektif 1 Januari 1998.
2
Untuk pertama kalinya di industri perbankan sebagai, aturan risiko pasar tlah
diperlukan bank untuk menetapkan tingkat modal mereka berdasarkan VAR yang
dihasilkan oleh mereka
2
Beberapa bank, termasuk yang diwakili oleh Swap Internasional dan Asosiasi Derivatif, mengeluh
bahwa aturan risiko pasar yang-tidak perlu kaku dan sangat conservative‖ dan membutuhkan terlalu
banyak modal memaksakan costs‖-berlebihan pada bank yang sengit bersaing dengan lembaga keuangan
non-bank meningkat (Fox, 1995; Elstein, 1996).
model risiko internal, yang secara teratur kembali diuji. Aturan tambahan memiliki non
bank diperlukan untuk memverifikasi apakah unit manajemen risiko bank dan strategi
dibentuk independen dari unit ahli mereka dan operasi (Seiberg, 1996).
Lebih umum, pekerjaan kami berkaitan dengan studi yang menyelidiki
hubungan antara kebutuhan risiko dan modal. Sejauh ini, studi ini telah menghasilkan
hasil yang beragam. Beberapa karya baik tidak menemukan bukti pengurangan risiko
atau menemukan peningkatan risiko mengambil hasil pelaksanaan aturan berbasis
risiko modal (Koehn dan Santomero (1980), Kim dan Santomero (1988), Berger dan
Udell (1994), Hancock dan Wilcox (1994), dan Blum (1999). Secara khusus,
Hovakimian dan Kane usaha (2000) untuk mengukur efektivitas modal peraturan antara
tahun 1985 dan 1994, dan menyimpulkan bahwa berbasis risiko persyaratan modal
1991 gagal untuk sepenuhnya menghilangkan Bank moral hazard insentif.
Di sisi lain, Furlong dan Keeley (1989), Keeley (1990), dan Jacques dan
Albuquerque (1997) menemukan bukti bahwa peningkatan persyaratan modal dan
berbasis risiko modal standar efektif dalam mengurangi risiko bank. Hellmann,
Murdock, dan Stiglitz (2000) dan Repullo (2004) memperhitungkan kekuatan
persaingan dan pasar dan memberikan dukungan bersyarat pandangan bahwa
persyaratan modal yang lebih ketat mengakibatkan penurunan risiko bank. Hellmann et
al. (2000) berpendapat bahwa berbasis risiko persyaratan modal dengan peraturan
tingkat ketat deposit secara efektif dapat mengakibatkan hasil yang efisien Pareto.
Repullo (2004) menunjukkan bahwa di pasar yang sangat kompetitif mana bank
waralaba nilai kecil, bank cenderung untuk berinvestasi dalam perjudian aset dalam
ketiadaan Peraturan ketat perbankan; oleh karena itu, lebih tinggi persyaratan modal
yang berbasis risiko efektif dalam mengurangi insentif moral hazard. Calem dan Rob
(1999) berpendapat bahwa mungkin ada diferensial dampak dari modal standar
peraturan pada pengambilan risiko yang didasarkan pada posisi modal Bank ex ante.
Mereka menemukan berbentuk U hubungan antara ex ante posisi modal bank dan
mengambil perilaku risiko, dan menunjukkan bahwa risiko mengambil pertama
menolak dan kemudian meningkat sebagai modal bank terus meningkat.

