Anda di halaman 1dari 45

SEJARAH PERKEMBANGAN TELEKOMUNIKASI

I.1.

SEBELUM ADA LISTRIK

Sebagai makhluk sosial manusia tidak dapat hidup sendiri tanpa


interaksi dengan sesamanya, demikian pula halnya dg pemenuhan
kebutuhan hidupnya yang sangat beragam, secara normal barulah
akan terpenuhi dengan bantuan orang lain.
Untuk itu mau tidak mau manusia membutuhkan komunikasi satu
sama lain.
Pada awal-awal kehidupan dimana jumlah manusia relatif kecil,
komunikasi antar sesama dapat dilaksanakan secara langsung, akan
tetapi setelah jumlah manusia bertambah besar sebaha-gian dari
mereka mulai berpindah dan menyebar membentuk kelompok /
komunitas baru yang bisa berupa desa/kampung/koloni.
Komunikasi antar desa/kampung/koloni yang relatif berjauhan tidak
lagi dapat dilaksanakan secara langsung, sehingga timbul inisiatif
menggunakan alat bantu seperti genderang di Afrika ataupun asap
yang digunakan oleh orang Indian di benua Amerka.
I.2.

SETELAH ADA LISTRIK

Alat bantu komunikasi selanjutnya berkembang dengan pesat


setelah penemuan dan pemanfaatan listrik dalam komunikasi, dan
disini dapat dikemukakan kemunculan awal beberapa bentuk/jenis
alat ujung komunikasi , yang selanjutnya dicatat sebagai tonggaktonggak perkembangan sejarah pertelekomunikasian, yakni:

Telegrap
Telepon
Radio
Televisi

:
:
:
:

1832
1875
1897
1937

I.2.1. TELEGRAP

Media fisis
SENDER

RECEIVER

I-1

Gbr.I.1: Bagan sederhana komunikasi telegrap


Sifat-sifat khusus komunikasi telegrap:
1. Informasi berupa tulisan
2. Emosi tidak ikut terkirim
3. Media transmisi berupa saluran fisis sehingga komunikasi
bersifat: point to point
4. Termasuk kedalam kelompok Fixed Communication
I.2.2. TELEPON

K
SENTRAL
s
N

L
S

K,L,M,N : Pelanggan
S
: Switching dlm

sentral
M
Gbr.I.2: Bagan sederhana komunikasi telepon
Untuk dapat berkomunikasi satu sama lain maka masing-masing
pelanggan K,L,M dan N sesuai permintaannya akan dihubungkan
oleh alat switching yang ada disentral.
Sifat-sifat khusus komunikasi telepon:
1. Informasi berupa suara, berarti meningkatkan kemampuan panca
indera telinga
2. Emosi ikut terkirim
3. Media transmisi berupa saluran fisis sehingga komunikasi bersifat
:point to point
4. Termasuk kedalam kelompok Fixed Communication
I.2.3. RADIO

RECEIVER
TRANSMITTER

RECEIVER

I-2

Gbr.I.3: Bagan sederhana komunikasi radio


Sifat-sifat khusus komunikasi radio:
1. Informasi berupa suara, berarti meningkatkan kemampuan panca
indera telinga
2. Emosi ikut terkirim
3. Media transmisi berupa saluran non-fisis
4. Komunikasi dapat berlangsung point to multipoint dan
termasuk kedalam kelompok Mobile Communication
I.2.4. TELEVISI

Komunikasi TV mempunyai bagan yang sama dengan komunikasi


radio, perbedaannya hanya pada sifat khususnya, yakni:
1. Informasi berupa suara dan gambar, berarti meningkatkan
kemampuan panca indera telinga dan mata
2. Emosi ikut terkirim
3. Media transmisi berupa saluran non-fisis
4. Komunikasi dapat berlangsung point to multipoint dan
termasuk kedalam kelompok Mobile Communication
Note:
1. Selanjutnya perkembangan alat ujung komunikasi untuk sementara
terhenti, orientasi perngembangan beralih kepada medianya baik
dalam bentuk media fisis (mis:fiber optik) maupun media non-fisis
(gelombang mikro terestrial dan satelit).
2. Komputer berikutnya hadir sebagai hasil pengembangan alat ujung
dalam komunikasi data.

SINYAL INFORMASI
Ditinjau dari perangkat pengirim dan penerima yang secara umum
dikatakan juga sebagai terminal / alat ujung komunikasi , maka sinyal
informasi dapat diklasifikasikan sebagai berikut:
1. Sinyal telegrap
2. Sinyal telepon
3. Sinyal musik
4. Sinyal facsimile
5. Sinyal video

I-3

SINYAL TELEPON
Sistem telepon digunakan para pelanggan untuk berkomunikasi tidak lain
adalah untuk mendapatkan informasi, sehingga dengan demikian sinyal
telepon tersebut adalah sinyal informasi.
Secara umum didefinisikan bahwa informasi adalah sesuatu yang tidak
diketahui sebelumnya, sehingga bila diminta menampilkan sinyal tersebut
secara grafis, maka berarti harus menggambarkan sesuatu yang tidak
diketahui; bagaimana wujudnya ?
Amplituda (Volt/Watt)
Waktu (detik)

Gbr.II-1: Sinyal informasi sebagai sinyal tak tentu


1. Bagaimana bentuk sinyal tersebut secara matematis?
Analisis Fourier:
Suatu
fungsi/kurva
yang
bagaimanapun
rumit/kompleks
penampilannya, secara matematis merupakan superposisi dari
fungsi/kurva sinus dengan frekuensi ( 0 tak terhingga ) Hz.
Berarti bandwidth sinyal informasi adalah (0-tak terhingga) Hz
2. Kurva bidang pendengaran manusia normal
Amplituda

0,0 .
.
.
.
.
0 16 300 1000

.
.
3.000

.
.
.
.
.
16.000 frek. (Hz)

Gbr.II-2: Kurva bidang pendengaran manusia normal


3. Kurva bidang pendengaran manusia normal
Dari eksperimen ternyata bahwa telinga manusia normal hanya dapat
menangkap frekuensi dalam rentang ( 16 16.000 ) Hz.
Dengan demikian bandwidth sinyal informasi akan mubazir bila
ditetapkn ( 0 tak terhingga )Hz karena tidak akan dapat juga
ditangkap oleh telinga manusia normal.
Dengan ini sistem telepon cukup mempunyai bandwidth (16 16.000)
Hz.

