SISTEM PENCAHAYAAN
Cahaya adalah suatu gejala fisis. Suatu somber cahaya memancarkan energi. Sebagian dari
energi ini diubah menjadi cahaya tampak. Perambatan cahaya di ruang bebas dilakukan oleh
gelombang-geelombang elektromagnetik. Sehingga dengan demikian sumber cahaya
memancarkan energi dalam bentuk gelombang yang merupakan bagian dari kelompok
gelombang elektromagnetik. Gambar berikut menunjukkan sumber cahaya alam dari
matahari yang terdiri dari cahaya tidak tampak dan cahaya tampak.
Sebagaimna dari hasil percobaan Isaac Newton, bahwa cahaya putih dari
matahari dapat diuraikan dengan menggunakan prisma kaca (lihat gambar )
halaman berikut dan dari campuran spektrum dari semua cahya pelangi. Sinar-
sinarnya dibiaskan demikian rupa sehingga terjadi suatu spektrum. Warna-warna
spektrum ini dinamakan cahaya satu warna atau cahaya monokrom. Warnawarna
tersebut juga tampak pada pelangi, yang terjadi karena pembiasan cahaya oleh titik-
titik air hujan.
Gambar Warna-warna Spektrum
−3
1 mikron (1 µ ) = 10 mm;
−3
1 milimikron(1 mµ) = 10 mm.
Panjang gelombang cahaya tampak berkisar antara 380-780 mµ; ini dibagi lagi
beberapa daerah panjang gelombang. Setiap daerah memiliki suatu warna tertentu
seperti pada tabel berikut:
Gambar dibwah ini memperlihatkan grafik energi - panjang gelombang sebuah lampu pijar
yang besarnya 500 Watt. Grafik ini menyatakan energi yang dipancarkan oleh lampu sebagai fungsi
dari panjang gelombangnya. Dapat dilihat bahwa daerah cahaya yang tampak dibatasi oleh sinar-
sinar ultraungu dan inframerah.
IV.2.1 Steradian
Misalkan panjang busur suatu lingkaran sama dengan jari-jarinya. Kalau kedua
ujung busur itu dihubungkan dengan titik tengah lingkaran, maka sudut antara dua
jari-jari ini disebut satu radian, disingkat rad (lihat gambar pada halaman berikut).
Gambar Radian
Maka definisi radian adalah sudut pada titik tengah lingkaran antara dua jari-
jari dimana kedua ujung busurnya jaraknya sama dengan jari-jari tersebut. (misal R
= 1m). oleh karena keliling lingkaran = 2π x jari-jarinya, maka:
Sedangkan steradian adalah sudut ruang pada titik tengah bola antara jari-jari
terhadap batas luar permukaan bola sebesar kuadrat jari-jarinya.
Gambar Steradian
Karena luas permukaan bola = 4πR 2, maka di sekitar titik tengah bola terdapat 4π
sudut ruang yang masing-masing = 1 steradian.
Jumlah steradian suatu sudut ruang dinyatakan dengan lambang ω (omega)
IV.2.2. Intensitas Cahaya
(Luminous Intensity)
sumber cahaya buatan dalam sejarahnya adalah berasal dari lilin dengan
istilah lainnya candela. Candela singkatan Cd ini yang merupakan satuan Intensitas
Cahaya dan lambangnya ( I ) dari sebuah sumber yang memancarkan energi
cahaya ke segala arah.
Intensitas cahaya ialah flux cahaya per satuan sudut ruang yang dipancarkan
ke suatu arah tertentu, yang dapat dirumuskan berikut:
Lambang fluks cahaya adalah F atau Ø dan satuannya dalam lumen (lm). Satu
lumen adalah fluks cahaya yang dipancarkan dalam 1 steradian dari sebuah sumber
cahaya 1 cd pada pemukaan bola dengan jari-jari R = 1m. Jadi Jumlah kandela
sama dengan jumlah lumen per steradian.
2
Kalau luminansinya sangat kecil dapat juga digunakan satuan cd/m : I
2
cd/cm2 = 10.000 cd/m .
Gambar Luminasi Buku (A) lebih besar dari luminasi meja (B)
Keterangan :
E = Iluminasi / Intensitas penerangan /
kekuatan penerangan / tingkat
pencahayaan (lux)
F = fluks cahaya (lumen)
A = luas permukaan bidang (m2)
F
Erata-rata = A lux. A
2
Kalau luas bidang yang diterangi adalah 10 m diterangi dengan 1000 lumen, didapat:
F 1000
E rata-rata = A = 100 lux.
