Anda di halaman 1dari 15

Nama Anggota Kelompok V (1D-

D3 T.E.) :
1. Agus Fatkhur R.
(01)
2. Ardi Pradana (03)
3. Ason Hananda (06)
4. Lutfi Rozaqi
(14)

Karya Ilmiah
Karya Ilmiah atau dalam bahasa Inggris (scientific paper) adalah laporan
tertulis dan dipublikasi yang memaparkan hasil penelitian atau pengkajian yang
telah dilakukan oleh seseorang atau sebuah tim dengan memenuhi kaidah dan
etika keilmuan yang dikukuhkan dan ditaati oleh masyarakat keilmuan. Terdapat
berbagai jenis karangan ilmiah, antara lain laporan penelitian, makalah seminar
atau simposium , artikel jurnal, yang pada dasarnya kesemuanya itu merupakan
produk dari kegiatan ilmuwan. Data, simpulan, dan informasi lain yang
terkandung dalam karya ilmiah tersebut dijadikan acuan (referensi) bagi
ilmuwan lain dalam melaksanakan penelitian atau pengkajian selanjutnya.
Di perguruan tinggi, khususnya jenjang S1, mahasiswa dilatih untuk
menghasilkan karya ilmiah, seperti makalah, laporan praktikum, dan skrispsi
(tugas akhir). Yang disebut terakhir umumnya merupakan laporan penelitian
berskala kecil tetapi dilakukan cukup mendalam. Sementara itu makalah yang
ditugaskan kepada mahasiswa lebih merupakan simpulan dan pemikiran ilmiah
mahasiswa berdasarkan penelaahan terhadap karya-karya ilmiah yang ditulis
pakar-pakar dalam bidang persoalan yang dipelajari. Penyusunan laporan
praktikum ditugaskan kepada mahasiswa sebagai wahana untuk
mengembangkan kemampuan menyusun laporan penelitian. Dalam beberapa
hal ketika mahasiswa melakukan praktikum, ia sebetulnya sedang melakukan
“verifikasi” terhadap proses penelitian yang telah dikerjakan ilmuwan
sebelumnya. Kegiatan praktikum didesain pula untuk melatih keterampilan dasar
untuk melakukan penelitian.

Sitematika Karya Ilmiah


Sistematika suatu karya ilmiah sangat perlu disesuaikan dengan
sistematika yang diminta oleh media publikasi (jurnal atau majalah ilmiah),
sebab bila tidak sesuai akan sulit untuk dimuat. Sedangkan suatu karya ilmiah
tidak ada artinya sebelum dipublikasi. Walaupun ada keragaman permintaan
penerbit tentang sistematika karya ilmiah yang akan dipublikasi, namun pada
umumnya meminta penulis untuk menjawab empat pertanyaan berikut: (1) Apa
yang menjadi masalah?; (2) Kerangka acuan teoretik apa yang dipakai untuk
memecahkan masalah?; (3) Bagaimana cara yang telah dilakukan untuk
memecahkan masalah itu?; (4) Apa yang ditemukan?; serta (5) Makna apa yang
dapat diambil dari temuan itu?
Paparan tentang apa yang menjadi masalah dengan latar belakangnya
biasanya dikemas dalam bagian Pendahuluan. Paparan tentang kerangka
acuan teoretik yang digunakan dalam memecahkan masalah umumya
dikemukakan dalan bagian dengan judul Kerangka Teoritis atau Teori atau
Landasan Teori , atau Telaah Kepustakaan, atau label-label lain yang
semacamnya. Paparan mengenai apa yang
dilakukan dikemas dalam bagian yang seringkali diberi judul Metode atau
Metodologi atau Prosedur atau Bahan dan Metode. Jawaban terhadap
pertanyaan apa yang ditemukan umumnya dikemukakan dalam bagian Temuan
atau Hasil Penelitian. Sementara itu paparan tentang makna dari temuan
penelitian umumnya dikemukakan dalam bagian Diskusi atau Pembahasan.
Tentu saja sistematika karya ilmiah ini tidak baku, atau harga mati. Sistematika
karya ilmiah sangat bergantung pada tradisi masarakat keilmuan dalam bidang
terkait, jenis karya ilmiah (makalah, laporan penelitian, skripsi). Dalam suatu
karya ilmiah yang mempunyai tingkat keformalan yang tinggi, seperti misalnya
skripsi, sistematika penulisan lebih baku, dan beberapa paparan lainnya sering
diminta dari mahasiswa, seperti seperti Kesimpulan dan Rekomendasi (Saran-
Saran) pada bagian akhir, atau Kata Pengantar pada bagian awal.
Banyak jurnal dan majalah meminta abstrak, yakni rangkuman informasi
yang ada dalam dokumen laporan, makalah, atau skripsi, lengkapnya. Abstrak
yang ditulis secara baik memungkinkan pembaca mengenali isi dokumen
lengkap secara secara cepat dan akurat, untuk menentukan apakah isi dokumen
sesuai dengan bidang minatnya, sehingga dokumen tersebut perlu dibaca lebih
lanjut. Abstrak sebaiknya tidak lebih dari 250 kata (dalam satu atau dua
paragraf), menyatakan secara singkat tujuan dan lingkup penelitian/pengkajian,
metode yang digunakan, rangkuman hasil, serta kesimpulan yang ditarik.