I-4

4. Percobaan Logatom, yang menggunakan LPF dan HPF


Logatom merupakan susunan konsonan-vokal konsonan yang tidak
punya arti Low Pass Filter (LPF) adalah satu perangkat yg hanya dapat
menyalurkan frekuensi lebih rendah atau sama dengan frekuensi cutoff seperti terlihat pada Gbr.II-3.
(16-16.000)Hz

LPF

(16-10.000) Hz

fcut-off = 10.000Hz
Gbr.II-3: Output suatu Low Pass Filter
High Pass Filter (HPF) adalah perangkat yg hanya dapat
menyalurkan frekuensi lebih tinggi atau sama dengan frekuensi cutoff, seperti terlihat pada Gbr.II-4.
(16-16.000)Hz

HPF

(8.000 -16.000) Hz

fcut-off = 8.000Hz
Gbr.II-4: Output suatu High Pass Filter
Berdasar sifat LPF dan HPF yang diterapkan kepada logatom
ternyata bahwa tingkat kefahaman informasi akan mencapai 80%
apabila bandwidth yang digunakan adalah (300 3000)Hz seperti
yang terlihat pada Gbr.II-5 dan Gbr.II-6 sebagai hasil percobaan
logatom.
Tkt kefahaman informasi (%)
100
80
0,0 .
.
.
.
.
0 16 300 1000

.
.
3.000

.
.
.
.
.
16.000 frek. (Hz)

Gbr.II-5: Percobaan dengan LPF dimana tingkat


kefahaman
80% diperoleh pada frekuensi cut-off 3.000Hz
Tkt kefahaman informasi (%)
100

I-5

80
0,0 .
.
.
.
.
0 16 300 1000

.
.
3.000

.
.
.
.
.
16.000 frek. (Hz)

Gbr.II-6: Percobaan dengan HPF dimana tingkat


kefahaman
80% diperoleh pada frekuensi cut-off 300Hz
Krn Committee Consultative of International Telephone and
Telegraph ( CCITT ) merekomendasikan bahwa tingkat kefahaman
informasi dlm telekomunikasi adalah 80%, maka dari gabungan
kedua percobaan logatom LPF/HPF yang dilaksanakan diperoleh
kesimpulan bahwa bandwidth sinyal telepon cukup (300-3000) Hz
sebagaimana terlihat pada Gbr.II-7.
Tkt kefahaman informasi (%)
100
80
bandwidth
0,0 .
.
.
.
.
0 16 300 1000

.
.
3.000

.
.
.
.
.
16.000 frek. (Hz)

Gbr.II-7: Gabungan percobaan HPF/LPF yang memperlihatkan


bahwa
pada tingkat kefahaman 80%, bandwidth sinyal
telepon (30
3000 )Hz .
Namun dengan adanya faktor toleransi 1,6 dari CCITT, maka sebagai
ketetapan akhir dinyatakan bahwa bandwidth sinyal telepon adalah
(300-3400)Hz.
Kesimpulan :
Sistem telepon harus dapat menyalurkan frekuensi (300-3400)Hz

SINYAL MUSIK
Musik pada hakekatnya hampir sama dgn suara, yang membedakan
musik dari suara hanya persyaratan keindahan, sehingga dengan
demikian dapat dikatakan bahwa persyaratan sinyal musik adalah:
Dapat difahami
Memiliki keindahan yang sangat ditentukan oleh warna suara

I-6

Warna suara sangat tergantung pada harmonisa yang meyertainya,


dimana musik akan terasa semakin indah bila harmonisanya
semakin banyak, berarti musik semakin indah bila bandwidthnya
semakin lebar.
Berdasar persyaratan bandwidth ini sinyal musikdibedakan atas :
Musik kualitas biasa dengan bandwidth ( 100-10.000 )Hz
Musik kualitas tinggi dengan bandwidth ( 50 15.000 )Hz

SINYAL FACSIMILE
Facsimile merupakan pengiriman gambar yg diam seperti potret.
Perangkat facs sebagaimana pada Gbr.II-1 terdiri dari 3 bagian utama
yakni:
1. Silinder yang dapat maju mundur relatif terhadap sumbunya.
2. Lampu sorot
3. Foto sel

Gbr.II-2: Prinsip kerja facsimile


Facsimile bekerja berdasar sifat pemantulan pada bidang warna,
dimana semua enersi dari berkas cahaya akan dipantulkan apabila bidang
pantul berwarna putih, sebaliknya semua enersi dari berkas cahaya akan
diserap apabila bidang pantul berwarna hitam.
Gambar atau potret yg akan dikirim, dipasangkan pada permukaan
silinder. Bila potret yg akan dikirim adalah hitam-putih, maka dapat
dikatakan bahwa potret tsb sebenarnya merupakan kumpulan titik-titik
dengan gradasi hitam-putih pula.
Selanjutnya berkas lampu sorot diatur sedemikian rupa sehingga
tepat mengenai titik paling kiri atas dari gambar/potret.
Sekiranya titik itu putih, maka pantulan berkas cahaya akan punya
enersi maksimum yang mengakibatkan output foto sel yang berupa
besaran listrik juga akan maksimum.Akan tetapi bila titik tersebut

I-7

berwarna hitam,maka enersi pantulan cahaya akan minimum sehingga


output foto sel juga akan minimum.
Setelah titik 1 mengalami transformasi dari besaran cahaya ke
listrik, maka silinder secara otomatis akan bergerak sedemikian rupa
sehingga sekarang titik 2 yang disorot, setelah mana proses yang sama
kembali berulang, demikian terjadi terus menerus sampai semua titik
gambar dikenai cahaya dan pantulannya dirobah oleh foto sel ke besaran
listrik. Output fotosel yang berupa besaran listrik selanjutnya dikirim
ketujuan.
KECEPATAN LANGKAH ( VS ) SINYAL FACSIMILE
Kecepatan langkah : jumlah pengiriman titik gambar/detik (Baud).
Contoh: Bila diameter silinder D = 60mm dengan kecepatan 2 putaran/
detik, sedang ukuran titik (3/16 x 3/16)mm2, maka hitunglah kecepatan
langkah dan bandwidth dari facsimile tsb
Keliling silinder = D = x 60mm 200mm
Jumlah titik terkirim/detik = 2 x 200mm / ( 3/16 ) mm = 2009,6 titik/detik
Dengan demikian kecepatan langkah VS 2010 Baud 2000 Baud
BANDWIDTH B SINYAL FACSIMILE
Karena hubungan antara kecepatan langkah VS
adalah
B ( Hz ) = VS (Baud) ,
Maka bandwidth B = x 2000 Hz = 1000 Hz

dengan bandwidth B

WAKTU PENGIRIMAN FACSIMILE


Waktu pengiriman facsimile tergantung pada ukuran gambar/potret yang
akan dikirimkan.
Bila ukuran gambar (18x12)cm2 , berarti jumlah titik pada gambar adalah:
= luas gambar / luas titik = (180x120) / (3/16 x 3/16) = 614.400 titik
Waktu pengiriman gambar :
= jumlah titk / kecepatan langkah VS
= 614.400 / 2.000 detik = 307,2 detik 5 menit

SINYAL VIDEO / GAMBAR


Jika suatu peristiwa yang sedang diamati selang 10 detik diambil
potretnya, maka akan terlihat perobahan posisi dari objek yg bergerak,
dalam Gbr.II-3 adalah sampan dan bangau yang sedang terbang. Karena

I-8

pada contoh waktu pengamatan adalah 30 detik maka akan diperoleh


sebanyak 4 potret.
Perobahan posisi ini akan semakin kecil apabila jarak waktu
pengambilan gambar semakin singkat.
Sekiranya potret yang diambil punya kecepatan 25 gambar/detik,
dan potret yang dihasilkannya kembali ditampilkan dalam rentang waktu
yang sama, maka mata akan melihat urutan gambar dengan kecepatan
tinggi tersebut sebagai suatu gerakan yang kontinu dari semua objek.
Hal ini disebabkan keterbatasan mata manusia yg tidak mampu
mengikuti/ mendeteksi kecepatan pergantian gambar 25 gambar/detik.