Apabila lampu pada gambar diatas, dengan intensitas cahaya ( I ) kandela
kesegala arah dibawah bidang datar digantung pada ketinggian ( d ) meter diatas
permukaan, maka iluminasi yang dihasilkan di suatu titik bidang ( p ) pada
permukaan dibawah lampu tersebut dinerikan persamaan:
I I
Ilumunasi Ep= 2
2 lumen per m = 2 Lux (lx)
d d
Sinar-sinar cahaya yang jatuh pada suatu permukaan dari titik cahaya
berjarak d akan mengiluminasi permukaan itu dengan tingkat iluminasi misalkan 1
lux. Jika kemudian jarak d teresebut menjadi dua kali jarak semula, seperti tampak
pada gambar berikut , maka tingkat iluminasi 1 lux akan jatuh pada permukaan
seluas 4 m2. Sehinnga iluminasi dari suatu permukaan akan mengikuti hukum
kebalikan kwadrat yaitu:
Dimana: E = Iluminasi (lx)
I
E= 2 (lux) d = jarak dari sumber cahaya ke bidang (m)
d
I = Intesitas Cahaya (cd)
Contoh 1
Sebuah fitting yang
dirancang untuk sebuah toko memberikan intensitas cahaya sebesar 1000 cd.
Kearah bawah. Hitunglah:
a. Jarak agar menghasilkan iluminasi sebesar 10 lux pada sebuah alat pencaca
praga horisontal.
b. Jika jarak di lipat duakalikan, berapa seharusnya daya sumber yang
dibutuhkan agar menghasilkan iluminasi yang sama.
√ √
I
a. E= 2 (lux) maka : d= I = 1000 = 10 m
d E 10
b. I = Ed2 = 10 x 202 = 4000 cd (kandela)
Soal latihan.
1. Sebuah lampu dengan intensitas cahaya luminasi 1000 cd digantung setinggi 2
m. Diatas meja kerja. Hitunglah iluminasi langsung dibawah lampu tersebut.
2. Hitunlah berapa Iluminasi langsung dibawah sebuah sumber cahaya 1000cd.
Yang digantung setinggi 5 m. Diatas sebuah permukaan benda kerja.
3. Sebuah permukaan di iluminasi 125 lux oleh sebuah sumber cahaya yang
digantung setinggi 4 m. Di atas permukaan bidang datar, maka hitunglah
intensitas iluminasi sumber cahaya tersebut.
4. Penerangan yang menghasilkan intensitas cahaya 1500 cd. Kesegala arah
dibawah bidang datar tergantung 4 m. Di atas lantai.
a. Hitung berapa iluminasi yang dihasilkan dititik P persis dibawah penerang
tersebut.
b. Jika titik penerangnya diturunkan 1 m. Berapakah iluminasi baru dititik P.
5. Sebuah lampu digantungkan setinggi 4 m diatas meja. Iluminasi pada permukaan
meja tepat dibawah lampu adalah 300 lx. Tentukanlah intensitas cahaya lampu
tersebut.
Jadi iluminasi pada titik B adalah: Jika letak titik sumber chaya diatas
bidang = H maka
Shingga : secara umum dapat ditulis:
Contoh 2.
Sebuah lentera jalan memiliki sumber cahaya dengan intensitas 2000 cd dan
digantung setinggi 4 m. Dari permukaan jalan. Tentukan iluminasi langsung
dibawah lentera serta pada titik yang berjarak 3m disampingnya.
I = 2000 cd
Xm
4m
A 3m B
I cos θ
Sehingga E B= ( lx ) dimana Cos θ = 4/5
d2
2000 x 4
Maka E B=
¿¿
Contoh 3
Sebuah lampu digantung setinggi seperti pada gambar diatas permukaan meja.
Iluminasi pada permukaan meja tepat dibawah lampu adalah 300 lx tentukanlah
Intensitas luminasi lampu tersebut dan jarak titik di permukaan meja dengan
iluminasi adalah 153,6 lx.
Intensitas luminasi/cahaya lampu dengan iluminasi 300 lx adalah
I =? ?
θ
d
4m
EA =300lx
x
Eb =153,6lx
I
EA= 2
(lux) sehingga I = I =E A d2 (cd)
d
Maka I = 300 (lx) x 16 (m) = 4800cd
Sedangkan jarak pada titik permukaan meja dengan iluminasi 153,6 lux adalah
I cos θ 2 I cosθ
E B= ( lx ) sehingga d = (m¿¿ 2) ¿
d 2
EB
2 4800 cd 4 m
d= x d 3=125 ≈ d =√3 125=5
153,6 lx d m
Sehingga jarak kesampin pada ketingiaan titik iluminasi 153,6 lx diatas permukaan
meja 5 meter adalah:
x=√ 52−42 =3 meter
Keterangan :
la = lebar armatur
t = tinggi / jarak antara armatur ke bidang kerja
la ≤ 5 t
kerja. Fluks cahaya diukur pada bidang kerja, yang secara umum mempunyai tinggi antara
75 – 90 cm diatas lantai.