29
Lain strand sastra berfokus pada peran sistem manajemen risiko dan berbasis
VaR persyaratan modal risiko bank mengambil perilaku. Alexander, Baptista dan Yan
(2014) panggilan ke pertanyaan efektivitas MRR diberikan sejumlah besar kerugian
yang dikeluarkan oleh Bank selama krisis keuangan hari perdagangan. Mereka
menunjukkan bahwa Bank mengambil sejumlah besar ekor risiko dalam buku-buku
mereka perdagangan tanpa menghadapi denda persyaratan modal oleh pemeriksa bank.
Perignon dan Smith (2010) menemukan bahwa bank komersial AS VaR perkiraan bias
gagal untuk menghasilkan penilaian risiko ―overly prudent‖. Darialex dan Shapiro
(2001) menunjukkan bahwa dibandingkan dengan agen dengan tidak ada kendala VaR,
manajer risiko dihadapkan dengan kendala VaR mungkin memilih berisiko portofolio
untuk mengoptimalkan utilitas diharapkan mereka. Dangl dan Lehar (2004), di sisi lain,
secara teoritis menunjukkan bahwa berbasis VaR persyaratan modal tidak hanya
mendorong bank-bank yang pelarut untuk membatasi risiko aset tetapi juga
menyebabkan mereka untuk mengurangi nilai deposit asuransi kewajiban. Teoritis lain
oleh Cuoco dan Liu (2006) memprediksi bahwa berbasis VaR persyaratan modal secara
efektif mendorong bank untuk mengurangi risiko ekor sementara peningkatan mereka
insentif untuk mengungkapkan informasi pribadi tentang mereka perdagangan
portofolio.
2.2. pasar berbasis risiko persyaratan modal 1998
MRR 1998 berlaku untuk lembaga yang posisi di akun (perdagangan aset ditambah
perdagangan kewajiban) melebihi $1 miliar atau 10% dari total aset perbankan. Biaya
juga dapat diterapkan pada kebijaksanaan peraturan Pengawas. Pasar berbasis risiko
pendakwaan dilaporkan secara tidak langsung pada jadwal HC-R bentuk Y-9_C dengan
assets‖ setara ―market risiko, yang terkait dengan modal sedemikian cara yang
berbobot rasio modal total (termasuk modal Tier 3) dengan jumlah ―Risk Assets‖,
akuntansi untuk risiko kredit, dan ―Market risiko Assets‖ setara, disesuaikan untuk
risiko pasar, adalah minimal 8%. Aturan ini diwakili oleh rumus berikut.
(Tier1 + Tier2 + Tier3) / (risiko tertimbang aset + pasar risiko aset-aset yang setara) =
8%.
Untuk menentukan asetnya setara risiko pasar, bank pertama menghitung
ukuran risiko pasar dengan menghitung 1 (99) persen VaR portofolio perdagangan
selama 10 hari horizon menggunakan setidaknya satu tahun bersejarah data harian
(diperbaharui setidaknya sekali seperempat). Ukuran risiko pasar kemudian dihitung
sebagai jumlah maksimal 60-hari rata-rata VaR, skala dengan faktor minimal 3, atau
VAR pada hari pemesanan, ditambah beberapa biaya risiko tertentu. Memperbolehkan
bank untuk menggunakan model internal mereka untuk menghitung VaR. Faktor skala
dapat ditingkatkan, jika perkiraan VaR melewatkan sesuai percentiles menyadari P & L
distribusi. Aset setara risiko pasar kemudian dihitung sebagai produk ukuran risiko
pasar dan faktor 12,5. Risiko pasar setara aset ditambahkan ke risiko lainnya tertimbang
aset untuk membentuk dasar persyaratan modal minimum (Lihat rumus di atas).
Kita menghitung rasio biaya modal risiko pasar (MRC) sebagai rasio risiko
pasar setara aset aset total risiko tertimbang (risiko tertimbang aset + pasar berisiko aset
setara). Rasio menangkap saham tambahan berbasis risiko modal dalam berbasis risiko
modal total (Tier 1 Tier2 + Tier 3) yang harus disediakan oleh BHC dengan paparan
untuk risiko pasar untuk mempertahankan rasio yang sama berbasis risiko modal
sebagai BHC dengan paparan tidak untuk memasarkan ri SK. modal tier apapun dapat
digunakan untuk menutupi biaya risiko pasar. Meskipun modal Tier-3 mungkin
menjadi pilihan ―cheapest‖ untuk menutupi biaya, memandang hanya Tier -3 modal
untuk menilai risiko pasar modal mungkin menyesatkan. Apendiks 1 menunjukkan
ringkasan statistik untuk rasio MRC serta distribusi. Perhatikan bahwa kita