KECEPATAN LANGKAH SINYAL VIDEO HITAM PUTIH


Pada standard TV PAL, titik gambar diperoleh dgn membagi bidang
gambar atas 625 kolom dan 525 baris sebagaimana Gbr.II-4.

Gbr.II-4: Standar PAL-TV dlm menentukan jumlah titik gambar


Jumlah titik dalam satu gambar = 625 x 525 titik = 328.125 titik/gbr
Kecepatan pengiriman gambar = 25 gbr/detik
Jumlah titik gambar yang terkirim/detik = 25 x 328.125 = 8.203.125
titik/detik
Kecepatan langkah sinyal video = 8.203.125 Baud

BANDWIDTH SINYAL VIDEO HITAM PUTIH


Bandwidth B = kecepatan langkah = 4.101.562,5 Hz 4,1 MHz

III. TRANSDUCER

III.1.

PENGERTIAN DAN MACAM TRANSDUCER


Transducer merupakan suatu perangkat / alat yang dapat merobah
suatu besaran menjadi besaran lain, atau sebaliknya.
I-9

Gbr.III.1: Transducer sebagai pengalih besaran


Contoh-contoh transducer:
Mikrofon : besaran akustik
besaran listrik
Loudspeaker: besaran listrik
besaran akustik
Tabung sinar katoda :besaran listrik
besaran gambar
Foto sel: besaran cahaya
besaran listrik
III.2. MIKROFON
Mikrofon tergantung kepada sudut peninjauannya dapat dibedakan
sebagai berikut:
1. Sudut peninjauan gejala fisis:
Mikrofon arang:
Mikrofon bekerja berdasar perubahan resistansi R
Mikrofon elektrodinamis:
Mikrofon yang bekerja berdasar perubahan induktansi L
Mikrofon kondensator:
Mikrofon yang bekerja berdasar perubahan kapasitor C
2. Sudut peninjauan diagram arah:
Mikrofon Non Directional
Mikrofon yang mempunyai kepekaan penerimaan sama dari
segala arah
Mikrofon Uni Directional:
Mikrofon yang kepekaan penerimaannya maksimum dr suatu
arah tertentu
Mikrofon Bi Directional:
Mikrofon yang kepekaan penerimaannya maksimum dari 2
(dua) arah tertentu.
3. Sudut peninjauan tekanan getaran:
Mikrofon Tekanan
Mikrofon Beda Tekanan.

III.3

MIKROFON ARANG

I-10

i
2
RL

Vout= i.RL

+
Keterangan: 1. Serbuk arang dengan tahanan Ro
2. Membran
3. Daya akustik yang datang pada membran
Gbr.III.2 Bagan dasar suatu mikrofon
Bagian utama mikrofon adalah suatu kotak yang berisi serbuk
arang dan salah satu bidang permukaannya berupa membran.
Daya akustik yg datang pada membran akan menekan membran
sehingga membran akan melengkung kedalam, dimana besarnya
kelengkungan membran ini tergantung dari besarnya tekanan daya
akustik yang datang.
Akibatnya serbuk arang dalam kotak akan tertekan dan merapat ,
hal mana menyebabkan elektron-elektron dalam atomnya akan lebih
mudah untuk berpindah , dengan perkataan lain tahanan R o akan
turun.
Mengingat sifat membran yang lentur, maka lengkungan
kedalam akan dikuti pula oleh lengkungan keluar yang
mengakibatkan
keadaan
sebaliknya
dimana
serbuk
akan
merenggang sehingga tahanan Ro naik.
Merapat-merenggangnya serbuk arang akan menyebabkan
turun-naiknya tahanan serbuk
Ro , kondisi mana dapat
diekivalenkan dengan suatu rangkaian pengganti dengan nilai R o
yang variabel sebagaimana terlihat pada Gbr.III.2.
Ro

Vac
RL

Vdc +

Vout= i.RL

Gbr.III.3. Rangkaian pengganti mikrofon arang.


Berdasarkan analisis rangkaian listrik :
Arus listrik ac yang mengalir : iac = vac / (Ro + RL) Amp.

I-11

Tegangan output

: vout = I RL = { vac / (Ro + RL) } RL


= { RL / (Ro + RL) } v ac Volt.

Dari persamaan ini telihat bahwa:


Bila daya akustik P besar, serbuk merapat, tahanan Ro turun,
akibatnya tegangan ouput vout menjadi naik.
Bila daya akustik kecil, serbuk merenggang, tahanan Ro naik,
akibatnya tegangan ouput vout menjadi turun.
Kesimpulan: Input berupa besaran akustik
Output berupa besaran listrik.
Mikrofon adalah transducer akustik ke listrik
III.4

LOUDSPEAKER
Fungsi louspeaker adalah untuk merobah besaran listrik menjadi
besaran akustik
Berdasar cara kerjanya maka loudspeaker dapat dibedakan atas:
Loudspeaker radiasi langsung/direct radiated loudspeaker
Loudspeaker radiasi tak langsung / loudspeaker corong /
horn loudspeaker.

III.4.1 LOUDSPEAKER RADIASI LANGSUNG

iac

Keterangan: 1. Celah udara utk sirkulasi


2. Kumparan
3. Inti kumparan dari bahan ferromaknetis
4. Armatur besi lunak
5. Membran yang menempel pada armatur
Gbr.III.4: Bagan suatu Loudspeaker Radiasi Langsung

I-12

5
4
Cara kerja:
Arus iac yang berasal dari output Audio Amplifier akan dialirkan
melalui kumparan sehingga membangkitkan fluks maknit m yang
besarnya tergantung kepada jumlah lilitan serta bahan inti dari
kumparan tersebut. Selanjutnya fluks maknit m menyebabkan
timbulnya medan maknit Em dan gaya maknit Fm yang besarnya
tergantung dari besarnya m tersebut
Gaya maknit Fm akan menarik armatur untuk mendekat misalnya
sejauh x, dan nilai x ini sebanding dengan m .
Karena arus iac yang mengalir adalah arus bolak balik, maka nilai x
bisa positip atau negatip, dalam arti bahwa armatur tersebut bisa
bergerak mendekat atau menjauh.
Perobahan posisi armatur yang secara bergantian mendekat dan
menjauh tersebut berlangsung dengan kecepatan sesuai frekuensi
arus yang masuk (100 -10.000 Hz untuk musik ).
Karena membran menempel padanya, maka gerakan ini akan diikuti
pula oleh membran, dikatakan membran bergetar.
Getaran membran akan membangkitkan suara yang merupakan
besaran akustik.
III.4.2 HORN LOUDSPEAKER / LS. RADIASI TAK LANGSUNG

Keterangan: 1.
2.
3.
4.
5.