Besarnya intensitas penerangan (E) bergantung dari jumlah fluks cahaya dari luas
pantulkan (faktor refleksi = r), dan diserap (faktor absorpsi = a) oleh dinding, plafon dan
lantai. Faktor refleksi dinding (rw) dan faktor refleksi plafon (rp) merupakan bagian cahaya
yang dipantulkan oleh dinding dan langit-langit / plafon yang kemudian mencapai bidang
kerja.
Faktor refleksi bidang kerja (rm) ditentukan oleh refleksi lantai dan refleksi dinding
antara bidang kerja dan lantai secara umum, nilai r m = 0,10 (jika rm tidak diketahui, maka
Keterangan :
p = Panjang ruangan (m)
l = lebar ruangan (m)
tb = tinggi sumber cahaya diatas bidang kerja (m).
Indeks ruang dihitung berdasarkan dimensi ruangan yang akan diberi penerangan
cahaya lampu. Nilai k hasil perhitungan digunakan untuk menentukan nilai efisiensi
penerangan lampu. Bila nilai k angkanya tidak ada (tidak tepat) pada tabel, maka untuk
menghitung efisiensi (kp) dengan interpolasi
Bila nilai k lebih besar s, maka nilai kp yang diambil adalah K = s, sebab nilai K diatas
s, nilai kp -nya hampir tak berubah lagi.
Faktor penyusutan/faktor depresiasi (Kd) menentukan hasil perhitungan intensitas
penerangan. Hal ini disebabkan karena umur lampu; kotoran/debu; dinding yang sudah
lama; adanya pengaruh akibat susut tegangan.
Untuk memperoleh efesiensi penerangan dalam keadaan dipakai, nilai yang didapat dari
tabel, masih harus dikalikan dengan d.
Faktor depresiensi ini dibagi menjadi tiga golongan utama yaitu :
- Pengotoran ringan (daerah yang hampir tidak berdebu)
- Pengotoran biasa
- Pengotoran berat (daerah banyak debu)
Oleh karena pengaruh efesiensi lampu (Kp) dan pengaruh faktor depresiasi (Kd), maka
besarnya fluks cahaya yang sampai pada bidang kerja adalah
F’ = F . Kp . Kd
Maka besarnya intensitas penerangan menjadi :
Besarnya fluks (F) total merupakan perkalian antara jumlah armatur atau lampu
dengan fluks cahaya tiap armatur atau lampu.
Jadi F = na . Fa atau F = nL . FL
Keterangan :
F = Fluks cahaya total (lumen)
Fa = Fluks cahaya tiap armatur
FL = Fluks cahaya tiap lampu
na = Jumlah armatur
nL = Jumlah lampu
dengan demikian untuk menentukan jumlah armatur atau jumlah lampu dari
suatu ruangan yang akan diberi penerangan buatan dapat dihitung dengan rumus
Keterangan :
E = intensitas penerangan (luman /m2 atau lux)
p = Panjang ruangan (m)
l = lebar ruangan (m)
Fa = Fluks cahaya tiap armatur (luman)
FL = Fluks cahaya tiap lampu (luman)
Kp = Efisiensi Penerangan
Kd = faktor depresiasi
na = jumlah armatur
nL = jumlah lampu
B. Renderasi Warna
Di samping warna cahaya lampu, perlu diketahui efek suatu lampu kepada
warna obyek, untuk itu dipergunakan suatu indeks yang menyatakan apakah
warna obyek tampak alamiah apabila diberi cahaya lampu tersebut.
Lampu-lampu diklarifikasikan dalam kelompok renderasi warna yang
dinyatakan dengan Ra, sebagai berikut :
Efek warna kelompok 1 : Ra indeks 80 ~ 100%
Efek warna kelompok 2 : Ra indeks 60 ~ 80%
Efek warna kelompok 3 : Ra indeks 40 ~ 60%
Efek warna kelompok 4 : Ra indeks < 40%
Sebagai contoh, lampu pijar (incandescent) mempunyai indeks Ra mendekati
100, sedang lampu pelepasan gas jenis natrium tekanan tinggi (High Pressure
Sodium) mempunyai indeks Ra = 20.