30
mempertimbangkan hanya mereka BHCs yang dikenakan persyaratan modal berbasis
risiko pasar, dan kita mempertimbangkan periode hanya pasca 1998. Seperti yang kita
lihat dari lampiran 1,
rata-rata, biaya risiko pasar mewakili 3,30% dari BHC berbasis risiko modal. Namun,
MRC dapat menjadi cukup besar di ekor tepat distribusi. Secara khusus, untuk bagian
atas 10% bank-seperempat pengamatan, MRC menyumbang lebih dari 10% dengan
modal total berbasis risiko, dan atas 5% dari pengamatan, MRC berbagi di ibukota
berbasis risiko total adalah lebih dari 19%.
3. hipotesis dan spesifikasi
Walaupun tujuan utama dari penelitian kami untuk menyelidiki Apakah MRR,
dilaksanakan pada tahun 1998, memiliki implikasi apapun untuk risiko bank,
mengamati peningkatan (turun) risiko bank setelah tahun 1998 mungkin tidak selalu
menyiratkan bahwa peningkatan (turun) didorong oleh MRR. Perubahan struktural dan
institusi lain yang relevan mungkin telah terjadi. Untuk menyelidiki Apakah perubahan
dalam risiko bank setelah tahun 1998 adalah terkait dengan pelaksanaan MRR, kita
terlebih dahulu mengidentifikasi bank yang dipengaruhi oleh perubahan peraturan.
Kami memanfaatkan fakta bahwa selama pelaksanaan MRR, hanya Bank dengan cukup
tinggi tingkat kegiatan (diatur Bank) perdagangan dikenakan biaya modal tambahan.
Bank yang tidak mencapai ambang peraturan aktivitas trading (tidak diatur Bank) tidak
memiliki untuk memasok modal tambahan untuk menutupi eksposur risiko pasar
mereka, sesuai dengan aturan risiko pasar. Menyelidiki bagaimana hubungan antara
kegiatan perdagangan dan risiko bank berubah setelah pelaksanaan MRR, dan
membandingkan perubahan tersebut antara bank diatur dan tidak diatur, kita pada
dasarnya melakukan estimasi perbedaan dalam perbedaan menangkap pengaruh MRR
risiko bank.
Studi tentang hubungan antara perdagangan risiko aktivitas dan bank telah
menghasilkan hasil yang beragam. Di satu sisi, tingkat yang lebih tinggi aktivitas
trading dapat berkontribusi terhadap risiko bank karena aktivitas perdagangan
dianggap, secara umum, buram (Myers dan Rajan, 1995; Morgan, 2002) dan
pendapatan dari kegiatan ini dikenal untuk menjadi tidak stabil (DeYoung dan Roland,
2001;
Stiroh dan Rumble, 2006; DeYoung dan Torna, 2013, Williams 2016). Sebagai contoh,
Shleifer dan Vishny (2010) menunjukkan bahwa ―modern banking‖ kegiatan
mengirimkan fluktuasi dalam sentimen-sentimen investor dalam industri perbankan.
Raja, Massoud dan lagu (2013) menunjukkan bahwa perdagangan aset, secara umum,
adalah positif terkait dengan risiko bank sistematis serta sistemik di tahun 2000
sebelum dan setelah krisis keuangan baru, sementara Mayordomo, Rodriguez-Moreno,
dan Pena (2014) menemukan hanya jenis tertentu derivatif, misalnya Valuta Asing dan
derivatif kredit positif dikaitkan dengan risiko sistemik. Di sisi lain, aktivitas
perdagangan dapat mengizinkan organisasi perbankan untuk diversifikasi sumber-
sumber penghasilan di luar tradisional aktivitas yang menghasilkan bunga. Oleh karena
itu, bank-bank yang memperluas ke aktivitas perdagangan dapat berpotensi mengurangi
eksposur risiko istimewa mereka konsisten dengan temuan empiris Kwast (1989) dan
Kwan (1998). Saghi-Zadek (2016) menemukan bahwa diversifikasi produk membantu
bank mengurangi risiko default asalkan struktur kepemilikan bank melibatkan investor
institusi atau pemegang saham pengendali yang serupa. Hal ini juga econometrically
menantang untuk mengungkapkan arah kausalitas karena bank ex-ante risiko sikap
dapat mempengaruhi keputusan mereka untuk perdagangan. Dalam tulisan ini, tujuan
kami adalah untuk tidak menjawab pertanyaan kontroversial tersebut. Sebaliknya,
dengan berfokus pada agaknya eksogen peraturan shock untuk keputusan trading Bank,

31
kita mengeksplorasi bagaimana hubungan antara perdagangan risiko aktivitas dan bank
berubah setelah pengenalan MRR di seluruh Bank diatur dan tidak diatur. Oleh karena
itu, hipotesis null kami:
H1: Hubungan antara aktivitas ahli dan risiko bank untuk bank diatur tidak berubah
secara statistik lebih atau kurang dari itu bagi bank yang tidak diatur pada
pelaksanaan persyaratan modal berbasis risiko pasar.