Laporan Praktikum
Dalam tradisi pendidikan tinggi dalam bidang sains, kegiatan praktikum
menjadi bagian penting dari program pendidikan. Hal ini disebabkan oleh
pentingnya peranan kegiatan praktikum dalam mengembangkan kompetensi
ahli sains. Praktikum menjadi wahana untuk: (1) Pemantapan pengetahuan
teoretis yang telah dipelajari; (2) Pengembangan keterampilan menggunakan
peralatan –peralatan standar laboratorium sains; (3) Pembinaan sikap ilmiah
dalam bekerja di laboratorium sains; dan (4) Pengembangan kemampuan
menulis laporan kegiatan laboratorium. Kombinasi antara pemahaman yang kuat
aspek-aspek teoretis, kemampuan merancang eksperimen/penyelidikan untuk
memecahkan masalah dengan mengaplikasikan pengetahuan teoretik tadi,
keterampilan bekerja di laboratorium, serta kemampuan menulis laporan
sehingga layak dipublikasi, merupakan unsur-unsur penting dari kompetensi
seorang ilmuwan.
Seperti halnya karya ilmiah lainnya, laporan praktikum mesti memenuhi
kriteria: (1) Nalar (logic); (2) Kejelasan (clarity); dan (3) Presisi (precision). Dalam
kaitan ini kecermatan berbahasa dalam menulis laporan sangat penting
peranannya, karena faktor ini dapat membuat suatu laporan memenuhi tiga
kriteria tadi. Perlu diingat bahwa sebuah laporan praktikum adalah wahana
penyampaian pesan dari mahasiswa sebagai komunikator kepada pembaca
laporan itu (dosen dan mahasiswa lain) tentang: (1) Masalah apa yang diselidiki;
(2) Pengetahuan teoretis apa yang dijadikan landasan bagi penetapan
prosedur/metode penyelidikan: (3) Apa yang dilakukan untuk pengumpulan data
dan informasi; (4) Data apa yang terkumpul dan temuan apa yang dihasilkan
dari analisis data; (5) Pembahasan (diksusi) tentang hasil yang diperoleh,
khususnya mengenai implikasi temuan ; (6) Kesimpulan apa yang dapat ditarik.
Sesuai dengan fungsi laporan praktikum yang dikemukakan di atas,
laporanpraktik umumumnya terdiri atas komponen-komponen: (1) Tujuan, yang
memaparkan permasalahan apa yang akan diselidiki; (2) Teori, yang
memaparkan konsep dan prinsip yang melandasi penyelidikan yang dilakukan;
(3) Alat dan bahan, yang merupakan paparan tentang jenis alat dan bahan yang
dipakai, baik nama maupun ukuran. Apabila alat ukur elektronik tertentu
dipergunakan, hendaknya disertakan merk dan nomor serinya. Bahan kimia
perlu dilaporkan dengan konsentrasinya (bila larutan) dan kemurniannya (bila
zat murni); (3) Prosedur percobaan, yang memaparkan tahap-demi tahap yang
dilakukan; (4) Hasil Percobaan , yang mengungkapkan data yang telah
ditabulasi, hasil analisis data, baik secara statistik maupun tidak, serta temuan-
temuan penting percobaan sebagai hasil analisis data; (5) Pembahasan, yang
mengungkapkan rasionalisasi (penjelasan yang masuk akal) terhadap berbagai
temuan yang menarik, misalnya perbedaan antara prediksi teoretis dengan
realita yang diamati; (6) Kesimpulan , sebagai pernyataan singkat yang
mengungkapkan hasil penyelidikan secara menyeluruh

Menuliskan Daftar Pustaka


Karya ilmiah perlu dilengkapi dengan daftar pustaka, yang memaparkan
karya ilmiah lain yang digunakan sebagai rujukan. Agar dapat ditelusuri orang
lain penulisan karya ilmiah rujukan tersebut perlu memuat nama pengarang,
judul karya ilmiah, tahun penerbitan, serta penerbitnya. Tata cara penulisan
daftar pustaka perlu juga memberikan isyarat apakah karya ilmiah yang dirujuk
itu berupa buku, jurnal, makalah seminar, laporan penelitian yang tidak
dipublikasi, dokumen Web, dll. Oleh karenanya ada tata cara yang ditetapkan
untuk menuliskan daftar pustaka. Namun demikian terdapat banyak versi tata
cara penulisan daftar pustaka, bergantung pada tradisi yang dipegang oleh
masyarakat keilmuan dalam masing-masing bidang. Tata cara penulisan daftar
pustaka yang disarankan da lam “Pedoman Penulisan Karya Ilmiah” di UPI
diadopsi sebagian besar dari tata cara yang ditetapkan “American Psychological
Association (APA)”. Tata cara ini berbeda dengan yang ditetapkan oleh American
Chemical Sosiety, yang keduanya juga berbeda dari tata cara yang ditetapkan
oleh Chemical Society of Japan (CJS). Namun, untuk penulisan karya ilmiah
dalam konteks pendidikan di UPI, mahasiswa diwajibkan mengikuti pedoman
yang ditetapkan UPI.
Tata cara apapun dapat saja dipakai asalkan pemakaiannya konsisten.
Namun demikian apabila karya ilmiah kita ingin dipublikasikan dalam jurnal
tertentu, kita harus menyesuaikan diri dengan tata cara penulisan daftar pustaka
yang ditetapkan oleh redaksi jurnal tersebut.

Kerangka Bagian yang Harus Terdapat di dalam


Karya Ilmiah
Inilah beberapa bagian-bagian kerangaka yang biasanya terdapat di
dalam setiap penulisan karya ilmah.

1. Bab Pendahuluan
a. Latar belakang tema yang anda angkat, dan kenapa sampai tema ini harus
anda tulis.
b. Rumusan Masalah. dari sekian banyak masalah yang mungkin muncul, pilih
beberapa saja untuk jadi rumusan masalah. Saya suka menyebut rumusan
masalah ini sebagai memilih sudut pandang dari tema yang diangkat.
c. Ruang lingkup masalah. Pagar-pagar batas pembahasan karya anda.
2. Tujuan Penulisan.
Apa tujuan anda membuat karya ilmiah ini.
3. Metodologi Penelitian.
Penjelasan tentang sumber data karya anda dari mana saja. Metode
pengumpulan data, metode pengolahan data, metode analisis dan penyajian
data.
4. Bab Kajian Teori.
Beberkan teori yang berhubungan dengan tema karya ilmiah anda. Apabila
karya anda berdasar penelitian lapangan, sertakan gambaran umum lokasi
penelitian. Apabila studi pustaka, langsung lanjutkan ke
5. Bab Pembahasan.
6. Bab Penutup, Kesimpulan dan Saran
7. Daftar pustaka

Apabila kurang lengkap, banyak sekali buku tentang menulis karya ilmiah.
Ingat, karya ilmiah berbeda dengan artikel populer, jangan terlalu sering
memasukkan subyektifitas tanpa dasar argumentasi dari karya orang lain yang
sudah dipublikasikan terlebih dahulu.