Penggunaan lampu dengan Ra tertentu ditunjukkan pada Tabel berikut:
Tabel Tingkat Pencahayaan Minimum yang direkomendasikan dan Renderasi
Warna (SNI, BSN, 2000)
Pemeriksaan 750 1
Warna
Rumah Ibadah :
Mesjid 200 1 atau 2 Untuk tempat-tempat yang
Membutuhkan tingkat
Pencahayaan yang lebih
tinggi dapat digunakan
Pencahayaan setempat
Gereja 200 1 atau 2 Idem
Pada bagian ini akan dibahas hal-hal yang rinci menyangkut prosedur
perhitungan tata pencahayaan berkait kepada pemakaian daya/energi listrik baik
untuk sistem pencahayaan buatan maupun untuk pemanfaatan sistem pencahayaan
alami.
Sistem tata cahaya harus dirancang sedemikian rupa sehingga didapatkan
lingkungan visual yang nyaman, efektif dan fleksibel serta penggunaan daya listrik
yang optimal.
Dalam melakukan perhitungan terhadap sistem pencahayaan dan pemakaian
energi listrik, selain hal-hal yang telah disebutkan sebelum ini seperti :
Tingkat pencahayaan (illumination level).
Fluks luminous (Lumen) dari jenis lampu yang digunakan serta efikasi lampu.
Warna cahaya lampu yang digunakan (Correlated Colour Temperature, CCT).
Renderasi warna kepada obyek (lndeks Ra/CRI).
Maka beberapa faktor atau pertimbangan lain perlu disertakan dan ikut
diperhitungkan, yang dalam hal ini dapat disebutkan antara lain :
Kontras ruangan (Luminance Distribution) dan faktor refleksi sebagai berikut:
Plafon = 60% ~ 80%
Dinding = 30% ~ 50%
Meja = 20% ~ 50%
Lantai = 15% ~ 25%
Pemerataan distribusi cahaya (Uniformity).
Sistem distribusi cahaya dari armatur yang digunakan.
lntensitas pencahayaan yang konstan (menghindari flicker)
Menghindari kesilauan
Dengan memperhitungkan faktor refleksi yang tinggi serta menggunakan
lampu dengan fluks cahaya yang tinggi, dan lain-lain, maka hal tersebut di atas akan
mengurangi pemakaian energi listrik untuk sistem pencahayaan, serta ikut
mengurangi pembebanan termal dari sistem pengkondisian udara ruangan, yang
pada akhirnya akan ikut mengurangi pemakaian energi listrik secara menyeluruh.
Intensitas Penerangan rata-rata diukur pada bidang kerja dalam hal ini pada bidang
vertikal maupun pada bidang horisontal. Untuk bidang horisontal, pengukuran untuk
bidang kerja biasanya dilakukan terhadap bidang pada ketinggian 70-90 cm di atas
lantai.
IV.8. Sistem Pencahayaan Buatan
Prosedur sistem perancangan pencahayaan buatan adalah seperti berikut:
Tentukan Intensitas Penerangan minimum (lux) yang direkomendasikan
sesuai dengan fungsi ruangan (tabel Ikhtisar Illuminasi Untuk Beberapa Jenis
Gedung).
Tentukan sumber cahaya (jenis lampu) yang paling efisien (efikasi tinggi)
sesuai dengan penggunaan termasuk renderasi warnanya.
Tentukan armatur yang efisien, yang menyerap cahaya minimal, mempunyai
distribusi cahaya sesuai dengan rancangan yang dikehendaki dan yang
memancarkan panas yang minimal ke dalam ruangan (gunakan Petunjuk
Teknis PencahayaanBuatan pada Bangunan Gedung, Direktorat Bina Teknik
Departemen Pekerjaan Umum).
Tentukan cara pemasangan armatur dan pemilihan jenis, bahan dan warna
permukaan ruangan (dinding, lantai, langit-langit).
Hitung jumlah fluks luminus (lux) yang diperlukan dan jumlah lampu.
Tentukan jenis pencahayaan, pencahayaan merata atau setempat.
Hitung jumlah daya terpasang dan periksa apakah daya terpasang per-m2
tidak melampaui harga maksimum yang telah ditentukan.
Rancang sistem pengelompokkan penyalaan sesuai dengan letak lubang
cahaya yang dapat memasukkan cahaya alami.
Rancang sistem pengendalian penyalaan yang dapat mengikuti atau
memanfaatkan semaksimalnya pencahayaan alami yang masuk ke dalam
ruangan.
Bagan daripada prosedur perhitungan sistem pencahayaan dalam hal ini
perhitungan terhadap daya listrik yang digunakan, digambarkan pada gambar 2.56.
Gambar Flowchart perencanaan teknis pencahayaan buatan