Celah udara utk sirkulasi


Kumparan
Inti kumparan dari bahan ferromaknetis
Armatur besi lunak
Membran yang menempel pada armatur

Gbr.III.5: Bagan suatu Loudspeaker Radiasi Tak Langsung


Cara kerjanya:

I-13

Cara kerjanya mirip dengan Loudspeaker Radiasi Langsung, akan


tetapi disini dengan adanya corong / horn yang panjang, getaran
membran tidak secara langsung diradiasikan
III.5

TABUNG SINAR KATODA

Berkas elektron
123

9
Keterangan:
1. Filamen
2. Katoda dilapisi bahan berelektron
3. Control grid
4. Anoda 1: pemberkas
5. Anoda 2: pemercepat
6. Pelat defleksi vertikal
7. Pelat defleksi horizontal
8. Lapisan fluorescent
9. Layar monitor ( permukaan layar monitor melengkung )
10.Titik P : titik tumbukan berkas elektron dilayar.
Gbr.III.6: Bagan suatu Tabung Sinar Katoda
Prinsip kerja:
1. Bila katoda dipanasi oleh filamen maka dr permukaannya akan
ditembakkan / diradiasikan elektron dalam jumlah besar.
2. Control grid akan mengatur arah radiasi dari elektron-elektron
tersebut sehingga akan menuju kesatu arah tertentu, sehingga
akhirnya mayoritas elektron akan menuju anoda.
3. Saat meliwati anoda pemberkas elektron-elektron membentuk
suatu berkas yang sempit.
Penyempitan elektron pada anoda pemberkas terjadi dengan
bantuan 2 pasang pelat paralel sebagaimna diperlihatkan pada
Gbr. III.7.
Pelat +
Pelat Berkas elektron
Pelat +

Pelat -

I-14

Gbr.III.7: Anoda pemberkas yang berfungsi menyempitkan berkas elektron


yang melaluinya.
Kedua pasang pelat diberi tegangan sedemikian rupa sehingga
akan timbul medan maknit yg arahnya dr kutub positip menuju
kutub negatip.
Medan maknit ini selanjutnya akan menekan/menjepit berkas
elektron yang melaluinya sehingga membentuk berkas yang
sangat sempit.
4. Pelat anoda pemercepat::
Sepasang pelat anoda pemercepat akan memacu elektron agar
punya kecepatan yang sangat tinggi.
5. Pelat defleksi vertikal:
Berkas elektron selanjutnya merambat diantara 2 pelat defleksi
vertikal yang terdiri dari 2 pelat paralel sebagaimana Gbr.III.7.
X

+
Q

Berkas elektron
P
R
Y

Gbr.III.8: Pelat defleksi vertikal yang membelokkan


berkas elektron dalam arah vertikal.
Prinsip kerja pelat defleksi vertikal:
Lintasan elektron akan lurus dan menumbuk layar dititik P bila
kedua pelat mempunyai tegangan yng sama.
Lintasan elektron melengkung keatas dan menumbuk layar
dititik Q bila tegangan X lebih positip dari tegangan Y.
Lintasan elektron akan melengkung kebawah dan menumbuk
layar dititik R bila tegangan Y lebih positip dari tegangan X.
6. Pelat defleksi horizontal:
Y +
X _
Berkas elektron

T
P

S
Gbr.III.9: Pelat defleksi horizontal yang membelokkan
berkas elektron dalam arah horizontal.

I-15

Prinsip kerja pelat defleksi horizontal:


Lintasan elektron akan lurus dan menumbuk layar dititik P bila
kedua pelat mempunyai tegangan yng sama.
Lintasan elektron melengkung kedepan dan menumbuk layar
dititik S bila tegangan X lebih positip dari tegangan Y.
Lintasan elektron akan melengkung kebelakang dan menumbuk layar dititik T bila tegangan Y lebih positip dr tegangan X.

Gbr.III.10: Posisi titik tumbukan elektron dilayar monitor


Catatan: 1. Posisi dan warna titik dilayar membentuk gambar
2. Apa yang menentukan posisi titik?
3. Apa yang menentukan warna titik?
Catatan:
1. MONITOR LAYAR LENGKUNG
Mengingat kecepatan elektron sudah tertentu maka agar pada
setiap gambar tumbukan elektron pada titik layar terjadi secara
bersamaan mk permukaan monitor haruslahdibuat melengkung.
2. MONITOR LAYAR DATAR
Dengan kemajuan teknologi ternyata saat ini kecepatan elektron
bisa diatur sedemikian rupa, sehingga meski panjang lintasan
berbeda elektron2 tetap dapat mencapai layar monitor secara
bersamaan.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat Gbr,III.11

Gbr.III-11: Layar monitor pada Tabung Sinar Katoda


a. Kecepatan elektron konstan dgn pjg lintasan sama
b. Kecepatan elektron bisa diatur dgn pjg lintasan beda

I-16

III.6

FOTO SEL
Berkas cahaya

K
RL

Vout = i RL

i
+

Gbr.III.11: bagan suatu foto sel.


Fungsi foto sel adalah untuk merobah besaran cahaya menjadi
besaran listrik
Prinsip kerja:
Berkas cahaya yang datang / jatuh pada katoda akan memanas-kan
katoda sehingga elektron yang terdapat pada permukaan katoda
tersebut akan teradiasi.
Secara otomatis elektron akan tertarik dan terkumpul di anoda,
berarti terjadi aliran elektron dari katoda ke anoda.
Semakin besar enersi cahaya, semakin banyak pula elektron yang
smpai di anoda.
Karena aliran elektron berlawanan dengan arah arus, maka dengan
perkataan lain ada aliran arus i dari anoda ke katoda, arus mana
akan mengalir searah jarum jam.
Besarnya tegangan out put rangkaian diatas adalah Vout = i RL Volt
III.7

KAMERA TV
Fungsi kamera adalah untuk merobah besaran gambar menjadi
besaran listrik, sehingga dengan demikian prinsip kerjanya hampir
sama dengan facsimile (pengiriman gambar diam) ataupun proses
mendapatkan sinyal video.

ALOKASI FREKUENSI RADIO (RADIO FREQUENCY) DAN


MEKANISME PERAMBATAN GELOMBANGNYA
I-17

Sinyal RF ( + informasi)

Gbr.IV.1: Sinyal RF sebagai pembawa informasi dari Tx ke Rx


Frekuensi radio (radio frequency : RF) adalah frekuensi yang digunakan
sebagai carrier / pembawa pada komunikasi radio (tepatnya komunikasi
non-fisis).
Sebagai carrier maka sinyal RF ini dipancarkan oleh antena Transmitter
dan ditangkap kembali oleh antena Receiver untuk selanjutnya diolah
guna memperoleh informasi yang dibawanya.
iac
L
Gbr.IV.2: Konsep dasar antena
Bila sinyal bolak balik dialirkan pada suatu konduktor yang panjangnya L
maka semua sinyal tersebut akan diradiasikan ke udara bebas apabila
panjang konduktor sama dengan - nya.
Contoh: Frekuensi carrier fc = 30 MHz mempunyai = 10 m sehingga
ukuran antena adalah 10 m.
Secara teoritis pilihan ukuran antena adalah , , , 2
Tabel IV-1: KLASIFIKASI FREKUENSI RADIO / RADIO FREKUENSI
N
o

