D3 T.E.) :
1. Agus Fatkhur R.
(01)
2. Ardi Pradana (03)
3. Ason Hananda (06)
4. Lutfi Rozaqi
(14)
Karya Ilmiah
Karya Ilmiah atau dalam bahasa Inggris (scientific paper) adalah laporan
tertulis dan dipublikasi yang memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang
telah dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan
etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan. Terdapat
berbagai jenis karangan ilmiah, antara lain laporan penelitian, makalah seminar
atau simposium , artikel jurnal, yang pada dasarnya kesemuanya itu merupakan
produk dari kegiatan ilmuwan. Data, simpulan, dan informasi lain yang
terkandung dalam karya ilmiah tersebut dijadikan acuan (referensi) bagi
ilmuwan lain dalam melaksanakan penelitian atau pengkajian selanjutnya.
Di perguruan tinggi, khususnya jenjang S1, mahasiswa dilatih untuk
menghasilkan karya ilmiah, seperti makalah, laporan praktikum, dan skrispsi
(tugas akhir). Yang disebut terakhir umumnya merupakan laporan penelitian
berskala kecil tetapi dilakukan cukup mendalam. Sementara itu makalah yang
ditugaskan kepada mahasiswa lebih merupakan simpulan dan pemikiran ilmiah
mahasiswa berdasarkan penelaahan terhadap karya-karya ilmiah yang ditulis
pakar-pakar dalam bidang persoalan yang dipelajari. Penyusunan laporan
praktikum ditugaskan kepada mahasiswa sebagai wahana untuk
mengembangkan kemampuan menyusun laporan penelitian. Dalam beberapa
hal ketika mahasiswa melakukan praktikum, ia sebetulnya sedang melakukan
“verifikasi” terhadap proses penelitian yang telah dikerjakan ilmuwan
sebelumnya. Kegiatan praktikum didesain pula untuk melatih keterampilan dasar
untuk melakukan penelitian.
Laporan Praktikum
Dalam tradisi pendidikan tinggi dalam bidang sains, kegiatan praktikum
menjadi bagian penting dari program pendidikan. Hal ini disebabkan oleh
pentingnya peranan kegiatan praktikum dalam mengembangkan kompetensi
ahli sains. Praktikum menjadi wahana untuk: (1) Pemantapan pengetahuan
teoretis yang telah dipelajari; (2) Pengembangan keterampilan menggunakan
peralatan –peralatan standar laboratorium sains; (3) Pembinaan sikap ilmiah
dalam bekerja di laboratorium sains; dan (4) Pengembangan kemampuan
menulis laporan kegiatan laboratorium. Kombinasi antara pemahaman yang kuat
aspek-aspek teoretis, kemampuan merancang eksperimen/penyelidikan untuk
memecahkan masalah dengan mengaplikasikan pengetahuan teoretik tadi,
keterampilan bekerja di laboratorium, serta kemampuan menulis laporan
sehingga layak dipublikasi, merupakan unsur-unsur penting dari kompetensi
seorang ilmuwan.
Seperti halnya karya ilmiah lainnya, laporan praktikum mesti memenuhi
kriteria: (1) Nalar (logic); (2) Kejelasan (clarity); dan (3) Presisi (precision). Dalam
kaitan ini kecermatan berbahasa dalam menulis laporan sangat penting
peranannya, karena faktor ini dapat membuat suatu laporan memenuhi tiga
kriteria tadi. Perlu diingat bahwa sebuah laporan praktikum adalah wahana
penyampaian pesan dari mahasiswa sebagai komunikator kepada pembaca
laporan itu (dosen dan mahasiswa lain) tentang: (1) Masalah apa yang diselidiki;
(2) Pengetahuan teoretis apa yang dijadikan landasan bagi penetapan
prosedur/metode penyelidikan: (3) Apa yang dilakukan untuk pengumpulan data
dan informasi; (4) Data apa yang terkumpul dan temuan apa yang dihasilkan
dari analisis data; (5) Pembahasan (diksusi) tentang hasil yang diperoleh,
khususnya mengenai implikasi temuan ; (6) Kesimpulan apa yang dapat ditarik.