Hal-hal yang Perlu diperhatikan dalam Karya


Tulis Ilmiah
1. Dalam pengantar, paling tidak harus menuliskan:
a. sifat, skop (ruang-lingkup), dan tujuan penelitian
b. tinjauan pustaka yang relevan dengan permasalahan
c. cara penelitian
d. hasil utama penelitian (ditambahkan setelah penelitian selesai) dan
manfaat penelitian.
Bahan dan cara, harus menyertakan:
a. sampel, jumlah sampel, dan karakteristiknya (misalnya: umur, jenis
kelamin, dll)
b. keterbatasan pengambilan sampel (kalo ada tentunya)
c. uraian prosedur detail penelitian (ini bermanfaat supaya penelitian bisa
diulang oleh peneliti lain).
2. Dalam hasil, setidaknya harus menuliskan:
a. karakteristik sampel
b. pemaparan hasil (harus menggunakan variabel-variabel yang digunakan
sebagai alat untuk menjawab permasalahan penelitian).
3. Pembahasan harus meliputi:
a. tinjauan penemuan-penemuan penting penelitian
b. pertimbangan penemuan-penemuan dalam kaitannya dengan penelitian
terdahulu yang relevan
c. implikasi penemuan terhadap teori
d. pemeriksaan yang hati-hati terhadap hasil yang tidak mendukung atau
hanya sebagian yang mendukung hipotesis
e. keterbatasan-keterbatasan studi yang mungkin berakibat pada kesimpulan
dan generalisasi studi
f. rekomendasi untuk penelitian selanjutnya
g. implikasi studi untuk praktisi atau studi terapan (opsional saja, tidak wajib).
4. Kesimpulan anda dapat memberi gambaran:
a. menyatakan kembali tesis secara singkat
b. meringkas interpreatasi hasil dan membahasnya dalam konteks teoritis
yang lebih luas
c. pendek dan langsung ke sasaran
d. menjelaskan manfaat khusus dan umum hasil studi
e. menuju ke kata-kata penutup.
5. Dalam abstraksi (ikhtisar atau ringkasan) yang harus ditulis adalah:
a. problem penelitian
b. subjek penelitian
c. metode dan prosedur penelitian (bila anda menuliskan dalam bahasa
Inggris, dibuat dalam past tense)
d. hasil penelitian
e. kesimpulan dan implikasi studi (bila anda menuliskannya dalam bahasa
Inggris, pastikan dibuat dalam Present tense). Tambahan, untuk desertasi
panjangnya 150 kata.
6. Judul tulisan:
a. memuat kata-kata kunci penting yang mewakili isi tulisan (contoh:
“Tuberkulosis pada masyarakat Indian kuno: Analisi DNA”. Tapi judul juga
jangan terlalu panjang; misalnya “Seks bebas di kalangan anak-anak remaja
di Jakarta dan pengaruhnya terhadap konsentrasi siswa, mata pelajaran,
kenaikan kelas, dan kehidupan bergama”, judul tersebut dapat anda
perpendek menjadi “Seks bebas di kalangan remaja Jakarta dan
pengaruhnya terhadap prestasi akademik dan kehidupan beragama”
b. lepas dari kata-kata berulang yang tidak menyumbangkan makna isi
penelitian
c. mengandung sebanyak-banyaknya 12-15 kata kunci yang merupakan
rangkuman ide utama

7. Dalam ucapan terima kasih, boleh menuliskannya seperti ini:


a. pihak-pihak yang membantu penelitian dalam hal: penyediaan daftar
pustaka, organisasi ide dan penulisan, penyediaan bahan dan alat, dan
proses penelitian itu sendiri (bisa individu, institusi, atau organisasi). Juga,
sebagai yang pertama dan utama, adalah kepada Allah SWT yang telah
memberikan kemudahan kita dalam membuat penelitian tersebut.
b. sumber dana penelitian: nama/jenis dana, nomor (bila ada), dan tahun
penerimaan dana.
8. Aturan penulisan efektif pada tingkat kalimat:
a. tunjukkan tindakan penting dengan kata kerja, bukan kata benda
b. letakkan pelaku sebagai subjek dari kata kerjanya
c. letakkan informasi yang lebih singkat sebelum informasi yang panjang an
kompleks
d. letakkan infromasi yang udah akrab dan berulang pada awal kalimat
e. letakkan pula informasi baru dan tidak terduga pada akhir kalimat
f. desain tali topik kalimat supaya membentuk pandangan yang koheren
(saling berhubungan) dan konsisten.
9. Penulisan efektif dalam paragraf:
a. buatlah semacam desain issue (pokok persoalan) yang jelas pada bagian
akhir di mana kamu memperkenalkan tali-temali tema, istilahnya thematic
strings
b. rumuskan maksud-maksud kalimat (point sentence) yang tepat untuk
setiap unit tulisan (discourse)
c. biasakan untuk memperlihatkan maksud paragraf (paragraph point) di
bagian akhir pokok bahasan (pada awal paragraf), dan jangan terlalu sering
memaparkannya di bagian akhir diskusi (di akhir paragraf).
10. Untuk daftar pustaka bisa dituliskan (catatan: penulisan ditulis berurutan):
a. Sistem Harvard: nama pengarang, tahun di dalam tanda kurung, judul
karangan, nama jurnal dan volume/nomor, sertakan nomor halaman, (plus,
nama penerbit dan kota di mana diterbitkan bila sumbernya buku).
b. Sistem Vancouver: nama pengarang, judul karangan, nam jurnal, tahun
tanpa tanda kurung, volume/nomor, dan nomor halaman jurnal, (plus, nama
penerbit dan kota di mana diterbitkan bila sumbernya buku).
c. Sistem alfabetik: nama pengarang, judul karangan, nama jurnal,
volume/nomor, dan nomor halaman jurnal, tahun tanpa tanda kurung, (juga
penerbit dan kota di mana diterbitkan jika sumbernya buku).
11. Tabel yang dibuat harus:
a. judul tabel harus ada
b. nomor tabel harus ada
c. diletakkan segera setelah disebut dalam teks
d. harus disebut di dalam teks
e. format tabel yang satu dengan yang lain harus konsisten
f. satuan harus disebutkan
g. singkatan harus diterangkan kepanjangannya dalam catatan di bawah
tabel
h. judul lajur dan baris harus mewakili variabel yang diukur pada lajur dan
baris
i. bilangan desimal dari atas ke bawah harus konsisten (jika dua angka di
belakang koma, semuanya sama).
12. Untuk gambar/grafik, perlu diperhatikan hal-hal berikut:
a. nomor dan judul gambar harus ada
b. sumbu vertikal dan horisontal pada grafik harus diberi nama
c. satuan ukuran pada masing-masing sumbu harus dicantumkan
d. keterangan gambar dibuat seringkas mungkin, sedangkan penjelasan
lengkap dijelaskan di dalam teks
e. diletakkan segera setelah disebut dalam teks
f. harus disebut dalam teks
Tips Menulis Karya Ilmiah Populer
Ilmiah populer adalah sarana komunikasi antara ilmu dan masyarakat
(baca: orang awam). Sudah menjadi budaya, jurnal ilmiah ditulis dengan bahasa
ilmiah untuk kalangan elit yaitu para ilmuwan yang memahami topiknya. Kalau
sudah begitu jadinya, maka ilmu hanya menjadi milik ilmuwan, bukan milik
masyarakat. Padahal peran utama iptek adalah untuk kemashlahatan penduduk
bumi: semua makhluk hidup. Disinilah peran jurnalismus, menjadi PR iptek,
menjadi sarana komunikasi antara ilmu dan masyarakat!
Karya ilmiah populer yang baik bukan berarti menulis hasil penelitian
dengan lengkap. Prinsip utamanya adalah mencari sudut pandang yang unik dan
cerdas, serta menggugah rasa ingin tahu pembaca awam. Sebetulnya menulis
ilmiah populer mudah. Berbeda dengan menulis cerpen atau non-fiksi yang
memerlukan keratifitas dan imajinasi tinggi. Dalam penulisan non-fiksi yang
terpenting anda mengumpulkan fakta-fakta, menyeleksinya, menetapkan fokus
dan meramu story. Beberapa tips yang dapat membantu dalam meramu karya
ilmiah populer bisa anda ikuti dalam tulisan ini.