Klasifika
si

Frekuen
si

Karakteristik perambatan

Very
Low
Frequen
cy

(1030)KHz

Low
Frequen

(30300)MH

1. Redaman diudara sangat besar


2.
Redaman
permukaan
bumi
sepanjang tahun
sangat kecil
3. Tingkat keandalan tinggi
4. Jarak jangkau maksimum 2000km
1. Redaman diudara sangat besar
2. Pada malam hari redaman

Pengguna
an

Mekanism
e
perambat
an

Komunika
si point to
point
Komuniks
i point to Ground
I-18

cy

Medium
Frequen
cy

High
Frequen
cy

Very
High
Frequen
cy

Ultra
High
Frequen
cy

Super
High
Frequen
cy

permukaan bumi
sama dgn VLF, tetapi pada siang
hari redaman
mulai besar
3. Pada siang hari tingkat keandalan
mulai turun
4. Jarak jangkau maksimum <
2000km
(0,31. Redaman diudara sangat besar
3)MHz
2. Pada malam hari redaman
permukaan bumi
mulai besar, sedang pada siang
hari redaman
semakin besar.
3. Tingkat keandalan rendah
4. Jarak jangkau maksimum <<<
2000km
(31.
Rambatan
gelombang
30)MHz dipengaruhi atmosfir
2. Sangat ditentukan oleh siang,
malam, musim
dan cuaca
3. Tingkat keandalan rendah
4. Jarak jangkau maksimum 4000km
(30-300) 1. Sifat gelombang sama dengan
MHz
cahaya, punya
rambatan line of sight / sesuai
garis pandang
2. Tidak dipengaruhi Ionosfir
3. Tingkat keandalan tinggi
4. Jarak jangkau makimum 60km
(0,31. Sifat gelombang sama dengan
3)GHz
cahaya, punya
rambatan line of sight / sesuai
garis pandang
2. Tidak dipengaruhi Ionosfir
3. Tingkat keandalan tinggi
4. Jarak jangkau makimum 60km
(31. Sifat gelombang sama dengan
30)GHz
cahaya, punya
rambatan line of sight / sesuai
garis pandang
2. Tidak dipengaruhi Ionosfir
3. Tingkat keandalan tinggi
4. Jarak jangkau makimum 60km
5. Diredaman oleh hujan

point
jarak jauh
Navigasi,
Marine

Wave

Broadcast
,
Navigasi,
Marine

Komunika Sky Wave


si point to
point
jarak jauh

Komunika
si point to Space
point
Wave
jarak
dekat:
FM,TV,Ra
dar,
Navigasi

I-19

Extra
High
Frequen
cy

(30-300) 1. Sifat gelombang sama dengan


GHz
cahaya, punya
rambatan line of sight / sesuai
garis pandang
2. Tidak dipengaruhi Ionosfir
3. Tingkat keandalan tinggi
4. Jarak jangkau makimum 60km

IV.1 MEKANISME PERAMBATAN GROUND WAVE / GELOMBANG


PERMUKAAN / GELOMBANG TANAH
Tx

Rx
Ground Wave

Bumi
Gbr.IV.3: Perambatan Ground Wave pada permukaan bumi
Karena Ground Wave merambat melalui pemukaan bumi, maka
merupakan persyaratan bahwa antena Tx maupun Rx ditempatkan
dekat / pada permukan bumi.
Sebenarnya antena Tx juga memancarkan dayanya keudara, akan
tetapi redaman propagasinya melalui udara sangat besar.
Selain masalah redaman, yang terutama perlu diperhatikan dalam
perambatan gelombang pada suatu media adalah kecepatan dan
kedua hal ini sangat tergantung pada karakteristik media tsb yakni:
Konstanta konduktivitas
Konstanta permeabilitas
Konstanta dielektrivitas
Dengan demikian perambatan Ground Wave pada permukaan bumi
tidaklah sama baiknya untuk semua tempat, mengingat perbedaan
bahan bentukan permukaan bumi yang bisa berupa :
Laut
Gurun pasir
Gunung / bukit batu
Hutan
Daerah pertanian / rural
Daerah Perkotaan
Daerah Industri
IV.2

MEKANISME PERAMBATAN SKY WAVE / GEL. ANGKASA


I-20

Enersi matahari
Ionosphere

Bumi
Gbr.IV.4: Enersi yang diterima oleh Ionosphere
Lapisan Ionosphere menerima enersi dari 2 arah, yakni langsung
dari matahari serta yang merupakan enersi pantulan bumi.
Enersi ini akan menyebabkan terjadinya proses ionisasi sehingga
membentuk layer / lapisan / kumpulan ion-ion pd ketinggian
tertentu.
Layer ini mempunyai kerapatan yang bergradasi sehingga
gelombang RF pada frekuensi (3-30)MHz yang memasukinya akan
mengalami pembelokan dan kembali kepermukaan bumi., sedang
frekuensi yang lebih tinggi dari 30 MHz akan menembusnya.
Frekuensi > 30 MHz
Ionosphere
hop
Tx
Bumi

R
Gbr.IV.5: Perambatan Sky Wave oleh pembelokan Ionosphere
Skip distance R : jarak minimal yang dicapai Sky
Wave
Besarnya enersi yang dibutuhkan proses ionisasi senantiasa berobah
mengikuti perobahan enersi yang sepanjang hari dipancarkan
matahari, sebagai akibatnya maka ketinggian dan jumlah layer
yang dihasilkannya juga akan bervariasi.
Pada siang hari:
Layer D dengan ketinggian

: (50-90)km

I-21

Layer E dengan ketinggian


: 110 km
Layer F1 dengan ketinggian : 220 km
Layer F2 dengan ketinggian : (250-350)km

Pada malam hari:


Layer E dengan ketinggian
( gabungan D dan E )
Layer F dengan ketinggian
( gabungan F1 dan F2 )

: (90-130)km
: (200-300)km

Dengan perbedaan ketinggian layer pada siang dan malam hari ,


menjadikan komunikasi tidak dapat diandalkan 24 jam sehari
sebagaimana terlihat pada Gbr.IV.6.
Malam hari
Siang hari

Ionosphere
Tx

Rx
Bumi

Gbr.IV.6: Kegagalan komunikasi Sky Wave sebagai akibat perobahan


ketinggian layer pada siang dan malam hari
Dalam jarak yang jauh terlihat bahwa lapisan ionosphere dan bumi
seolah-olah membentuk suatu terowongan, sehingga untuk daya
pancar cukup besar,lintasan gelombang Sky Wave memungkinkan
multi-hop sebagaimana terlihat pada Gbr.IV.7.
Ionosphere
Layer E
Layer D
Tx

Rx1

Rx2
Bu
mi

Gbr.IV.7: Perambatan Sky Wave dengan lintasan multi-hoppada 2 layer D


dan E
Pada kenyataannya permukaan bumi melengkung, sehingga dengan
demikian gambaran yg mendekati keadaan sesungguhnya dari Multi
Hop Sky Wave adalah sebagaimana Gbr.IV.8.