Sesuai dengan fungsi laporan praktikum yang dikemukakan di atas,
laporanpraktik umumumnya terdiri atas komponen-komponen: (1) Tujuan, yang
memaparkan permasalahan apa yang akan diselidiki; (2) Teori, yang
memaparkan konsep dan prinsip yang melandasi penyelidikan yang dilakukan;
(3) Alat dan bahan, yang merupakan paparan tentang jenis alat dan bahan yang
dipakai, baik nama maupun ukuran. Apabila alat ukur elektronik tertentu
dipergunakan, hendaknya disertakan merk dan nomor serinya. Bahan kimia
perlu dilaporkan dengan konsentrasinya (bila larutan) dan kemurniannya (bila
zat murni); (3) Prosedur percobaan, yang memaparkan tahap-demi tahap yang
dilakukan; (4) Hasil Percobaan , yang mengungkapkan data yang telah
ditabulasi, hasil analisis data, baik secara statistik maupun tidak, serta temuan-
temuan penting percobaan sebagai hasil analisis data; (5) Pembahasan, yang
mengungkapkan rasionalisasi (penjelasan yang masuk akal) terhadap berbagai
temuan yang menarik, misalnya perbedaan antara prediksi teoretis dengan
realita yang diamati; (6) Kesimpulan , sebagai pernyataan singkat yang
mengungkapkan hasil penyelidikan secara menyeluruh
1. Bab Pendahuluan
a. Latar belakang tema yang anda angkat, dan kenapa sampai tema ini harus
anda tulis.
b. Rumusan Masalah. dari sekian banyak masalah yang mungkin muncul, pilih
beberapa saja untuk jadi rumusan masalah. Saya suka menyebut rumusan
masalah ini sebagai memilih sudut pandang dari tema yang diangkat.
c. Ruang lingkup masalah. Pagar-pagar batas pembahasan karya anda.
2. Tujuan Penulisan.
Apa tujuan anda membuat karya ilmiah ini.
3. Metodologi Penelitian.
Penjelasan tentang sumber data karya anda dari mana saja. Metode
pengumpulan data, metode pengolahan data, metode analisis dan penyajian
data.
4. Bab Kajian Teori.
Beberkan teori yang berhubungan dengan tema karya ilmiah anda. Apabila
karya anda berdasar penelitian lapangan, sertakan gambaran umum lokasi
penelitian. Apabila studi pustaka, langsung lanjutkan ke
5. Bab Pembahasan.
6. Bab Penutup, Kesimpulan dan Saran
7. Daftar pustaka
Apabila kurang lengkap, banyak sekali buku tentang menulis karya ilmiah.
Ingat, karya ilmiah berbeda dengan artikel populer, jangan terlalu sering
memasukkan subyektifitas tanpa dasar argumentasi dari karya orang lain yang
sudah dipublikasikan terlebih dahulu.
Alur proses
Mirip dengan alur kronologis. Disini alur mengikuti proses-proses yang
berurutan. Contohnya: tutorial software,
Deduksi
Penulisan ilmiah populer yang berdasar pada deduksi, memulai alur
penjelasan dari hal yang umum menuju hal yang khusus. Contohnya: kebijakan
pemerintah dalam masalah anggaran penelitian dan dampaknya bagi reset
bidang teknologi kimia.
Induksi
Induksi kebalikan dari deduksi: dimulai dari informasi atau fakta-fakta
khusus untuk menentukan kesimpulan yang berlaku umum. Dalam journalimus
induksi dapatberupa penjelasan, anekdot atau analogi yang menggambarkan
prinsip umum. Contohnya: beberapa contoh dan fakta kerusakan lingkungan.