Menyusun strategi sebelum menulis


Think twice before writing, kata Ken Golstein penulis dari Columbia School
of Journalism. Sebelum mulai menulis ilmiah populer, dan sebelum anda masuk
kepada dramaturgi, sistematik tulisan, detail, setidaknya anda harus memikirkan
strategi berikut:
Kepada siapa anda menyajikan tulisan anda?
Media apa yang anda pilih (internet, televisi, koran, majalah, radio, dsb)
Gaya penulisan apa yang paling tepat?
Kira-kira berapa lama pembaca meluangkan waktu untuk membaca
tulisan anda?
Empat point diatas sebetulnya teknik dasar jenis tulisan apapun. Untuk ilmiah
populer, teknik itu semakin urgent lagi. Ingat, menulis ilmiah populer sama
dengan menterjemahkan ilmu yang ngejelimet ke dalam bahasa yang
dimengerti secara umum. Tidak semua orang memahami ilmu anda, apalagi
dengan banyaknya cabang ilmu pengetahuan. Spesialisasi ini menyebabkan
seorang ahli paham di bidangnya tapi gak mudeng dengan bidang lain.
Kepada siapa anda menyajikan tulisan?
Seberapa dalam informasi yang akan anda sajikan tergantung siapa
pembacanya. Karya ilmiah populer di koran umum, tentunya lebih isinya lebih
dangkal daripada di majalah scientific misalnya. Sifat tulisan untuk pembaca
umum, lebih mengedepankan unsur entertainment, dibandingkan tulisan untuk
komunitas spesifik (misalnya majalah khusus komputer). Selain dari segi isi,
karya ilmiah populer untuk komunitas spesifik lebih banyak menggunakan
technical jargon. Boleh saja, sebab disini istilah spesifik tidak akan asing lagi
bagi pembacanya.
Media apa yang anda pilih?
Informasi untuk di internet, televisi, koran atau majalah berbeda cara
penulisannya. Misalnya media televisi mempunyai kelebihan dapat menampilkan
gambar. Sehingga penggunaan teks jauh lebih sedikit. Namun kelemahan media
ini, waktu yang tersedia jauh lebih singkat daripada media cetak. Cotoh lain,
perbedaan antara media cetak dan online. Media online dengan sifat
revolusioner hyperlinks-nya dapat merubah alur membaca. Kelebihan sifat link
ini, anda dapat mengarahkan pembaca kepada fokus yang anda tuju. Berbeda
dengan media cetak misalnya buku, karakteristik membaca sifatnya linear. Anda
mengarahkan pembaca melalui daftar isi.
Gaya penuturan apa yang paling tepat?
Kerahkan imajinasi anda. Kira-kira bagaimana anda akan menyampaikan
informasi paling tepat. Apakah dengan gaya reportase, menampilkan sosok yang
bercerita, atau tutorial sifatnya.

Kira-kira berapa lama waktu yang tersedia bagi pembaca?