4. data dan sampel


Unit kami pengamatan adalah Bank Holding Company (BHC). Meskipun
subsidiari BHC setiap individu dapat dikenakan MRR, kami tidak dapat menggunakan
data tingkat anak perusahaan, karena masing-masing anak perusahaan yang tidak
publik, yang membuat tidak mungkin untuk memperkirakan risiko pasar mereka.
Sebaliknya, kami menggunakan laporan keuangan konsolidasi bank perusahaan holding
(Y-9 bentuk) dan membatasi sampel kami ke publik BHCs hanya. Untuk
mengidentifikasi publik BHCs, kita memperluas Holod dan Peek (2007) Daftar
organisasi publik perbankan dengan mencocokkan data dari bentuk-bentuk Y-9 dengan
data pada BHC kembali, menggunakan CRSP database.
Untuk memeriksa peran MRR di BHCs' risiko yang terkait dengan eksposur
mereka perdagangan, kami fokus pada periode sampel dari 1994:Q2 untuk 2001:Q1
untuk beberapa alasan. Pertama, data neraca BHC yang berkaitan dengan perdagangan
aset dan kewajiban tersedia untuk umum mulai dari kuartal kedua tahun 1994. Kedua,
untuk mengidentifikasi efek bersih MRR pada hubungan antara risiko bank dan
aktivitas perdagangan, kami ingin untuk mengisolasi sebanyak mungkin efek lain
utama industri-lebar guncangan, turmoils keuangan dan standar modal baru atau yang
direvisi diperkenalkan oleh lembaga regulator setelah MRR. Oleh karena itu, kita hati-
hati membatasi sampel kami relatif stabil periode sebelum dan setelah pengenalan
aturan risiko pasar. Sejak awal
periode sampel kami, sudah ada dua kontraksi dalam ekonomi AS: 2001 resesi yang
terjadi antara Maret 2001 dan November 2001, dan resesi besar yang terjadi antara
Desember 2007 dan Juni 2009, menurut NBER. Akibatnya, untuk estimasi awal kami,
kami mengakhiri periode sampel kami di 2001:Q1, sehingga memiliki 15 quarters data
sebelum dan 13 quarters data setelah pelaksanaan MRR. Untuk memeriksa kewarasan,
meskipun, kami memperluas periode post-MRR dalam sampel kami sampai dengan
2006 dan menunjukkan hasil dalam Apendiks 6 untuk 8. Kita menahan diri dari
termasuk data poin dari periode di sekitar krisis 2007 untuk dua alasan. Pertama, resesi
besar itu ―the terburuk selama kinerja bank sejak Depression‖ besar (Beltratti dan
Stulz, 2012). Angka 1(a) dan 1(b) menggambarkan sarana penampang kuartalan tingkat
risiko yang sistematis dan istimewa di bank-bank yang diatur dan tidak diatur selama
dua puluh tahun antara 1994:Q2 dan 2014:Q4. Jelas, 2007 global shock berdampak
belum pernah terjadi sebelumnya pada Bank diatur dan tidak diatur. Kedua, pedoman
peraturan dan persyaratan modal yang diperkenalkan selama periode ini (misalnya,
Basel II, undang-undang Dodd Frank, Basel II.5 dll) lain akan membuat penyelidikan
kami pada pasar pertama risiko - modal berdasarkan aturan tidak dapat dimengerti.
Untuk meringkas, sampel regresi dasar kami mencakup 623 BHCs publik
selama periode antara 1994:Q2 dan 2001:Q1, yang mengakibatkan 10,660 pengamatan.
Ringkasan statistik variabel yang digunakan dalam analisa kita ditunjukkan dalam tabel
1. Sementara variabel utama menarik, FRA, merupakan rata-rata kurang dari 1% dari
aset total bank, memiliki variasi besar dan mencapai hampir 21% dari total aset untuk

32
beberapa BHCs. gambar 2 menunjukkan bahwa pada tingkat agregat industri,
perdagangan eksposur (agregat aset dan kewajiban, dinormalisasi oleh aset bank
agregat) yang terus meningkat dari 10% ke 15% pada akhir periode sampel kami.