Dari sini dapat diambil kesimpulan kebijakan politik yang harus diambil dalam
rangka pelestarian lingkungan.
Reportase
Dengan jenis pemaparan ini, anda bertutur tentang apa yang anda rekam,
lihat atau rasakan dari tempat kejadian. Dengan penuturan yang baik, pembaca
akan merasa live di tempat kejadian. Sebuah reportase tidak harus
menceritakan kejadian dari awal sampai akhir. Seringkali diambil fokus tertentu
yang diangkat ke permukaan. Contoh ilmiah populer berbentuk reportase
misalnya: seminar atau konferensi ilmiah, observasi kejadian alam, reportase
sebuah experimen ilmiah, dsb.
Problematika penggunaan jargon
Seberapa jauh penulis bebas menggunakan jargon? Gunakan seperlunya
secara tepat. Anda bisa memberikan definisi, terjemahan, atau penjelasan.
Sering juga istilah-istilah asing justru lebih singkat, padat dan tepat. Namun anda
harus berhati-hati terlalu banyak akan menyulitkan pembaca. Semuanya
bergantung dimana dan untuk siapa tulisan akan anda sajikan.
Menggunakan Defisini
Foodborne disease adalah penyakit yang timbul dari pencernaan dan
penyerapan makanan yang mengandung mikroba oleh tubuh manusia. Penyakit
ini erat kaitannya dengan kehidupan manusia. Jika tidak memperhatikan
kebersihan makanan dan lingkungan, maka merugikan manusia. Makanan yang
berasal baik dari hewan atau tumbuhan dapat berperan sebagai media pembawa
mikroorganisma penyebab penyakit pada manusia. www.kharisma.de, drh.
Rochmiyati Setiadi
Dalam tulisan diatas foodborne disease adalah istilah baku yang sulit
dibuang. Penggunaan istilah spesifik ini lebih ringkas dan juga tepat. Definisi
cukup diberi sekali diawal.
Menggunakan Terjemahan
Bila tidak terlalu rumit, anda cukup memberikan terjemahan dalam
kurung: Beberapa obat-obatan yang termasuk didalamnya adalah antibiotika,
antihistamin (anti alergi), analgetik (penghilang rasa nyeri), antipiretik (obat
penurun panas), antitusif (obat batuk), dan lain-lain. www.kharisma.de, Melur
Pandan Wangi.
Mencari padanan jargon dalam bahasa Indonesia yang singkat dan padat
tidak selalu berhasil. Dalam kasus ini, bila tidak ada padanannya gunakan istilah
aslinya, dengan penjelasan, definisi. Dapatkah anda membayangkan seandainya
perintah dan menu Word ditulis dalam versi Indonesia?
Banyak juga jargon yang sudah diterjemahkan dalam bahasa indonesia. Dalam
dunia komputer misalnya: software (perangkat lunak), network (jaringan),
application (aplikasi), computing (komputasi), dsb. Untuk tips, banyak-banyak
membaca tulisan ilmiah populer dari jenis yang sama. Disitu anda mendapatkan
feeling jargon apa saja yang sering digunakan atau memang belum ada
padanannya.
Bila definisi dan terjemahan tidak cukup
Tidak selamanya terjemahan atau definisi dapat memperjelas. Seperti
kata layer yang berarti lapisan dalam konteks tutorial Photoshop:
Berikutnya anda akan belajar menggunakan layer untuk membuat gambar
kota tua berlangit biru. www.kharisma.de, tutorial photoshop, Dian Suprapto
Pembaca paham layer berarti lapisan. Tapi pembaca yang sama sekali
buta software Photoshop akan kesulitan. Oleh karena itu, bukan terjemahan dan
definisi yang diperlukan. Tapi berikan analogi diluar dunia Photoshop yang
mudah dimengerti:
Anda dapat menganalogikan prinsip kerja layer dengan tumpukan lembar
transparensi. Dengan step diatas Anda membuat lembar transparensi gambar
kota tua dengan langit kosong (transparensi 1) dan transparensi bergambar
langit biru (transparensi 2). Bila anda menumpuk transparensi 1 dan 2 (dengan
susunan trasnparensi 2 paling bawah) maka akan menghasilkan gambar kota
tuaberlangit biru. www.kharisma.de, tutorial photoshop, Dian Suprapto
Istilah asing: bila lebih mudah diingat, gunakan!