Pembaca koran bisayan lebih sedikit meluangkan waktu membacanya
daripada pembaca majalah. Bukankah koran yang sudah seminggu dinyatakan
tidak aktual lagi? Umumnya pembaca tidak mengorek-ngorek lagi koran yang
sudah bertumpuk selama setahun lamanya. Semakin sedikit waktu yang
tersedia, informasi yang anda sajikan semakin pendek dan harus cepat menuju
sasaran.
Membidik Pembaca: Pilih Topik Menarik
Tulisan ilmiah populer anda dedikasikan untuk pembaca awam. Bukan
expert yang memang berkecimpung di bidangnya. Posisikan diri anda pada
pembaca. Pikirkan, mengapa anda perlu membagi ilmu anda? Apa yang
membuat pembaca dapat tertarik dengan tulisan anda? Beberapa cara
menggelitik motivasi pembaca:
Mengaitkan dengan kondisi aktual
Cth.: Masih segar dalam ingatankita ketika beberapa waktu yang lalu,
Kementrian Komunikasi dan bersama-sama dengan komunitas telematika
Indonesia meluncurkan satu konsep bulan telematika ICT (Information and
Communication Technology) month yang akan jatuh pada bulan Agustus 2003.
Tujuan utamanya adalah usaha sosialisasi aplikasi teknologi informasi dan
komunikasi memberikan kontribusi signifikan terhadap peningkatan kualitas
kehidupan masyarakat…
IlmuKomputer.com, Strategi mengelola situs E-Learning Romi Satria Wahono
Tulisannya dimulai dengan leading kondisi aktual. Sebagian pembaca
mungkin pernah mendengar konsep bulan telematika yang sedang aktual. Tapi
apa sebenarnya di balik konsep itu? Nah dari kondisi aktual inilah penulis
membidik pembaca.
Mengaitkan dengan kegiatan sehari-hari
Cth.: Sebenarnya menangis saat mengupas/memotong/mengiris bawang
bisa menyehatkan mata. Beberapa pakar percaya, air mata yang keluar karena
rangsangan hawa bawang membersihkan mata dan kelopaknya dari debu dan
kuman. Keluarnya air mata ini membuat mata bening dan berbinar. pikiran-
rakyat, Tak cengeng saat mengupas bawang Febdian Rusydi
Contoh diatas bernuansa entertainment, artinya topik yang dipilih mudah
dicerna, membacanya bersifat refreshing. Mudah dicerna karena berkaitan erat
dengan kejadian sehari-hari. Siapa yang tidak pernah merasakan perihnya
memotong bawang? Lain halnya dengan tulisan ilmiah hasil penelitian
kandungan bawang berikut metodenya. Siapa peduli membacanya? Ilmiah
populer yang berkaitan dengan kejadian sehari-hari membuat pembaca merasa
sedikit lebih clever setelah membacanya. Merasa puas mengerti apa yang terjadi
disekitarnya. Dengan cara ini pembaca awam menjadi akrab dengan ilmu di luar
spesialisasinya.
Menyajikan value added
Cth.: Nama baik & nilai sebuah dotcom bisa jatuh bahkan menjadi tidak
berharga jika dotcom di bobol. Dalam kondisi ini, para hacker di harapkan bisa
menjadi konsultan keamanan bagi para dotcommers tersebut – karena SDM
pihak kepolisian & aparat keamanan Indonesia amat sangat lemah &
menyedihkan di bidang Teknologi Informasi & Internet. Apa boleh buat
cybersquad, cyberpatrol swasta barangkali perlu di budayakan untuk survival
dotcommers Indonesia di Internet.
IlmuKomputer.com, Belajar menjadi Hacker, Onno W. Purbo
Bagi sebagian pembaca awam, hacker suatu dosa berat. Tapi penulis
memilih sudut pandang yang unik: belajar hacker itu penting untuk keamanan.
Dengan penyajian ini, pembaca merasa perlu belajar ilmu si penulis: ada value
added dari topik yang disajikan!
Memperkenalkan ilmu atau temuan baru
Teknologi ini mula-mula dipraktekan di negara yang terkenal dengan
budaya gourmet alias Perancis. Akhir-akhir ini banyak berkembang di Jerman.
Bagaimana tidak, kompor dengan teknologi induksi banyak membawa
keuntungan. Panasnya cepat, mudah diatur. Dan yang paling menentukan,
permukaan kompor dari bahan keramik ini tidak panas sama sekali. Hanya isi
panci anda yang menjadi panas! Amazing bukan? Tidak seperti kompor listrik,
dengan teknologi induksi ini panas tidak terjadi pada permukaan kompor,
melaikan dalam panci itu sendiri. Kochen mit Induktion, Anja Anja Arp, Servize
Zeit wdr.
Memperkenalkan ilmu atau temuan baru serta mengaitkan dengan
kebutuhan masyarakat adalah salah satu tugas penulisan ilmiah populer.
Dengan memperkenalkan iptek, tingkat acceptance iptek itu sendiri semakin
bertambah di kalangan masayarakat. Tidak harus melulu, kebutuhan sehari-hari,
contoh lain sejenis misalnya manfaat penggunaan software SAP untuk bidang
bisnis, teknologi baru operasi dengan laser di rumah sakit, dsb.
Dengan contoh-contoh diatas anda memahami perbedaan menyolok antara
karya ilmiah dan ilmiah populer. Ilmiah populer seringkali mengangkat topik
yang berkaitan dengan masyarakat awam.
Meramu karya ilmiah populer
Setelah mendapatkan topik yang pas dan bahan-bahansudah terkumpul,
tahap berikutnya meramu bahan-bahan menjadi tulisan yang menarik.
Bagaimana memulai menulisnya? Terkadang tulisan mengalir, bila anda
memposisikan diri anda pada pembaca: seorang professor, ibu rumah tangga,
manajer, politikus, mahasiswa, atau apa saja. Pikirkan apa yang kira-kira apa
yang diperlukan pembaca, pertanyaan apa yang akan mereka ajukan.
Leading
Struktur klasik karya ilmiah (skripsi, disertasi atau laporan penelitian)
biasanya diawali 20% pembukaan (hasil penelitian aktual, problematika aktual),
60% inti isi tulisan (metode penelitian, pemecahan permasalahan), barulah 20%
terakhir kesimpulan atau masukan untuk penelitian ke depan. Seringkali karya
ilmiah berhenti pada hasil penelitian atau pada ilmu itu sendiri.
Tidak demikian halnya dengan sebuah karya ilmiah populer. Tulisan jenis
ini mencoba mengail minat pembaca dari sejak awal tulisan. Siapa peduli
dengan problematika penelitian dan stand terakhir penelitian. Yang penting
pembaca mengetahui, apa pentingnya tulisan ini bagi saya.
Oleh karena itu, leading (pembukaan) sebuah karya ilmiah populer harus
merangsang motivasi pembaca. Leading memuat informasi singkat apa isi
tulisan, tapi bukan rangkuman yang mengurai semuanya. Setelah membaca
leading seharusnya masih tersisa sejumlah pertanyaan yang memotivasi
pembaca mengetahui jawabannya dalam tubuh tulisan.
Pemaparan informasi
Pemaparan informasi dalam tubuh tulisan harus fokus, sesuai dengan
tema yang disitir dalam leading. Buat alur yang menarik, sehingga pembaca
mau mengikuti paragraf demi paragraf sampai selesai. Ada beberapa cara
pemaparan yang baik
Haruskah alur berbentuk piramida terbalik?
Alur piramida terbalik berarti dimulai dari informasi yang terpenting
sampai ke detail yang kurang penting. Keuntungannya, pembaca cepat
mendapat informasi utama. Biasanya model ini dipakai untuk penulisan hard
news (berita singkat). Namun untuk tulisan karya ilmiah yang komplex dan
panjang belum tentu model ini bisa dipakai. Sebab terkesan membosankan. Hal
yang terpenting sudah diketahui di awal, pembaca merasa sudah cukup dengan
paragraf-paragraf awal. Tidak ada unsur menggelitik rasa ingin tahu lebih lanjut.
Merubah numerasi dan pembagian bab
Anda pasti mengenal struktur klasik sebuah karya ilmiah: bab utama, sub
bab, dst. Atau struktur tulisan dengan pembagian A, A.1, A.2, dst. Pembagian
struktur seperti ini terasa sangat kaku bila anda gunakan dalam karya ilmiah
populer. Namun harus diingat, untuk tulisan yang cukup komplex pembagian
struktur seperti itu sangat membantu.
Gunakan kekuatan kata-kata atau teks untuk memperjelas struktur tulisan.
Misalnya pada bab utama anda tuliskan rangkuman informasi yang mewakili
sub-sub bab selanjutnya. Barulah sub-sub bab memuat detail informasi. Gunakan
juga karakter tulisan yang berbeda, misalnya bold atau besar huruf untuk
menandakan sub kapitel. Dengan begitu penggunaan abjad atau numerasi yang
terasa kaku bisa dihindari.
Alur kronologis
Artinya alur cerita mengikuti satuan waktu: jam, hari, bulan atau tahunan.
Disini patokan waktu explisit tercantum. Contohnya: Karya ilmiah populer
tentang pertumbuhan tanaman selama empat musim. Informasi disini akan
terstruktur sesuai dengan kronologis musim.