I-22

Ionosphere

Permukaan bumi

Gbr.IV.8: Perambatan Multi Hop Sky Wave dlm penampilan


dimana permukaan bumi melengkung.
IV.3
MEKANISME PERAMBATAN SPACE WAVE / GELOMBANG
RUANG
IV.3.1 LINTASAN GANDA DAN PENGARUH LENGKUNGAN BUMI
Tx
1

Rx

2
Bumi
Gbr.IV.9: Perambatan Space Wave melalui 2 lintasan:
1. Lintasan langsung
2. Lintasan pantul
Enersi yang sampai di Rx dapat melalui lintasan langsung maupun
lintasan pantul atau superposisi antara keduanya.
Akan tetapi dalam kenyataannya permukaan bumi melengkung sehingga propagasi Space Wave yang lebih mendekati keadaan
sebenarnya dapat dilihat pada pada Gbr.IV.10.
Disini terlihat terjadinya komunikasi antara A dan B, akan tetapi
komunikasi antara A dan C tidak dapat berlangsung karena C
berada dibawah Horizon Radio. Horizon Radio A adalah garis
singgung pada permukaan bumi yang melalui titik A.
Gagalnya komunikasi A dan C dapat pula dikatakan karena C berada
dalam Daerah Difraksi / Daerah Bayangan.
B
Horizon Radio
A

I-23

Bumi

Gbr.IV.10: Pengaruh kelengkungan bumi pada perambatan


Space Wave
IV.3.2 JANGKAUAN MAKSIMUM SPACE WAVE
Horizon Radio

jarak d=60km
A

h1=25 m

h2=25 m
Bumi

Gbr.IV.11: Pengaruh kelengkungan bumi pada perambatan


Space Wave
Dalam kondisi normal dimana permukaan bumi rata tanpa ada
tonjolan / lembah dan ketinggian kedua antena A dan B sama - sama
25 meter, maka jangkauan maksimum komunikasi adalah 60 km,
sebagaimana diperlihatkan pada Gbr.IV.11.
Namun jarak maksimum ini dapat diperpanjang atau diperpendek
tergantung kepada topografi/contour dari permukaan bumi, seperti
yang diperlihatkan pada Gbr.IV.12
B
E
A

Gbr.IV.12: Jarak jangkau maksimum yang dipengaruhi contour permukaan


bumi
Dari gambar dapat dijelaskan hal-hal sebagai berikut:
1. B dapat berkomunikasi dengan A,C,D dan E walau jaraknya ada
yang relatif jauh melebihi 60 km.
2. C tidak dapat berkomunikasi dengan D dan E walau jaraknya
kurang dari 60km karena keduanya berada dibawah Horizon

I-24

Radio, atau dengan perkataan lain C berada dalam daerah


bayangan lokal ( pada gambar : garis X ).
IV.3.3

PERPANJANGAN JARAK JANGKAU DENGAN RELE.


B

C
E

a
C
B

F
permukaan bumi

b
Gbr.IV.13: Perpanjangan jarak jangkau dg penggambaran:
a. Mengabaikan kelengkungan bumi
b. Memperhitungkan kelengkungan bumi.
Dengan penambahan rele / repeater maka jarak jangkau menjadi
bertambah jauh.
Penambahan rele / repeater dengan pertimbangan:
Adanya penghalang
Sudah lebih dari 60 km untuk bumi datar.

V.

MODULASI

Antena yang akan digunakan untuk memancarkan suatu sinyal


haruslah memenuhi persyaratan, dimana ukurannya harus mendekati
orde dari sinyal yang dimaksud.
Jika yg akan dikirim adalah informasi berupa sinyal musik dgn
bandwidth (100 -10.000)Hz , berarti ukuran antena mendekati = 30
km , suatu hal yang mustahil dilakukan.
Makanya timbul pertanyaan, apakah mungkin bila yg dipancarkan
adalah frekuensi tinggi ( << ) dan selanjutnya frekuensi tinggi tsb
berlaku sebagai carrier / pembawa / kenderaan sedang informasi
merupakan penumpangnya.
I-25

Untuk menumpangkan informasi kepada carriernya, pertama-tama


harus diketahui sifat / karakteristik keduanya.
Sinyal carrier dan sinyal informasi adalah gelombang elektromaknetik
yang bisa berupa sinyal sinusoidal atau pulsa, sebagaimana Gbr.V-1
dan Gbr.V-2.
Pada Gbr.V-1 terlihat masing-masing sinyal sinus dapat dibedakan
atas amplituda, frekuensi dan fasanya, sedang pada Gbr.V-2 masingmasing sinyal pulsa dpt dibedakan atas amplituda, lebar dan posisi /
periodenya.

Gbr.V-1: Tiga sinyal sinusoidal yang berbeda

I-26

Gbr.V-2 : Tiga sinyal berbentuk pulsa yang berbeda


Tabel V-1: ALTERNATIF MODULASI
N
o
1

V.1

Informasi

Car
a

Carrier

Sinus
Amplituda
Frekuensi
Phasa
Sinus
Amplituda
Frekuensi
Phasa

Sinus
Amplituda
Frekuensi
Phasa
Pulsa
Amplituda
Lebar/Width
Periode/posisi

Pulsa
Amplituda
Lebar/Width
Periode/posisi
Pulsa
Amplituda
Lebar/Width
Periode/posisi

Sinus
Amplituda
Frekuensi
Phasa
Pulsa
Amplituda
Lebar/Width
Periode/posisi

Modulas
i
A.M.
F.M.
P.M.
P.A.M.
P.W.M.
P.P.M.
P.C.M.
D.M.
A.S.K.
F.S.K.
P.S.K.
?
?
?

Modulasi : Proses penumpangan informasi kepada carrier dgn


cara
AMPLITUDE MODULATION ( A.M. )

V.1.1 BENTUK GRAFIS SINYAL AM


Definisi:
Modulasi Amplituda adalah peristiwa penumpangan sinyal
informasi kepada carrier dengan cara :

I-27

Merobah-robah amplituda carrier sebanding dengan amplituda


informasi.
Frekuensi carrier adalah tetap
Teg(Volt)
+1
a 0
-1

t(det)

+3
t(det)
b

0
-3
+4
+3
+2
t(det)

0
-2
-3
-4
Gbr.V.7: Cara memperoleh sinyal AM.
a. Sinyal informasi / pemodulasi
b. Sinyal carrier / pembawa
c. Sinyal AM

V.1.2 BENTUK MATEMATIS SINYAL AM


Untuk menentukan bentuk matematis sinyal AM maka bila sinyal
carrier dan sinyal informasi / pemodulasi adalah:
I-28

Sinyal Carrier
: ec = Ac sin ct = = Ac sin 2 fc t
Sinyal pemodulasi : em = Am sin mt , maka bentuk sinyal FM :
= Am sin 2 fm t
et = Ac sin (1+ m sin mt) sin ct
= Ac sin ct + mAc sin (c+m)t - mAc sin (c-m)t
dimana:
Ac = Amplituda maksimum carrier
c = 2 fc = frekuensi sudut carrier
fc
= frekuensi carrier
Am = Amplituda maksimum pemodulasi
m = 2 fm = frekuensi sudut pemodulasi
fm = frekuensi pemodulasi
m = indeks modulasi AM = Amin / Amaks = (Ac - Am) / (Ac + Am)
Terlihat bahwa sinyal AM mempunyai 3 komponen yakni :
Komponen carrier
: Ac sin ct

Komponen Upper Side Band (USB) : mAc sin (c+m)t

Komponen Lower Side Band (LSB) : mA c sin (c-m)t

Berdasarkan hasil analisa ini maka spektrum frekuensi dari sinyal AM


dapat dilihat pada Gbr,V-4.