5. hasil

5.1. Pendahuluan regresi


Sebagai langkah awal dalam analisa kita, kita mulai dengan sederhana, regresi
eksplorasi yang menunjukkan bagaimana profil risiko bank berubah setelah
pelaksanaan MRR, tanpa menghubungkan risiko bank ke aktivitas perdagangan atau
mengatasi setiap ex ante bank perbedaan antara Bank diatur dan tidak diatur. Sebelum
kita menerapkan pendekatan dalam perbedaan-perbedaan, kita pertama menguji paralel
tren asumsi implisit diasumsikan di estimasi DID. Hasil digambarkan dalam Panel dari
Apendiks 3 menunjukkan bahwa untuk empat dari lima langkah-langkah, bank-bank
yang diatur dan tak teregulasi dipamerkan ada tren yang secara signifikan berbeda
dalam risiko mengambil dalam hal sistematis risiko, risiko istimewa, jarak ke default
(Skor-Z), dan macet. Namun, ada bukti yang lemah bahwa dua kelompok Bank
memiliki pertumbuhan yang berbeda dalam total risiko sebelum tahun 1998. Dalam
kami lebih ketat DID estimasi (misalnya, Tabel 6) dimana kami mencocokkan Bank
diatur dan tidak diatur, kita menemukan tidak ada perbedaan yang ekonomis dan
statistik dalam risiko mengambil tren antara dua kelompok Bank, seperti yang
ditunjukkan dalam Lampiran 10. Koefisien perkiraan awal DID perkiraan yang
disajikan dalam Panel B. Panel C ringkas meringkas perkiraan koefisien dan
menunjukkan bagaimana keseluruhan SBDK Bank diatur dan tidak diatur bervariasi
sebelum dan sesudah pelaksanaan MRR. Hasil mengungkapkan bahwa sementara
perbedaan SBDK antara kedua kelompok Bank Statistik dan ekonomi lemah sebelum
tahun 1998, diatur menjadi bank secara signifikan berisiko secara sistematis, istimewa,
dan pada gilirannya, jumlah risiko selama periode pasca 1998. Oleh karena itu,
kesenjangan dalam keseluruhan SBDK antara bank-bank yang diatur dan tak teregulasi
melebar, sebagaimana dibuktikan oleh koefisien DID positif dan signifikan secara
statistik. Inspeksi visual angka 1(a) dan 1(b) menunjukkan pola yang sama. Temuan ini
dapat menyebabkan satu untuk menyimpulkan bahwa MRR mungkin tidak efektif
dalam mengurangi risiko bank. Namun, kesimpulan tersebut dapat menyesatkan karena
berbagai perubahan struktural dan kelembagaan (seperti faktor yang menyebabkan
resesi 2001), tidak berhubungan dengan MRR, mungkin telah bergeser profil risiko
bank. Selain itu, risiko bank mungkin telah berubah karena kegiatan-kegiatan yang
berkaitan dengan perdagangan, yang tidak ditargetkan oleh MRR. Untuk alasan ini,
alih-alih berfokus pada keseluruhan perubahan dalam profil risiko bank, spesifikasi
dasar kami mengadopsi pendekatan DID berfokus pada Asosiasi kegiatan dengan risiko
bank perdagangan sebelum dan setelah pelaksanaan MRR. Pendekatan seperti itu
memungkinkan kita untuk nol dalam pada efektivitas MRR dalam mitigasi risiko bank
yang terkait dengan aktivitas trading karena MRR membutuhkan menerapkan biaya
tambahan modal yang sepadan dengan risiko yang terkait dengan perdagangan posisi.
5.2. baseline estimasi
Kami memperkirakan EQ (1) untuk menguji dampak MRR diperkenalkan pada
tahun 1998 di asosiasi perdagangan kegiatan dengan total, sistematis, dan istimewa