Alur proses
Mirip dengan alur kronologis. Disini alur mengikuti proses-proses yang
berurutan. Contohnya: tutorial software,
Deduksi
Penulisan ilmiah populer yang berdasar pada deduksi, memulai alur
penjelasan dari hal yang umum menuju hal yang khusus. Contohnya: kebijakan
pemerintah dalam masalah anggaran penelitian dan dampaknya bagi reset
bidang teknologi kimia.
Induksi
Induksi kebalikan dari deduksi: dimulai dari informasi atau fakta-fakta
khusus untuk menentukan kesimpulan yang berlaku umum. Dalam journalimus
induksi dapatberupa penjelasan, anekdot atau analogi yang menggambarkan
prinsip umum. Contohnya: beberapa contoh dan fakta kerusakan lingkungan.
Dari sini dapat diambil kesimpulan kebijakan politik yang harus diambil dalam
rangka pelestarian lingkungan.
Reportase
Dengan jenis pemaparan ini, anda bertutur tentang apa yang anda rekam,
lihat atau rasakan dari tempat kejadian. Dengan penuturan yang baik, pembaca
akan merasa live di tempat kejadian. Sebuah reportase tidak harus
menceritakan kejadian dari awal sampai akhir. Seringkali diambil fokus tertentu
yang diangkat ke permukaan. Contoh ilmiah populer berbentuk reportase
misalnya: seminar atau konferensi ilmiah, observasi kejadian alam, reportase
sebuah experimen ilmiah, dsb.
Problematika penggunaan jargon
Seberapa jauh penulis bebas menggunakan jargon? Gunakan seperlunya
secara tepat. Anda bisa memberikan definisi, terjemahan, atau penjelasan.
Sering juga istilah-istilah asing justru lebih singkat, padat dan tepat. Namun anda
harus berhati-hati terlalu banyak akan menyulitkan pembaca. Semuanya
bergantung dimana dan untuk siapa tulisan akan anda sajikan.
Menggunakan Defisini
Foodborne disease adalah penyakit yang timbul dari pencernaan dan
penyerapan makanan yang mengandung mikroba oleh tubuh manusia. Penyakit
ini erat kaitannya dengan kehidupan manusia. Jika tidak memperhatikan
kebersihan makanan dan lingkungan, maka merugikan manusia. Makanan yang
berasal baik dari hewan atau tumbuhan dapat berperan sebagai media pembawa
mikroorganisma penyebab penyakit pada manusia. www.kharisma.de, drh.
Rochmiyati Setiadi
Dalam tulisan diatas foodborne disease adalah istilah baku yang sulit
dibuang. Penggunaan istilah spesifik ini lebih ringkas dan juga tepat. Definisi
cukup diberi sekali diawal.
Menggunakan Terjemahan
Bila tidak terlalu rumit, anda cukup memberikan terjemahan dalam
kurung: Beberapa obat-obatan yang termasuk didalamnya adalah antibiotika,
antihistamin (anti alergi), analgetik (penghilang rasa nyeri), antipiretik (obat
penurun panas), antitusif (obat batuk), dan lain-lain. www.kharisma.de, Melur
Pandan Wangi.
Mencari padanan jargon dalam bahasa Indonesia yang singkat dan padat
tidak selalu berhasil. Dalam kasus ini, bila tidak ada padanannya gunakan istilah
aslinya, dengan penjelasan, definisi. Dapatkah anda membayangkan seandainya
perintah dan menu Word ditulis dalam versi Indonesia?
Banyak juga jargon yang sudah diterjemahkan dalam bahasa indonesia. Dalam
dunia komputer misalnya: software (perangkat lunak), network (jaringan),
application (aplikasi), computing (komputasi), dsb. Untuk tips, banyak-banyak
membaca tulisan ilmiah populer dari jenis yang sama. Disitu anda mendapatkan
feeling jargon apa saja yang sering digunakan atau memang belum ada
padanannya.
Bila definisi dan terjemahan tidak cukup
Tidak selamanya terjemahan atau definisi dapat memperjelas. Seperti
kata layer yang berarti lapisan dalam konteks tutorial Photoshop:
Berikutnya anda akan belajar menggunakan layer untuk membuat gambar
kota tua berlangit biru. www.kharisma.de, tutorial photoshop, Dian Suprapto
Pembaca paham layer berarti lapisan. Tapi pembaca yang sama sekali
buta software Photoshop akan kesulitan. Oleh karena itu, bukan terjemahan dan
definisi yang diperlukan. Tapi berikan analogi diluar dunia Photoshop yang
mudah dimengerti:
Anda dapat menganalogikan prinsip kerja layer dengan tumpukan lembar
transparensi. Dengan step diatas Anda membuat lembar transparensi gambar
kota tua dengan langit kosong (transparensi 1) dan transparensi bergambar
langit biru (transparensi 2). Bila anda menumpuk transparensi 1 dan 2 (dengan
susunan trasnparensi 2 paling bawah) maka akan menghasilkan gambar kota
tuaberlangit biru. www.kharisma.de, tutorial photoshop, Dian Suprapto
Istilah asing: bila lebih mudah diingat, gunakan!
Tulisan yang sukses biasanya justru pendek, terbatasi secara tegas dan
sangat fokus. ''Less is more,'' lagi-lagi kata Hemingway. Umumnya tulisan yang
baik hanya mengatakan satu hal.
Penaindonesia.com, Seperti tarian burung camar, Farid Gaban
Less is more, kalimat pendek dan mudah diingat. Bila diterjemahkan ke
dalam Indonesia “sedikit justru sebetulnya lebih banyak” gregetnya kurang!
Namun jangan juga terlalu mubazir dalam penggunaan bahasa asing.
Istilah asing: bila tak perlu, tinggalkan!
Penggunaan istilah asing yang rumit dalam satu paragraf, akan
mengganggu kenyamanan pembaca. Ingat: Writing is giving service! Seperti
soto dengan banyak „ranjau“ rempah-rempah daun salam, laus, jahe, daun
jeruk. Anda akan terhenti menikmati soto karena harus menyisihkan rempah!
Jangan pernah berpikir: menggunakan istilah asing agar terlihat elit! Justru efek
sebaliknya yang akan anda dapatkan.
Kadang-kadang pada suatu masa yang sama, dua orang pahlawan muncul
secara bersamaan, pada bidang yang sama, tapi dengan molaritas heroisme
yang relatif berbeda. Salah satu diantara keduanya biasanya mengalami proses
iconisasi atau simbolisasi, dimana ia dianggap sebagai simbol dari epoch dan
genrenya. Namun pada community yang sudah dewasa dan matang, proses
iconisasi itu biasanya tidak berlanjut dengan proses sakralisasi.
Kata-kata yang bergaris bawah diatas sudah „di indonesiakan“. Namun
pembaca tersandung-sandung mencerna alinea diatas. Dijamin, pembaca harus
membacanya minimal dua kali hingga memahami. Sering ya, kita temukan
istilah asing yang berlebihan.
Bila memang efisien, padukan dengan gambar
A picture tells thousand words, demikian kata pepatah. Seringkali kali
gambar atau grafik lebih mudah dicerna daripada rangkaian kata-kata. Tapi
perlu diingat, gambar saja tidak cukup harus disertai keterangan yang jelas.
Contoh ini berlaku misalnya untuk tutorial. Gunakan scrennshot menu-menu
software untuk memperjelas perintah.
Problematika angka
Penggunaan angka dalam karya ilmiah sudah lumrah. Terutama untuk
menunjukan akurasi atau memperkuat argumentasi. Sama dengan penggunaan
istilah asing atau jargon. Pencantuman angka cukup seperlunya. Bila terlalu
banyak, perhatian pembaca akan tertuju pada angka dengan demikian
kenyamanan membaca menjadi berkurang.
Angka sebagai penguat informasi
Cth.: Saat suhu udara mulai menghangat mulailah jenis bakteri ini
berkembang dengan pesatnya. Terlebih lagi bila ia berkembang pada jenis
makanan tertentu yang memang rawan salmonella, yaitu makanan yang
mengandung protein tinggi. Bila kondisinya sangat menunjang, bakteri ini akan
membelah diri setiap 20 menit sekali, satu bakteri akan berkembang dalam
waktu 5 jam menjadi 45 000. www.kharisma.de, Salmonella bahaya tak terlihat,
Dian Suprapto.
Pencantuman angka disini memberi gambaran jelas: bakteri Salmonella
pada makanan dapat bekembang demikian pesatnya.