Tulisan yang sukses biasanya justru pendek, terbatasi secara tegas dan
sangat fokus. ''Less is more,'' lagi-lagi kata Hemingway. Umumnya tulisan yang
baik hanya mengatakan satu hal.
Penaindonesia.com, Seperti tarian burung camar, Farid Gaban
Less is more, kalimat pendek dan mudah diingat. Bila diterjemahkan ke
dalam Indonesia “sedikit justru sebetulnya lebih banyak” gregetnya kurang!
Namun jangan juga terlalu mubazir dalam penggunaan bahasa asing.
Istilah asing: bila tak perlu, tinggalkan!
Penggunaan istilah asing yang rumit dalam satu paragraf, akan
mengganggu kenyamanan pembaca. Ingat: Writing is giving service! Seperti
soto dengan banyak „ranjau“ rempah-rempah daun salam, laus, jahe, daun
jeruk. Anda akan terhenti menikmati soto karena harus menyisihkan rempah!
Jangan pernah berpikir: menggunakan istilah asing agar terlihat elit! Justru efek
sebaliknya yang akan anda dapatkan.
Kadang-kadang pada suatu masa yang sama, dua orang pahlawan muncul
secara bersamaan, pada bidang yang sama, tapi dengan molaritas heroisme
yang relatif berbeda. Salah satu diantara keduanya biasanya mengalami proses
iconisasi atau simbolisasi, dimana ia dianggap sebagai simbol dari epoch dan
genrenya. Namun pada community yang sudah dewasa dan matang, proses
iconisasi itu biasanya tidak berlanjut dengan proses sakralisasi.
Kata-kata yang bergaris bawah diatas sudah „di indonesiakan“. Namun
pembaca tersandung-sandung mencerna alinea diatas. Dijamin, pembaca harus
membacanya minimal dua kali hingga memahami. Sering ya, kita temukan
istilah asing yang berlebihan.
Bila memang efisien, padukan dengan gambar
A picture tells thousand words, demikian kata pepatah. Seringkali kali
gambar atau grafik lebih mudah dicerna daripada rangkaian kata-kata. Tapi
perlu diingat, gambar saja tidak cukup harus disertai keterangan yang jelas.
Contoh ini berlaku misalnya untuk tutorial. Gunakan scrennshot menu-menu
software untuk memperjelas perintah.
Problematika angka
Penggunaan angka dalam karya ilmiah sudah lumrah. Terutama untuk
menunjukan akurasi atau memperkuat argumentasi. Sama dengan penggunaan
istilah asing atau jargon. Pencantuman angka cukup seperlunya. Bila terlalu
banyak, perhatian pembaca akan tertuju pada angka dengan demikian
kenyamanan membaca menjadi berkurang.
Angka sebagai penguat informasi
Cth.: Saat suhu udara mulai menghangat mulailah jenis bakteri ini
berkembang dengan pesatnya. Terlebih lagi bila ia berkembang pada jenis
makanan tertentu yang memang rawan salmonella, yaitu makanan yang
mengandung protein tinggi. Bila kondisinya sangat menunjang, bakteri ini akan
membelah diri setiap 20 menit sekali, satu bakteri akan berkembang dalam
waktu 5 jam menjadi 45 000. www.kharisma.de, Salmonella bahaya tak terlihat,
Dian Suprapto.
Pencantuman angka disini memberi gambaran jelas: bakteri Salmonella
pada makanan dapat bekembang demikian pesatnya.