33
risiko menggunakan tetap efek OLS antara 1994:Q2 dan 2001:Q1. Hasil dari estimasi
awal disajikan dalam Panel tabel 2. Dalam kolom 1 sampai 3 dimana kami
memperkirakan Eq.(1) tanpa vektor bank kontrol variabel, Koefisien DID konsisten
negatif dan signifikan secara statistik.
5.3. Gramm-Leach-Bliley Act (GLBA) tahun 1999
Efektif November 1999, GLBA memungkinkan lembaga yang beralih ke
layanan keuangan status perusahaan holding untuk memperluas ke nontradisional
perbankan, pedagang perbankan, perbankan investasi dan asuransi underwriting
perbankan. Hal ini dibayangkan bahwa kekuatan diperluas bank yang disediakan oleh
GLBA mungkin telah mempengaruhi risiko bank. Mengingat bahwa sampel kami berisi
periode sub yang cukup besar, selama yang keduanya MRR dan GLBA ada di efek,
sangat mungkin bahwa itu adalah GLBA, diperkenalkan pada kuartal keempat tahun
1999, daripada MRR, yang mendorong hasil kami. Perlu dicatat bahwa aktifitas
perbankan nontradisional baru diizinkan luar trading dengan GLBA lebih mungkin
untuk mempengaruhi risiko bank secara keseluruhan, sementara MRR harus
memanifestasikan dirinya dalam membatasi kontribusi kegiatan untuk risiko bank, yang
merupakan perdagangan persis apa kita mengamati dalam penelitian kami. Namun
demikian, kita tidak mengabaikan kemungkinan bahwa GLBA mungkin mengacaukan
hasil kami, dan alamat dengan tiga pendekatan yang berbeda.
5.4. memperluas periode pasca 1998
Di bagian 4, kami menyediakan beberapa alasan-alasan untuk pilihan kami
periode sampel. Dalam bagian ini, kami menunjukkan bahwa hasil kami tidak peka
terhadap alternatif definisi periode pasca 1998. Secara khusus, kami iris periode pasca
1998 menjadi beberapa sub sampel periode dari tahun 1999 hingga tahun 2006.
Sebagaimana dijelaskan dalam Bagian 4, kita tidak memperpanjang sampel kami
selama periode di sekitar krisis karena krisis (1) 2007 unik sendiri, seperti yang
digambarkan dalam angka 1(a) dan (b); (2) beberapa peraturan modal lainnya telah
diperkenalkan dan/atau dilaksanakan di sekitar jangka waktu ini, yang membuat tidak
mungkin untuk menguraikan efek MRR yang inisiatif peraturan lainnya.
5.5. menghilangkan terlalu-besar-untuk-gagal dan kecil BHCs
Meskipun kita fokus pada publik perbankan organisasi, yang menikmati tingkat
yang relatif rendah pasar friksi, beberapa bank dalam sampel kami dapat terpapar pasar
ketidaksempurnaan (misalnya, informasi asimetris, illiquidity, dll) lebih daripada yang
lain. Misalnya, karena pentingnya mereka sistemik, terlalu-besar-untuk-gagal (TBTF)
Bank menikmati jaminan implisit dan eksplisit, sehingga menghadapi pasar
ketidaksempurnaan pada tingkat yang lebih rendah (Kaufman, 2014). Sebaliknya,
beberapa bank yang lebih kecil, meskipun diadakan secara terbuka, mungkin tidak
dapat diperdagangkan secara aktif, tidak memiliki peringkat kredit, dan tidak akan
diikuti oleh analis keuangan bergantung pada sebagai organisasi perbankan yang lebih
besar, sedang menghadapi tingkat yang lebih tinggi dari pasar keuangan friksi. Karena
tingkat eksposur ke pasar ketidaksempurnaan mungkin determinan penting dalam
menentukan risiko bank serta hubungannya dengan aktivitas perdagangan, hal ini
diperlukan untuk menunjukkan bahwa hasil kami tidak didorong oleh variasi dalam
eksposur bank untuk memasarkan ketidaksempurnaan. Untuk mengatasi masalah ini,
kita pertama menghilangkan TBTFs dari sampel kami. Kemudian kami lebih jauh
membatasi sampel kami kepada sekelompok relatif homogen bank-bank besar dengan
asset antara $10 bil. dan $50 bil.
5.6. plasebo tes
Kami menerapkan beberapa tes plasebo dalam upaya untuk memastikan hasil
kami tidak didorong oleh tidak diketahui struktural peristiwa terjadi kadang-kadang

34
selama periode sampel. Pertama, kita memperpanjang periode pra-1998 kami untuk
1990:Q1, sewenang-wenang menunjuk 1994:Q2, titik tengah antara 1990:Q1 dan
1997:Q4, sebagai tanggal mulai peraturan MRR dan menjalankan regresi kami untuk
1990:Q1-1997:Q4 hanya selama periode. Setiap kali informasi tentang perdagangan
kewajiban tidak tersedia, kami hanya mengandalkan perdagangan aset untuk
menentukan eksposur perdagangan. Persamaan regresi diperkirakan dalam tabel 5
adalah sama dengan Eq.(1) kecuali bahwa A98 dummy sekarang diganti dengan A94
dungu, yang sama dengan 1 jika bank kuartal pengamatan dalam dan setelah 1994:Q2.
Hasil dari tabel 5 menunjukkan bahwa koefisien DID Statistik tidak berbeda dari nol
secara konsisten di seluruh semua spesifikasi.
5.7. mengatasi perbedaan Bank-spesifik Ex ante