Gbr.V-4: Spektrum frekuensi sinyal Modulasi Amplituda dengan:


a. Sinyal carrier fc dan sinyal pemodulasi fm
b. Sinyal carrier fc=1000KHz dan sinyal pemodulasi fm=3KHz
V.1.3 BANDWIDTH SINYAL AM

I-29

Gbr.V-4: Spektrum frekuensi sinyal Modulasi Amplituda dengan:


c. Sinyal carrier fc dan sinyal pemodulasi fm
d. Sinyal carrier fc=1000KHz dan pemodulasi berupa sinyal
musik dengan fm= ( 0,1 10) KHz
Agar informasi diterima tujuan secara utuh,maka ketiga komponen
spektrum haruslah terkirim dgn lengkap, dan untuk itu kebutuhan
bandwidth adalah:
a. Pemodulasi frekuensi tunggal fm= 3 KHz maka :
B = 2 fm = 2 x 3 KHz = 6 KHz
b. Pemodulasi frekuensi tunggal fm= ( 0,1 10) KHz maka :
B = 2 fm(makz) = 2 x 10KHz = 20 KHz
V.1.4 DISTRIBUSI DAYA PADA SPEKTRUM SINYAL AM
Dari analisis diatas dapat dinyatakan bahwa amplituda spektrum sinyal
AM mempunyai perbandingan :
Amplituda tegangan : LSB : C : USB = mAc : Ac : mAc
= m : 2 : m
Amplituda daya
: LSB : C : USB = ( mA c)2 : Ac 2 : ( mAc) 2
=
m 2 : 22 : m2
=
m 2 : 4 : m2
Contoh: Bila suatu Pemancar AM punya daya output Pout = 54 Watt
serta indeks modulasi m = 0,5 hitung besarnya daya pada masing2
komponen spektrumnya
Penyelesaian :
LSB : C : USB = ( mAc)2 : Ac 2 : ( mAc) 2
I-30

= m2 : 4 : m2 = 0,25 : 4 : 0,25 = 1 : 16 : 1
Daya Carrier = 16/18 x 54 Watt = 48 Watt
Daya LSB = 1/18 x 54 Watt = 3 Watt
Daya USB = 1/18 x 54 Watt = 3 Watt
Berdasar hasil perhitungan di atas maka distribusi daya pada spektrum
frekuensi AM dapat dilihat pada Gbr.V-6a

Gbr.V-6: Spektrum frekuensi yang dihasilkan oleh:


a. Pemancar AM
b. Pemancar Double Side Band Suppressed Carrier (DSB-SC)
c. Pemancar Single Side Band (SSB) dgn LSB
d. Pemancar Single Side Band (SSB) dgn USB
Catatan: Bandingkan kelebihan / kekurangan masing-masing satu sama
lain

I-31

V.2

FREQUENCY MODULATION ( F.M. )

V.2.1 BENTUK GRAFIS SINYAL FM


Definisi:
Modulasi Frekuensi adalah peristiwa penumpangan sinyal informasi kepada carrier dengan cara :
Merobah-robah frekuensi carrier sebanding dengan amplituda
informasi.
Amplituda carrier adalah tetap
Teg(Volt)
+1
a 0
-1

t(det)

+3
t(det)
b

0
-3
+3
t(det)

0
-3
Gbr.V.7: Cara memperoleh sinyal FM.
a. Sinyal informasi / pemodulasi
b. Sinyal carrier / pembawa
c. Sinyal FM

I-32

V.2.2 BENTUK MATEMATIS SINYAL FM


Untuk menentukan bentuk matematis sinyal FM maka bila sinyal
carrier dan sinyal informasi / pemodulasi adalah:
Sinyal Carrier
: ec = Ac sin ct
Sinyal pemodulasi : em = Am sin mt , maka bentuk sinyal FM :
et = Ac sin (1+ mf sin mt) sin ct
dimana:
Ac = Amplituda maksimum carrier
c = 2 fc = frekuensi sudut carrier
fc
= frekuensi carrier
Am = Amplituda maksimum pemodulasi
m = 2 fm = frekuensi sudut pemodulasi
fm
= frekuensi pemodulasi
mf = f / fm = indeks modulasi FM
f = deviasi maksimum frekuensi sesaat FM thd carrier
Bila persamaan diatas diuraikan lebih lanjut dengan bantuan fungsi
Bessel, akan diperoleh hasil sebagai berikut:
et = k [ Jo (mf) sin ct
+ J1 (mf) { sin (c+ m)t sin (c- m)t }
+ J2 (mf) { sin (c+2m)t + sin (c-2m)t }
+ J3 (mf) { sin (c+3m)t sin (c-3m)t }
+ J4 (mf) { sin (c+4m)t + sin (c-4m)t }

+ Jn (mf) { sin (c+nm)t sin (c-nm)t }


... ]
dimana:
Jn (mf) = Fungsi Bessel orde ke n dengan argument m f
= Sideband ke n dari spektrum FM
Jo (mf) = Amplituda carrier
J1 (mf) = Amplituda sideband ke-1
J2 (mf) = Amplituda sideband ke-2
J3 (mf) = Amplituda sideband ke-3
I-33

Jn (mf)

= Amplituda sideband ke-n

V.2.3 SPEKTRUM SINYAL FM


Berdasarkan hasil analisis ini maka bentuk spektrum frekuensi
sinyal AM dapat dilihat pada Gbr.V.8.
J2 (mf)

Jo (mf)

J2 (mf)

J3 (mf)

J3 (mf)

J5 (mf)

J 5 (mf)
f
fc-4fm

fc-2fm

fc

fc+2fm

fc+4fm

Gbr.V.8: Spektrum frekuensi sinyal FM dengan 5 pasang sideband


V.2.3 BANDWIDTH SINYAL FM
Agar informasi diterima tujuan secara utuh,maka semua komponen
spektrum haruslah terkirim dengan lengkap, sehingga dg demikian
kebutuhan bandwidth adalah:
B = ( fc + 5 fm ) - ( fc - 5 fm ) = 10 fm
Bandwidth dari FM secara umum tergantung pada jumlah sideband
yang ada, hal mana ditentukan oleh nilai indeks modulasi m f.
Dengan bantuan fungsi Bessel seperti terlihat pada Gbr.V.9, maka
amplituda dan jumlah sideband untuk berbagai-bagai nilai m f dapat
ditentukan, hasilnya terlihat pada Tabel V.2
Tabel V.2 AMPLITUDA SIDEBAND SINYAL FM
no
1.
2.
3.
4.

mf
0,2
0,5
1,0
2,0

Jo
0,96
0,90
0,70
0,20

J1
0,10
0,18
0,38
0,58

J2

J3

J4

J5

0,07
0,20
0,40

0,04
0,15

0,08

0,04

JlhSB
1
2
3
5

BW
2 fm
4 fm
6 fm
10 fm
I-34

5.