Angka saja tidak cukup: perlu keterangan lanjut


Kecelakaan lalu lintas lebih sering terjadi pada kecepatan 50km/h.
Sedangkan pada kecepatan 200 km/h lebih sedikit.
Tanpa keterangan lebih lanjut, angka-angka diatas terlihat sepintas tidak
masuk akal. Mengapa justru dengan kecepatan tinggi lebih jarang terjadi
kecelakaan? Jawaban logisnya terletak pada penjelasan, bahwa jarang
kendaraan berkecepatan 200km/h, sehingga lebih jarang terjadi kecelakaan.
Namun sayangnya dalam tulisan itu tidak ada sama sekali.
Sama seperti contoh berikut:
Dalam 5 tahun terakhir ini, jumlah penerima hadiah Nobel bidang biologi
dari kalangan wanita meningkat 50%.
Angka di atas tidak menunjukan data yang akurat. Bisa saja lima tahun
terakhir jumlahnya ada 4 wanita dan tahun ini menjadi 6 (hanya penambahan 2
orang).
Pencantuman angka yang tidak perlu
Banyak penulis menyangka pencantuman angka selalu memberi kesan
kompeten! Sekali lagi pertimbangkan baik-baik: apakah pencantuman angka
memberi nilai informasi plus atau tidak. Ingat, Less is more, kata Hemingway.
Angka berlebihan hanya akan mengganggu kenyamanan membaca.
Cth.: Belum jelas terbukti apa penyebab over stimulasi ovarium atau
dikenal dengan istilah OHSS (Ovarian Hyperstimulation Syndrom). Dikatakan
kondisi kritis bagi pasien bila terdeteksi hematokrit (> 43), pembengkakan
ovarium (> 12 cm), dst …
Bagi dokter angka-angka diatas penting untuk menegakkan diagnosa
OHSS kritis. Tapi bagi pasien apa artinya? Sebab, pembaca tidak mengetahui
berapa kekentalan darah (hematokrit) yang normal, atau berapa besar ovarium
dalam kondisi normal. Untuk membuat brosur kesehatan bagi pasien, lebih
penting menerangkan simptom yang dirasa pasien. Dan tidak melulu angka-
angka pengukur.
Multi interpretasi angka statistik
Cth.: Wanita terbukti sebagai manajer handal. Hanya 15 dari 1000
perusahaan Jerman yang dimpimpin wanita mengalami bangkrut. Perusahaan
yang dipimpin manajer pria lebih banyak mengalami bangkrut: 21 dari 1000
perusahaan. Witschaftsmagazin “DM“.
Angka di atas menimbulkan interpretasi ganda:
Wanita memang betul-betul lebih handal daripada pria
Wanita memimpin perusahaan di bidang yang tidak terlalu riskan
Perusahaan yang dipimpin manajer pria lebih cepat bangkrut? (apakah
satuan waktu untuk kedua kubu sama?)
Perusahaan yang dipimpin manajer wanita lebih awet tidak bangkrut? (tapi
toh kalau satuan waktu sama, akankah jumlahnya lebih banyak?
Dengan contoh diatas, penulis belum berhasil memberikan informasi
dengan obyektif. Bila anda mencantumkan angka statistik, perlu memjelaskan
methode pengambilan sample serta satuan-satuan lagi yang mendukung.
Membaca angka lebih payah daripada membaca teks. Mengapa tidak
menggunakan grafik bila lebih membantu kenyamanan membaca?

Bekal untuk Calon Penulis


Seorang penulis atau seorang peneliti yang hendak membuat tulisan, agar
mampu melakukan kegiatan menulis dengan baik, diperlukan bekal yang
memadai. Ismail Marahimin, (2001) menyebut seorang penulis harus
mengetahui beberapa hal yang berkaitan dengan petunjuk umum yang harus
dikuasai, sebelum penulis itu memilih bentuk tulisan yang akan diselesaikannya.
Ketidakberdayaan seorang peneliti atau seorang penulis menyelesaikan karya
tulisnya, mungkin disebabkan dia tidak memiliki bekal yang cukup saat memulai
menulis, sehingga banyak kendala yang kemudian ditemui. Agar kegiatan
menulis ini lancar, tanpa kendala yang berarti, maka seorang penulis harus
memiliki bekal, mengetahui petunjuk umum bagi calon penulis, sebagai berikut.