Ada kemungkinan bahwa bank-bank yang dikenakan MRR memiliki


karakteristik khusus bank ex ante yang berbeda dari bank-bank yang tidak memenuhi
persyaratan peraturan. Secara khusus, diatur bank dapat secara alami lebih terpapar
risiko karena keterlibatan mereka lebih tinggi dalam aktivitas perdagangan, yang
menunjukkan masalah implisit endogeneity. Di estimasi kami, beberapa variabel
kontrol disertakan, dan faktor-faktor waktu-invarian unobservable bank-spesifik diserap
melalui bank tetap efek. Namun, kami masih tidak sempurna dapat mengontrol untuk
bank-spesifik ex-ante perbedaan. Dalam upaya untuk mengatasi masalah implisit
endogeneity ini, kami menerapkan metode yang cocok skor kecenderungan.
6. kesimpulan
Dalam upaya untuk mencegah pengambilan risiko yang berlebihan dan
pergeseran risiko insentif Bank pada jaring pengaman perusahaan asuransi deposito dan
memelihara stabilitas, berwenang AS telah memulai serangkaian upaya yang teratur
untuk meningkatkan modal peraturan standar dan persyaratan selama beberapa dekade.
Misalnya, lebih ketat berbasis risiko persyaratan modal diperkenalkan tahun 1989 untuk
menyelaraskan Bank portofolio risiko ke posisi modal mereka. Dalam nada yang sama,
FDICIA pada tahun 1991 diganti tetap premia asuransi dan dipromosikan berbasis
risiko deposit asuransi terikat rasio modal Bank dan diperluas bank penguji kekuatan
untuk memantau, melacak, dan campur tangan dalam operasi berisiko Bank. Pasar
berbasis risiko modal aturan diperkenalkan pada tahun 1998 telah menyelesaikan upaya
ini dengan mengharuskan bank untuk menetapkan unit manajemen risiko internal
mereka sendiri untuk melacak eksposur risiko pasar terkait dengan aktivitas
perdagangan buram, dan menambah modal mereka dengan biaya modal tambahan
untuk menutupi risiko pasar. Di bawah pengawasan yang cermat, Bank telah diperlukan
untuk mengungkapkan informasi pribadi, berharga tentang risiko portofolio mereka
perdagangan sejak diperkenalkannya persyaratan modal berbasis risiko pasar.
2007-2008 krisis keuangan global mengungkapkan kelemahan substansial
terkait dengan kerangka kerja yang ada yang mengatur persyaratan modal berbasis
pasar berisiko, dengan eksposur ahli-buku beberapa bank menjadi kekurangan bahan
modal. Sebagai tanggapan, Komite Basel pertama kali dirilis satu set revisi kerangka
risiko pasar Basel II pada tahun 2009 (sebagai bagian dari luas Basel 2,5 paket) dan
kemudian terjadi berbaring kerangka direvisi untuk pasar standar modal risiko pada
bulan Januari tahun 2016. Antara lain, set pertama revisi termasuk terlah modal
tambahan terhadap default dan migrasi risiko kredit, sedangkan yang kedua termasuk
ketentuan untuk merevisi batas antara perbankan dan ahli buku, serta meningkatkan
risiko internal yang sistem manajemen atau penggunaan diperbarui model manajemen
risiko standar. Panitia memperkirakan bahwa Basel 2,5 dan baru-baru ini pasar risiko
terkait revisi lebih cenderung menghasilkan walinya rata-rata dalam kebutuhan modal

35
8
risiko pasar lebih dari 100% dan 20%, masing-masing. Pertanyaan yang muncul
Apakah tambahan modal sangat membantu. Pelajaran kita meneliti efek dari upaya
sebelumnya untuk mengatur pasar modal risiko-baik itu tidak lengkap dan kekurangan
— dalam mencari bimbingan pada pertanyaan ini, dan mendukung pandangan bahwa
pasar berbasis risiko aturan pertama kali diperkenalkan di AS per Januari 1998
merupakan sebuah langkah dalam arah yang benar.
Secara khusus, kami kertas menyelidiki Apakah set pertama berbasis pasar-
risiko persyaratan modal, memiliki dampak yang cukup besar pada risiko bank yang
terkait dengan perdagangan eksposur. Untuk yang terbaik dari pengetahuan kita, kertas
kami adalah yang pertama untuk menguji langsung pertanyaan penelitian penting ini.
Kami menunjukkan bahwa MRR memiliki efek yang dimaksudkan mengurangi risiko
yang terkait dengan bank aktivitas perdagangan. Kami juga menunjukkan bahwa
kendala peraturan baru mungkin tidak mengikat untuk baik dikapitalisasi Bank, yang
menggarisbawahi peran penting ex ante bank modal posisi dalam mitigasi risiko bank.
Kami juga menunjukkan bahwa pelaksanaan MRR dikaitkan dengan peningkatan
dalam lingkungan informasi Bank, yang menunjukkan bahwa MRR tidak hanya
dikurangi moral hazard insentif tetapi juga diringankan masalah pilihan buruk yang
terkait dengan Bank buram aktivitas perdagangan melalui pembentukan unit-unit
pengelolaan risiko independen internal dalam perbankan
Referensi