4,0

-0,38 -0,18

0,30

0,43

0,30

0,18

10 fm

I-35

Gbr.V.9 Kurva Bessel untuk menentukan amplituda


sideband sinyal FM

V.3

PHASE MODULATION ( P.M. )

V.3.1 BENTUK MATEMATIS SINYAL PM


Untuk menentukan bentuk matematis sinyal PM maka bila sinyal
carrier dan sinyal informasi / pemodulasi adalah:
Sinyal Carrier
: ec = Ac sin (ct+ )
Sinyal pemodulasi : em = Am sin (mt +), akan tetapi guna
penyederhanaan analisis diasumsikan = 0.
Karena dirobah sebanding dengan amplituda pemodulasi,
maka sinyal PM :
et = Ac sin (ct+ )
= Ac sin (ct+ 0+ mp sin mt)
et = Ac sin (ct+ mp sin mt) , bila dibuat 0 = 0
dimana:
Ac = Amplituda maksimum carrier
c = 2 fc = frekuensi sudut carrier
fc
= frekuensi carrier
Am = Amplituda maksimum pemodulasi
m = 2 fm = frekuensi sudut pemodulasi

= c+ mp m cos mt
mp = ( f)p / fm = indeks modulasi PM
f = deviasi maksimum frekuensi sesaat FM thd carrier
fm
= frekuensi pemodulasi.
Bila persamaan sinyal PM dibandingkan dengan persamaan sinyal
FM, ternyata bahwa bentuknya adalah ekivalen, perbedaannya
hanya pada nilai indeks modulasinya saja.
V.3.2 BENTUK GRAFIS SINYAL PM
Definisi:
I-36

Modulasi Phasa adalah peristiwa penumpangan sinyal informasi


kepada carrier dengan cara :
Merobah-robah phasa carrier sebanding dg amplituda informasi.
Amplituda carrier adalah tetap

Teg(Volt)
+1
a 0
t(det)
-1
+3
t(det)
b

0
-3

+3

0
t(det)
c
-3

Gbr.V.10: Cara memperoleh sinyal PM.


a. Sinyal informasi / pemodulasi
b. Sinyal carrier / pembawa
c. Sinyal PM

I-37

Kesimpulan:
Apabila dibandingkan bentuk sinyal PM pada Gbr V.10 dan
sinyal FM pada Gbr.V.7 maka ternyata bentuknya adalah sama.
Perbedaan keduanya hanyalah dari sudut peninjauannya saja.

V.4 PULSE AMPLITUDE MODULATION


Definisi:
Pulse Amplitude Modulation adalah peristiwa penumpangan sinyal
informasi kepada carrier yang berupa pulsa dengan cara :
Merobah-robah amplituda carrier sebanding dengan amplituda
informasi.
Periode carrier adalah tetap
Teg(volt)
a
t(det)

+1
0
-1
4

b
0
t(det)

5
4
3
0

t(det)

I-38

d
d
d

Gbr.V.11: Cara memperoleh sinyal PAM.


a. Sinyal informasi / pemodulasi
b. Sinyal carrier / pembawa
c. Sinyal PAM

V.5 PULSE WIDTH MODULATION


Definisi:
Pulse Width Modulation adalah peristiwa penumpangan sinyal
informasi kepada carrier yang berupa pulsa dengan cara :
Merobah-robah lebar pulsa carrier sebanding dengan amplituda
informasi.
Periode carrier adalah tetap
Teg(volt)
a
t(det)

+1
0
-1
4

b
0
t(det)

5
4
3

I-39

0
t(det)

Gbr.V.12: Cara memperoleh sinyal PWM.


a. Sinyal informasi / pemodulasi
b. Sinyal carrier / pembawa
c. Sinyal PWM

V.6 PULSE POSITION MODULATION


Definisi:
Pulse Position Modulation adalah peristiwa penumpangan sinyal
informasi kepada carrier yang berupa pulsa dengan cara :
Merobah-robah posisi carrier sebanding dengan amplituda
informasi.
Lebar pulsa carrier adalah tetap
Teg(volt)
a
t(det)

+1
0
-1
4

b
0
t(det)

4
c
I-40

0
t(det)

Gbr.V.13: Cara memperoleh sinyal PPM.


a. Sinyal informasi / pemodulasi
b. Sinyal carrier / pembawa
c. Sinyal PPM

V.7 PULSE CODE MODULATION

I-41

Gbr.V-14: Tahapan pembentukan sinyal PCM


a. Tahapan sampling menghasilkan sinyal PAM
b. Tahapan
kuantisasi
menghasilkan
sinyal
terkuantisasi
c. Tahapan coding menghasilkan sinyal PCM
Ada 3 tahapan kegiatan yg harus dilakukan untuk merobah sinyal
informasi analog menjadi sinyal PCM, yakni :
SAMPLING
Melakukan pencuplikan terhadap sinyal informasi yang kontinu
sehingga diperoleh sinyal PAM sebagaimana Gbr V-14a.
KUANTISASI
Membagi amplituda sinyal informasi atas beberapa level dan
selanjutnya dilakukan pendekatan amplituda sampling ke level
terdekat shg diperoleh sinyal terkuantisasi, dalam contoh pada Gbr.V14b dipilih 8 level.
CODING
Level kuantisasi dikodekan ke digit biner agar sinyal terkuantisasi
dirobah menjadi sinyal PCM. Pada Gbr.V-14c coding menggunakan 3
digit (23 =8).
Sinyal informasi yang dikirim/dipancarkan akan diperoleh kembali
dipenerima dengan baik bila sampling, kuantisasi dan coding
memenuhi / memperhatikan persyaratan tertentu, yakni:
Kecepatan sampling fs frekuensi informasi fm
Jumlah level kuantisasi tergantung jumlah digit kode yang digunakan.
Semakin banyak digit kode maka bandwidth semakin lebar.

I-42

V.8 DELTA MODULATION

Gbr.V-16: Proses pengolahan sinyal informasi menjadi sinyal DM


Proses Delta Modulasi merupakan proses untuk merobah suatu sinyal
analog menjadi sinyal digital melalui tahapan sebagai berikut:
SAMPLING
Pencuplikan sinyal informasi analog yang menghasilkan sinyal
PAM.
I-43

PENENTUAN SELISIH ( DELTA / ) AMPLITUDA


Ampituda sampling selanjutnya dibandingkan dgn suatu level
amplituda standard, jika selisihnya ( ) positip, maka yg terkirim
adalah satu pulsa positip, sebaliknya bila selisihnya ( ) adalah
negatip, maka yg terkirim adalah satu pulsa negatip.
Dari periode sampling yg menentukan lebar pulsa seperti terlihat pada
Gbr.V.16 dapat diperoleh deretan pulsa positip atau negatip. Deretan pulsa
tersebut merupakan sinyal Delta Modulasi

Sinyal informasi terkirim

Sinyal tranformasi

Sinyal informasi diterima

Gbr.V.17: Proses perubahan sinyal informasi menjadi


sinyal Delta
Modulasi yang hasilnya tidak memenuhi
syarat.

I-44

Catatan:
PCM dan Delta Modulasi dapat dibandingkan dalam hal:
Kecepatan pengiriman
Bandwidth
Apa kelebihan / kekurangan
Perangkat
masing-masing

?????

I-45

Anda mungkin juga menyukai