• Membaca Sebagai Sarana Utama


Keempat keterampilan berbahasa saling terkait satu sama lain.
Keterampilan berbicara berkaitan dengan mendengar. Orang yang tidak bisa
mendengar atau tuli tidak bisa berbicara. Kaitan antara membaca dan menulis
juga cukup erat. Para ahli mengatakan bahwa untuk dapat menulis kita harus
banyak membaca. Membaca adalah sarana utama menuju keterampilan
menulis.
• Latar Belakang Informasi
Jika Anda merasa kesulitan menuangkan ide, perlu diwaspadai barangkali
latar belakang informasi yang akan ditulis kurang lengkap. Sama halnya ketika
Anda ingin mencari alamat seseorang, sedangkan alamatnya kurang lengkap,
maka Anda akan mengalami kesulitan. Pun demikian ketika seseorang
menanyakan tentang cara membuat minyak klentik, padahal Anda belum
mengetahuinya. Tentu Anda akan kesulitan untuk memberikan penjelasan. Jika
Anda harus menulis sesuatu yang minim informasi, maka Anda akan berputar-
putar di sekitar masalah itu ke situ, penuh dengan klise-klise usang, kering dan
kerdil. Untuk menghindari hal itu, maka ketika hendak menulis tentang apa saja,
kumpulkan informasi sebanyak mungkin. Seorang penulis dengan latar belakang
yang luas membuat Anda mudah meramunya. Anda bisa menulis dengan irama
air, mengalir tanpa henti atau seperti hembusan angin. Hasilnya pun bukan kata-
kata klise, tetapi sebuah karya yang padat, memiliki referensi atau kerangka
referensi yang luas.
• Well-rounded Man
Seorang calon penulis, atau yang hendak menyelesaikan tulisan,
hendaknya dia memiliki citra well-rounded man atau gambaran seorang yang
sempurna ibarat bulatnya bola. Bola yang bulat menyebabkan dia bisa
menggelinding kemana saja. Maknanya, seorang penulis harus mengetahui
serba sedikit tentang apa saja yang ada di dunia ini. Disamping ilmu
kejuruannya, katakan dia seorang sarjana Matematika, tetapi dia mengetahui
tentang cara memasak ikan, cara mengoperasikan komputer, sejarah bangsa,
dan lain-lain. Dia akan menjadi manusia yang bercitra well-ounded man jika ia
banyak membaca, atau menggali berbagai pengalaman hidup. Dengan
banyaknya pengalaman, maka kita akan sangat mudah saat meramu laporan
penelitian karya ilmiah.
• Memiliki Kepekaan
Kepekaan yang dimaksud di sini ialah kepekaan bahasa dan kepekaan
terhadap subtansi atau materi. Kepekaan terhadap bahasa ialah peka terhadap
hal-hal yang menyangkut bentuk tulisan, paragraph, kalimat, arti kata, arti
kiasan, bunyi kata, diksi dan lain-lain. Sering kita dapati sebuah tulisan yang
kurang tepat, kalimat rancu, atau hal-hal yang sifatnya kebahasaan dan
berpengaruh terhadap makna. Sedangkan kepekaan subtansi atau materi
menyangkut isi tulisan. Banyak orang kecewa, saat mengetahui isi sebuah buku
yang ditulis dengan bahasa yang berbunga-bunga, tapi tidak ada apa-apanya.
Bahkan banyak tema buku yang tidak sesuai dengan isinya. Ada tulisan yang
memuat ide sebesar jari tangan, tapi ditulis dalam bingkai sebesar gajah
bengkak, atau idenya sebesar jerapah ditulis dalam kalimat sekecil semut
merah. Nah, perlu juga diketahui kepekaan bahasa ini juga diperoleh dari hasil
membaca.

• Copy The Master


Ketika saya pertama kali ingin membuat karya tulis, bingungnya minta
ampun. Ternyata kerangka saja karya ilmiah yang diberikan oleh dosen
pembimbing tidak cukup. Saya berusaha minta bantuan orang yang pernah
punya pengalaman menulis skripsi. Tapi, lambatnya minta ampun. Akhirnya,
saya pergi keperpustakaan kampus dan mendapatkan contoh skripsi yang
serupa. Dengan melihat contoh yang sudah ada, dengan mudahnya saya
membuat laporan karya tulis. Cara inilah yang disebut Copy The Master, alias
meniru master yang ada. Namun, perlu digarisbawahi, yang dimaksud dengan
meniru ini bukan menjiplak. Kita membuat model yang sama, tetapi isinya
berbeda. Contoh yang ada memudahkan kita membuat alur tulisan sesuai
contoh atau sesuai master yang ada.
Model Copy The Master diilhami dari kebiasaan orang China dalam belajar
melukis. Seorang siswa calon pelukis diberi master lukisan yang sudah bagus.
Siswa itu harus meniru lukisan itu. Ia dinyatakan lulus jika sudah bisa meniru
persis lukisan tersebut. Cara belajar ini kemudian diadopsi untuk belajar
membuat tulisan. Dalam kaitan membuat karya tulis kita bisa membaca
berbagai karya tulis dengan gaya tertentu, maka kita akan bisa menirunya.
Contohnya, jika kita ingin membuat novel silat, dengan membaca seratus novel
silat, maka kita bisa membuat novel serupa. Nah, kalau ingin membuat laporan
karya ilmiah, kita bisa melihat contoh karya ilmiah yang sudah jadi, dan kita bisa
meniru bentuk laporannya. Sekali lagi, meniru yang bukan berarti menjiplak.
• Tulis Ulang
Ismail Marahimin (2001:22) mengingatkan agar sebagai calon penulis kita
harus menghindari tiga perasaan, yaitu rasa cepat puas, sikap ingin menang
sendiri dan cepat putus asa. Ketiga hal ini harus dibuang jauh-jauh, karena akan
menjadi hambatan bagi seorang penulis. Sebut saja, jika Anda seorang
mahasiswa yang sedang menyusun skripsi, lalu draft Anda dicoret, jika Anda
cepat marah, cepat putus asa, maka Anda akan mengalami kendala. Mungkin,
skripsi atau tulisan yang Anda buat tidak akan pernah selesai. Biaya yang sudah
kita keluarkan akan menjadi mubazir, sebab skripsi Anda masih terkatung-
katung.
Jika Anda menulis untuk ditawarkan ke penerbit, maka Anda harus mau
menulis ulang. Banyak penulis besar, termasuk Kalil Gibran menjadi orang besar
setelah berkali-kali gagal tulisannya ditolak penerbit. J.K. Rowling yang
kekayaannya melebihi kekayaan ratu Inggris dari karyanya, serial Harry Potter
mengalami hal yang sama. Bercermin dari kisah para penulis besar, tidak
masalah kalau kita mau mengulangi karya-karya kita yang gagal.
• Panjang Tulisan
Panjang tulisan itu sangat tergantung dari bahan yang akan kita tulis.
Selama tidak ada aturan yang membatasi (untuk lomba biasanya dibatasi,
minimal panjang tulisan atau jumlah halaman), maka Anda boleh terus menulis
sesuai bahan yang tersedia. Kalau bahan masih ada, teruskan menulis, kalau
bahan sudah habis, berhentilah menulis. Jangan memaksa terus menulis kalau
bahan habis, nanti tulisan Anda banyak bohongnya, dan jangan berhenti selagi
bahan masih ada, nanti tulisan Anda kurang lengkap atau banyak bolongnya.
Setelah bekal di atas, Anda masih harus memikirkan beberapa hal yang
berkaitan dengan kegiatan tulis-menulis, seperti tulisan itu harus unity dan
coherence atau kesatuan dan kepaduan, transisi, gaya bahasa, perbandingan,
peribahasa, struktur, sintaksis, pengulangan, tanda baca, diksi, rima, laras,
warna, sampai pengetahuan tentang wacana, paragraf atau alinea, tema dan
judul. Pemahaman Anda akan hal-hal yang berkaitan dengan sisi kebahasaan,
sekali lagi harus Anda peroleh dari kegiatan membaca. Sekali lagi, membaca
memang menjadi sarana utama!

Anda mungkin juga menyukai