Aggarwal, R. dan Jacques, KT, 2001. Dampak dari lembaga pengatur dan tindakan
korektif yang cepat pada modal bank dan risiko: Perkiraan menggunakan model
persamaan simultan. Jurnal perbankan & keuangan, 25 (6), pp.1139-1160.

Alexander, GJ, Baptista, AM dan Yan, S., 2014. Peraturan Bank dan stabilitas
keuangan internasional: membahas kasus terhadap kerangka Basel 2006 untuk
mengendalikan risiko ekor dalam buku-buku ahli. Jurnal Uang Internasional dan
Keuangan, 43, pp.107-130.

Darialex, S. dan Shapiro, A., 2001. Nilai berisiko berbasis manajemen risiko:
kebijakan yang optimal dan harga aset. Studi ulasan Keuangan, 14 (2), pp.371-
405.

Berger, dan Udell, GF, 1994. Apakah modal berbasis risiko mengalokasikan kredit
perbankan dan menyebabkan "krisis kredit" di Amerika Serikat? Jurnal uang,
kredit dan Perbankan, 26 (3), pp.585-628.

Berkowitz, J. dan O'Brien, J., 2002. Bagaimana Akurát hari adalah nilai yang di
model risiko pada bank umum? Jurnal Keuangan, 57 (3), pp.1093-1111.

Blum, J., 1999. Apakah persyaratan kecukupan modal mengurangi risiko di perbankan?
Jurnal perbankan & keuangan, 23 (5), pp.755-771.

Calem, P. dan Rob, R., 1999. Dampak dari peraturan berdasarkan modal bank
pengambilan risiko. Jurnal Keuangan Intermediasi, 8 (4), pp.317-352.

Cuoco, D. dan Liu, H., 2006. Analisis kebutuhan modal berbasis VaR. Jurnal
Keuangan Intermediasi, 15 (3), pp.362-394.

36
Dangl, dan T. Lehar, A. 2004. Nilai-di - Risiko vs regulasi blok bangunan di
perbankan. Jurnal Keuangan Intermediasi, 13 (2), pp.96-131.

««««DeYoung, R. dan Roland, KP, campuran 2001. Produk dan volatilitas laba pada
bank-bank komersial: Bukti dari tingkat total Model leverage. Jurnal Keuangan
Intermediasi, 10 (1), pp.54-84.

DeYoung, dan R. G. Torna, 2013. Bebas tradisional kegiatan perbankan dan


kegagalan bank selama krisis keuangan. Jurnal Keuangan Intermediasi, 22, ms.
397-421.

Elstein, A., 1996. Manajemen risiko: pasar modal risiko aturan akan benar-benar pergi
mudah.

Amerika bankir, 3 Desember.

Fox, J., 1995. Bank mengatakan terlalu banyak modal yang dibutuhkan
oleh aturan risiko pasar. American bankir, September 22, p.3.

Furlong, F.T. dan Keeley, MC, 1989. Modal pengambilan risiko peraturan dan bank:
catatan. Jurnal perbankan & keuangan, 13(6), pp.883-891.

Hancock, D. dan Wilcox, Ja, 1994. Bank modal dan krisis kredit: peran risiko
tertimbang dan unweighted peraturan modal. Ekonomi Real Estate, 22(1), MS
59-94.

Hellmann, T.F., Murdock, K.C. dan Stiglitz, aku, 2000. Liberalisasi, moral hazard
dalam peraturan perbankan, dan kehati: persyaratan modal cukup? American
Economic Review, pp.147-165.

Heltman, J., 2016. Komite Basel menetapkan standar yang ketat untuk bank
perdagangan buku. Amerika bankir, 14 Januari.

37

Anda mungkin juga menyukai